Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September 2012 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM UPAYA PELESTARIAN HUTAN RAKYAT DI DESA KARANGREJO KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah di bagian selatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Selain isu kerusakan hutan, yang santer terdengar akhir - akhir ini adalah

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) RIMBA MAS Tetap Hijau Dimusim Kemarau Oleh : Endang Dwi Hastuti

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Mengoptimalkan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Dalam Unit Daerah Aliran Sungai 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SUMBER DAYA HUTAN* Resume by Opissen Yudisyus , Ilmu Ekonomi

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tingkat kerusakan hutan di Indonesia akibat degradasi (berkurangnya

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Suaka Margasatwa Paliyan dengan luas total 434,834 Ha berada di wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam juga semakin besar, salah satunya kekayaan alam yang ada

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Tabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. commit to user

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kerusakan sumber daya alam, hutan, tanah, dan air. Sumber. daya alam tersebut merupakan salah satu modal dasar

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Persepsi Masyarakat Dalam Pelestarian Hutan Rakyat di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Wakhidah Heny Suryaningsih 1, Hartuti Purnaweni 2, dan Muniffatul Izzati 3 1,2,3 Magister Ilmu lingkungan Undip ABSTRACT Salah satu permasalahan kehutanan Indonesia yaitu meluasnya lahan kritis yang mengakibatkan kurangnya produktivitas lahan dan menimbulkan bencana baik banjir maupun tanah longsor. Pemerintah meluncurkan program-program untuk menanggulangi permasalahan tersebut, diantaranya dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui hutan rakyat. Hutan Rakyat Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo dibangun atas inisiatif beberapa warga untuk mengatasi lahan kritis dan longsor di wilayah tersebut sejak tahun 1964. Hingga saat ini, keberadaan hutan rakyat tersebut masih tetap dijaga dan dilestarikan. Dalam rangka pengelolaan hutan rakyat berkelanjutan perlu diketahui persepsi masyarakat dalam upaya pelestariannya. Persepsi masyarakat tentang hutan rakyat adalah masyarakat memandang bahwa hutan rakyat harus tetap dijaga dan diletarikan. Masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang hutan rakyat dan fungsi-fungsinya serta Undang- Undang/peraturan tentang hutan. Pengetahuan ini didapat dari penyuluhan dan dari pengurus kelompok tani. Penyuluhan ini dilakukan oleh penyuluh Kehutanan dari Instansi Kehutanan serta Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) Undang-Undang kehutanan ini dianggap relevan, mudah diterapkan dan penting untuk diketahui. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat diantaranya rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan yang turun temurun serta mata pencaharian sebagai petani. Keywords : Persepsi, Hutan Rakyat, Pelestarian 1. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropis tersebsar ketiga setelah Brazil dan Zaire dan berfungsi sebagai paru-paru dunia. Fungsi hutan menurut Suparmoko (1997) di antaranya adalah Mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi, serta memelihara kesuburan tanah ; Menyediakan hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk keperluan pembangunan industri dan ekspor sehingga menunjang pembangunan ekonomi ;. Melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik ; Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk cagar alam, suaka margasatwa, taman perburuan, dan taman wisata, serta sebagai laboratorium untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, dan pariwisata; serta Merupakan salah satu unsur strategi pembangunan nasional. Namun hutan di Indonesai menghadapi permasalahan serius yaitu degradasi hutan dan meluasnya lahan kritis. Pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam mengelola hutan melalui hutan rakyat. Salah satu pola rehabilitasi lahan kritis secara vegetasi adalah dengan membangun hutan rakyat. Melalui pembangunan hutan rakyat akan terjadi peningkatan produktivitas lahan serta menunjang konservasi tanah dan air (Andayani, 1995) Pengembangan hutan rakyat telah lama dilakukan oleh masyarakat meski belum ada kebijakan yang mengaturnya. Masyarakat di daerah Jawa menanam lahan kering dengan pola campuran atau tumpang sari dengan mengkombinasikan tanaman keras/kayu-kayuan dengan tanaman pangan(umbi-umbian), buah-buahan dan empon-empon. Dengan demikian masyarakat dapat memperoleh keuntungan ganda dari hasil kayu dan tanaman pangan tersebut. Pola percampuran berbagai jenis tanaman dalam satu lahan (mix plantation) memiliki nilai lebih bagi petani. Pola ini untuk menyikapi dan mengantisipasi ketidakstabilan produk-produk pertanian. Jika salah satu produk harganya jatuh maka akan tertutupi harga produk lain yang stabil atau bahkan meningkat harganya. Aneka jenis tanaman dan musim panen yang berbeda-beda juga mencerminkan prinsip kelestarian hasil (Jariyah dan Wahyuningrum, 2008) Keberadaan Hutan Rakyat di desa Karangrejo Kecamatan Loano didasari oleh pemikiran bahwa hutan rakyat menjadi sumber daya alam di daerah tinggi dan menjadi zona pengaman untuk mencegah erosi dan sumber air alam yang harus dipelihara untuk melindungi DAS Bogowonto. Kecamatan Loano masuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto Hulu yang merupakan DAS Prioritas I karena memiliki lahan kritis cukup luas. Berdasarkan data Statistik Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo, tahun 2005, menyebutkan bahwa sekitar 14,98% dari luasan DAS Bogowonto sebesar 53.423,86 Ha, dalam kondisi kritis dan 34,58% dalam kondisi agak kritis. Lahan kritis menjadi salah satu indikator suatu DAS mengalami degradasi (Paimin, dkk, 2006). 93

Hutan rakyat tersebut tetap dijaga dan dilestarikan hingga kini oleh masyarakat. Dalam rangka pengelolaan hutan rakyat berkelanjutan diperlukan kajian mengenai persepsi masyarakat terhadap pelestarian hutan rakyat di desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. 1.2. Rumusan Masalah Keberadaan hutan rakyat menjadi salah satu upaya konservasi sumber daya alam terutama tanah, air serta vegetasi. Perlu diketahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap hutan rakyat, mengapa masyarakat tetap melestarikan hutan rakyat, faktor-faktor yang mempengaruhi mereka melakukannya serta bagaimana mereka melakukannya. Dari uraian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana persepsi masyarakat dalam upaya pelestarian Hutan Rakyat Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuanpenelitian ini adalah Mengkaji persepsi masyarakat dalam upaya pelestarian hutan rakyat di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo 2. METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian deskritif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ini adalah Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo dan waktu penelitian dilakuka pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Lokasi dipilih karena masyarakat desa Karangrejo telah mengembangkan hutan rakyat sejak tahun 1964 yang masih tetap dijaga dan dilestarikan. Tabel 1. Fenomena dan Indikator Penelitian Fenomena Indikator Metode Persepsi Masyarakat tentang Hutan Rakyat v Hutan Rakyat v Urgensi Hutan Rakyat Wawancara Persepsi Masyarakat Tentang v Peraturan tentang Hutan Rakyat Wawancara, Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat v Penyuluhan/sosialiasasi Hutan Dokumen Rakyat Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu orang-orang yang berkompeten dan terlibat langsung dalam upaya pelestarian hutan rakyat di desa Karangrejo, terdiri dari 25 orang masyarakat yaitu perngkat desa, Tokoh Masyarakat, Kelompok Tani Murababi (Pengurus dan Anggota) seta masyarakat di luar Kelompok Tani dan 4 orang dari instansi terkait seperti Dinas Kehutanan serta Pusat Kajian Hutan Rakyat Universitas Gadjah Mada (PKHR UGM) Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan wawancara. Data sekunder yang diperoleh dari dokumen, laporan kegiatan, peraturan, dan dokumentasi. Data data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode kualitatif. 3. HASIL DAN DISKUSI 3.1. Deskripsi Wilayah Penelitian Desa Karangrejo berada di kecamatan Loano Kabupaten Purworejo dan lokasinya berbatasan langsung dengan sungai Bogowonto di sebelah Barat. Desa Karangrejo beriklim tropis dengan 2 (dua) musim di sepanjang tahun yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Suhu rata-rata 28 C - 32 C pada siang hari, sedangkan pada malam hari suhu akan turun mencapai 20 C. Suhu terdingin dapat dirasakan pada bulan Juli- September. Desa Karangrejo berada pada ketinggian 150 mdpl dengan topogarfi desa terdiri dari dataran rendah dan perbukitan dengan tingkat kemiringan 0-30. Dataran rendah digunakan untuk lahan pertanian sawah, sedangkan perbukitan untuk tegalan dan hutan. Luas desa Karangrejo mencapai 502,573 ha yang terdiri dari 77 ha sawah, 12 ha pekarangan/tegalan, 22,68 ha pemukiman, 171 hutan rakyat dan sisanya areal penggunaan lainnya. Penduduk desa Karangrejo berjumlah 1.854 orang terbagi menjadi 448 KK. Mayoritas warga bermata pencaharian sebagai petani yaitu 392 KK. Sedangkan lainnya bekerja sebagai buruh, pegawai/tni/polri, pedagang dan swasta. Masyarakat desa Karangrejo mengenyam pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi (pasca sarjana). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah masyarakat yang lulus Sekolah Dasar sebesar 35,2% ; lulus SMP sebesar 26,3%, lulus SMA sebesar 16% dan Sarjana/Pascasarjana sebesar 2,1%, sedangkan lainnya tidak atau belum sekolah. Masyarakat desa Karangrejo mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan menggantungkan hidupnya pada hasil-hasil pertanian khususnya pada (sawah) dan sebagian besar warga berpendidikan SD dan 94

SMP. Meskipun memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah namun masyarakat memiliki kepedulian terhadap sumber daya alam desanya, salah satunya hutan rakyat yang mereka bangun secara swadaya. Kepedulian terhadap sumber daya alam ini tertuang dalam visi dan misi masyarakat desa Karangrejo sebagai berikut : Visi masyarakat desa Karangrejo : Peningkatan sumber daya manusia dan pengelolaan sumber daya alam secara optimal menuju terciptanya masyarakat yang sejahtera. Misi Masyarakat desa Karangrejo : 1. Menciptakan lingkungan yang asri dan bermanfaat. 2. Membentuk kelompok-kelompok tani (kelompok induk) 3. Melestarikan hutan rakyat dengan tidak melakukan penebangan secara liar 4. Adanya pendampingan dan kemitraan dengan pihak luar : Instansi/Dinas Terkait, LSM, Penyuluh Kehutanan, Swadaya Masyarakat, Dunia Usaha, dan Perguruan Tinggi Keberhasilan dalam melestarian sumber daya alam khususnya hutan rakyat mendapat apresiasi dan penghargaan dari pemerintah, melihat prestasi yang telah dicapai dengan memenangkan berbagai perlombaan tentang Hutan Rakyat maupun Penghijauan Lingkungan. Hutan rakyat desa Karangrejo dikembangkan masyarakat secara swadaya dan saat ini luasnya mencapai 171 ha. Hutan rakyat tersebut memiliki struktur yang komplek, dengan kondisi tegakan yang rapat menyebabkan terbentuknya lapisan atau strata hutan yang lengkap. Lapisan kanopi menduduki lapisan tertinggi yang didominasi oleh jenis mahoni dan jenis lainnya seperti Jati, Sengon, Durian, Kelapa, bambu, petai, sonokeling, dan melinjo dengan ketinggian pohon lebih dari 10 meter. Di samping menanam pepohonan, masyarakat juga menanam nanas, singkong, umbi-umbian dan tanaman empon-empon untuk memanfaatkan ruang di bawah tegakan. Tanaman empon-empon yang dibudidayakan antara lain kapulaga, temu lawak, kunyit, dan temu giring. 3.2. Persepsi Masyarakat tentang Hutan Rakyat Persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama (Rakhmat,2003) Persepsi masyarakat tentang hutan rakyat dapat diketahui melalui bagaimana pengetahuan mereka tentang hutan dan fungsi hutan tersebut bagi kehidupan mereka. Dari 25 informan masyarakat desa Karangrejo 88% mengetahui tentang hutan rakyat dan hanya 12% yang tidak tahu. Hutan rakyat menurut pengetahun masyarakat yaitu hutan yang didirikan oleh masyarakat secara swadaya atau hutan yang dimiliki masyarakat dan dikembangkan sendiri atau ditanami sendiri oleh mereka. Masyarakat secara sengaja melakukan penanaman pohon pada lahan miliki dan di sela-sela tanaman pohon tersebut mereka juga menanam tanaman lain seperti empon-empon dan bahan pangan seperti singkong. Namun mereka belum sepenuhnya menyadari bahwa kegiatan tersebut adalah merupakan hutan rakyat dengan sistem campuran atau yang mereka kenal dengan sistem tumpang sari Pengetahun tentang hutan rakyat mereka dapat dari kegiatan penyuluhan oleh instansi pemerintah atau penyuluh kehutanan yaitu 68 % dan dari pengurus kelompok tani 32 %. Secara umum hutan rakyat bagi masyarakat berfungsi sebagai penahan erosi dan menyediakan sumber mata air, di samping fungsi ekonomi dan sosial. Hutan rakyat menurut masyarakat Desa Karangrejo memiliki fungi-fungsi seperti pada tabel berikut : Tabel 3. Fungsi Hutan Rakyat Menurut Masyarakat Desa Karangrejo No Fungsi Uraian fungsi Jumlah (%) 1 Ekologi - Mengatasi lahan kritis - Sumber mata air - Mencegah bencana banjir - Mencegah longsor - Konservasi/menahan erosi 36 36 16 2 Ekonomi - Pendapatan Masyarakat - Kesempatan Berusaha - Tabungan/Investasi - Mencukupi kebutuhan sendiri 3 Sosial - Membuka lapangan kerja - Kerjasama dengan pihak lain 96 92 64 12 80 95

- Ekowisata - Hutan Percontohan 32 4 Sumber data : Analisis data primer Keberadaan hutan rakyat di desa Karangrejo menurut masyarakat secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Berdasarkan analisis data primer, 88% informan menganggap hutan rakyat telah berfungsi dan keberadaannya sangat bermanfaat dalam mendukungkehidupan mereka. Hal ini dikarenakan 1) Masyarakat melihat fakta pada lahan-lahan mereka yang dulunya kritis, gersang, gundul dan tandus telah berubah menjadi hijau ; 2) Dengan dikembangkannya hutan rakyat masyarakat tidak kesulitan air bersih terutama pada musim kemarau, sehingga fungsi hutan dalam menjamin ketersediaan air sudah dapat dirasakan mereka.3) Kebutuhan masyarakat akan kayu baik sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan bahan kerajinan untuk perabotan rumah tangga juga tercukupi.dan 4) Sebagian besar masyarakat menganggap hutan rakyat sudah berfungsi karena sudah terbukti bahwa hutan rakyat desa Karangrejo sering mendapat penghargaan dan menjadi juara lomba penghijauan baik tingkat kabupaten Purworejo maupun provinsi Jawa Tengah. Namun ada warga masyarakat yang menganggap hutan rakyat belum dapat berfungsi secara optimal yaitu (12%) dari informan yang terdiri dari pengurus kelompok tani dan masyarakat di luar kelompok tani, hal ini dikarenakan hutan rakyat tersebut belum dapat berdampak besar dalam mendukung kesejahteraan masyarakat serta masih adanya penebangan dini. 3.3. Persepsi Masyarakat tentang Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Pengelolaan hutan rakyat yang menyangkut peraturan dan perundang-undangannya yaitu khususnya Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Di dalam UU pasal 1 tersebut menyatakan bahwa hutan hak (lebih dikenal dengan hutan rakyat) adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Lebih dari separuh informan (56%) mengetahui UU tersebut dan selebihnya tidak tahu. Masyarakat mengetahui UU tersebut melalui penyuluhan, media massa, pengurus kelompok tani maupun pelatihan-pelatihan yang dilakukan instansi kehutanan dan pihak universitas. Penyuluhan dilakukan Penyuluh Kehutanan serta PKSM (Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat) yang terdiri dari Kepala Desa, Kelompok Tani di desa Karangrejo. Penyuluhan dilakukan selapanan ( 35 hari) sekali. Informan mengakui bahwa kegiatan penyuluhan tentang hutan rakyat tersebut sangat bermanfaat, penting untuk diketahui masyarakat, dan relevan dengan kegiatn hutan rakyat yang mereka kembangkan. Dengan kegiatan penyuluhan ini maka masyarakat menjadi lebih memahami arti penting keberadaan hutan rakyat di desanya. Materi dari penyuluhan selain mengenai peraturan tentang hutan rakyat diantaranya yaitu tentang pembibitan, manfaat hutan rakyat, pentingnya ketersediaan air, pelestarian hutan dan konservasi. 3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Rakyat Persepsi masyarakat menurut Rakhmat (2003) dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebaruan, perulangan) dan internal (minat, kondisi biologis, dan kebiasaan) Persepsi masyarakat desa Karangrejo mengenai hutan rakyat dan kebijakan pengelolaan hutan rakyat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya 1) Pendidikan masyarakat yang relatif rendah yaitu sebagian besar hanya mengenyam Sekolah Dasar /SD dan Sekolah Menengah Pertama/SMP sebesar 61,5%. Hal ini mempengaruhi proses penerimaan masyarakat terhadap informasi sehingga wawasan pengetahuan mereka terbatas serta mempengaruhi proses penyuluhan dan pembinaan dari Penyuluh Kehutanan setempat dalam memahami materi yang diberikan. Dari hasil wawancara dengan penyuluh, masyarakat tidak dapat memahami secara langsung materi, dan penyuluh harus mengulangi sampai beberapa kali.2) Pengetahuan yang diperoleh secara turun temurun, khususnya berkaitan dengan pelestarian hutan rakyat. Masyarakat memandang bahwa hutan perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak terjadi bencana longsor dan kekeringan. 3) Sebagian besar masyarakat (87,5%) bermata pencaharian sebagai petani sehingga ketergantungan terhadap lahan dan ketersediaan air sangat tinggi. Hutan diperlukan agar air tetap ada meskipun pada musim kemarau dan mereka dapat terus mengolah lahannya sehingga dapat berproduksi. 4. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : a) Masyarakat desa Karangrejo memiliki persepsi bahwa hutan rakyat yang mereka miliki dan kelola harus tetap dijaga dan dilestarikan, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pelestarian hutan rakyat tersebut dimaksudkan agar dapat berfungsi optimal menyangkut aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. b) Persepsi masyarakat dpenagruhi oleh tingkat pendidikan, pengetahuan yang diperoleh secara turun temurun, serta mata pencaharian masyarakat sebagai petani. 96

5. REFERENSI Andayani, Wahyu. 1995. Hutan Rakyat dan Peranannya dalam Pembangunan Daerah. Majalah Kehutanan Indonesia. No.6.p: 32-46.. Jariyah, Nur Ainun dan Wahyuningrum, Nining, 2008. Karakteristik Hutan Rakyat di Jawa. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol % No. 1, Maret 2008 hal.43-56 Paimin, Sukresno, Purwanto. 2006. Sidik Cepat Degradasi Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS). Bogor: Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. PKHR UGM, 2005. Hasil survei Pengelolaan HR di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo, Rekam proses workshop pembangun visi bersama dalam pengelolaan Hutan Rakyat Rakhmat, Jalalludin, 2003. Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung Suparmoko, Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Penerbit BPFE YOGYAKARTA, 1997 Yogyakarta Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 97