BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Umum Jig dan Fixture

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IX JENIS DAN FUNGSI JIG DAN FIXTURE

BAB IX JIG DAN FIXTURE

JIG DAN FIXTURE. Jig dan fixture adalah alat pemegang benda kerja produksi yang digunakan dalam rangka membuat penggandaan komponen secara akurat.

Jig and Fixture FIXTURE)

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGENG APRIANTO NIM : D

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

B A B I I LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pandangan Umum terhadap Mesin Uji Tarik

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017

PERENCANAAN ALAT PENEPAT UNTUK PROSES PENGEBORAN PADA RUMAH ENGKOL RANJANG RUMAH SAKIT TIPE SM 9014 BP LAPORAN AKHIR

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

MESIN BOR. Gambar Chamfer

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PENCEKAMAN UNTUK MESIN MORTISER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN FIXTURE PROSES GURDI UNTUK PRODUKSI KOMPONEN BRAKE PADS

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MODIFIKASI MODULAR FIXTURE UNTUK PROSES MILLING

APLIKASI MODULAR FIXTURE PADA MESIN FREIS

BAB III RANCANGAN MODIFIKASI KONSTRUKSI

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PENCEKAMAN UNTUK MESIN MORTISER

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR


BAB III TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL

Mesin Perkakas Konvensional

Rancang Bangun Jig Drilling Sebagai Solusi Pembuatan Lubang Chassis Minitruk yang Diproduksi SMK Muhammadiyah 3 Kartasura

BAB 18. Studi Desain 1-Drill Jig. Studi Kasus

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB 19. Desain Studi II-Milling Fixtures. terlihat jelas pada fixture yang ditunjukkan pada Gambar Dasar fixture terpasang

TI-2121: Proses Manufaktur

TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT

PROSES PRODUKSI. Jenis-Jenis Mesin Bubut

LAPORAN AKHIR PERANCANGAN ALAT PENEPAT MATA BOR Ø6, Ø8, Ø10, Ø12 PADA BENDA SILINDER

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB II Landasan Teori

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

BAB III METODOLOGI. Modular fixture ini meaipkan alat bantu yang digunakan untuk memegang benda

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING

RANCANG BANGUN JIG PENYAMBUNG PIPA MULTIDIMENSI

Disusun Oleh : AGENG APRIANTO NIM : D

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ALAT BANTU PEGANG FLEKSIBEL UNTUK PROSES PENGGERINDAAN INTISARI

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Mesin Frais/Milling

LAPORAN AKHIR RANCANG BANGUN ALAT BANTU PENGEBORAN BENDA MELINGKAR ( PROSES PEMBUATAN )

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

PROSES PEMESINAN FRONT AXLE TYPE TD STD FE7. Nama : Ismail nur Dwianto NPM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Irwansyah, ST., MT.

PERANCANGAN MODULAR FIXTURE UNTUK PROSES FREIS, MILLING DAN SEKRAP

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Produk Front Engine Mounting Mobil Suzuki Baleno

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

PROSES PRODUKSI ELBOW TYPE W04D-TP, TR PADA MOBIL HINO DI PT. TJOKRO BERSAUDARA KOMPONENINDO

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

PROSES PEMESINAN. Learning Outcomes. Outline Materi. Proses pada Bendakerja KLASIFIKASI PROSES PEMESINAN

BAB III Mesin Milling I

PERANCANGAN ANGLE GRINDING JIG UNTUK MEMBANTU PROSES PERBAIKAN WEDGEBLOCK MOLD DI MESIN SURFACE GRINDING

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PELUBANG PLAT DESIGN OF DRILLING JIG FOR PLAT

PEMBUATAN MEKANISME SIMULATOR MESIN PEMBUAT RODA GIGI LURUS (RACK GENERATION) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar perancangan jig dan fixture yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dihadapi. 2.1 Pengertian Umum Jig dan Fixture Menurut Edgard G. Hoffman (1996), jig dan fixture merupakan alat bantu produksi yang digunakan pada proses manufaktur, sehingga dihasilkan duplikasi part yang akurat. Jig dan fixture biasanya dibuat secara khusus sebagai alat bantu proses produksi untuk mempermudah dalam penyetingan material yang menjamin keseragaman bentuk dan ukuran produk dalam jumlah banyak (mass product) serta untuk mempersingkat waktu produksi. Jig didefinisikan sebagai piranti/peralatan khusus yang memegang, menyangga atau ditempatkan pada komponen yang akan dimesin. Alat bantu produksi yang dibuat tidak hanya menempatkan dan memegang benda kerja tetapi juga mengarahkan alat potong ketika operasi berjalan. Jig biasanya dilengkapi dengan bushing baja keras untuk mengarahkan mata gurdi/bor (drill) atau perkakas potong lainnya. Pada dasarnya, jig yang kecil tidak dibaut atau dipasang pada meja kempa gurdi (drill press table). Namun untuk diameter penggurdian diatas 0,25 inchi, jig biasanya perlu dipasang dengan kencang pada meja. Fixture adalah peralatan produksi yang menempatkan, memegang dan menyangga benda kerja secara kuat sehingga pekerjaan pemesinan yang diperlukan bisa dilakukan. Blok ukur atau feeler gauge digunakan pada fixture untuk referensi atau setelan alat potong ke benda kerja. Fixture harus dipasang tetap ke meja mesin dimana benda kerja diletakkan. Keduanya memegang benda kerja. Tetapi jig mengarahkan alat potong ketika operasi berjalan, sedangkan fixture tidak. Fixture dibuat lebih kuat dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi. 5

BAB II DASAR TEORI a. Size Jig biasanya ringan dalam ukuran, dan tidak selalu tetap pada meja mesin. Hal ini karena jig harus bergerak mengarahkan alat potong, tidak seperti fixture yang dijepit pada meja. Selain itu perlengkapan yang cukup besar dalam konstruksi dan membantu menahan pada posisinya. Fixture dipatenkan pada meja adalah untuk memastikan benda kerja tidak bergerak saat mesin mulai beroperasi. b. Application Fixture diterapkan pada aplikasi yang lebih luas dibandingkan dengan jig. Beberapa contoh fixture secara umum diantaranya lathe fixture, milling fixture, grinding fixture dan sawing fixture. Fixture juga dapat dimanfaatkan dalam operasi setiap mesin yang menuntut hubungan yang tepat antara posisi alat terhadap benda kerja. c. Accuracy Perbedaan jig dan fixture juga terletak pada akurasi. Jig lebih akurat dibandingkan fixture. Jig biasanya digunakan pada pembuatan part yang lebih rumit baik dari segi ukuran dan proses pengerjaan dalam proses produksi, sehingga bisa mendekati bahkan mencapai tujuan yang diinginkan. Keduanya membantu dalam mengontrol biaya dan kualitas, artinya dengan menggunakan jig dan fixture bisa membantu untuk menghemat tenaga kerja secara efektif. 2.2 Pertimbangan Penggunaan Jig dan Fixture Berikut merupakan pertimbangan dalam penggunaan jig dan fixture 2.2.1 Aspek Teknis / Fungsi: 1. Mendapatkan kepresisian/ketepatan dalam ukuran 2. Membantu untuk menghemat tenaga kerja secara efektif 2.2.2 Aspek Ekonomi: 1. Mengurangi biaya produksi dengan memperpendek waktu proses 3. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat atau mesin 4. Optimalisasi mesin yang kurang teliti 6

BAB II DASAR TEORI 5. Mengurangi waktu inspeksi dan alat ukur 6. Meniadakan kesalahan pengerjaan (reject) 2.3 Jenis - Jenis Jig Jig adalah peralatan khusus yang berfungsi untuk menahan dan menopang benda kerja yang akan mengalami proses pemesinan. Jig dibagi atas 2 kelas: jig gurdi dan jig bor. Jig bor digunakan untuk mengebor lubang yang besar untuk digurdi atau ukurannya yang rumit (gambar 2.2). Jig gurdi digunakan untuk menggurdi (drilling), meluaskan lobang (reaming), mengetap, chamfer, counterbore, reverse spotface atau reverse countersink (gambar 2.3). Jig dasar umumnya hampir sama untuk setiap operasi pemesinan, perbedaannya hanya dalam ukuran dan bushing yang digunakan. Gambar 2.1 Referensi alat bantu dengan benda kerja Gambar 2.2 Jig bor 7

BAB II DASAR TEORI Jig gurdi bisa dibagi atas 2 tipe umum yaitu tipe terbuka dan tipe tertutup. Jig terbuka adalah untuk operasi sederhana dimana benda kerja dimesin hanya pada satu sisi. Jig tertutup atau kotak digunakan untuk komponen yang dimesin lebih dari satu sisi. Gambar 2.3 Operasi umum jig gurdi Template jig adalah jig yang digunakan untuk keperluan akurasi. Jig tipe ini terpasang di atas, pada atau di dalam benda kerja dan tidak diklem (gambar 2.4). Template bentuknya paling sederhana dan tidak mahal. Jig jenis ini bisa mempunyai bushing atau tidak. Gambar 2.4 Template jig Plate jig sejenis dengan template, perbedaannya hanya jig jenis ini mempunyai klem untuk memegang benda kerja. (gambar 2.5). 8

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.5 Plate jig Plate jig kadang-kadang dilengkapi dengan kaki untuk menaikkan benda kerja dari meja terutama untuk benda kerja yang besar. Jig jenis ini disebut jig table (gambar 2.7). Sandwich jig adalah bentuk plate jig dengan pelat bawah. Jig jenis ini ideal untuk komponen yang tipis atau lunak yang mungkin bengkok atau terlipat pada jig jenis lain (gambar 2.6). Gambar 2.6 Sandwich jig Angle plate jig (pelat sudut) digunakan untuk memegang komponen yang dimesin pada sudut tegak lurus terhadap mounting locator (dudukan lokator) yaitu dudukan untuk alat penepatan posisi benda kerja. Gambar 2.8 adalah jig jenis ini. Modifikasi jig jenis ini dimana sudut pegangnya bisa selain 90 derajat disebut jig pelat sudut modifikasi dan diperlihatkan oleh gambar 2.9. 9

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.7 Table jig Gambar 2.8 Angle plate jig modifikasi Gambar 2.9 Angle plate jig Jig kotak atau tumble jig, biasanya mengelilingi komponen (gambar 2.10). Jig jenis ini memungkinkan komponen dimesin pada setiap permukaan tanpa memposisikan ulang benda kerja pada jig. Gambar 2.10 Tumble jig 10

BAB II DASAR TEORI Channel jig adalah bentuk paling sederhana dari jig kotak (gambar 2.11). Komponen dipegang diantara dua sisi dan dimesin dari sisi ketiga. Gambar 2.11 Channel jig Jig daun (leaf) adalah jig kotak dengan engsel daun untuk kemudahan pemuatan dan pelepasan (gambar 2.12). Jig daun biasanya lebih kecil dari jig kotak. Gambar 2.12 Jig daun Indexing jig digunakan untuk meluaskan lubang atau daerah yang dimesin lainnya disekeliling komponen (gambar 2.13). Untuk melakukan ini, jig menggunakan komponen sendiri atau pelat referensi dan sebuah plunger. Indexing jig yang besar disebut juga rotary jig. 11

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.13 Indexing jig Trunnion jig adalah jenis rotary jig untuk komponen yang besar atau bentuknya rumit (gambar 2.14). Komponen pertama-tama diletakkan di dalam kotak pembawa dan kemudian dipasang pada trunnion. Gambar 2.14 Trunnion jig Jig pompa adalah jig komersial yang mesti disesuaikan oleh pengguna (gambar 2.15). Pelat yang diaktifkan oleh tuas membuat alat ini bisa memasang dan membongkar benda kerja dengan cepat. Gambar 2.15 Jig pompa 12

BAB II DASAR TEORI Multistation jig mempunyai bentuk seperti gambar 2.16. Ciri utama jig ini adalah cara menempatkan benda kerja. Ketika satu bagian menggurdi, bagian lain meluaskan lubang (reaming), dan bagian ketiga melakukan pekerjaan counterbore. Station akhir digunakan untuk melepaskan komponen yang sudah selesai dan mengambil komponen yang baru. Gambar 2.16 Multistation jig 2.4 Jenis - Jenis Fixture Fixture adalah peralatan yang berfungsi untuk menahan benda kerja dan mendukung pekerjaan sehinggga operasi pemesinan dapat dilakukan. Jenis fixture dibedakan terutama oleh bagaimana alat bantu ini dibuat. Perbedaan utama dengan jig adalah beratnya. Fixture dibuat lebih kuat dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi. Plate fixture adalah bentuk paling sederhana dari fixture (gambar 2.17). Fixture dasar dibuat dari pelat datar yang mempunyai variasi klem dan lokator untuk memegang dan memposisikan benda kerja. Konstruksi fixture ini sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir semua proses pemesinan. 13

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.17 Plate fixture Angle plate fixture adalah variasi dari fixture pelat (gambar 2.18). Dengan fixture jenis ini biasanya dimesin pada sudut tegak lurus terhadap lokatornya. Jika sudutnya selain 90 derajat, fixture pelat sudut yang dimodifikasi bisa digunakan (gambar 2.19). Gambar 2.18 Angle plate fixture Gambar 2.19 Angle plate fixture modifikasi 14

BAB II DASAR TEORI Vise-jaw fixture digunakan untuk pemesinan komponen kecil (gambar 2.20). Dengan alat ini, vise jaw standar digantikan dengan jaw yang dibentuk sesuai dengan bentuk komponen. Gambar 2.20 Vise-jaw fixture Indexing fixture mempunyai bentuk yang hampir sama dengan indexing jig (gambar 21). Fixture jenis ini digunakan untuk pemesinan komponen yang mempunyai detil pemesinan untuk rongga yang detil. Gambar 22 adalah contoh komponen yang menggunakan fixture jenis ini. Gambar 2.21 Indexing fixture Multistation fixture adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi, volume produksi tinggi dimana siklus pemesinan kontinyu. 15

BAB II DASAR TEORI Duplex fixture adalah jenis paling sederhana dari jenis ini dimana hanya ada dua stasiun (gambar 2.23). Mesin tersebut bisa memasang dan melepaskan benda kerja ketika pekerjaan pemesinan berjalan. Misal, ketika pekerjaan pemesinan selesai pada stasiun 1, perkakas berputar dan siklus diulang pada stasiun 2. Pada saat yang sama benda kerja dilepaskan pada stasiun 1 dan benda kerja yang baru dipasang. Gambar 2.22 Duplex fixture Profiling fixture digunakan mengarahkan perkakas untuk pemesinan kontur yang tidak terjangkau atau tidak bisa dilakukan oleh mesin. Kontur bisa internal atau eksternal. Gambar 2.23 memperlihatkan bagaimana nok/cam secara akurat memotong dengan tetap menjaga kontak antara fixture dan bantalan pada pisau potong frais. Gambar 2.23 Profiling fixture 16

BAB II DASAR TEORI Fixture biasanya diklasifikasikan berdasarkan tipe mesin yang menggunakannya. Misal, fixture yang digunakan pada mesin milling disebut fixture milling. Fixture bisa juga diklasifikasikan dengan subklasifikasi. Misal, jika pekerjaan yang dilakukan adalah milling, maka fixture disebut straddle milling fixture. Berikut ini adalah daftar operasi produksi yang menggunakan fixture: 1.Assembling 8.Boring 15.Broaching 2.Drilling 9.Forming 16.Gauging 3.Grinding 10.Heat treating 17.Honing 4.Inspecting 11.Lapping 18.Milling 5.Planning 12.Sawing 19.Shaping 6.Stamping 13.Tapping 20.Testing 7.Turning 14.Welding 2.5 Prinsip Rancangan Jig dan Fixture Rong dan Zhu (1999), menyatakan bahwa sebuah benda kerja terdiri dari beberapa permukaan bidang (surface). Pada penggunaan sebuah fixture, proses penempatan (locating) adalah proses penempatan beberapa permukaan benda kerja hingga bersentuhan dengan lokator-lokator yang kemudian dilanjutkan dengan proses pencekaman (clamping) benda kerja sehingga benda kerja stabil selama proses pemesinan. Permukaanpermukaan benda kerja yang bersentuhan dengan lokator tersebut disebut dengan locating surface. Pada sebuah benda terdapat 6 derajat kebebasan (degree of freedom) pergerakan, yaitu pergerakan linear searah atau berlawanan arah dengan sumbu X,Y dan Z, serta pergerakan rotasi terhadap sumbu X,Y dan Z searah atau berlawanan dengan jarum jam. 17

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.24 6 derajat kebebasan Rong dan Zhu (1999), menyatakan bahwa pada masing-masing titik kontak dipasang lokator yang akan menahan pergerakan benda kerja. berdasarkan prinsip kinematik, diperlukan titik kontak dengan benda kerja agar derajat kebebasan terbatasi secara penuh. Ke-enam titik kontak atau titik lokator tersebut diletakkan pada 3 bidang yang saling tegak lurus, yaitu: 1. Tiga lokator diletakkan pada bidang dasar (bidang X-Y), sehingga membatasi derajat kebebasan rotasi terhadap sumbu X dan Y. Bidang ini disebut sebagai bidang lokator utama (primary locating surface). 2. Dua lokator diletakkan pada bidang tegak lurus bidang lokator primer yaitu bidang X-Z, sehingga membatasi derajat kebebasan linear sumbu Y dan derajat kebebasan rotasi terhadap sumbu Z. bidang ini disebut sebagai bidang lokator sekunder ( seconder locating surface). 3. Satu lokator diletakkan pada bidang yang tegak lurus pada bidang lokator primer dan bidang lokator sekunder. Yaitu bidang Y-Z, sehingga membatasi derajat kebebasan linear sumbu X. 18

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 3.1. Lower Bracket Lower bracket dengan kode produk JJB09-000450-A merupakan salah satu produk stamping part yang sedang diproduksi di PT. STEP. Lower bracket ini diproduksi berdasarkan permintaan customer PT. STEP yaitu PT. TMMIN, dimana part tersebut nantinya akan digunakan untuk komponen kendaraan roda empat yang diterapkan pada bagian body kendaraan. Lower bracket ini terdiri dari dua bagian, dimana keduanya digabung dengan proses welding, sehingga menjadi sebuah stamping part lower bracket. Berikut ini merupakan part drawing dari customer untuk produk lower bracket. Gambar 3.1 Part drawing produk lower bracket 19

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Jenis material yang digunakan untuk memproduksi produk stamping part lower bracket ini adalah sheet metal (lembaran baja) jenis SPHC yang tergolong baja karbon rendah (low carbon steel). Gambar 3.2 Material SPHC Gambar 3.3 Part lower bracket 20

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Untuk menghasilkan part lower bracket tersebut sedikitnya dibutuhkan 6 tahapan proses, diantaranya; blanking, piercing, bending, chamfering, tapping dan yang terakhir welding. Dimana proses blanking, piercing dan bending dilakukan pada sheet metal forming yaitu menggunakan press machine dengan menggunakan dies sebagai alat cetaknya. Sedangkan chamfering dan tapping dilakukan pada drilling machine untuk dilakukan pembuatan ulir. Setelah ke lima proses tersebut selesai, maka proses selanjutnya adalah welding, untuk menggabungkan kedua part tersebut. 3.2. Tapping lower bracket jig Tapping lower bracket jig adalah sebuah alat yang digunakan untuk membantu proses pembuatan ulir pada produk lower bracket. Diharapkan dengan pembuatan dan penggunaan tapping lower bracket jig ini dapat membantu proses produksi pada pembuatan ulir pada produk lower bracket. Dalam pembuatan tapping lower bracket jig untuk produk lower bracket ini mengalami beberapa perbaikan dan perubahan baik dari design dan proses machining, itu semua dilakukan berdasarkan hasil percobaan (trial) yang memang diperlukan adanya perbaikan. Metode pembuatan yang dilakukan adalah perancangan, perbaikan rancangan, pembuatan alat, pengujian alat dan perhitungan waktu. 3.3 Perancangan Proses pertama yang dilakukan yaitu perancangan dengan membuat gambar teknik dari tapping lower bracket jig yang akan dibuat. Perancangan alat ini dengan menggunakan program gambar Autodesk Inventor 2011 dan memakan waktu sekitar dua minggu termasuk perbaikan rancangan. Tapping lower bracket jig ini terdiri dari empat komponen utama yang akan dibuat, yaitu: a. Clamp, yaitu komponen yang berada pada bagian atas tapping lower bracket jig yang fungsinya untuk penempatan produk lower bracket yang akan dilakukan proses pembuatan ulir. 21

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG b. Stripper, yaitu komponen yang berada pada bagian tengah tapping lower bracket jig sebagai penopang komponen clamp. c. Spacer, yaitu komponen yang terletak dibagian bawah tapping lower bracket jig berfungsi sebagai base atau dasar penempatan semua komponen tapping lower bracket jig. d. Stopper, yaitu komponen yang dipasang pada clamp dan difungsinkan sebagai penahan produk lower bracket agar tidak bergerak pada saat dilakukan proses pembuatan ulir. Berikut dibawah ini adalah bentuk assembly design awal sebelum dilakukan perbaikan dan perubahan dengan menggunakan Autodesk Inventor 2011 : Gambar 3.4 Assembly design awal 22

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Dan berikut ini adalah hasil pembuatan tapping lower bracket jig pertama yang dibuat sebelum dilakukan perbaikan: Gambar 3.5 Hasil pembuatan tapping lower bracket jig sebelum perbaikan 23

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 3.4 Perbaikan Rancangan Setelah dilakukan pengujian ada beberapa hal yang ternyata masih kurang efektif pada saat dilakukan proses tapping, ada kekurangan yang harus diperbaiki seperti penambahan komponen dan standard part dan perubahan dimensi. a. Beberapa kekurangan sebelum dilakukan perbaikan: 1. Part bergoyang/oleng pada saat dilakukan proses tapping, disebabkan tidak adanya penyanggah/penahan pada bagian bawah. 2. Pada bagian atas jig (clamp) bersifat permanen, dikarenakan pin (standard part) yang digunakan untuk penahan tidak bisa diubah-ubah jarak dimensinya. Pin bersifat permanen Part bergoyang pada saat dilakukan proses tapping Diperlukan penahan agar part tidak goyang/oleng pada saat proses tapping Gambar 3.6 Perbaikan rancangan 24

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Dibawah ini adalah drawing & assembly design beserta material yang diperlukan (order material) untuk dilakukan proses machining setelah mengalami perbaikan: Tabel 3.1 Order Material 25

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 1. Clamp ( SKD11 = T130 x 75 x 20 ) Gambar 3.7 Clamp 2. Stopper ( SKD11 ) = T25x12x10, T30x12x10, T35x12x10 Gambar 3.8 Stopper 26

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 3. Stripper ( S50C = T190 x 100 x 15 ) Gambar 3.9 Stripper 27

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 4. Spacer ( S50C = T200 x 100 x 20 ) Gambar 3.10 Spacer 28

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 5. Assembly Design Jig Gambar 3.11 Assembly design jig setelah perbaikan 6. Assembly Design Jig dan Part Gambar 3.12 Assembly design jig dan part 29

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 3.5 Pembuatan Alat Setelah design dari tapping lower bracket jig telah selesai dibuat dan disetujui maka proses berikutnya adalah membuat masing-masing komponen dari jig tersebut dengan menggunakan mesin-mesin machining. Proses pembuatan alat ini sendiri dilakukan di bagian line Dies Production di PT. Sari Takagi Elok Produk. Mesin-mesin yang digunakan antara lain: milling machine, surface grinding machine, drilling mhacine dan band saw machine. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan material yang akan dibuat, material yang digunakan untuk membuat tapping lower bracket jig ini yaitu baja jenis S50C dan SKD11. Gambar 3.13 Material S50C dan SKD11 2. Memotong material yang akan digunakan untuk bahan pembuatan tapping lower bracket jig sesuai dengan spesifikasi ukuran yang akan dibuat dengan menggunakan alat potong band saw machine. Gambar 3.14 Band Saw Machine 30

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 3. Melakukan proses machining dengan milling machine. Semua proses pengurangan dimensi, pembuatan lubang hingga mencapai dimensi yang diinginkan dilakukan di milling machine. Gambar 3.15 Milling Machine 4. Melakukan proses machining dengan drilling machine. Proses pembuatan ulir dilakukan dengan menggunakan drilling machine. Gambar 3.16 Drilling Machine 5. Melakukan proses machining dengan menggunakan surface grinding machine. Setiap komponen yang sudah di-machining dan sudah mencapai dimensi yang diinginkan kemudian dihaluskan setiap bagian permukaannya dengan menggunakan surface grinding machine. 31

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Gambar 3.17 Surface Grinding Machine 6. Kemudian ada beberapa komponen yang menggunakan standard part, standart part ini diambil dari warehouse yang dipesan dan didatangkan dari luar perusahaan untuk keperluan standard part pada pembuatan dies. Karena standard part ini adalah komponen-komponen yang dibuat secara massal dan tersedia di pasaran. Setiap perusahaan membuat standard part tersebut dengan spesifikasi dan kualitas masing-masing. Karena itu setiap perusahaan yang memakai standard part tersebut memilih untuk memakai standar tertentu demi kemudahan didalam perencanaan stock untuk maintenance ataupun pembuatan. Beberapa merek perusahaan pembuat komponen standar dies press diantaranya: ICMI, Misumi, Futaba, Hasco, DME, dan lain lain. Gambar 3.18 Standard part (Misumi) 32

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 7. Setelah semua komponen yang diinginkan sudah di-machining dan difinishing dan standard part yang dibutuhkan sudah terpenuhi, maka proses selanjutnya adalah penggabungan atau pemasangan dari setiap komponen-komponen (assembly) hingga menjadi sebuah tapping lower bracket jig. Gambar 3.19 Hasil assembly tapping lower bracket jig 8. Dan yang terakhir adalah melakukan percobaan atau penyesuaian dengan memasang part lower bracket terhadap tapping lower bracket jig yang sudah jadi. Pada proses percobaan ini tanpa dipasang pada mesin, bertujuan apakah antara part dan jig sudah pas atau cocok, sudah ada kesesuaian atau belum (Gambar 3.19). 33

BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Gambar 3.20 Penyesuaian antara jig dan part 34

BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 4.1. Penggunaan Tapping lower bracket jig Alat bantu proses pembuatan ulir/tapping pada produk lower bracket ini dilakukan di Line Repair PT. Sari Takagi Elok Produk dengan cara menempatkan part pada tapping lower bracket jig sesuai standard operating procedure yang sudah ditentukan dalam penggunaannya. Ada dua proses yang dilakukan, yang pertama part di-chamfer terlebih dahulu setelah itu baru proses pembuatan ulir atau tapping. 4.2 Pengujian Tapping lower bracket jig Setelah alat selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu melakukan proses pengujian. Proses pengujian ini dilakukan di Line Repair PT. Sari Takagi Elok Produk. Proses pengujian ini dilakukan dua tahapan proses. Proses yang pertama adalah pembuatan chamfer, kemudian proses selanjutnya yaitu pembuatan ulir, dengan spesifikasi ulir M6 1.0. Proses penggunaan tapping lower bracket jig pada produk lower bracket adalah sebagai berikut : a. Setting jig pada drilling machine Bersihkan area meja kerja sebelum jig dipasang. Lalu letakkan jig pada meja kerja kemudian posisikan jig agar lubang ulir pada jig lurus (center) terhadap bor tapping. Selanjutnya pasang baut pengunci, kemudian kencangkan dan pastikan jig tidak goyang/bergerak. 35

BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Gambar 4.1 Proses setting jig pada drilling machine b. Lakukan Proses chamfering sebelum proses tapping dilakukan Proses chamfering ini bertujuan agar tidak timbul burry pada bagian luar permukaan ulir pada part. Langkah proses chamfering sama dengan dengan proses tapping, termasuk putaran mesin yang digunakan yaitu dengan kecepatan putar 80 rpm. Hanya bedanya pada proses chamfering ini mata bor yang digunakan yaitu countersink. Proses chamfering dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3. Gambar 4.2 Countersink dan part yang akan di chamfer 36

BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Gambar 4.3 Proses chamfering c. Proses pembuatan ulir (tapping) Posisi.1: Pasang part pada jig (posisi.1). Pastikan part masuk pada pin [1] dan [2] pada jig. Kemudian lakukan proses tapping: hidupkan mesin pada putaran 80 rpm, lalu tarik handle mesin bor ke bawah secara perlahan. Pegang part dengan tangan kiri selama proses tapping dilakukan. Gambar 4.4 Proses tapping posisi.1 37

BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG Posisi.2: Pada posisi yang ke-2 ini prosesnya sama seperti pada posisi ke-1, Pasang part pada jig (posisi.2) tetapi part dibalik. Pastikan part masuk pin [3] dan [4] pada jig. Kemudian lakukan seperti proses pada posisi.1 dengan putaran mesin yang sama. Gambar 4.5 Proses tapping posisi.2 d. Pengecekan ulir Setelah proses chamfering dan tapping selesai maka selanjutnya adalah melakukan pengecekan pada hasil tapping, untuk memastikan apakah hasil dari proses tapping ini sudah memenuhi standar yang diinginkan atau tidak (Standar : Thread pin masuk normal/tidak macet). Pengecekan dilakukan setiap proses produksi 1 pcs/box. Gambar 4.6 Pengecekan ulir 38

BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 4.3 Hasil Pengujian Pembuatan produk dengan menggunakan tapping lower bracket jig ini hanya dikerjakan pada shift 1, dari jam 07.00 s/d 16.00 (8 jam). Jam kerja = 8 jam/hari = 8 3600 dt/hari = 28800 dt/hari 1 hari = 1000 pcs 1 pcs = = 28.8 dt/pcs ~ 28 dt/pcs Chamfering Proses pengerjaannya: Ambil & pasang benda pada jig Chamfer (atas) Membalik benda Chamfer (bawah) Melepas & meletakkan benda Total = 3 dt = 4 dt = 4 dt = 4 dt = 3 dt = 18 dt Tapping Ambil & pasang benda pada jig Tapping (atas) Membalik benda Tapping (bawah) Melepas & meletakkan benda Total = 3 dt = 8 dt = 4 dt = 8 dt = 3 dt = 26 dt Hasil dari trial (percobaan) yang dilakukan dengan menggunakan tapping lower bracket jig yaitu 26 detik/pcs atau ±1100 pcs/hari (8 jam), berarti sudah memenuhi target pengerjaan produk. Dengan kata lain penggunaan tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat berdasarkan target yang diinginkan. 39

BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berikut merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perancangan, pembuatan dan pengujian/trial tapping lower bracket jig untuk produk lower bracket yaitu : a. Tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat sesui dengan tujuan utamanya, yaitu sebagai alat bantu untuk pembuatan ulir pada produk lower bracket. b. Untuk pembuatan ulir pada part lower bracket dilakukan dua proses, yang pertama part di chamfer terlebih dahulu kemudian barulah pembuatan ulir (tapping). c. Hasil dari pengujian, lubang ulir pada part telah sesuai dengan yang diharapkan dan operatorpun bisa dengan mudah untuk menggunakannya dengan waktu sesingkat mungkin. d. Waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan ulir pada produk lower bracket dengan menggunakan tapping lower bracket jig ini sudah memenuhi target pengerjaan produk, yaitu 26 detik/pcs atau 1100 pcs/hari (8 jam). Dengan kata lain penggunaan tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat untuk memenuhi target yang diinginkan. 5.2 Saran Setelah menyelesaikan Tugas Akhir ini, maka saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kepada PT. Sari Takagi Elok Produk mengenai masalah pembuatan alat bantu tapping lower bracket jig, alangkah baiknya dibuat lagi hingga diperbanyak dalam pembuatannya. Karena semakin banyak tapping lower bracket jig ini dibuat maka proses produksinyapun akan lebih cepat. 40