LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

TIM PENYUSUN. Penanggungjawab: Dr. Ir. Max H. Pohan, CES, MA (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah)

Total Tahun

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG

PROSIDING. Review Undang-Undang Sektoral dalam Hubungannnya dengan Undang-Undang Penataan Ruang. [Konsinyering Sekretariat BKPRN Februari 2014]

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

LAPORAN Kegiatan Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2015 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

AKUNTABILITAS KINERJA AKUNTABILITAS KINERJA BAB III. LAKIP 2011 Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2017 DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 10 Maret 2011

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

KATA PENGANTAR. Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat Kementerian PPN / Bappenas

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B

LAKIP 2011 Direktorat Jenderal Penataan Ruang PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga bermanfaat. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Deddy Koespramoedyo

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

RAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

KATA PENGANTAR. Jakarta Desember 2013

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

Rencana Kerja (RENJA ) 2015

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

Transkripsi:

LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian PPN/Bappenas i

Penyusun Rekomendasi Kebijakan Pengarah: Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas) Ketua: Dr. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas) Anggota: Mia Amalia, ST, MSi, PhD Uke Mohamad Hussein, SSi, MPP Ir. Nana Apriyana, MT Ir. Rinella Tambunan, MPA Santi Yulianti, SIP, MM Herny Dawaty, SE, ME Aswicaksana, ST, MT, MSc Raffli Noor, SSi Pendukung: Sylvia Krisnawati Cecep Saryanto i P a g e

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar belakang... 1 1.2 Tujuan dan Sasaran Kegiatan... 2 1.3 Ruang Lingkup Kegiatan... 2 1.4 Sistematika Penulisan... 3 BAB 2 PEMANTAUAN BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN... 4 2.1 Bidang Tata Ruang... 4 2.2 Bidang Pertanahan... 6 BAB 3 EVALUASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN... 8 3.1 Bidang Tata Ruang... 8 3.1.1 Arah Kebijakan... 8 3.1.2 Sasaran... 8 3.1.3 Kegiatan Prioritas Nasional... 9 3.1.4 Kegiatan Prioritas Bidang... 10 3.2 Bidang Pertanahan... 15 3.2.1 Arah Kebijakan... 15 3.2.2 Sasaran... 15 3.2.3 Kegiatan Prioritas Nasional... 15 BAB 4 INDIKATOR OUTCOME BIDANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG... 23 4.1 Latar Belakang... 23 4.1.1 Deskripsi Singkat Penyusunan Indikator Outcome... 23 4.1.2 Tujuan dan Manfaat... 23 4.1.3 Identifikasi Pemangku Kepentingan (Stakeholders)... 23 4.2 Hasil Perumusan Sementara Sistem Evaluasi Outcome... 24 4.2.1 Sistem evaluasi outcome... 24 4.2.2 Mekanisme evaluasi outcome... 25 4.2.3 Penyusunan indeks komposit... 27 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 31 5.1 Kesimpulan... 31 5.1.1 Kesimpulan Hasil Pemantauan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan... 31 i P a g e

5.1.2 Kesimpulan Hasil Evaluasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan... 32 5.1.3 Kesimpulan Penyusunan Indikator Outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang... 32 5.2 Rekomendasi... 33 5.2.1 Rekomendasi Penyelenggaraan Pemantauan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan... 33 5.2.2 Rekomendasi Penyelenggaraan Evaluasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan... 34 5.2.3 Rekomendasi Penyusunan Indikator Outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang... 34 Lampiran ii P a g e

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Dokumentasi Kegiatan Pemantauan... 8 Gambar 2 Pemetaan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping)... 24 Gambar 3 Kedudukan Sistem Evaluasi Outcomes 25 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang.. 9 Tabel 3.2 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang.. 10 Tabel 3.3 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU. 11 Tabel 3.4 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Bina Pembangunan Daerah-Kemendagri.... 14 Tabel 3.5 Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2013...17 Tabel 3.6 Realisasi Fisik dan Anggaran Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2013.... 18 Tabel 4.7 Contoh Hasil Pemetaan Outcome dengan Output yang Dihasilkan Oleh K/L.. 27 Tabel 4.2 Contoh Hasil Pemilihan Indikator... 29 iii P a g e

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN), perencanaan pembangunan nasional terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan tersebut diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) diamanatkan untuk menyusun rencana, melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan di Indonesia dituangkan ke dalam 3 (tiga) dokumen perencanaan yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang masing-masing berlaku selama 20 tahun, 5 tahun dan 1 tahun secara berturutan. Dalam koridor waktu pelaksanaan, RPJMN 2010-2014 merupakan periode ke-2 dari RPJPN 2005-2025 dengan waktu pelaksanaan yang berakhir di Tahun 2014 dan kemudian akan masuk periode baru RPJMN 2015-2019. Sesuai dengan dokumen RPJMN 2010 2014, fokus prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang adalah: (1) penyelesaian peraturan perundangan sesuai amanat undang-undang penataan ruang; (2) peningkatan kualitas produk rencana tata ruang; (3) sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang; (4) peningkatan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang. Sedangkan fokus prioritas bidang reforma agraria adalah: (1) peningkatan jaminan kepastian hukum hak masyarakat atas tanah; (2) pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) termasuk pengurangan tanah terlantar; (3) peningkatan kinerja pelayanan pertanahan; (4) penataan dan penegakan hukum pertanahan serta pengurangan potensi sengketa tanah. Dari keempat fokus prioritas tersebut, sasaran yang akan dicapai bidang pertanahan pada tahun 2014 antara lain: peningkatan penyediaan peta pertanahan; percepatan legalisasi aset tanah; penertiban tanah terindikasi terlantar; dan penataan pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). Kedua prioritas bidang tersebut dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Dalam Negeri (DN) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Sebagai bagian dari pelaksanaan siklus perencanaan pembangunan sesuai amanat UU SPPN, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (TRP) - Kementerian PPN/Bappenas melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi pembangunan terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan oleh Kementerian/Lembaga mitra direktorat. Pemantauan dilaksanakan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan rencana pembangunan dengan arah, tujuan, dan ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, dan untuk mencari solusi dalam memecahkan kendala yang dihadapi. Sementara itu, evaluasi dilakukan untuk melihat capaian pembangunan Tahun 2013 dan merumuskan rekomendasi bagi perbaikan rencana pembangunan. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan untuk periode berikutnya. Pemantauan pelaksanaan pembangunan dilakukan untuk RKP 2014 dan evaluasi dilakukan untuk RKP 2013. Amanat tersebut juga telah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan PP No. 21 Tahun 2004 tentang 1

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA-KL) serta PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Sesuai RPJMN 2010-2014, Prioritas Nasional Bidang Penataan Ruang adalah kegiatan sinkronisasi rencana pembangunan dan rencana tata ruang yang berbentuk dana dekonsentrasi Kementerian Pekerjaan Umum. Informasi yang dikumpulkan meliputi target dan realisasi fisik kegiatan dekonsentrasi serta kendala pelaksanaannya. Di tahun 2014, selain evaluasi RKP yang dilakukan secara reguler, disusun pula indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dalam rangka pelaksanaan evaluasi berbasis outcome untuk mengetahui perkembangan penyelenggaraan rencana penataan ruang nasional. Hingga saat ini pelaksanaan evaluasi pelaksanaan program pembangunan masih berfokus pada sisi sumber daya yang telah dihabiskan baik anggaran maupun realisasinya (output), tapi belum memberi perhatian kepada hasil nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat (outcome). Sehubungan dengan itu, Kementerian PPN/Bappenas, khususnya Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi sejauh mana pelaksanaan indikasi program dalam rencana pembangunan dan rencana tata ruang nasional telah memberikan hasil nyata. 1.2 Tujuan dan Sasaran Kegiatan Tujuan dari kegiatan pemantauan dan evaluasi ini adalah identifikasi proses pelaksanaan dan pencapaian penyelenggaraan program Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan Tahun 2013 dan 2014. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka sasaran kegiatan ini adalah: a. Menghimpun data dan informasi mengenai kemajuan kegiatan yang termasuk prioritas nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013 dan 2014. b. Menghimpun data dan informasi untuk penyusunan RPJMN 2015-2019. c. Menghimpun data dan informasi mengenai kesiapan pelaksanaan kegiatan prioritas Tahun 2015. d. Mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan serta menjaring upaya-upaya perbaikan pelaksanaan kegiatan prioritas khususnya, maupun program penyelenggaraan penataan ruang dan pengelolaan pertanahan secara keseluruhannya pada Tahun 2013 dan 2014. e. Menjaring informasi mengenai isu-isu tata ruang dan pertanahan yang spesifik di lokasi pemantauan serta gagasan penyelesaiannya. f. Mengukur dan menilai hasil pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 untuk Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang (PR) dan Prioritas Bidang Reforma Agraria (RA); g. Menghitung baseline Program Penyelenggaraan PR dan Program RA; h. Merumuskan mekanisme evaluasi sebagai masukan untuk RPJMN 2015-2019. 1.3 Ruang Lingkup Kegiatan Pelaksanaan kegiatan evaluasi ini meliputi: 1. Penentuan metode: a. Perbandingan antara rencana dan realisasi kinerja indikator, kegiatan dan program dan kinerja penyerapan sesuai dengan yang telah tercantum dalam dalam RKP 2013; b. Desk study untuk merumuskan indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Tata Ruang; c. FGD untuk pengumpulan data dan konfirmasi atas hasil evaluasi. 2. Analisis disesuaikan dengan metode yang telah dipilih. 2

3. Penyusunan laporan kegiatan yang terdiri atas hasil analisis kinerja Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Prioritas Bidang Reforma Agraria serta hasil analisis dan rekomendasi indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Tata Ruang. 4. Sosialisasi dilakukan secara bertahap baik di tahap analisis maupun tahap penyusunan rekomendasi. Hasil evaluasi kinerja kedua prioritas bidang serta hasil perumusan dan rekomendasi indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang akan disampaikan kepada pelaksana: Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pertanahan Nasional. 1.4 Sistematika Penulisan Susunan laporan adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan. Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup kegiatan pemantauan dan evaluasi Tahun Anggaran 2014, serta sistematika penulisan. Bab 2 Pemantauan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Pada bagian ini dijabarkan hasil pemantauan pelaksanaan Prioritas Nasional dan Prioritas Bidang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014 ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur Bab 3 Evaluasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Pada bagian ini dijelaskan hasil evaluasi pelaksanaan Program Penyelenggaraan Penataan Ruang yang dilaksanakan oleh mitra K/L Kementerian PU dan Kementerian Dalam Negeri; serta Program Pengelolaan Pertanahan yang dilaksanakan oleh BPN tahun 2013. Bab 4 Indikator Outcome Penyelenggaraan Penataan Ruang. Pada bagian ini dijelaskan rumusan indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang untuk pelaksanaan evaluasi RPJMN 2015 2019 sehingga diketahui perkembangan penyelenggaraan rencana penataan ruang nasional. Bab 5 Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bagian ini disimpulkan hasil evaluasi pelaksanaan prioritas bidang tata ruang dan pertanahan tahun 2013, hasil pemantauan pelaksanaan prioritas bidang tata ruang dan pertanahan tahun 2014 serta rekomendasi indikator outcome Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang untuk pelaksanaan evaluasi RPJMN 2015 2019. 3

BAB 2 PEMANTAUAN BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN Kegiatan pemantauan pelaksanaan Prioritas Nasional dan Prioritas Bidang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Provinsi tersebut dipilih sebagai sampel provinsi yang telah menyelesaikan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, dan hampir seluruh Kabupaten/Kota-nya telah juga menyelesaikan Perda RTRW Kabupaten/Kota. Selain itu juga akan dipantau dana dekonsentrasi yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum ke seluruh provinsi, termasuk Provinsi Jawa Timur. Di bidang pertanahan, dalam menghadapi kegiatan prioritas di Tahun 2015 akan dilakukan identifikasi program dan kegiatan Provinsi Jawa Timur untuk melihat kesiapan pelaksanaan Reforma Agraria. Adapun waktu pelaksanaan kunjungan lapangan adalah pada hari Kamis-Jumat, 22-23 Mei 2014. Metode pelaksanaan kegiatan ini, mencakup i) Diskusi dengan mitra kerja di daerah, yaitu Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Kanwil BPN di Provinsi Jawa Timur dan ii) Kompilasi dan analisis data mengenai pelaksanaan kegiatan prioritas nasional program penataan ruang dan program pengelolaan pertanahan. 2.1 Bidang Tata Ruang Kegiatan pemantauan yang dilakukan dalam prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah untuk pemantauan kegiatan Prioritas Nasional Bidang Tata Ruang, yaitu kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kegiatan dekonsentrasi dengan sasaran sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang. Selain itu, di dalam kegiatan pemantauan juga akan dilakukan inventarisasi isu-isu strategis bidang tata ruang di lapangan yang membutuhkan penanganan dari pemerintah pusat. Berdasarkan hasil pemantauan, beberapa isu Bidang Tata Ruang yang teridentifikasi di Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut: a. Terkendalanya proses pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, seperti masalah penetapan ruas jalan bebas hambatan Waru/Aloha- Wonokromo-Tanjung Perak (tol tengah Kota Surabaya) karena adanya perubahan kebijakan akibat pergantian kepemimpinan di wilayah Kota Surabaya sehingga masih terhambat implemetasinya. Selain itu, Waduk Kedungbendo yang telah sesuai dengan RTRW Kabupaten Pacitan mendapatkan penolakan masyarakat, sehingga dipindahkan lokasinya ke Waduk Tukul. b. Perlunya pedoman pendetailan lokasi serta petunjuk penetapan insentif dan disinsentif Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur. c. Perlunya penyediaan peta dengan skala 1:5000 dalam rangka penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kabupaten/Kota. d. Perlunya Percepatan Penyusunan Pedoman Mekanisme Arahan Pengendalian Pengendalian Pemanfaatan Ruang (insentif, perizinan, dan sanksi administratif) e. Adanya konflik pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya terutama berkaitan dengan potensi pertambangan yang berada pada kawasan lindung atau kawasan budidaya. 4

f. Permasalahan batas wilayah yang belum terselesaikan bagi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur antara lain Kawah Ijen antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso; batas wilayah antara Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo. g. Masih terdapat ketidaksesuaian luasan hutan pada beberapa Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Jawa Timur setelah diterbitkannya persetujuan substansi kehutanan dengan Nomor 581/Menhut-VII/2010 mengenai Persetujuan Substansi Kehutanan, dan mengacu pada Kepmenhut 417/Kpts-II/1999 yang telah diperbaharui, serta diterbitkannya Kepmenhut 395/Menhut-II/2011. h. Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bidang Tata Ruang Provinsi Jawa Timur masih belum cukup untuk mengakomodasi kebutuhan dan saat ini jumlah PPNS Bidang Tata Ruang di Provinsi Jawa Timur hanya berjumlah 1 (satu) orang. i. Perlunya keterlibatan BKPRD dalam penyusunan substansi RZWP3K. j. Tidak samanya jangka waktu/periodisasi antara Rencana Pembangunan (RPJPD/RPJMD) dengan Rencana Tata Ruang (RTRW) menyulitkan perumusan program yang akan dilaksanakan serta koordinasi antar sektoral yang lemah di lingkungan Pemerintah Daerah maupun dengan konsultasi/fasilitasi pendampingan penyusunan integrasi RTR dengan RP kepada Pemerintah Pusat. k. Minimnya SDM yang memiliki keahlian di bidang keruangan/perpetaan. Sementara itu, untuk kegiatan dekonsentrasi, beberapa poin penting yang diperoleh diantaranya: a. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahun 2013 dana pagu sebesar 6.750.000.000 dengan rincian kegiatan: i) pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah I sebesar 4.410.000.000; ii) pelaksanaan pengembangan perkotaan dengan dana 2.340.000.000. Tahun 2014 dana dekonsentrasi PU berupa sinkronisasi rencana tata ruang dengan rencana pembangunan sebesar 8.025.395.000. b. Evaluasi terhadap kegiatan dekonsentrasi tahun 2013: i) keterlambatan proses pelelangan karena keterbatasan pejabat pengadaan; ii) belum selesainya RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN); dan iii) backlog kegiatan 2012 menghambat kegiatan di tahun 2013 terutama dalam proses serah terima Barang Milik Negara (BMN). c. Sebaran dana dekonsentrasi ke kabupaten/kota yaitu pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah I mencakup 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, pelakasanaan pengembangan perkotaan mencakup wilayah Gerbangkertosusila, dan kegiatan monitoring dan evaluasi P2KH yang mencakup 21 Kabupaten/Kota. d. Laporan yang disampaikan ke Kementerian Pekerjaan Umum untuk dana dekonsentrasi adalah:: i) laporan e-monitoring; ii) laporan Sistem Akuntansi Informasi (SAI) dan BMN dilaporkan setiap 6 bulan; iii) LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dilaporkan setiap akhir tahun kegiatan. e. Dana dekonsentrasi pada Tahun 2013 tidak digunakan untuk membiayai kegiatan BKPRD. 5

Gambar 1 Diskusi dengan Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Dinas PU Provinsi Jawa Timur di Kantor Bappeda Provinsi Jawa Timur 2.2 Bidang Pertanahan Kegiatan pemantauan yang dilakukan dalam prioritas bidang pertanahan adalah kegiatan prioritas berupa Prioritas Nasional untuk Bidang Pertanahan yang dilaksanakan di Kanwil BPN Provinsi Jawa Timur. Provinsi tersebut dipilih terkait dengan identifikasi awal rencana pelaksanaan Reforma Agraria (redistribusi tanah dan access reform) yang akan dilaksanakan pada tahun 2015, berdasarkan masukan hasil rapat kick off meeting Reforma Agraria 3 April 2014. Beberapa capaian Bidang Pertanahan yang teridentifikasi di Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut: a. Legalisasi Aset Target kegiatan legalisasi aset yang direncanakan di Jawa Timur pada Tahun 2014 adalah sebagai berikut: PRONA ditargetkan sebanyak 93.000 bidang; Sertipikasi tanah pertanian ditargetkan sebanyak 400 bidang; Sertipikasi tanah nelayan tangkap ditargetkan sebanyak 200 bidang dan nelayan budidaya sebanyak 1.400 bidang; Sertipikasi tanah UMK ditargetkan sebanyak 1.200 bidang; Sertipikasi tanah MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) ditargetkan sebanyak 200 bidang. b. Redistribusi Tanah Obyek Landreform (TOL) Pada Tahun 2014 kegiatan redistribusi TOL dilaksanakan di 4 Kabupaten dengan target sebanyak 6.000 bidang dan alokasi anggaran sejumlah Rp 2.700.000.000,-. Capaian realisasi fisik sampai dengan TW II (Mei 2014) sudah sejumlah 6.000 bidang atau 100% dari target, namun belum ada data capaian anggaran. 6

c. Inventarisasi P4T Kegiatan inventarisasi P4T Tahun 2014 dilaksanakan di 11 Kabupaten/Kota dengan target fisik sebanyak 25.000 bidang dengan alokasi anggaran sebesar Rp 6.300.000.000,-. Jumlah realisasi fisik sudah mencapai 25.000 bidang atau 100% dari target, namun data capaian anggaran yang terserap belum tersedia. d. Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan pemberdayaan masyarakat pasca legalisasi aset dan redistribusi tanah, pada beberapa lokasi telah dilakukan kerja sama dengan perusahaan (diantaranya PT. Djarum Foundation, Bank BRI) dalam bentuk corporate social responsibility (CSR) perusahaan tersebut. Permasalahan yang masih dihadapi saat ini adalah lokus kegiatan pemberdayaan masyarakat masing-masing SKPD di Jatim belum terintegrasi dengan lokasi kegiatan redistribusi tanah dan legalisasi aset di BPN. Lalu koordinasi kegiatan lintas sektor terutama pemberdayaan masyarakat pasca redistribusi tanah dilakukan oleh Setda Provinsi di Biro Perekonomian Jawa Timur. Lalu BPN juga telah menyusun peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) se Jawa Timur dan telah digunakan oleh Pemda. e. SDM Pertanahan Kondisi ketersediaan SDM Pertanahan terutama Juru Ukur saat ini rata-rata kurang dari 10 orang per Kantah seluruh Jatim sehingga hampir semua Kantah mengalami kekurangan juru ukur. Permasalahan lain yang dihadapi adalah adanya juru ukur yang pensiun dan mendapat promosi menjadi pegawai struktural, di sisi lain jumlah penerimaannya tidak seimbang dengan angka pensiun mengakibatkan jumlah tenaga juru ukur pun terus berkurang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa kantah merekrut tenaga honorer. Namun hal tersebut belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan jumlah juru ukur. f. Kasus, Sengketa, dan Konflik Pertanahan Berikut akan dijelaskan capaian fisik dan anggaran sampai dengan TW II (Mei 2014): Kegiatan pelayanan pengaduan dan informasi sengketa konflik pertanahan, target fisik yang direncanakan sejumlah 602 kasus dan keuangan yang dianggarkan Rp 1.474.900.000,-. Sampai dengan TW II (Mei 2014), capaian fisik mencapai 41 kasus atau 6,88% dari total target. Sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 101.471.700,- atau 6,88% dari total anggaran; Kegiatan beracara di Pengadilan, target fisik yang direncanakan sejumlah 204 laporan dengan alokasi anggaran sebesar Rp 792.135.000,-. Sampai dengan TW II (Mei 2014) capaian fisik berjumlah 6 Laporan atau 2,738% dari total target dengan realisasi anggaran sebesar Rp 21.690.000,- atau 2,738%; Kegiatan pelayanan pengaduan SKP pertanahan ditargetkan sebanyak 103 laporan dengan anggaran sebesar Rp 400.000.000,-. Namun hingga Triwulan II (Mei 2014) belum ada capaian fisik dan anggaran; Kegiatan laporan pengkajian kasus pertanahan ditargetkan sejumlah 380 laporan dengan alokasi anggaran sebesar Rp1.474.900.000,-. Namun sampai dengan Triwulan II belum ada capaian fisik dan anggaran. Sampai dengan TW II (Mei 2014) Kegaiatan Legalisasi Aset (Prona, sertipikasi UMK, nelayan, dan MBR) belum ada capaian fisik karena tahapan pelaksanaan kegiatan baru dilakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada calon penerima kegiatan (subyek). Data realisasi keuangan juga belum tersedia. Kegiatan redistribusi tanah dan IP4T sudah terlaksana dengan capaian 100 persen. Sedangkan beberapa kegiatan lain terkait dengan penyelesaian kasus sudah ada capaian tetapi masih relatif kecil dan kegiatan terus dilanjutkan. 7

Gambar 2 Diskusi dengan Kanwil BPN Provinsi Jawa Timur di Kanwil BPN Provinsi Jawa Timur BAB 3 EVALUASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN 3.1 Bidang Tata Ruang 3.1.1 Arah Kebijakan Arah kebijakan dalam Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang di dalam RPJMN 2010-2014 adalah mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan dengan meningkatkan kualitas rencana tata ruang, mengoptimalkan peran kelembagaan, dan diacunya rencana tata ruang dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka pencapaian arah kebijakan tersebut, Fokus Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah: a. penyelesaian peraturan perundangan sesuai amanat undang-undang penataan ruang b. peningkatan kualitas produk rencana tata ruang c. sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang d. peningkatan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang 3.1.2 Sasaran Dalam mendukung arah kebijakan yang telah dirumuskan dalam RPJMN 2010-2014, maka sasaran pembangunan Tahun 2013 Bidang Tata Ruang adalah sebagai berikut: a. penyelesaian materi teknis peraturan perundangan amanat UU 26/2007; b. penyerasian peraturan pelaksanaan UU 26/2007 dengan UU sektoral terkait untuk memudahkan implementasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah; c. persetujuan substansi teknis untuk RTRW Kabupaten dan Kota yang belum mengacu pada PP 26/2008; 8

d. penguatan kelembagaan penataan ruang; dan e. penyerasian rencana pembangunan dengan RTR. 3.1.3 Kegiatan Prioritas Nasional Prioritas Nasional (PN) pembangunan Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah 1 dan 2 yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dengan indikator jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam prioritas nasional bidang infrastruktur di dalam RPJMN 2010-2014, termasuk RKP 2013, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. NO Tabel 3.1 Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR TARGET TAHUN 2013 PAGU TAHUN 2013 (MILYAR RP) INSTANSI PELAKSANA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG I.1 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I I.2 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II Sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang Sinkronnya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan dan antara rencana tata ruang Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU 15 provinsi 17 provinsi 100,175 Kementerian PU 112,784 Kementerian PU Tabel 3.2 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Nasional Program Penyelenggaraan Penataan Ruang NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR Anggaran (milyar RP) PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi 1. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I 2. Pembinaan Pelaksanaan Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya Jumlah rencana tata ruang yang telah 100,175 95,23 88,98 100 100 112,784 95,72 89,95 100 100 9

NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS Penataan Ruang Daerah Wilayah II INDIKATOR disinkronkan program pembangunannya Anggaran (milyar RP) Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU Berdasarkan data yang diperoleh, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.2, pelaksanaan program pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah wilayah I dan II dengan kegiatan sinkronisasi RTR dengan program pembangunan cenderung efektif dan efisien. Kinerja tersebut terlihat dari keseimbangan antara realisasi fisik dan keuangan yang di atas 90 persen. Realisasi dana dekonsentrasi untuk wilayah I dan II kurang tercapai (di bawah sasaran). Penyebab utamanya adalah dana dekonsentrasi turun dalam bentuk yang seragam, khususnya dalam hal nomenklatur. Sementara itu, kebutuhan daerah berbeda-beda. Perubahan pemanfaatan dana seringkali tidak disetujui Kementerian PU. Selain itu, kriteria di dalam pelaksanaan dana dekonsentrasi (misal dana pendampingan) tidak dipenuhi oleh Daerah sehingga dana tidak dapat dipergunakan. 3.1.4 Kegiatan Prioritas Bidang Prioritas Bidang (PB) penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan secara bersama-sama oleh Ditjen Bina Bangda, Kemendagri (cq. Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup) dan Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dan. Berikut disajikan capaian dan realisasi PB yang dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU. Tabel 3.8 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Penataan Ruang- Kementerian PU NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR Anggaran (ribu rupiah) PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi 1. Pelaksanaa n Penataan Ruang Nasional a Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah, Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundangundangan 114,967,36 0 96,12 94,34 100 100 6,094,643 96,12 84,87 100 100 10

NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR Anggaran (ribu rupiah) PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG 2. Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I 3 Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II 4. Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang 5. Pembinaan Program Ditjen Penataan penyelenggaraan penataan ruang a Jumlah Kota/Kabupaten yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya. b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan, informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundangundangan penyelenggaraan penataan ruang. a Jumlah Kota/Kabupaten yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya. b Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan, informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundangundangan penyelenggaraan penataan ruang. a Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundangundangan penyelenggaraan penataan ruang a Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi 9,622,700 95,23 97,52 100 100 5,784,100 95,23 94,06 100 100 7,653,149 95,72 94,04 100 100 5,678,091 95,72 91,77 100 100 144,505,000 94,54 84,27 100 100 63,505,897 97,34 96,32 100 100 11

NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR Anggaran (ribu rupiah) PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Ruang 6. Pelaksanaan Pengembang an Perkotaan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundangundangan penyelenggaraan penataan ruang a Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional b Jumlah Provinsi/Kabupaten/Ko ta yang mendapat pembinaan penyelenggaraan Penataan Ruang. c Jumlah Kabupaten/Kota yang memenuhi SPM dan/atau ditingkatkan kualitas Penataan Ruangnya. Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi 30,255,265 93,79 91,94 100 100 5,958,637 93,79 94,10 100 100 181,041,479 80,00 86,29 100 100 d Jumlah laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundangundangan penyelenggaraan penataan ruang. 5,662,619 93,79 93,45 100 100 Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU, seperti pada Tabel 3.3 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaan seluruh program penyelenggaraan penataan ruang cenderung efektif dan efisien, terdapat keseimbangan antara realisasi fisik dan keuangan, yakni di atas 90 persen. Program tersebut antara lain: 1) pelaksanaan penataan ruang nasional; 2) pembinaan pelaksanan ruang daerah wilayah I; 3) pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah wilayah II; 4) dukungan manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang; 5) pembinaan program; dan 6) pelaksanaan pengembangan perkotaan. 12

Namun, jika dilihat lebih mendalam pada tingkat indikator/kegiatan, terdapat 2 kegiatan yang cenderung efektif tapi tidak efisien dalam perencanaan karena terdapat kelebihan anggaran dengan realisasi keuangan di bawah 90 persen. Kegiatan tersebut yaitu: 1) penyusunan laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang; dan 2) penyusunan laporan/dokumen pembinaan program, kemitraan, layanan informasi dan dukungan manajemen organisasi, serta aspek hukum/perundang-undangan penyelenggaraan penataan ruang. Kondisi berbeda terjadi pada program pelaksanaan pengembangan perkotaan. Jika membandingkan realisasi fisik dan keuangan, kegiatan pembinaan penyelenggaraan penataan ruang dan kegiatan pemenuhan SPM dan/atau peningkatan kualitas penataan ruang cenderung efektif dan efisien. Program percepatan penyelesaian RTRW Kota telah dilaksanakan di 93 kota, dan progrma pengembangan kota hijau telah dilaksanakan di 112 kota/perkotaan. Namun, dalam pelaksanaannya terkendala oleh komitmen daerah untuk melaksanakan setelah serah terima aset ke daerah. Adapun pelaksanaan prioritas bidang (PB) yang dilaksanakan oleh Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri adalah sebagai berikut. NO Tabel 3.4 Realisasi Fisik dan Anggaran Pelaksanaan Prioritas Bidang Program Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Ditjen Bina Pembangunan Daerah- Kemendagri SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG 1 Fasilitasi Penataan Ruang Daerah dan Lingkungan Hidup di Daerah a INDIKATOR Keuangan (%) Fisik (%) Jumlah Penyusunan NSPK Penataan Ruang Daerah 2 b Meningkatnya Penyelesaian Perda Sesuai Amanat UU 26/2007 dan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3 c Terfasilitasinya penyusunan/revisi dan penetapan Perda tentang RTRW Provinsi 4 d Jumlah daerah yang difasilitasi dalam Peningkatan Target Realisasi Target Realisasi 100 88 100 100 100 70 100 100 100 91 100 100 100 89 100 100 13

NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR Keuangan (%) Fisik (%) kapasitas aparatur dan kelembagaan penataan ruang pusat dan daerah 5 e Jumlah daerah yang difasilitasi melalui Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Penataan Ruang 6 f Jumlah BKPRD yang terbentuk 7 g Terselenggaranya Raker BKPRD 8 h Terselenggaranya Rakernas BKPRN Target Realisasi Target Realisasi 100 63 100 100 100 68 100 100 100 94 100 100 100 86 100 100 9 i Jumlah daerah yang 100 99 100 100 difasilitasi dalam Monitoring dan Evaluasi Kinerja penyelenggaraan penataan ruang Sumber: Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemdagri Dapat dilihat pada tabel 3.4 di atas, bahwa realisasi fisik seluruh indikator program penyelenggaraan penataan ruang yang dilaksanakan oleh Direktorat Fasilitasi Penataaan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kemendagri, telah tercapai sempurna sesuai target sebesar 100 persen. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi keuangannya, maka secara umum kinerja program ini cenderung efektif tapi tidak efisien dalam perencanaan, dengan realisasi keuangan yang di bawah target. Kegiatan tersebut seperti NSPK penataan ruang daerah; penyelesaian Perda; fasilitasi dalam peningkatan kapasitas aparatur dan kelembagaan penataan ruang pusat dan daerah; sosialisasi peraturan perundang-undangan penataan ruang; fasilitasi pembentukan BKPRD; dan penyelenggaraan Rakernas BKPRN. Dalam penyusunan NSPK, Bina Bangda Kemdagri telah mereview Permendagri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RTR Provinsi dan Kab/Kota secara swakelola dan penyusunan NSPK tentang mekanisme penetapan rencana rinci tata ruang daerah dengan dukungan kosultan. Realisasi fisik kegiatan ini adalah Rapermendagri tentang tata cara evaluasi Raperda RTR Provinsi dan Kab/Kota, laporan akhir penyusunan NSPK tentang mekanisme penetapan Raperda tentang rencana rinci tata ruang dan draf Permendagri tentang tata cara evaluasi Raperda tentang rencana rinci tata ruang daerah. Sementara untuk mendorong penyelesaian Perda RTRW, telah tersusun SK Mendagri tentang evaluasi Raperda RTRWP untuk Provinsi Sulawesi Tengah dan Papua; dan SK Mendagri tentang klarifikasi Perda RTRW untuk Provinsi Maluku Utara. Realisasi keuangan yang cukup rendah adalah kegiatan fasilitasi melalui sosialisasi peraturan perundang-undangan penataan ruang dan fasilitasi pembentukan BKPRD. Realisasi ini rendah, karena pelaksanaan sosialisasi hanya dilaksanakan di 2 daerah (Ambon dan Banten) dari target 3 daerah, juga forum fasilitasi pembentukan BKPRD yang frekuensinya dikurangi, karena sedang dilakukan revitalisasi BKPRD di 31 provinsi, kecuali Sulawesi Barat dan Papua Barat. 14

Meskipun begitu, terdapat 3 kegiatan yang cenderung efektif dan efisien, yaitu: 1) fasilitasi penyusunan/revisi dan penetapan Perda RTR Provinsi; 2) rapat kerja BKPRD; dan 3) fasilitasi dalam pemantauan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan penataan ruang. Tiga kegiatan tersebut memiliki keseimbangan antara realisasi fisik dan anggaran, yakni di atas 90 persen. Hasil realisasi fisik dari masing masing indikator yang telah ditetapkan dapat dilihat secara rinci dalam lampiran Bab 3. 3.2 Bidang Pertanahan 3.2.1 Arah Kebijakan Untuk mendukung berbagai program pembangunan dan sebagai upaya untuk mengatasi hambatan yang terkait dengan pertanahan, maka arah kebijakan pertanahan periode 2010-2014 adalah melaksanakan pengelolaan pertanahan secara utuh dan terintegrasi melalui Reforma Agraria, sehingga tanah dapat dimanfaatkan secara berkeadilan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan turut mendukung pembangunan berkelanjutan. Adapun fokus prioritas Bidang Reforma Agraria adalah sebagai berikut: a. Peningkatan Jaminan Kepastian Hukum Hak Masyarakat Atas Tanah; b. Pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) termasuk pengurangan tanah terlantar; c. Peningkatan Kinerja Pelayanan Pertanahan; d. Penataan dan Penegakan Hukum Pertanahan serta Pengurangan Potensi Sengketa Tanah. Setiap tahunnya arah kebijakan pertanahan tersebut diimplementasikan ke dalam rencana kerja tahunan yang dikenal dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Arah kebijakan RKP Tahun 2013 prioritas Bidang Reforma Agraria adalah meningkatkan efektivitas pengelolaan pertanahan program dukungan manajeman dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. 3.2.2 Sasaran Dalam mendukung arah kebijakan, maka sasaran pembangunan Tahun 2013 untuk Prioritas Bidang Reforma Agraria adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan penyediaan peta pertanahan. 2. Percepatan legalisasi aset tanah. 3. Penertiban tanah terindikasi terlantar. 3.2.3 Kegiatan Prioritas Nasional RKP 2013 merupakan penjabaran tahun ke-tiga dari RPJMN 2010-2014. Kegiatan prioritas nasional pada Tahun 2013 Bidang Pertanahan, masuk dalam 6 (enam) kegiatan Prioritas Nasional (PN) yaitu: PN 4 Penanggulangan Kemiskinan, PN 5 Katahanan Pangan, PN 6 Infrastruktur, PN 7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha, PN 8 Energi, dan PN 10 Daerah Tertinggal, Terluar, dan Pasca Konflik (Buku I RKP 2012) sebagai berikut: a. PN (4): Penurunan tingkat kemiskinan dan perbaikan distribusi pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator Jumlah bidang tanah yang diredistribusi; 15

b. PN (5): Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian dan perikanan. Prioritas ini didukung oleh program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengembangan peraturan perundangundangan bidang pertanahan dan hubungan masyarakat dengan indikator jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan UU 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; c. PN (6): Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (Kab/kota/kec) dan inventarisasi P4T (bidang); dan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengembangan perturan perundangundangan bidang pertanahan dan hubungan masyarakat dengan indikator tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum; d. PN (7): Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator cakupan peta pertanahan; jumlah bidang tanah yang dilegalisasi; penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan (laporan); dan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengelolaan data dan informasi pertanahan dengan indikator peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA (kab/kota); e. PN (8): Pencapaian ketahanan energi nasional yang menjamin kelangsungan pertumbuhan nasional melalui restrukturisasi kelembagaan dan optimasi pemanfaatan energi alternatif seluas-luasnya. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar (SP); f. PN (10): Pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pasca-konflik. Prioritas ini didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator inventarisasi wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu dan kegiatan pengelolaan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu di pusat (peraturan-peraturan pengelolaan WP3WT). Selanjutnya target dan alokasi anggaran (pagu) kegiatan prioritas nasional bidang pertanahan pada Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel berikut (Buku I RKP Tahun 2013). Tabel 3.5 Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2013 No. Kegiatan Prioritas RKP 2013 Target RKP Alokasi RKP (Rp. Milyar) Alokasi DIPA BPN (Rp. Milyar) Prioritas Nasional 4: Penanggulangan Kemiskinan Program Pengelolaan Pertanahan Nasional 16

No. Kegiatan Prioritas RKP 2013 Target RKP Alokasi RKP (Rp. Milyar) Alokasi DIPA BPN (Rp. Milyar) a. Jumlah bidang tanah yang diredistribusi (bidang) 138.750 101,5 123,80 bidang Prioritas Nasional 5: Ketahanan Pangan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI Jumlah paket rancangan peraturan perundangundangan 1 paket 6,2 Tidak ada dan kebijakan di bidang pertanahan data a. dalam rangka mendukung pelaksanaan Undangundang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (paket) Prioritas Nasional 6: Infrastruktur Program Pengelolaan Pertanahan Nasional Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota) 45 9,2 5,10 a. kab/kota dan 55 kec b. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) (bidang) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI Tersusunnya peraturan perundang-undangan a. pengadaan tanah untuk kepentingan umum (paket) Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Program Pengelolaan Pertanahan Nasional a. Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan (laporan) 198.000 bidang 10.603 laporan Cakupan peta pertanahan (Hektar) 2.800.000 b. ha Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi (bidang) 884.050 c. bidang Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI Peningkatan akses layanan pertanahan melalui a. LARASITA (kab/kota) Prioritas Nasional 8: Energi Program Pengelolaan Pertanahan Nasional Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi a. terlantar (SP) Prioritas Nasional 10: Daerah tertinggal, terdepan, 35,8 35,79 1 paket 6,2 Tidak ada data 419 Kab/Kota 18,6 1.87 22,2 11,3 385,8 394,35 37,9 40,0 463 SP 7,4 1,5 17

No. Kegiatan Prioritas RKP 2013 Target RKP Alokasi RKP (Rp. Milyar) Alokasi DIPA BPN (Rp. Milyar) terluar dan paska konflik Program Pengelolaan Pertanahan Nasional a. Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (SP) Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, b. Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (paket) Sumber: RKP BPN, 2013. 157 SP 14,3 14,3 1 paket 6,0 Tidak ada data Untuk melihat hasil kinerja dari pelaksanaan RKP 2013 dilakukan analisis kinerja indikator. Analisis kinerja tersebut dilakukan dengan menilai capaian fisik (target) dan realisasi anggaran. Kemudian, hasil penilaian disajikan dalam bentuk persentase. Data capaian kegiatan dan indikator yang dianalisis adalah data yang termasuk ke dalam prioritas nasional saja karena untuk kegiatan dan indikator yang diluar prioritas nasional tidak tersedia datanya. Berdasarkan data tersebut disusun tabel capaian kegiatan dan realisasi anggaran dalam persentase (Tabel 3.6). Tabel 3.9 Realisasi Fisik dan Anggaran Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanahan Tahun 2013 No. Kegiatan Prioritas Nasional RKP 2013 Prioritas Nasional 4: Penanggulangan Kemiskinan Program Pengelolaan Pertanahan Nasional Jumlah bidang tanah yang diredistribusi a. (bidang) Prioritas Nasional 5: Ketahanan Pangan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI Jumlah paket rancangan peraturan perundangundangan dan kebijakan di bidang pertanahan a. dalam rangka mendukung pelaksanaan Undangundang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (paket) Prioritas Nasional 6: Infrastruktur Program Pengelolaan Pertanahan Nasional Neraca Penatagunaan Tanah di daerah a. (kab/kota) Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, b. Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (P4T) (bidang) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi 100 66,49 100 84,51 100 82,97 100 Tidak ada data 100 44,27 100 44,64 100 50,48 100 59,81 18

No. Kegiatan Prioritas Nasional RKP 2013 Keuangan (%) Fisik (%) Target Realisasi Target Realisasi Tugas Teknis Lainnya di BPN RI Tersusunnya peraturan perundang-undangan 100 82,97 100 Tidak a. pengadaan tanah untuk kepentingan umum (paket) ada data Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Program Pengelolaan Pertanahan Nasional a. Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara 100 Tidak 100 Tidak Pertanahan (laporan) ada data ada data b. Cakupan peta pertanahan (Hektar) 100 94,88 100 100 c. Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi (bidang) 100 Tidak 100 Tidak ada data ada data Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN RI Peningkatan akses layanan pertanahan melalui a. LARASITA (kab/kota) Prioritas Nasional 8: Energi Program Pengelolaan Pertanahan Nasional Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi a. terlantar (SP) Prioritas Nasional 10: Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan paska konflik Program Pengelolaan Pertanahan Nasional Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, a. Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (SP) Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, b. Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (paket) 100 Tidak ada data 100 Tidak ada data 100 59,81 100 69,80 100 49,30 100 56,60 100 90,61 100 100 Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa realisasi keuangan dan capaian fisik kegiatan prioritas nasional seluruh Indonesia terkait bidang pertanahan cukup bervariasi. Beberapa kegiatan realisasi keuangan di bawah 50%, namun di sisi lain beberapa kegiatan sudah lebih dari 90%. Kegiatan yang realisasinya anggaran cukup kecil (di bawah 50%) adalah: Program Pengelolaan Pertanahan Nasional- Penyusunan Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota) hanya mencapai 44,27% dan Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (SP) mencapai 49,30%. Kegiatan yang realisasi anggarannya cukup tinggi (di atas 50%) antara lain: Cakupan peta pertanahan (Hektar), Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (di pusat). Sedangkan beberapa kegiatan lainnya tidak tersedia data realisasi anggaran. Sebanding dengan realisasi keuangan, capaian fisik yang relatif rendah adalah kegiatan Neraca Penatagunaan Tanah di daerah (kab/kota). Sedangkan capaian yang cukup tinggi terutama kegiatan Penyusunan cakupan peta pertanahan (Hektar) dan Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (di pusat) yang mencapai 100%. Beberapa kegiatan lainnya masih rendah dan yang lainnya tidak tersedia data. 19

Berdasarkan disksui dengan BPN, beberapa kendala yang umumnya dihadapi pelaksanaan program dan kegiatan di atas, diantaranya: a) bukti hak dalam penguasaan tanah tidak jelas; b) tingkat ekonomi masyarakat yang rendah sehingga terkendala dalam membayar BPHTB; c) koordinasi dengan instansi terkait belum berjalan lancar, terutama sinergi dengan K/L dan Pemda setempat; d) permasalahan tata ruang (RTRW) tidak mendukung dengan belum keluarnya SK Menteri Kehutanan, khususnya di 2 (dua) provinsi (provinsi Kalimantan Tengah dan provinsi Kepulauan Riau; e) data peserta transmigrasi tida valid (yang terdaftar dengan penghuni berbeda) karena jeda waktu yang lama; f) lokasi transmigrasi masih belum terbit HPL sebagai prasyarat terbitnya HM, dan prosedur baku sulit dipenuhi; g) instansi kesulitan memenuhi persyaratan yuridis dalam kegiatan sertipikasi tanah BMN; h) keterbatasan jumlah SDM pada satker-satker; serta i) sulitnya menentukan kriteria peserta sertipikasi tanah, terutama warga miskin. Sementara itu, target dan capaian beberapa kegiatan Prioritas Nasional dan Bidang Pertanahan khususnya di Kanwil BPN Jawa Timur Tahun 2013 meliputi: a. Kegiatan legalisasi aset: Terkait target sertifikasi bidang tanah, sampai saat ini jumlah bidang tanah yang telah tersertipikasi sekitar 40% dari luas wilayah di Jawa Timur. Dari 40% bidang tanah yang telah bersertipikat tersebut, sekitar 60-70% diantaranya yang telah terpetakan dengan baik dan terdata di Geo-KKP. Proses sertifikasi tanah secara digital, baru efektif dilakukan mulai tahun 2005. PRONA ditargetkan sebanyak 95.000 bidang, dengan capaian 94.364 bidang (99.33%); Sertipikasi tanah UMK ditargetkan sebanyak 1.500 bidang, dengan capaian 1.500 bidang (100%); Sertipikasi tanah nelayan ditargetkan sebanyak 2.100 bidang, dengan capaian 2.100 bidang (100%); Sertipikasi tanah MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) ditargetkan sebanyak 1.400 bidang, dengan capaian 1.354 bidang (96,7%); b. Kegiatan Redistribusi Tanah Obyek Landreform dan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (IP4T): Redistribusi tanah ditargetkan sebanyak 6.000 bidang, dengan capaian 6.000 bidang (100%). IP4T ditargetkan sebanyak 38.000 bidang, dengan capaian 38.000 bidang (100%). c. Penanganan Kasus Pertanahan. Jumlah kasus pertanahan yang masuk ke Kanwil BPN Jatim akumuluasi s.d 2013 sebanyak 1.166 kasus, jumlah diselesaikan sebanyaak 604 kasus (66%). Berikut akan dijelaskan capaian fisik dan anggaran Tahun 2013 masingmasing kegiatan: Kegiatan Pelayanan Pengaduan dan Informasi Sengketa dan Konflik Pertanahan, target fisik yang direncanakan sejumlah 41 kasus dan keuangan yang dianggarkan Rp 109.500.000,-. Capaian fisik sebanyak 15 kasus atau 36,59% dari total target. Sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 37.842.500,- atau 34% dari total anggaran; Kegiatan Pengkajian Sengketa dan Konflik Pertanahan, target fisik yang direncanakan sejumlah 2 laporan dengan alokasi anggaran sebesar Rp 60.000.000,-. Capaian fisik dan keuangan sudah mencapai 100%; Kegiatan Beracara di Pengadilan, target fisik yang direncanakan sejumlah 825 Laporan dan keuangan yang dianggarkan Rp 618.750.000,-. Capaian fisik sebanyak 337 kasus 20

atau 40% dari total target. Sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 278.947.800,- atau 45% dari total anggaran; Kegiatan Pelayanan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan ditargetkan sebanyak 300 kasus dengan anggaran sebesar Rp 735.000.000,-. Capaian fisik sebanyak 274 kasus atau 91% dari total target. Sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp 441.217.580,- atau 60% dari total anggaran. d. Tata batas kawasan hutan Beberapa Kantor Pertanahan (Kantah) di Provinsi Jawa Timur kesulitan untuk mengakses dan mendapatkan data kawasan hutan sehingga tidak diketahui dengan pasti batas kawasan hutan dan non hutan (budidaya) baik secara tertulis maupun di lapangan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sengketa pertanahan misalnya penerbitan sertipikat hak atas tanah pada kawasan hutan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kanwil BPN Jawa Timur mengusulkan agar dilakukan penataan batas kawasan hutan dan non hutan. e. Kegiatan pemberdayaan masyarakat pasca legalisasi aset dan redistribusi tanah Pada beberapa lokasi di Provinsi Jawa Timur telah dilakukan kerja sama dengan perusahaan (diantaranya PT. Djarum Foundation, Bank BRI) dalam bentuk corporate social responsibility (CSR) perusahaan tersebut. Permasalahan yang masih dihadapi saat ini adalah lokus kegiatan pemberdayaan masyarakat masing-masing SKPD di Jatim belum terintegrasi dengan lokasi kegiatan redistribusi tanah dan legalisasi aset di BPN. Selain itu, koordinasi kegiatan lintas sektor terutama pemberdayaan masyarakat pasca redistribusi tanah dilakukan oleh Setda Provinsi di Biro Perekonomian Provinsi Jawa Timur. BPN juga telah menyusun peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) se Jawa Timur dan telah digunakan oleh Pemda. f. Ketersediaan SDM Pertanahan terutama Juru Ukur Kondisi SDM Pertanahan terutama Juru Ukur di Kanwil Jawa Timur, saat ini rata-rata kurang dari 10 orang per Kantah. Dengan demikian hampir seluruh Kantah mengalami kekurangan SDM Pertanahan terutama juru ukur. Permasalahan lain yang dihadapi adalah adanya juru ukur yang pensiun dan mendapat promosi menjadi pegawai struktural, di sisi lain jumlah penerimaannya tidak seimbang dengan angka pensiun mengakibatkan jumlah tenaga juru ukur pun terus berkurang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa kantah merekrut tenaga honorer. Namun hal tersebut belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan jumlah juru ukur. g. Kebijakan kamar khusus pertanahan perlu dibentuk Pembentukan kamar khusus pertanahan diperlukan karena sejalan dengan RUU Pertanahan. Selain itu beberapa kasus pertanahan yang telah diputuskan tidak dapat dilaksanakan karena keputusan yang dihasilkan oleh beberapa pengadilan berbeda-beda. Diusulkan agar hakim pada pengadilan pertanahan menggunakan pegawai BPN yang sudah dilatih khusus dan lebih memahami permasalahan pertanahan. Berdasarkan data capaian fisik dan anggaran beberapa kegiatan prioritas di atas, tergambar bahwa sebagian besar kegiatan sudah tercapai. Secara keseluruhan kegiatan legalisasi aset (Prona, sertipikasi UMK, nelayan, dan MBR) hampir semua target tercapai. Kegiatan redistribusi tanah dan IP4T juga sudah mencapai 100 persen. Secara umum kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah belum jelasnya batas kawasan hutan dan non hutan sehingga dapat menimbulkan sengketa. Untuk kegiatan sertipikasi tanah lintas sektor, seringkali data yang disampaikan oleh Dinas terkait tidak lengkap sehingga menyulitkan pelaksanaan pendataan dan pengukuran bidang tanah. Upaya yang dilakukan oleh Kantah dan Kanwil BPN dalam mempercepat pelaksanaan legalisasi aset adalah melakukan koordinasi intensif dengan SKPD terkait di daerah. Selain itu dilakukan kegiatan pra sertipikasi untuk 21

mengidentifikasi data fisik dan yuridis atas bidang-bidang tanah yang akan dilakukan sertipikasi. Kedepan perlu dilakukan koordinasi lebih baik lagi terkait dengan tata batas kawasan hutan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat pasca legalisasi aset dan redistribusi tanah. Untuk kegiatan penanganan kasus pertanahan capaiannya masih relatif kecil bila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Umumnya penanganan kasus pertanahan memerlukan waktu penyelesaian yang cukup lama dan melibatkan berbagai pihak terkait. Untuk itu, kedepan diperlukan pembentukan kamar khusus pertanahan untuk mempercepat penyelesaian kasus pertanahan dengan melibatkan hakim-hakim ad-hoc yang mendalami bidang pertanahan. Terkait dengan kekurangan jumlah sumberdaya manusia pertanahan terutama juru ukur, perlu dilakukan pemetaan terhadap keseluruhan pegawai dan selanjutnya dilakukan penerimaan secara berkala untuk pemenuhan juru ukur tersebut. 22

BAB 4 INDIKATOR OUTCOME BIDANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG 4.1 Latar Belakang 4.1.1 Deskripsi Singkat Penyusunan Indikator Outcome Kondisi sistem evaluasi saat ini terbatas pada evaluasi output yang hanya memperhatikan realisasi fisik dan realisasi anggaran. Sistem evaluasi ini tidak dapat menggambarkan capaian program yang memiliki dampak luas. Kondisi perubahan yang direncanakan dalam proyek perubahan adalah penyusunan sistem evaluasi outcome Bidang Tata Ruang yang digunakan untuk mengevaluasi capaian outcome bidang ini dalam periode RPJMN 2015-2019. Sistem evaluasi ini memperhatikan tujuan Bidang Tata Ruang yang tercantum dalam RT RPJMN 2015-2019 serta tujuan Penataan Ruang yang ditetapkan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penyusunan sistem evaluasi outcome Bidang Tata Ruang ini berkaitan erat dengan tiga area perubahan reformasi birokrasi yaitu: a. Tata laksana yang diharapkan dapat menghasilkan sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance; b. Pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme; serta c. Akuntabilitas yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi. Jenis inovasi yang dilaksanakan adalah inovasi sistem evaluasi dari input dan output ke sistem evaluasi outcome. 4.1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan proyek perubahan adalah menyusun sistem evaluasi dampak penyelenggaraan penataan ruang nasional untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan RPJMN 2015-2019 untuk digunakan sebagai alat evaluasi RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang. Manfaat proyek perubahan ini adalah: a. Tersusunnya outcome based indicators untuk digunakan sebagai alat evaluasi RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang; b. Tersusunnya mekanisme penilaian kinerja penyelenggaraan penataan ruang nasional dan daerah; c. Teridentifikasinya kegiatan dan daerah yang perlu mendapatkan alokasi baik dalam bentuk insentif ataupun alokasi khusus agar tujuan penataan ruang nasional dapat tercapai. 4.1.3 Identifikasi Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Mengingat bahwa output proyek perubahan ini akan digunakan sebagai alat evaluasi RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang, serta memperhatikan hasil benchmarking yang telah dilakukan, diperlukan identifikasi pihak terkait. Pihak terkait dibagi menjadi dua kelompok utama kelompok dari sisi supply kebijakan dan dari sisi demand kebijakan. Kelompok dari sisi supply adalah: 1. Direktorat Bina Program, Dirjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum; 23

2. Direktorat Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri; 3. Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; 4. Direktorat Evaluasi Pembangunan Sektoral, Kementerian PPN/Bappenas; 5. Anggota Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; 6. Pemerintah Provinsi. Pemangku kepentingan dari sisi demand adalah masyarakat, DPR dan DPRD yang menggunakan ruang. Secara ringkas, seluruh pemangku kepentingan tersebut dapat digambarkan di dalam stakeholder map yang dibagi berdasarkan tingkat interest dan power (Gambar 2). Gambar 1 Pemetaan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping) 4.2 Hasil Perumusan Sementara Sistem Evaluasi Outcome 4.2.1 Sistem evaluasi outcome Sistem evaluasi adalah serangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), proses/aktivitas, keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana yang telah ditetapkan. Melalui evaluasi dilakukan pengoleksian informasi tentang kegiatan, karakteristik, dan hasil dari program secara sistematis, untuk membuat penilaian atas program, meningkatkan efektivitas program, dan memberikan rekomendasi untuk penyusunan program mendatang. Proses pelaksanaan evaluasi termasuk di dalamnya adalah pengumpulan, analisis dan pelaporan data inputs, aktivitas, outputs, outcomes dan dampak serta faktor eksternal yang mendukung manajemen yang efektif. Melalui proses evaluasi, kemajuan dapat dilihat dan perbaikan dapat dilakukan secara kontinu (DPME, 2014). Evaluasi dapat dilakukan di berbagai tahap pelaksanaan kegiatan, juga bisa dilakukan di berbagai tingkatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa yang digunakan untuk melakukan kegiatan? 2. Apa yang dilakukan? 24