DETEKSI POLA PATAHAN DI DESA RENOKENONGO PORONG SIDOARJO DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER

dokumen-dokumen yang mirip
Peta Geologi Porong-Sidoarjo

Identifikasi Daerah Patahan dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole di Desa Renokenongo Porong Sidoarjo

Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Porong Sidoarjo Dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk Mendapatkan Bidang Patahan

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

IDENTIFIKASI PATAHAN MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER DI KOTA MANADO

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

III. METODE PENELITIAN

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

ANALISIS SIFAT KONDUKTIVITAS LISTRIK PADA BEBERAPA JENIS MATERIAL DENGAN METODE POTENSIAL JATUH. Said, M.

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Identifikasi Jalur Patahan Dengan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Wilayah Palu Barat

METODE EKSPERIMEN Tujuan

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

Bab II Metoda Geolistrik Tahanan Jenis 2D

Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

Estimasi Arah Strike menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Persegi

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

APLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU)

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN JALUR SESAR DI DUSUN PATEN DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU

APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN INTRUSI AIR GARAM DI SEKITAR BLEDUG KUWU GROBOGAN

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

IDENTIFIKASI JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN SEBAGAI KAJIAN AWAL PERENCANAAN PEMBUATAN PONDASI BANGUNAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

RESISTIVITAS BATUAN KAMPUS UNHAS TAMALANREA ABSTRAK

IDENTIFIKASI PATAHAN MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DI KOTA MANADO

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

KAJIAN PENYEBARAN LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKAN BATUAN DI LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) BENOWO SURABAYA

Transkripsi:

DETEKS POLA PATAHAN D DESA RENOKENONGO PORONG SDOARJO DENGAN METODE GEOLSTRK KONFGURAS WENNER Oleh : *Galik Panggah Waluyo Dr. Widya Utama, DEA Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMPA TS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim Sukolilo Surabaya 60111 *E-mail: Galik_pw@physics.its.ac.id Abstrak Semburan lumpur Porong Sidoarjo telah menyebabkan terjadi. Patahan ini terjadi akibat perubahan porositas di bawah permukaan karena keluarnya massa batuan. Akibat dari terjadinya ini adalah rusaknya sarana dan prasana yang di lewatinya. Keberadaan ini dapat didetaksi dengan menggunakan metode geolistrik ( tahanan jenis D) konfigurasi Wenner, dengan memanfaatkan perbedaan tahanan jenis target terhadap tahanan jenis batuan sekitarnya. Konfigurasi dilakukan sebanyak tiga lintasan. Lintasan pertama dibentangkan sepanjang 00 meter dan arah E98 S, lintasan kedua sepanjang 10 meter dengan arah N5 E dan lintasan ketiga sepanjang 150 meter dan arah E90 S. Dari penampang resistivitas yang dihasilkan, diperoleh pendugaan posisi /retakan. Untuk lintasan 1 posisi /retakan berada pada titik 43 m; 57 m; 77 m; 98 m; 110 m; 15 m; 136 m. Pada lintasan posisi berada pada titik 50 m dan 100 m. Gambar 1. Luberan Lumpur Hasil Erupsi Lumpur Panas Sidoarjo. Penimbunan massa yang demikian luar biasa telah menimbulkan ketidak- Kata kunci : Geolistrik, Patahan, Konfigurasi Wenner stabilan bentuk muka bumi di daerah Pendahuluan Porong. Hal ini merupakan ancaman Erupsi lumpur panas telah terjadi di Porong, Kabupaten Sidoarjo. Erupsi dimulai oleh semburan kecil gas putihkelabu utama terhadap semua aspek kehidupan masyarakat di sekitar semburan lumpur Sidoarjo. dan diiringi dengan air lumpur. Hasil erupsi tersebut telah menggenangi Sardjono penelitiannya (007) mengatakan dalam bahwa, daerah seluas kurang lebih 600 ha dan menenggelamkan sarana dan prasarana kehidupan masyarakat sekitar seperti yang semburan lumpur panas yang terjadi di sekitar sumur eksplorasi BJP-1 keluar dari suatu bidang lemah yang dalam hal ini terlihat pada Gambar 1. adalah /sesar Watukosek, 07º30 30 LS 11 º4 00 BT sedangkan dangkal yang bersifat konsentris disekitar sumur BJP-1 disebabkan oleh adanya amblesan akibat 07º33 00 LS U perubahan Struktur elstisitas di bawah B T permukaan karena keluarnya massa batuan S bawah permukaan. Patahan tersebut tampak jelas di desa Renokenongo dan telah merusak beberapa sarana dan prasarana masyarakat seperti rel kereta api 11 º45 00 BT dan halaman masjid seperti terlihat pada Gambar.

Gambar 1. Kerusakan yang Ditimbulkan oleh Patahan di Desa Renokenongo. Gambar. Halaman Masjid dan Rel Kereta Api yang melengkung akibat aktivitas Patahan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi adalah metode geolistrik. Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, pengukuran arus baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Konduktivitas Listrik Batuan Pada bagian batuan, atom-atom terikat secara ionik atau kovalen. Karena adanya ikatan ini maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Menurut Hendrajaya dan Arif (1990), aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu: a. Konduksi elektronik Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik dalam batuan/mineral. Hal ini terjadi jika batuan/mineral tersebut mempunyai banyak elektron bebas. Akibatnya arus listrik mudah mengalir pada batuan ini. Sebagai contoh, batuan yang banyak mengandung logam. b. Konduksi elektrolitik Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan/mineral yang bersifat porus dan dalam pori-pori tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Dalam hal ini arus listrik mengalir akibat dibawa oleh ionion larutan elektrolit. Konduksi dengan cara ini lebih lambat dari pada konduksi elektronik. c. Konduksi dielektrik Konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik, artinya batuan tersebut mempunyai elektron bebas sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan intinya sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini sangat bergantung pada konstanta dielektrik batuan yang bersangkutan. Potensial dalam Medium Homogen Apabila suatu medium homogen dialiri arus listrik dengan rapat arus J dan kuat medan listrik E, maka menurut hukum Ohm: 1 J E (.1) dengan E dalam Volt/meter, adalah resistivitas medium. Diketahui bahwa medan listrik E merupakan gradien dari potensial skalar. E V (.) dengan memasukkan persamaan (.) ke dalam persamaan (.1) diperoleh: 1 J V (.3) dengan mengingat syarat batas, bahwa arus yang memasuki suatu luasan tertentu sama dengan arus yang meninggalkannya, kecuali di tempat sumber arus dan lubuk arus, maka:. J 0

3 1. J. V 0 (.4) V 0 (.5) Elektroda Arus Tunggal pada Permukaan Medium Homogen sotrop Bila arus dialirkan melalui sebuah elektroda arus C pada permukaan medium homogen isotrop, seperti pada Gambar 3. Maka potensial di suatu titik yang berjarak r dari sumber dapat dicari melalui persamaan (.5) dengan menggunakan koordinat bola yaitu: 1 1 1 r V sin V V 0 r r r r sin r sin 1 dv B dr (.10) r dan diperoleh: B V C (.11) r Syarat batas, bila r, maka V = 0 dan C = 0, dengan B dan C adalah konstanta. Arus mengalir keluar melalui setengah luasan bola secara radial, sehingga jumlah arus yang melintasi permukaan bola diberikan persamaan: A dv A B dr r 1 B r r B (.1) C (.6) dari persamaan (.1) diperoleh persamaan: B (.13) Gambar 3. Medan Potensial dan Arah Arus dari Sumber Titik di Permukaan(Telford,1976) Karena aliran arus listrik simetri terhadap θ dan φ maka diperoleh: 1 V r 0 r r r (.7) atau d V dv 0 (.8) dr r dr Penyelesaian persamaan (.8) sebagai persamaan orde, dengan mengalikan r kemudian mengintegralkan dapat diperoleh: dv B dr r (.9) dengan A adalah luasan setengan bola = r dan adalah resistivitas medium. Sehingga persamaan (.11) menjadi: V.14) r Dalam permasalahan titik arus di permukaan bumi dari persamaan (.14) diperoleh rumus matematika harga resistivitasnya adalah: rv (.15) Untuk medium homogen isotrop. Elektroda Arus Ganda dengan Polaritas Berlawanan pada Permukaan Medium Homogen sotrop Bentuk permukaan ekipotensial dan arah aliran arus listrik yang terjadi akibat adanya dua buah sumber arus yang saling berlawanan polaritasnya (besar sama yaitu ) dapat dilihat pada Gambar 4. ntegrasi dari persamaan (.9):

4 Gambar 4. Distribusi Potensial dan Aliran Arus oleh Sumber Arus Ganda di Permukaan. Pada metode geolistrik, arus listrik dimasukkan melalui elektroda C 1 dan C. Sedangkan beda potensial diukur pada elektroda potensial P 1 dan P yang terletak di antara C 1 dan C seperti yang terlihat pada Gambar 5. C 1 P 1 P C,, r 1 r Gambar 5. Susunan Elektroda Ganda di Permukaan Homogen (Telford, 1976). Dari Gambar 5. diperoleh persamaan untuk elektroda arus ganda pada permukaan medium. 1 1 VP 1 r1 r 1 1 VP (.16) r3 r4 sehingga beda potensialnya adalah V V V P V P 1 1 1 1 1 V dapat ditulis menjadi: Power r 3 r 4 r1 r r3 r4 (.17) atau V K (.18) Sementara itu harga K ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut: 1 1 1 1 1 K (.19) r1 r r3 r4 K adalah faktor geometri yang besarnya tergantung dari susunan elektroda yang digunakan sebagai koreksi dalam pengolahan data. Metode Geolistrik Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, pengukuran arus baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Metode Geolistrik Tahanan Jenis. Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu: a. Metode Tahanan Jenis Mapping Metode tahanan jenis mapping merupakan metode tahanan jenis yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas bawah permukaan secara lateral. b. Metode Tahanan Jenis Sounding Metode tahanan jenis sounding bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi terhadap kedalaman. Konfigurasi Elektroda Wenner Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak antar elektroda sama panjang seperti yang terlihat pada Gambar 6.

5 V a a a. C 1 P 1 P C Gambar 6. Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner (Hendrajaya dan Arif, 1990). Dalam hal ini elektroda-elektroda, baik arus maupun potensial diletakkan secara simetris terhadap titik sounding. Jarak antar elektroda arus tiga kali jarak antar elektroda potensial. Jadi, jika jarak masing-masing potensial terhadap titik souding adalah a/ maka jarak masingmasing elektroda arus terhadap titik sounding adalah 3a/. Pada tahanan jenis mapping, jarak spasi elektroda tersebut tidak berubahubah untuk setiap titik sounding yang diamati (besarnya a tetap). Sedangkan pada tahanan jenis sounding, jarak spasi elektroda tersebut diperbesar secara gradual, mulai dari harga a kecil, untuk suatu titik sounding. Model pengukuran - D dengan metode Wenner terlihat pada Gambar 7. Gambar7. Model Pengukuran D dengan Konfigurasi Wenner. (Loke, 1999). Batas pembesaran spasi elektroda ini tergantung pada kemampuan alat yang dipakai. Semakin sensitif dan besar arus yang dapat dihasilkan alat tersebut, maka semakin besar pula jarak spasi yang dapat diukur, sehingga semakin dalam pula lapisan yang terdeteksi. Adanya sifat bahwa pembesaran jarak elektroda arus diikuti pula oleh pembesaran jarak elektroda potensial menyebabkan jenis konfigurasi Wenner dapat mendeteksi ketidak-homogenan lokal dari lokasi yang diamati. Dalam prosedur Wenner pada tahanan jenis mapping, empat elektroda konfigurasi (C P P 1 C 1 ) dengan spasi yang sama dipindahkan secara keseluruhan dengan jarak yang tetap sepanjang garis pengukuran. Pemilihan spasi terutama tergantung pada kedalaman lapisan yang akan dipetakan (Sharma, 1997). Konfigurasi Wenner mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Burger (006), kelebihan konfigurasi Wenner adalah dengan lebar spasi elektroda potensial yang besar maka tidak memerlukan peralatan yang sensitif. Sedangkan kekurangannya adalah semua elektroda harus dipindahkan untuk setiap pembacaan data resistivitas. Hal ini untuk mendapatkan sensitifitas yang lebih tinggi untuk daerah lokal dan variasi lateral dekat permukaan. Kedalaman investigasi yang dicapai oleh konfigurasi Wenner dengan menggunakan penetrasi kedalaman adalah: Z e = 0,519 a Sedangkan faktor geometri Wenner sebesar: 1 1 1 1 K a a a a K a 1 (.0) (.1) Dari hambatan jenis yang terbaca dalam konfigurasi Wenner dapat dinyatakan V dalam rumus: aw a (.) Pengertian Patahan/Sesar Menurut Hendrajaya dan Simpen (1993), bahwa sesar adalah struktur geologi yang terbentuk karena terdapatnya dislokasi atau yang memotong bidang-bidang perlapisan antar batuan. Pada umumnya bidang sesar terisi oleh fluida atau mineral yang relatif lebih kondusif dari batuan sekitarnya. Hal ini akan mengakibatkan penurunan

6 resistivitas. Jadi pada sesar/ akan mempunyai resistivitas yang relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya. Metode Penelitian Pada penelitian ini, dilakukan sebanyak tiga buah lintasan. Lintasan 1 sepanjang 00 meter dengan titik awal (titik 0 meter) berada pada koordinat 11 43 03, BT dan 07 31 53,6 LS yang membentang ke arah E 98 S di bahu jalan, lintasan sepanjang 10 meter dengan titik awal (titik 0 meter) berada pada koordinat 11 43 10, BT dan 07 31 53,5 LS yang membentang ke arah N 5 E di bahu jalan dan lintasan 3 sepanjang 150 meter dengan titik awal (titik 0 meter) berada pada koordinat 11 43 39,3 BT dan 07 31 5, LS yang membentang ke arah E 90 S di bahu jalan. Pada konfigurasi ini, spasi terkecil antar elektroda yang digunakan adalah 5 meter. 11º43 00 BT 07º31 30 LS Lintasan 1 07º3 30 LS Gambar 9. Posisi Lintasan Pengukuran yang Dilakukan di Desa Renokenongo. Tinjauan Geologi Daerah Penelitian Secara umum daerah Renokenongo termasuk pada morfologi kabupaten Sidoarjo yang berupa dataran rendah, dengan topografi yang seragam dan tanahnya merupakan endapan alluvial dan batuan sedimen yang merupakan batuan induk seperti yang terlihat pada Gambar 10. U S 11º44 00 BT Lintasan Lintasan 3 : Lintasan : Patahan : Tanggul Sumur BJP-1 Gambar 10. Peta Geologi Kecamatan Porong. Sedangkan geologi struktur yang terdapat pada kabupaten Sidoarjo adalah pemunculan batuan Kuarter bawah yang cenderung berumur tersier, seperti yang tampak pada lapisan lempung pasiran di sekitar Driyorejo. Dengan adanya pemunculan batuan tersier di permukaan menunjukkan bahwa daerah kabupaten Sidoarjo pernah terganggu oleh tektonik yang berupa pengangkatan di bagian utara Mojokerto, lebih jelas dapat dilihat pelipatan yang bergelombang dari lapisan batuan sedimen tersier yang penyebarannya menerus hingga daerah Surabaya, lipatan-lipatan tersebut membentuk struktur antiklin dan sinklin. Sedangkan di bagian selatan ke arah wilayah kabupaten Pasuruan secara tibatiba berubah menjadi daerah perbukitan yang terdiri dari batuan vulkanik muda dan batuan sedimen bersifat lempungan berumur kuarter. Dalam tatanan geologi Jawa Timur, lumpur Porong terdapat di "Cekungan pengendapan Porong" (Porong Sub-Basin) yang terletak diantara sesarsesar () yang sebagian masih aktif, merupakan bagian dari Cekungan Sentral (Central Deep) yang mempunyai tatanan geologi dan struktur yang kompleks. Menurut van Bemmelen (1949), data geologi menunjukkan bahwa baik stratigrafi maupun tektonika Zona Kendeng bagian timur yang berada diutara sub-cekungan Porong, masih berada dalam keadaan berevolusi (proses tektonik masih berlangsung) dibandingkan dengan di bagian tengah dan barat. Menurut Duyfjes (1938), juga memperlihatkan bahwa antiklin Gujangan

7 dekat Surabaya dan Pulungan di sebelah selatannya, dipotong oleh sesar transversi, dengan bagian timurnya yang turun. Sesar tersebut merupakan tanda peralihan antara bagian ujung dari zona Kendeng (yang telah terlipat lemah) yang menunjam di Delta Porong dengan Selat Madura yang masih menurun dan diisi oleh sedimen yang belum terlipat. Keadaan tersebut menunjang bahwa proses gerak-gerak tektonik di wilayah cekungan Porong masih berlangsung. Akuisisi Data Lapangan Proses pengambilan data pada metode geolistrik mempunyai beberapa tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan tersebut adalah: Tahap : Penentuan titik sounding pada peta lapangan. Pada umumnya, sebelum melakukan pengukuran geolistrik di lapangan, peta lapangan yang akan disurvei perlu dipelajari terlebih dahulu untuk menentukan posisi yang tepat bagi titiktitik sounding. Tahap : Penempatan titik sounding di lapangan. Pada tahap ini, titik-titik sounding yang telah ditentukan pada peta lapangan di cari posisinya secara tepat di lapangan. Berdasarkan referensi-referensi yang didapat di lapangan, misalnya letak bangunan, pohon, sungai dan lain-lain dengan bantuan kompas. Letak titik-titik tersebut mestinya akan dapat ditentukan dengan tepat dan lurus. Tahap : Pengambilan data. Pada titik sounding, ditentukan bentangan elektroda berupa garis lurus dengan titik sounding merupakan titik tengah. Arah bentangan yang dipilih adalah arah bentangan yang lurus. Kemudian dibentangkan (tali yang sudah diberi jarak tertentu) sesuai dengan arah tersebut. Sementara itu, diatur peralatan pengukuran (resistivitymeter, gulung kabel arus, gulung kabel potensial, elektroda dan lainnya) sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan pengukuran nantinya. Pertama diukur posisi awal dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) untuk menentukan posisi terhadap garis lintang dan garis bujur, kemudian dilakukan pengukuran geolistrik. Disamping seorang operator dan pencatat data, pada pelaksanaan pengukuran diperlukan paling sedikit 4 orang pembantu, yaitu masing-masing bertugas untuk memindahkan salah satu dari ke-empat elektroda ( elektroda arus dan elektroda potensial). Akuisisi data dilakukan pada tanggal 1 Mei 008 dan 17-18 Mei 008. Akuisisi data di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Konfigurasi elektroda yang digunakan adalah konfigurasi Wenner. Pengolahan Data Setelah dilakukan akuisisi data di lapangan maka didapatkan hasil data tentang resistivitas dari tiap-tiap titik, kemudian data tersebut dikalikan dengan faktor geometri untuk mendapatkan harga resistivitas semu (ρ aw ) yang akan digunakan dalam membuat kontur dengan menghubungkan tiap-tiap nilai ρ aw tersebut. Dalam tahap pengolahan data ini dilakukan dengan komputer dengan menggunakan perangkat lunak ResDnv. Perangkat lunak ini mengolah data yang didapatkan dari akuisisi lapangan. Pemodelan -D dilakukan dengan menggunakan program inversi. Program inversi ini menggambarkan dan membagi keadaan bawah permukaan dalam bentuk penampang -D. Program inversi ini juga menentukan harga resistivitas semu terukur dan terhitung. Metode inversi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil (least square). Analisa Data Pada penelitian ini telah dilakukan pengambilan data geolistrik dengan konfigurasi Wenner. Data-data geolistrik tersebut kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak Resdinv untuk mendapatkan tampilan dimensi kontur resistivitas dari struktur lapisan tanah bawah permukaan. Tampilan dimensi yang dihasilkan dari perangkat lunak Resdinv tersebut terdiri dari tiga kontur isoresistivitas pada penampang kedalaman semu (pseudodepth section). Penampang yang pertama menunjukkan

8 kontur resistivitas semu pengukuran (measured apparent resistivity), yaitu data resistivitas semu yang diperoleh dari pengukuran di lapangan (akusisi data). Penampang yang kedua menunjukkan kontur resistivitas semu dari hasil perhitungan (calculated apparent resistivity). Dan penampang yang ketiga adalah kontur resistivitas sebenarnya yang diperoleh setelah melalui proses pemodelan inversi (inverse model resistivity section) (Telford, 1976). Lintasan 1 Akuisisi data resistivitas bumi pada survei lintasan 1 ini dilakukan dengan mengambil lintasan sepanjang 00 meter dengan titik awal (titik 0 meter) berada pada koordinat 11 43 03, BT dan 07 31 53,6 LS yang membentang pada arah E 98 S di bahu jalan dengan variasi jarak antar elektroda berturut-turut 5 meter, 10 meter, dan 15 meter. Dari hasil pengukuran diperoleh harga resistivitasnya berkisar antara 0,198 76, Ωm. Pengolahan data dengan menggunakan ResDnv untuk lintasan 1 diperoleh penampang harga resistivitas semu seperti pada Gambar 11. antara 0,198 5,84 Ωm yang memotong perlapisan antar batuan yang memiliki nilai resistivitas yang lebih tinggi. Bidangbidang ini diperkirakan merupakan. Lintasan Untuk akuisisi data resistivitas bumi pada survei lintasan dilakukan dengan mengambil lintasan sepanjang 10 meter dengan titik awal (titik 0 meter) berada pada koordinat 11 43 10, BT dan 07 31 53,5 LS yang membentang ke arah N 5 E di bahu jalan dengan variasi jarak antar elektroda berturut-turut 5 meter, 10 meter, 15 meter dan 0 meter. Dari hasil pengukuran diperoleh harga resistivitasnya berkisar antara 0,164 6,9 Ωm. Pengolahan data dengan menggunakan ResDnv untuk lintasan diperoleh penampang harga resistivitas semu seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Penampang Harga Resistivitas Semu dari Hasil nversi Lintasan. Gambar 11. Penampang Harga Resistivitas Semu dari Hasil nversi Lintasan 1. Dari Gambar 11. terlihat beberapa bidang lemah yang ditunjukkan dengan warna biru dan hijau dengan harga resistivitas Dari Gambar 1. terlihat beberapa bidang lemah yang ditunjukkan dengan warna kuning dengan harga resistivitas antara 9,88 14,00 Ωm yang memotong perlapisan antar batuan yang memiliki nilai resistivitas yang lebih tinggi. Bidangbidang ini diperkirakan merupakan. Lintasan 3 Untuk akuisisi data resistivitas bumi pada survei lintasan 3 dilakukan dengan mengambil lintasan sepanjang 150

9 meter dengan titik awal (titik 0 meter) berada pada koordinat 11 43 39,3 BT dan 07 31 5, LS yang membentang ke arah E 90 S di bahu jalan dengan variasi jarak antar elektroda berturut-turut 5 meter, 10 meter, 15 meter, dan 0 meter. Dari hasil pengukuran diperoleh harga resistivitasnya berkisar antara 1,8 10,1 Ωm. Pengolahan data dengan menggunakan ResDnv untuk lintasan 3 diperoleh penampang harga resistivitas semu seperti pada Gambar 13. Gambar 13. Penampang Harga Resistivitas Semu dari Hasil nversi Lintasan 3. Dari Gambar 13. di atas tidak ditemukan terobosan terobosan bidang lemah dengan harga resistivitas yang rendah terhadap perlapisan antar batuan yang memiliki harga resistivitas yang lebih tinggi. Jadi pada lintasan 3 tidak ditemukan suatu. Pembahasan Terjadinya pergerakan tanah, baik dalam arah horizontal maupun vertikal, di kawasan semburan lumpur Sidoarjo adalah sesuatu hal yang wajar. Pergerakan tanah di kawasan Porong Sidoarjo ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor secara bersama-sama yaitu: 1. Proses relaksasi tanah (ground relaxation) akibat keluarnya lumpur ke permukaan tanah dalam volume yang sangat besar,. Beban dari lumpur, 3. Pemampatan tanah karena adanya pekerjaan dan aktivitas di permukaan tanah, seperti pembuatan tanggul, kendaraankendaraan berat yang berlalu lalang, 4. Aktifnya kembali struktur geologi, seperti sesar Watukosek yang melalui kawasan lumpur tersebut. Dari hasil survei GPS teramati adanya pergerakan tanah, baik secara horizontal maupun vertikal. Kecepatan horizontal 0,5 - cm per hari dan komponen vertikal 1-4 cm per hari. Pergerakan dalam arah vertikal, meskipun didominasi oleh subsidensi tanah, kadang juga dapat berupa penaikan muka tanah. Karena semburan masih terus berlangsung maka proses amblesan masih akan terus berlangsung dan akan meluas. Seperti adonan roti yang ditarik ke bawah di bagian tengahnya maka di sekelilingnya akan terjadi retak melingkar dan menjari. Tanda-tanda amblesan antara lain terjadi retakan memanjang baik di tanah, atau pada bangunan; pintu-pintu dan jendelajendela rumah tidak bisa dibuka atau tidak normal; adanya kawasan yang tergenang padahal sebelumnya belum pernah tegenang; dan munculnya semburan baru. Pendugaan dengan metode geolistrik dapat digunakan untuk menentukan posisi bidang. Harga resistivitas tanah/batuan pada pada umumnya lebih rendah dari tanah/batuan sekitarnya. Hal ini dikarenakan pada /retakan terisi oleh fluida atau mineral yang relatif lebih kondusif dari batuan sekitarnya. Bidang bisa memiliki harga resistivitas yang tinggi melebihi harga resistivitas tanah/batuan yang ada disekitarnya jika pada tersebut tidak terisi apa-apa (hanya berisi udara). Hal ini dikarenakan udara merupakan isolator sehingga arus listrik sangat sulit untuk melewatinya. Kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa - yang terlihat di permukaan semua terisi oleh fluida atau materi lainnya. Oleh sebab itu bidang yang terdeteksi adalah bidang yang memiliki resistivitas rendah

10 yang menerobos atau memotong bidangbidang perlapisan antar batuan. Patahan Lintasan 1 Gambaran pendugaan posisi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software ResDnv untuk lintasan 1 di tunjukkan seperti Gambar 14. di bawah ini Patahan Gambar 15. Pendugaan Posisi Patahan untuk Lintasan. Gambar 14. Pendugaan Posisi Patahan untuk Lintasan 1. Berdasarkan Gambar 14. dapat dilihat adanya bidang-bidang lemah dengan harga resistivitas rendah yang berkisar antara 0,198 5,84 Ωm. Bidang ini memotong perlapisan batuan yang ada disekitarnya dengan harga resistivitas yang lebih tinggi. Jadi pada lintasan tersebut telah terjadi dislokasi atau di beberapa titik yaitu pada titik 57 m dan 136 m. Karena lokasi lintasan-1 berada tepat di samping tanggul penampungan lumpur Porong, maka hal ini membuktikan bahwa pada lintasan tersebut banyak terjadi dangkal disebabkan oleh adanya amblesan akibat perubahan porositas di bawah permukaan karena keluarnya massa batuan bawah permukaan. Lintasan Sedangkan gambaran pendugaan bidang dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software ResDnv untuk lintasan ditunjukkan seperti Gambar 15. dibawah ini. Berdasarkan Gambar 15. dapat dilihat adanya bidang-bidang lemah dengan harga resistivitas rendah yang berkisar antara 9,88 14,00 Ωm untuk. Bidang ini memotong perlapisan batuan yang ada disekitarnya dengan harga resistivitas yang lebih tinggi. Jadi pada lintasan tersebut telah terjadi dislokasi atau di beberapa titik yaitu pada titik; 50 m; 100 m. Untuk lintasan-1, berada pada titik 57 m; 136 m. Sedangkan untuk lintasan, berada pada titik; 50 m; 100 m. Posisi ini relatif sesuai dengan posisi /retakan yang terlihat permukaan lokasi penelitian. Untuk lintasan 1 berada pada titik 43 m; 77 m; 98 m; 110 m; 15 m; 136 m. Sedangkan untuk lintasan berada pada titik 50 m, 100 m. Lintasan 3 Pada lintasan 3tidak menunjukan adanya. Harga resistivitasnya hampir sama yaitu antara 1,8 1,31 Ωm. Kesimpulan Penelitian metode geolistrik dengan konfigurasi Wenner -Dimensi untuk mendeteksi /rekahan di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bidang /retakan untuk lintasan 1 berada pada titik 43 m ; 57

11 m; 77 m; 98 m; 110 m; 15 m; 136 m.. Bidang /retakan untuk lintasan berada pada titik 50 m dan 100 m. 3. Adanya amblesan akibat perubahan porositas di bawah permukaan karena keluarnya massa batuan bawah permukaan di sekitar sumur eksplorasi BJP-1 telah menyebabkan dangkal/retakan di desa Renokenongo dan semakin mendekati tanggul maka /retakan semakin banyak. Saran Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka penulis menyarankan: 1. Perlu dilakukan penelitian dengan metode geofisika lainnya sehingga dapat dilakukan perbandingan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.. Perlu dilakukan penelitian yang berkelanjutan yaitu dengan penambahan titik ukur yang berasosiasi dengan penambahan target kedalaman sehingga dapat diperoleh gambaran bawah permukaan lebih luas. 3. Pengukuran di daerah sekitar lumpur panas Sidoarjo sebaiknya dilakukan secara periodik. Hal ini dilakukan guna mengetahui pola dan tingkat penyebaran di daerah tersebut. Referensi Burger,H.Robert. (006), Applied Geophysics: Exploring the Shallow Subsurfac, New York, WW Norton. Hendrajaya, Lilik dan Arif, dham. (1990), Geolistrik Tahanan Jenis, Monografi: Metoda Eksplorasi, Bandung: Laboratorium Fisika Bumi, TB. Hendrajaya, L dan Simpen., Nengah. (1993), Respon Teoritik Elsktromagnet VLF Model sesar dan Penerapannya pada Data Elektromagnet VLF dari Daerah Panasbumi Muaralaboh Sumatra Utar, Simposium Fisika Nasional XV, Jurusan Fisika- FMPA USU, Medan. nternet Geophysical Services. (000), D.C. Resistivity, Entry from Northwest Geophysical Associates, nc. info@nga.com. Loke, MH. (1999), Electrical maging Surveys for Environmental and Engineering Studies. Moro, Marco., Amicucci, Laura., Cinti, Francesca R.,Doumaz,Fawzi., Montone, Paola., Pierdominici, Simona., Saroli, Michele., Stramondo, Salvatore. (00), Surface Evidence of Active Tectonics Along the Pergola- Melandro Fault: a Critical ssue for the Seismogenic Potential of the Southern Apennines, taly, stituto Nazionale di Geofisica e Vulcanologia, Rome. Reynolds, John M. (1997), An ntroduction to Applied and Environmental Geophysics. John Wiley & Sons. Sardjono, Seno Pudji. (007), Jurnal Fisika dan Aplikasinya: Analisis Data Gaya Berat dan VLF untuk Penentuan Bidang Patahan Penyebab Semburan Lumpur di Sumur Eksplorasi BJP-1 Porong. Surabaya: TS Sharma, Prem.V. (1997), Environmental an Engineering Geophysics. Cambridge University Press. Telford, W.M. (1976), Applied Geophysics. Cambridge University Prees, London. Ward, Stanley H. (199), Geotechnical and Environmental Geophysics.

PENURUNAN FAKTOR GEOMETR UNTUK KONFGURAS WENNER 1

13 C1 a P1 a P a C r 1 r r 3 r 4 1 1 1 1 1 V r1 r r3 r4 1 1 1 1 1 V a a a a 1 1 1 V a a a a 1 1 1 V a a 1 V a V a V K Dengan K a Gambar 1. Patahan di lintasan 1 titik ke 43 m

14 Gambar. Patahan di lintasan 1 titik ke 77 m Gambar 3. Patahan di lintasan 1 titik ke 98 m Gambar 4. Patahan di lintasan 1 titik ke 110 m

15 Gambar 5. Patahan di lintasan 1 titik ke 15 m Gambar 6. Patahan di lintasan 1 titik ke 136 m Gambar 8. Patahan di lintasan titik ke 50 m Gambar 9. Patahan di lintasan titik ke 100 m