BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga.

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

ABSTRAK. Kata Kunci : Pola Komunikasi, Manajemen Konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dewasa menghabiskan sebagian besar waktunya dalam dunia kerja dan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

SUSI RACHMAWATI F

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang belajar di Perguruan Tinggi. Setelah menyelesaikan studinya di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, masa lansia, sampai pada kematian. Di antara masamasa tersebut, ada masa yang disebut masa dewasa awal, mereka beranjak dari masa-masa sekolah yang masih bergantung pada orang tua menuju ke masa mencari pekerjaan dan mandiri dalam hal keuangan. Selain itu ia juga harus membentuk kehidupan sosialnya dengan memilih pasangan hidup dan akhirnya menikah. Pernikahan dan keluarga memberikan motivasi serta beban bagi individu dewasa awal untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan agar mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga (Hurlock, 1990:278). Pernikahan adalah suatu bentuk hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita yang meliputi hubungan seksual, keinginan memiliki keturunan, dan penetapan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing pasangan. Dalam pernikahan, dua manusia, dua pribadi akan disatukan dalam suatu ikatan yang diabadikan melalui berbagai tata cara, antara lain melalui agama. Dalam pernikahan, dua orang menjadi satu kesatuan yang saling merindukan, saling menginginkan kebersamaan, saling membutuhkan, saling memberikan dukungan dan dorongan serta saling melayani, kesemuanya diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati bersama. Pernikahan harus diawali dengan permulaan yang baik dan akan berhasil mencapai kesejahteraan bila pasangan tersebut memiliki perangkat kepribadian yang baik dan bertanggung jawab 1

2 atas pengasuhan anak serta selama menikah pasangan ini juga memantapkan pembagian kerja antar mereka. Keikutsertaan istri bekerja sudah lama dikenal di Indonesia. Banyak istri berkarya dan berwiraswasta di rumah. Mereka membuat dan menjual aneka makanan, camilan, minuman, kerajinan tangan, menjahit, peternakan, pertanian, perkebunan, membuka salon, ruko, menjadi guru les, praktik kebidanan atau kesehatan di rumah, dan lain-lain. Dengan memilih berkarya di rumah, diharapkan istri selain bekerja dapat sekaligus mengurusi, mengawasi anak, serta urusan rumah tangga. Seiring dengan kemajuan zaman, saat ini kita banyak menjumpai wanita yang mengenyam pendidikan tinggi. Akibatnya, lebih banyak wanita atau istri yang bekerja di luar rumah, seperti bekerja di berbagai instansi, kantor, sekolah, perusahaan, toko, rumah sakit, dan lain sebagainya. Keluarga yang suami istri sama-sama bekerja, membutuhkan banyak penyesuaian. Sampai saat ini, mayoritas suami mengharapkan istri bertanggung jawab atas urusan rumah tangga dan anak-anak, baik istri yang bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Suami menganggap dirinya harus mengembangkan karier dan mencukupi kebutuhan rumah tangga, sehingga hampir semua waktunya, dicurahkan untuk pengembangan karier dan mencari uang. Tidak jarang suami tidak ada waktu lagi untuk istri dan anak, apalagi urusan rumah tangga. Sebab itu, bila istri bekerja, baik penuh waktu atau paruh waktu, istri tetap diharapkan mengerjakan tanggung jawab rumah tangga, memerhatikan anak dan suami. Dengan kata lain, bila istri bekerja, dia harus siap mengerjakan dua jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan yang sesuai dengan profesinya serta pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Maka banyak istri kelelahan, merasa bersalah bila rumah tangga dan anaknya tidak terurus.

3 Ketika suami-istri sepakat untuk sama-sama bekerja, harus ada kesepakatan pengaturan keuangan, pembagian tugas rumah tangga, pengasuhan anak, pembagian waktu yang bijaksana, supaya masih ada waktu untuk pasangan, anak, dan sebagainya. Sungguh tidak realistis kalau istri harus menanggung semuanya sendirian, sedang suami hanya berkonsentrasi pada pekerjaan dan tidak mau diganggu urusan lainnya. Suami perlu membantu dalam pengasuhan anak. Ini selain meringankan beban istri, juga memenuhi tugas sebagai orang tua untuk mendidik anak. Kebutuhan batin ayah dan anak juga dapat terpenuhi. Suami dapat ikut merasakan suka dukanya mengasuh anak. Selain itu, hubungan ayah dan anak dapat dipererat. Anak berkembang dengan lebih baik kalau memperoleh kasih sayang dan perhatian ayah. Kelley dan Convey (dalam Santrock, 2007:223) menyatakan bahwa membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan individu dewasa. Dikatakan penting karena ketika individu mengalami kegagalan dalam membangun hubungan, maka individu tersebut akan dianggap tidak matang, tidak berkompeten, dan tidak bertanggung jawab. Pendidikan dan perkembangan dunia pekerjaan yang semakin maju, membuat pria dan wanita sama-sama mempunyai kesempatan untuk mengembangkan karir dan pekerjaan. Sejak semakin banyak wanita yang bekerja dan mempunyai pendidikan yang tinggi, secara alami juga menghasilkan pasangan yang sama-sama berkarir (dual career). Dual-career individuals are defined as those in managerial or professional jobs, with children, and spouse also in a managerial or professional job (Higgins and Duxbury, 1992). Dual-career is the situation where both spouses or

4 partners have career respon-sibilities and aspiration (Stone, 2005). Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dualcareer merupakan pasangan yang memiliki aspirasi serta tanggung jawab karir dengan bekerja baik di bidang manajerial maupun pekerjaan profesional lainnya. Dual-career memunculkan masalah baru apabila pasangan tersebut tidak dapat menyeimbangkan antara masalah pekerjaan dan masalah keluarga. Perubahan di atas terjadi karena terdapat peran lain yang juga berperan penting bagi orang dewasa, yaitu sebagai pekerja. Karena dengan bekerja individu dapat memperoleh penghasilan, memenuhi kebutuhan personal dan mendapat pengakuan dari masyarakat. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, jumlah angkatan kerja pun kian meningkat. Dalam hal ini, wanita merupakan sumber daya manusia yang tersedia sebagai modal dasar pembangunan sehingga upaya untuk melibatkan wanita dalam pembangunan sangat diperlukan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi wanita dalam lapangan pekerjaan meningkat secara signifikan. Hal ini bisa dibuktikan bahwa selama bulan Agustus 2006 Agustus 2007 jumlah pekerja wanita Indonesia bertambah sebanyak 3,3 juta orang (Kuswaraharja, 2008). Peningkatan jumlah angkatan kerja wanita dikarenakan adanya peningkatan jumlah penduduk wanita, semakin luasnya lapangan pekerjaan, dan semakin tinggi tingkat pendidikan mereka sehingga saat ini wanita lebih banyak mempunyai pilihan dalam aktivitas kehidupan ekonominya dibandingkan dengan masa lalu. Terlepas dari apakah wanita bekerja karena keinginan sendiri atau keharusan (ataupun kedua-duanya), bentuk keluarga yang dominan terjadi sekarang ini adalah dual career family. Rappoport & Rappoport (dalam Wilcox dkk, 1989) menyatakan bahwa dual career family

5 merupakan tipe keluarga dimana suami dan istri aktif dalam mengejar karir dan kehidupan keluarga secara serentak. Muchinsky (2003:188) yang menjelaskan bahwa pasangan dalam dualcareer family dicirikan sebagai pasangan suami istri yang memiliki karir masing-masing dan mencoba untuk menyeimbangkan karir mereka dengan urusan rumah tangga. Pada saat ini juga suami dan istri diharapkan mampu menjalani peran-peran yang muncul dalam pekerjaan dan pernikahannya, yaitu sebagai suami atau istri, orangtua, pekerja, serta mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru sebagai pria atau wanita dewasa. Suami dan istri harus membagi waktu dan perhatian yang seimbang dalam setiap perannya sehingga dapat berjalan dengan selaras. Bagi seorang istri yang bekerja tidak mudah tentunya menjalankan dua peran antara pekerjaan dan keluarga. Alasannya adalah karena istri yang bekerja harus juga menangani pekerjaan domestik, seperti pengasuhan anak, mengurus suami, dan kebutuhan rumah tangga. Kesibukan dalam pekerjaan dan keluarga adalah dua hal yang seringkali membuat istri terkadang tidak mudah membagi waktu.tuntutan pekerjaan biasanya menjauhkannya dari rumah dengan proyek-proyek yang harus segera diselesaikan, pekerjaan yang tidak dapat ditunda menyebabkan istri tidak mudah meluangkan waktu untuk urusan keluarga, seperti merawat anak yang sedang sakit, mengantar jalan-jalan atau menghadiri kegiatan-kegiatan di sekolah anak (Pratikno, 2005). Selain ltu, hasil penelitian yang dimuat dalam Journal of Marriage and the Family (2005) tentang ukuran kabahagiaan hidup wanita yang sudah menikah, ditinjau dari tiga kategori (wanita bekerja, wanita pernah bekerja, dan wanita yang belum pernah bekerja),

6 menunjukkan bahwa bagi para istri atau ibu bekerja, kebahagiaan pernikahan adalah tetap menjadi hal yang utama dibandingkan dengan kepuasan kerja. Ditambah dengan penelitian yang dilakukan oleh Christine W.S dalam jurnal Dual Career Couple di Jabodetabek (2010) yaitu dengan semakin banyaknya tekanan dan tuntutan dalam kehidupan pekerjaankeluarga maka kinerja seseorang di lingkungan pekerjaannya semakin rendah. Hal ini terjadi karena tekanan dan tuntutan yang berasal dari peran ganda seseorang (sebagai pekerja dan suami/istri) menyebabkan tidak maksimalnya seseorang dalam menyelesai-kan pekerjaannya. Sikap suami juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan dual career. Suami yang merasa terancam, tersaingi dan cemburu dengan status bekerja istrinya, umumnya tidak mampu bersikap toleran terhadap keberadaan istri yang bekerja. Ada pula suami yang tidak menganggap pekerjaan istri menjadi suatu masalah, selama istrinya tetap dapat memenuhi dan melayani kebutuhan suami dan anak. Namun, ada pula suami yang justru mendukung karir istrinya dan ikut bekerja sama dalam mengurusi pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Dalam kondisi yang terakhir ini, pada umumnya istri akan lebih dapat merasakan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup, keluarga, maupun karirnya, pernikahan dual career dikatakan berhasil jika antara pihak suami dan istri saling memperlakukan pasangannya sebagai partneryang setara. Walters dan McKanry (dalam Rini, 2002) menyatakan bahwa suami dan istri cenderung merasa bahagia ketika mereka dapat mengintegrasikan kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis. Sebaliknya, ketika suami dan istri tidak dapat menyeimbangkan peran mereka, maka akan menghasilkan stres yang akan berdampak pada kepuasan pernikahan.

7 Menurut Lemme (1995:378) kepuasan pernikahan merupakan evaluasi suami istri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah sepanjang perjalanan pernikahan. Untuk melihat tingkat kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh suami dan istri dalam pernikahannya, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seperti komunikasi, aktivitas rekreasi, orientasi keagamaan, penyelesaian konflik, pengelolaan keuangan, orientasi seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, penyeseuaian tingkah laku dan kesetaraan peran. Aspek-aspek tersebut sering bermasalah pada pihak suami maupun isteri dalam dual career family. Peran ganda seperti yang harus dijalankan oleh suami dan istri dalam dual career family yang secara tidak langsung dapat mengakibatkan stress psikologis, turunnya kualitas hubungan suami istri, peran orangtua yang kurang efektif, menimbulkan masalah pada perilaku anak, hasil pekerjaan yang sering buruk, dan kehilangan kontrol dalam mengurus rumah tangga. Beberapa hal di atas tentu saja tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan suami dan istri dalam membina kehidupan rumah tangga.padahal menurut Hughes & Noppe (1985:238) bahwa kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh pasangan tergantung pada tingkat dimana mereka merasakan pernikahannya tersebut sesuai dengan kebutuhan dan harapannya. Sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka judul dari penelitian ini adalah Kepuasan Pernikahan Pada Suami dan Istri yang Terlibat dalam Dual Career Family (Studi Kasus pada Tiga Pasangan Suami Isteri di Kota Bandung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan dalam uraian latar belakang masalah, dapat dilihat bahwa saat ini semakin banyak pasangan suami istri yang terlibat dalam dual career family. Hal ini sejalan dengan tuntutan zaman dan

8 perkembangan pendidikan yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan. Walaupun mungkin terdapat berbagai hambatan dan rintangan dalam menjalaninya, terlebih di kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Kesibukan pasangan dalam dual career family juga bisa berdampak dalam kehidupan pernikahannya. Maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dijelaskan dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana gambaran kepuasan pernikahan pada pasangan dual career family berdasarkan aspek-aspek kepuasan pernikahan? 2. Bagaimana pengaruh pekerjaan dan kehadiran anak terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan dual career family? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh pasangan dual career family. Dengan melihat dari berbagai aspek kepuasan pernikahan. 2. Mengetahui pengaruh pekerjaan dan kehadiran anak terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan dual career family. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat teoritis: memberikan informasi tentang kepuasan pernikahan antara suami dan isteri dalam dual career family sehingga dapat meningkatkan pemahaman Psikologi Perkembangan khususnya yang berkaitan dengan kepuasan pernikahan dan fenomena dual career family. 2. Manfaat praktis: (1) hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang berkaitan dengan penelitian mengenai kepuasan pernikahan dalam dual career family, (2) untuk suami dan isteri

9 dalam dual career family, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang berguna dalam mencermati kehidupan rumah tangga dan pekerjaannya sehingga dapat menjalani kehidupan pernikahan dan pekerjaan dengan selaras, dan (3) hasil penelitian ini juga dapat dijadikan oleh para psikolog sebagai bahan pertimbangan dalam proses konseling keluarga dan perkawinan. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi.pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi/fokus dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian yang menjelaskan tentang definisi pernikahan, definisi dual career family dan teori kepuasan pernikahan. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi penjabaran mengenai metode penelitian dengan beberapa komponennya, yaitu: lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data serta tahapan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjelaskan mengenai pengolahan data penelitian, gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan juga membahas data-data penelitian ditinjau dari teori-teoriyang relevan. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian sertasaran-saran yang diperlukan baik

10 untuk penyempurnaan penelitian atau untuk penelitianselanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.