2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat

dokumen-dokumen yang mirip
DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

Proses Lengkung (Bend Process)

a. Macam-macam palu yang kita jumpai : - Palu pena kepala bulat - Palu pena kepala lurus atau silang - Palu keling

9.1. Proses Pengerjaan Dingin

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada

BAB II PENDEKATAN MASALAH

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

MODUL 6 PROSES PEMBENTUKAN LOGAM

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Identifikasi gambar kerja merupakan langkah untuk mengetahui gambar

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

1. Pendahuluan Pembentukan Logam

kurve sambungan

Dasar Teori Penandaan adalah proses pemindahan ukuran ukuran: - dari gambar-gambar - menurut suatu benda kerja - atau menurut petunjuk-petunjuk Untuk

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

Edi Sutoyo 1, Setya Permana Sutisna 2

PROSES PEMBUATAN SALURAN MASUK, SALURAN KELUAR DAN SISIR PADA MESIN PERAJANG ADONAN KRUPUK RAMBAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTEK PEMBENTUKAN BAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

STUDI KOMPERATIF AKURASI PEMAKAIAN PERSAMAN BENTANGAN PLAT METODE BIDANG NETRAL, KONSTANTA X DAN METODE FAKTOR KOREKSI Y UNTUK PROSES PENEKUKAN PIPA

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

JOB SHEET I. KOMPETENSI

DEFINISI SPRINGBACK COLD WORKING PROCESS The advantages of cold working process : The disadvantages of cold working process :

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB III METODE PEMBUATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PERANCANGAN MESIN NOTCHING UNTUK PROSES SHEET METAL FORMING. Franz Norman Azzy

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PROYEK AKHIR PROSES PEMBUATAN BAK PENAMPUNG PADA MESIN PENYUIR DAGING PROYEK AKHIR

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

PUNTIRAN. A. pengertian

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV PENGERJAAN PANAS LOGAM

BAB II TINJAUAN UMUM

Proses Pembentukan Logam

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN GAYA-GAYA PADA STRUKTUR BOX

LAPORAN PROYEK AKHIR PROSES PEMBUATAN BAK PENAMPUNG PADA MESIN PENYUIR DAGING PROYEK AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI

1. PIPA a. Soft Coper Tubing Tabel 1.1 b. Hard Drawn Coper Tubing c. Steel Tubing d. Stainless Steel Tubing

Pengaruh Pengisian Pasir dan Lilin terhadap Kualitas Pembentukan Batang Silinder Pipa

BAB I PENDAHULUAN. (ingot) yang diperoleh dari hasil pengolahan biji logam. Biji logam

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

commit to user BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU DI LABORATORIUM

GAMBAR BUKAAN/BENTANGAN GEOMETRI, GEOMETRI LANJUT BENDA KERUCUT/KONIS

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

MACAM MACAM SAMBUNGAN

ANALISA MAMPU BENTUK ALUMINIUM KOMERSIAL TERHADAP EFEK PERBEDAAN KETEBALAN MATERIAL PADA PROSES SPINNING

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

Transkripsi:

2. KERJA PLAT Tujuan 1. Agar mahasiswa mengerti cara membuat pola, memotong, dan melipat benda kerja pelat / logam lembaran. 2. Agar mahasiswa mampu melakukan kerja pembuatan pola, pemotongan dan pelipatan benda kerja pelat / logam lembaran secara benar. 3.1 Teori Kerja Plat Yang dimaksud pengerjaan plat adalah pengerjaan membentuk dan menyambung logam lembaran (plat) sehingga sesuai dengan bentuk dan ukuran yang sudah direncanakan. Pengerjaan plat dapat dilakukan dengan menggunakan keterampilan tangan, mesin, atau perpaduan dari keduanya, yang meliputi macammacam pengerjaan, diantaranya adalah menggunting, melukis, melipat, melubangi, meregang, pengawatan, mengalur, menyambung, dan lain-lain. Dalam modul materi pengerjaan plat ini akan dibahas tetang : 1. Proses pemotongan plat 2. Proses Tekuk (bending) 3. Proses Rolling 1. Pemotongan Plat Pada proses pemotongan plat, alat yang digunakan untuk memotong plat adalah mesin gullotine. Mesin gullotine terdiri diri 2 (dua) jenis yakni mesin gullotine manual dan mesin gullotine hidrolik. Disini alat yang digunakan untuk praktek pada praktikum proses produksi adalah mesin guillotine manual. Mesin gullotine manual pemotongan pelat dilakukan dengan tuas penekan yang digerakkan oleh kaki si pekerja. pelat yang dapat dipotong di bawah 0,6 mm. Prinsip kerja mesin gullotine ini menggunakan gaya geser untuk proses pemotongan Pelat yang dipotong diletakkan pada landasan pisau tetap dan 9

pisau atas ditekan sampai memotong pelat. Untuk mengurai besarnya gaya geser sewaktu tejadinya proses pemotongan posisi mata pisau atas dimiringkan, sehingga luas penampang pelat yang yang dipotong mengecil. Gambar 2.1 Posisi mesin gullotine Hasil pemotongan dari mesin gullotine ini dipengeruhi oleh kemiringan dan kelonggaran (suaian) antara kedua posisi pisau. Untuk mendapatkan hasil pemotongan yang baik tehadap pelat yang dipotang sesuai antara ke 2 mata pisau harus jenis pelat yang dipotong. Sesuai mata pisau yang diizinkan menurut pengujian Feeler Gouges untuk baja dan brass dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Suaian pisau mesin gullotine. Hasil pemotongan pelat yang baik dan sesuai menurut kelonggarannya (suaian) yang diizinkan dapat dilihat pada gambar berikut. Hasil pemotongan ini menurut pengujian feeler gauges. 10

Gambar 2.2 Hasil pemotongan plat 2. Proses Tekuk (Bending) Pada proses tekuk ini, mesin yang digunakan untuk melipat atau menekuk plat adalah mesin bending manual dan bending Hydraulic Pipe Bender. Bending manual digunakan untuk melipat atau menekuk pelat kerja yang telah diselesaikan untuk pekerjaan awal. Mampu menekuk pelat dengan tebal maksimum 3 mm dan panjang maksimal 1,5 meter, sedangkan hydraulic pipe bender digunakan untuk menekuk benda kerja yang berbentuk silinder. Secara mekanika proses penekukan ini terdiri dari dua komponen gaya yakni: tarik dan tekan (lihat gambar). Pada gambar memperlihatkan pelat yang mengalami proses pembengkokan ini terjadi peregangan, netral, dan pengkerutan. Daerah peregangan terlihat pada sisi uar pembengkokan, dimana daerah ini terjadi deformasi plastis atau perobahan bentuk. Peregangan ini menyebabkan pelat mengalami pertambahan panjang. Daerah netral merupakan daerah yang tidak mengalami perobahan. Artinya pada daerah netral ini pelat tidak mengalami pertambahan panjang atau perpendekkan. Daerah sisi bagian dalam pembengkokan merupakan daerah yang mengalami penekanan, dimana daerah ini mengalami pengkerutan dan penambahan ketebalan, hal ini disebabkan karena daerah ini mengalami perobahan panjang yakni perpendekan.atau menjadi pendek akibat gaya tekan 11

yang dialami oleh pelat. Proses ini dilakukan dengan menjepit pelat diantara landasan dan sepatu penjepit selanjutnya bilah penekuk diputar ke arah atas menekan bagian pelat yang akan mengalami penekukan Gambar 2.3 Langkah proses tekuk Gambar 2.4 Penekuk awal Pada Gambar posisi tuas penekuk diangkat ke atas sampai membentuk sudut melebihi sudut pembentukan yang dinginkan. Besarnya kelebihan sudut pembengkokan ini dapat dihitung berdasarkan tebal pelat, kekerasan bahan pelat dan panjang bidang membengkokkan / penekukan. 12

Gambar 2.5 Penekuk plat Langkah proses penekukan pelat dapat dilakukan dengan mempertimbangkan sisi bagian pelat yang akan dibentuk. Langkah penekukan ini harus diperhatikan sebelumnya, sebab apabila proses penekukan ini tidak menurut prosedurnya maka akan terjadi salah langkah. Salah langkah ini sangat ditentukan oleh sisi dari pelat yang dibengkokan dan kemampuan mesin bending/tekuk tersebut. Komponen pelat yang akan dibengkokan sangat bervariasi. Tujuan proses pembengkokan pada bagian tepi maupun body pelat ini diantaranya adalah untuk memberikan kekakuan pada bentangan pelat. Gambar 3.5 Sudut tekuk Gambar memperlihatkan sudut tekuk yang terbentuk pada proses pelipatan pelat, dimana pada bagian sisi atas pelat mengalami peregangan dan bagian bawah mengalami pengkerutan. 13

Langkah-langkah proses tekuk untuk sambungan lipat Gambar 3.6 Langkah proses tekuk Gambar 3.7 Proses penekukan pipa 14

Dua hal penting dalam bending pipa adalah 1. untuk menjaga pipa dari mendatarkan menjadi bentuk elips di tikungan 2. untuk menghindari kerutan di bagian cekung dari tikungan. Ini mungkin dicapai dengan menekuk pipa di atas bentuk berlekuk ditunjukkan pada Gambar. Sisi formulir dapat diperpanjang jauh di atas alur untuk memegang sisi pipa terhadap menggembung sepanjang tikungan. Formulir ini dapat digunakan untuk dingin bending pipa sampai sekitar 1 1/2-inch diameter, sedangkan sebuah bentuk yang lebih rumit, cocok untuk pipa yang lebih besar, pada pipa besar harus dipanaskan merah untuk memfasilitasi lentur. Pipa berbentuk silender mungkin diisi dengan pasir dan terpasang untuk membantu memegang bagian penampang silang, dan, jika bentuk bending tidak tersedia, rahang catok mungkin menyebar terpisah cukup jauh untuk pipa yang akan diadakan di antara mereka selama lentur. Hal ini akan menjaga sisi pipa dari menggembung. Lapisan dilas pipa harus berada di bagian tenggorokan atau cekung dari tikungan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pembengkokan pelat Hasil pembengkokan pelat yang baik dapat dihasilkan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Periksa terlebih dahulu terutama dies, atau sepatu pembentuk, sudut pembengkokan yang diinginkan. 2. Tandailah sisi bagian tepi pelat yang akan dibengkokkan. 3. Posisi tanda pembengkokan ini harus sejajar dengan dien pembengkok. 4. Penjepitan pelat harus kuat 5. Atur sudut pembengkokan sesuai dengan sudut pembengkokan yang dikehendaki 6. Sesuaikan dies landasan dengan bentuk pembengkokan yang diinginkan. 7. Mulailah proses pembengkokan dengan memperhatikan sisisisi yang akan dibengkokan, hal ini untuk menjaga agar lebih dahulu mengerjakan posisi 15

pelat yang mudah 8. Jika ingin melakukan pembengkokan dengan jumlah yang banyak buatlah jig atau alat bantu untuk memudahkan proses pembengkokan. Jig ini bertujuan untuk memudahkan pekerjaan sehingga menghasilkan bentuk pembengkokan yang sama 3. Proses Pengerolan Pengerolan merupakan proses pembentukan yang dilakukan dengan menjepit pelat diantara dua rol. Rol tekan dan rol utama berputar berlawanan arah sehingga dapat menggerakan pelat. Pelat bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi rol pembentuk berada di bawah garis gerakkan pelat, sehingga pelat tertekan dan mengalami pembengkokan. Akibat penekanan dari rol pembentuk dengan putaran rol penjepit ini maka terjadilah proses pengerolan. Pada saat pelat bergerak melewati rol pembentuk dengan kondisi pembenkokan yang sama maka akan menhasilkan radius pengerolan yang merata. Lihat gambar. Gambar 3.8 Mesin roll 16

Gambar 3.9 Proses pengerolan 17