BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, masalah gizi kurang masih banyak ditemukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, Nama Klub Tempat Latihan Jumlah Anggota

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

KEPADATAN TULANG, AKTIVITAS FISIK & KONSUMSI MAKANAN BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6 12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi merupakan jaringan keras pada rongga mulut yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh. Media masa sangat mudah mempengaruhi cara berpikir dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE KABUPATEN CIANJUR, TAHUN 2010 SKRIPSI

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. lalu. Di negara Swiss terdapat lukisan pada tahun 1850 yang memperlihatkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sesuai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yaitu 373 per

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terhambat dan menyebabkan rickets, sedangkan kekurangan. kalsium pada kelompok dewasa akan menyebabkan Osteoporosis yaitu

UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Apa itu Kalsium (Ca)?

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Unit Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Anak Balita

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

Transkripsi:

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar 99 persen total kalsium ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidoksiapatit, hanya sebagian kecil dalam plasma cairan ekstravaskuler (Almatsier, 2000). Kekurangan kalsium dapat meningkatkan risiko osteoporosis pada orang dewasa yaitu gangguan yang menyebabkan penurunan secara bertahap jumlah dan kekuatan jaringan tulang. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya demineralisasi yaitu tubuh yang kekurangan kalsium akan mengambil simpanan kalsium yang ada pada tulang dan gigi. Pada masa pertumbuhan, kekurangan kalsium dapat menyebabkan pengurangan pada massa dan kekerasan tulang yang sedang dibentuk (WNPG, 2004) Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah, karena kekurangan kalsium (www.depkes.go.id). Osteoporosis akan meningkatkan risiko patah tulang yang dapat melumpuhkan dan menurunkan kualitas hidup serta dapat menyebabkan kematian (Handayani, 2007). Risiko osteoporosis ditentukan oleh puncak massa tulang (peak bone mass) yang dicapai pada masa pertumbuhan. Puncak massa tulang menentukan massa tulang pada usia tua. Dengan kata lain untuk menjamin tersedianya massa tulang di usia tua, tergantung pada puncak massa tulang di masa pertumbuhan (Gibson, 2005). Kalsium, bersama fosfor, terutama berperan untuk memperkuat tulang dan gigi agar tidak mudah patah dan rusak. Konsumsi kalsium yang cukup pada masa pertumbuhan dapat menjaga kekuatan tulang pada masa tua nanti (Cox, 2002). Masa remaja merupakan masa yang baik untuk memaksimalkan kepadatan tulang karena pada masa ini terjadi lebih banyak pembentukan massa tulang daripada resorpsi yaitu sekitar 45% atau lebih (Nicklas, 2003). Penyimpanan kalsium juga empat kali lebih banyak pada masa remaja daripada masa anak-anak dan masa dewasa (Brown, 2005). Finn (1998) menyatakan bahwa, sekitar 91% volume tulang orang dewasa dibentuk pada usia 17 tahun

16 (Novotny et al., 1998). Pada masa remaja penyerapan kalsium dari makanan mencapai 75%. Lalu menurun hingga 20-40% begitu menginjak dewasa. Oleh karena itu sangat penting untuk mengoptimalkan konsumsi kalsium pada masa remaja. Sumber kalsium terbaik terdapat pada makanan. Bahan-bahan makanan sumber kalsium harus dikonsumsi setiap hari untuk mencukupi kebutuhan kalsium harian. Meskipun begitu, para remaja didunia pada umumnya kurang asupan kalsium. Penelitian Storey (2004) di Amerika rata-rata konsumsi kalsium remaja hanya 704-1022 mg/hari dari 1300 mg/hari yang dianjurkan (Mason, 2002). Pada beberapa penelitian tentang asupan kalsium yang dilakukan pada beberapa etnis di dunia, etnis Asia selalu menjadi yang terendah jika dibandingkan dengan etnis lain. Boot, et al (1997) menyatakan bahwa konsumsi kalsium etnis Asia lebih rendah yaitu 759 mg/hari daripada etnis Kaukasia yaitu 1180 mg/hari. Novotny et al (2003) juga melaporkan hal yang sama. Asupan kalsium orang Asia menjadi yang paling rendah yaitu 868 mg/hari jika dibandingkan dengan orang kulit putih (1180 mg/hari) dan Hispanik (896 mg/hari). Begitu pula halnya dengan asupan kalsium di Indonesia. Kecukupan kalsium pada remaja di Indonesia yaitu 1000 mg/hari (AKG Indonesia, 2006). Namun yang terjadi adalah rata-rata konsumsi kalsium hanya 240 mg/hari (www.pdpersi.co.id, 2006). Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium pada remaja di SMU Negeri Kota Bogor adalah 526, 9 mg per hari. Angka rata-rata ini kelihatannya tinggi karena ada outliers yaitu mereka yang mengkonsumsi suplemen kalsium, jika dihitung tanpa outliers maka angkanya jauh lebih rendah yaitu 394,7 mg per hari. Penelitian Fikawati, Syafiq, Puspasari (2005) pada remaja di Bandung juga menyebutkan bahwa rata-rata kecukupan kalsium masih kurang, yaitu 517 mg/hari. Rendahnya konsumsi kalsium pada remaja dipengaruhi oleh perilaku makan. Perilaku makan merupakan gaya hidup yang dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan dan personal. Lingkungan sekolah mempengaruhi konsumsi kalsium pada remaja karena remaja banyak menghabiskan waktu disekolah. Nutrisi yang baik harus disediakan di lingkungan sekolah guna mengimbangi padatnya kegiatan remaja. Penyediaan makanan disekolah menjadi bagian yang

17 tak terpisahkan dalam memenuhi konsumsi kalsium remaja (Brown, 2005). Teman juga berpengaruh terhadap konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam memilih makanan namun semakin besar pula pengaruh teman sebaya (peer group) dalam memilih makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih memilih makanan yang populer yang rendah kalsium daripada makanan yang sehat kaya kalsium (Miller, et al., 2001). Pengetahuan juga dapat mempengaruhi konsumsi kalsium pada remaja. Harel et al. (1998) menyatakan bahwa mereka yang mengetahui pentingnya kalsium, mengkonsumsi kalsium lebih banyak daripada mereka yang tidak mengetahui pentingnya kalsium. Faktor sosial-ekonomi juga mempengaruhi asupan kalsium pada remaja. Tingkat sosial ekonomi tinggi mempengaruhi keragaman jenis makanan/minuman sumber kalsium daripada remaja dengan status sosial-ekonomi rendah. Sumber utama kalsium untuk masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi tinggi (kaya) adalah susu dan hasil olahnya yang mengandung sekitar 1150 mg kalsium per liter. Sumber lain kalsium adalah sayuran hijau, kacang-kacangan dan ikan yang dikalengkan (WNPG, 2004). Berdasarkan penelitian Sulistia (2007), ragam jenis makanan sumber kalsium selain susu harus diperkenalkan dan dibiasakan pada suatu masyarakat agar kebutuhan kalsium dapat terpenuhi terutama jenis makanan yang mudah ditemukan pada daerah tersebut. Masih rendahnya asupan kalsium pada remaja dan mahalnya harga susu, membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran dan faktorfaktor yang berhubungan dengan konsumsi bahan makanan sumber kalsium selain susu dan hasil hasil olahnya pada remaja. Penelitian dilakukan pada remaja siswa-siswi SMP Negeri 201 di wilayah Jakarta Barat pada tahun 2009. SMP ini dipilih untuk mewakili status ekonomi menengah ke bawah. Remaja SMP dipilih dengan alasan remaja SMP cenderung memiliki perilaku makan yang labil, karena selain dipengaruhi keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh pada masa ini akan sangat menentukan perilaku makan remaja selanjutnya. Sehingga apabila pada hasil penelitian ini ternyata konsumsi kalsium remaja masih rendah maka remaja masih dapat memperbaiki konsumsi kalsiumnya pada masa remaja SMA yang di mana remaja sudah lebih mantap dalam berperilaku makan, sebelum tulang mencapai peak bone mass. Dengan demikian remaja masih dapat terhindar dari ancaman osteoporosis.

18 1.2. Rumusan Masalah Pada masa pertumbuhan, dibutuhkan konsumsi kalsium yang adekuat untuk mencapai puncak tulang sehingga pada masa tua, tulang tidak hilang kepadatannya. Masa remaja merupakan masa yang baik untuk memaksimalkan kepadatan tulang. Karena pada masa ini lebih banyak terjadi pembentukan massa tulang, penyimpanan kalsium, dan penyerapan kalsium dari makanan daripada masa anak-anak dan dewasa. Kurang konsumsi kalsium pada masa remaja dipengaruhi oleh perilaku makan remaja, yang secara langsung dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan keluarga, teman, sekolah, dan sebagainya. Masih rendahnya konsumsi kalsium pada remaja membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran konsumsi kalsium pada remaja dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat pada tahun 2009. SMP ini dipilih untuk mewakili status sosial ekonomi menengah ke bawah. Remaja SMP dipilih dengan alasan remaja SMP cenderung memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh pada masa ini akan sangat menentukan perilaku makan remaja selanjutnya. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran karakteristik remaja (jenis kelamin dan pengetahuan kalsium) di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 2. Bagaimana gambaran sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga) remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 3. Bagaimana gambaran kebiasaan jajan di sekolah pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 4. Bagaimana gambaran pengaruh peer group pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 5. Bagaimana gambaran konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009.

19 6. Apakah ada hubungan antara karakteristik remaja (jenis kelamin dan pengetahuan kalsium) dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 7. Apakah ada hubungan antara sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang tua) dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 8. Apakah ada hubungan antara kebiasaan jajan di sekolah dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 9. Apakah ada hubungan antara pengaruh peer group dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat tahun 2009. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran konsumsi kalsium dan faktor faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran karakteristik remaja (jenis kelamin dan pengetahuan kalsium) di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 2. Mengetahui gambaran sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang tua) pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 3. Mengetahui gambaran kebiasaan jajan di sekolah pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 4. Mengetahui gambaran pengaruh peer group pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 5. Mengetahui gambaran konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta BaratTahun 2009. 6. Mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik remaja (jenis kelamin dan pengetahuan kalsium) dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009.

20 7. Mengetahui hubungan antara sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang tua) dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 8. Mengetahui hubungan antara kebiasaan jajan di sekolah dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 9. Mengetahui hubungan antara pengaruh peer group dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi dan masukan yang berharga dalam menetapkan peraturan/kebijakan di sekolah dan kantin sekolah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konsumsi kalsium pada remaja. 1.5.2. Bagi Remaja Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemandirian remaja dalam memilih makanan dan minuman kaya kalsium. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan konsumsi kalsium pada remaja di hari tua nanti. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi kalsium dan faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei Juni tahun 2009 dengan objek penelitiannya adalah remaja di SMP Negeri 201 berdasarkan status sosial ekonomi menengah ke bawah. Dasar penelitian ini yaitu karena masih rendahnya konsumsi kalsium di Indonesia dan karena kebutuhan kalsium paling penting pada remaja untuk mencegah terjadinya osteoporosis di usia lanjut. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross-sectional, dengan melakukan pengumpulan data variabel dependen dan independen secara bersamaan.