BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang-orang asing atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa. upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kata-kata yang mubajir dan terlalu berbelit-belit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya bisa dilakukan dalam ruang dan waktu yang terbatas kini dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Internasional kini menginjak tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. daripemerintah Indonesia yang sudah cukup lama. Salah satu tujuannya adalah. menjadikanbahasa Indonesia menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pola penyajian narasi, deskripsi, dan ekspositoris. Pola penyajian laporan

LARAS dan RAGAM BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jihan Ade Daties, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan Bahasa Indonesia dalam dunia Internasional memang belum

M 2015 PENERAPAN TEKNIK BBM (BERPIKIR-BERBICARA-MENULIS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Dengan bahasa pula dapat

2014 MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dandi Oktaviana Maulid, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran bahasa asing merupakan salah satu ilmu yang popular

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib

WORKSHOP BAHASA INDONESIA DI SD. ISAH CAHYANI Diadaptasi dari berbagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *)

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa itu saling berhubungan dalam proses

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Swie Indarti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang semakin

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang-orang asing atau orang luar negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyak dibukanya lembaga-lembaga yang mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing dalam berbagai kepentingan, baik pengajaran maupun komunikasi praktis. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, sebagaimana pula bahasa lain sebagai bahasa asing, ditujukan guna memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar. Hal ini mengandung maksud bahwa mereka diharapkan mampu mempergunakan bahasa Indonesia untuk berbicara dengan lancar dan sekaligus dapat mengerti bahasa yang diujarkan penutur aslinya (Wojowasito, 1977: 1-2). Tercapainya maksud dan tujuan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur bahasa asing dipengaruhi oleh tiga komponen. Ketiga komponen tersebut adalah pembelajar, materi pembelajaran, dan proses pembelajaran. Hubungan ketiga komponen tersebut sangatlah penting sehingga akan menentukan hasil pembelajaran. Pertama, pembelajaran merupakan komponen yang sangat menonjol keberadaanya karena karateristik dan peran pembelajar BIPA dapat dilihat dari a) motivasi, b) tujuan pembelajaran, c) bakat, d) ciri personal, e) cara/strategi belajar, f) kemampuan kognitif, g) pengetahuan/kemampuan.

2 Kedua, penyelenggara BIPA. Dalam hal ini penyelenggara BIPA perlu memahami karakteristik dan peran pembelajar karena setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan berbeda. Ketiga, proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pemahaman yang baik harus dimunculkan ketika menyiapkan bahan-bahan ajar. Dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana pengajar menentukan dan membuat model-model pembelajaran. Dalam konteks ini model pembelajaran mendapat tempat yang signifikan dalam keberhasilan pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa tujuan pembuatan model pembelajaran diarahkan untuk: 1. memberikan wahana bagi pembelajar untuk mempraktikan kaidah-kaidah bahasa yang didapatnya di kelas. Dengan cara ini, pembelajar akan menyadari sejauh mana pencapaian pembelajarannya; 2. memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk berani berkomunikasi dalam suasana yang alami; 3. memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk meningkatkan kelancaran berbahasanya; 4. memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk mendapat informasi yang faktual sesuai dengan kebutuhan belajar. Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal yang dilakukan pada setiap lembaga pendidikan untuk semua tingkat pendidikan, dengan model pembelajaran apapun, diarahkan agar setiap pembelajar memiliki empat keterampilan 1, yaitu: 1 Menurut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006),

3 memiliki keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Adapun empat keterampilan untuk tingkat dasar 2, antara lain: 1. keterampilan mendengarkan, meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran; 2. keterampilan berbicara, meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan pendapat atau saran, diskusi dan lainnya; 3. keterampilan membaca, meliputi keterampilan memahami teks bacaan melalui membaca nyaring, membaca lancar, membaca puisi, membaca dalam hati, membaca intensif dan sekilas; 4. keterampilan menulis, meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, ringkasan paragraf dan lainnya. Terkait dengan maksud dan tujuan pembelajaran BIPA serta keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh setiap pembelajar bahasa, seperti yang telah dijabarkan di atas, pembelajaran BIPA masih banyak terkendala, diantaranya belum adanya kurikulum standar dan belum variatifnya bahan ajar. Secara faktual, kurikulum pembelajaran BIPA sampai dengan saat ini ternyata belum ada kurikulum BIPA yang dijadikan kurikulum standar. Selama ini 2 Sebagaimana ruang lingkup pembahasan, maka penulis mengidentifikasi keterampilan untuk tingkat dasar

4 penyelenggara pendidikan memiliki kebebasan untuk menyusun kurikulumnya sendiri. Dalam penyusunannya, standar kurikulum yang digunakan tersebut disandarkan pada tujuan agar dapat menampung berbagai perkembangan penggunaan bahasa. Misalnya pendekatan pembelajaran terhadap orang yang belajar bahasa, mereka tidak lagi dipandang sebagai objek, tetapi sebagai subjek (pelaku) dalam proses belajar bahasa. Segala kegiatan dalam pembelajaran bahasa, harus berpusat pada mereka yang belajar bahasa. Sebagai bahan ajar, bahasa tidak dipelajari sebagai bagian-bagian, tetapi dipelajari sebagai satu keutuhan, sesuai dengan bidang pemakaiannya (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 208: 267). Selain kurikulum, hingga saat ini pula bahan ajar untuk pembelajaran BIPA masih belum banyak yang ditawarkan kepada penggunanya itu sendiri. Bahan ajar hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja yang menyelenggarakan BIPA. Hal ini dikarenakan banyak sekolah atau penyelenggara BIPA masih sibuk dalam menjaga program mereka agar tidak diketahui oleh lembaga penyelenggara BIPA yang lain karena takut ditiru. Mungkin salah satu faktor pendorong mereka melakukan hal ini adalah berkaitan dengan masalah komoditas ekonomi yang dapat dimonopoli oleh kelompok tertentu. Kondisi ini pula di tambah dengan teknik mengajar yang monoton, satu arah, dan tidak terprogram. Namun sayangnya tidak banyak yang menyadari dan melakukan pengembangan sistem pengajaran secara konsisten, bahwa setiap siswa BIPA menuntut kegiatan belajar (bukan kegiatan mengajar) yang menarik dan bermakna. Kegiatan belajar yang menarik saja tidak cukup jika pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan kepada

5 siswa tidak bermakna. Sebaliknya, walaupun pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan sangat penting dan bermakna, tetapi diajarkan dengan cara yang tidak menarik bagi siswa, maka akan menimbulkan kegiatan belajar yang tidak efektif. Berdasarkan temuan survei yang dilakukan oleh Alwasilah (2000:127) para pengajar BIPA di Australia melaporkan sejumlah kesulitan yang dialaminya. Di antaranya adalah (1) lemahnya keterampilan menyimak dan kesulitan menguasai afiksasi bahasa Indonesia, (2) kendala akademis yang berkaitan dengan metodologi pengajaran BIPA. Selain itu beberapa praktisi pengajar BIPA, baik di dalam maupun di luar negeri menemukan berbagai permasalahan yang dimiliki oleh pengajar asing dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Rosidi (2000:392) menemukan bahwa penutur Jepang mengalami kesulitan dengan imbuhan, khususnya kata yang menggunakan awalan, sisipan, dan akhiran seperti ; ber-, meng-,men-, me-kan, mem-. per-kan, mem-per-i, dan lain sebagainya. Selain itu, pembelajar pemula mengalami kesulitan dalam mencari kosa-kata sulit dalam kamus, apakah kata tersebut kata dasar atau kata jadian. Selain pada tingkat dasar, begitu pula hasil penelitian berkenaan dengan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia para pembelajar BIPA di tingkat menengah di Indonesian Language and Culture Intensive Course (ILCIC), penellitian dalam kurun waktu 1999-2000 yang dilakukan oleh Setya Try Nugraha (2000:7) didapatkan hasil di antaranya adalah ketidakefektifan kalimat sebanyak 422 kesalahan, kesalahan pemilihan kata sebanyak 228, kesalahan penggunaan afiks sebanyak 203 kesalahan, tidak lengkapnya fungsi-fungsi kalimat sebanyak

6 113, kesalahan pemakaian preposisi sebanyak 52, pembalikan urutan kata sebanyak 74 kesalahan, penggunaan konstruksi pasif sebanyak 37, kesalahan pemakaian konjungsi sebanyak 25, ketidaktepatan pemakaian kata yang ada 17 kesalahan, dan kesalahan dalam pembentukan jamak sebanyak 9 kesalahan. Jadi kesalahan mencolok terjadi pada pembuatan kalimat yang efektif disusul kesalahan pemilihan kata, pemakaian afiks, dan tidak lengkapnya fungsi-fungsi dalam kalimat. Kesulitan-kesulitan lainnya dikemukakan oleh Hidayat (dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2008: 273), bahwa berbagai kendala yang membuat pembelajar BIPA kesulitan menguasai struktur bahasa Indonesia, yaitu: 1. kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI, masih kurang mereka pahami; 2. pemahaman terhadap konsep struktur kalimat Bahasa Indonesia (BI) masih samar-samar; 3. satuan-satuan linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat BI belum mereka kuasai; 4. kerancuan terhadap pemahaman posisi fungsi, kategori dan peran dalam sebuah kalimat; 5. penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan berbahasa ibunya; 6. struktur pola kalimat BI berbeda dengan struktur kalimat bahasa ibu mereka; 7. penguasaan kosa kata dan pembentukannya belum banyak mereka ketahui; 8. penguasaan membaca buku-buku kebahasaan masih kurang.

7 Kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran BIPA di atas, baik kendala yang muncul dari pengajar, pembelajar maupun objek yang diajarkan, menjadi sebuah permasalahan yang memerlukan obat penawar yang setidaknya dapat menjadi alternatif penyembuhan. Oleh karena itu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat sangat diperlukan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Dengan demikian, peneliti meyakini bahwa, penggunaan strategi yang tepat akan sangat membantu pembelajaran BIPA meraih keberhasilan dalam proses pembelajarannya, salah satunya adalah model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Model Pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif dalam keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) di tingkat dasar, dengan alasan bahwa: 1) belum banyaknya model pembelajaran afiksasi yang disesuaikan dengan pembelajar BIPA; 2) masih ada pengajar yang kesulitan dalam memberikan pembelajaran afiksasi untuk pembelajar BIPA; 3) model pembelajaran afiksasi melalui penggunaan media Cakram Digital (CD) interaktif dapat meningkatkan kemampuan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajar BIPA tingkat dasar.

8 B. Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1) Masih minimnya bahan pembelajaran afiksasi terutama pada afiksasi awalan pembentuk verba: men-, untuk pembelajar BIPA tingkat dasar yang diajarkan di sekolah. 2) Pembelajar BIPA tingkat dasar masih kesulitan menguasai afiksasi bahasa Indonesia. 3) Pembelajar BIPA tingkat dasar masih mengalami kesulitan dalam memahami arti kata dasar dan kata yang berimbuhan. 4) Tidak banyaknya pengajar yang memanfaatkan model pembelajaran dengan menggunakan media Cakram Digital (CD) interaktif untuk meningkatkan keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajar BIPA tingkat dasar. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan beberapa identifikasi masalah di atas, serta keterbatasan yang dmiliki peneliti, masalah yang diteliti perlu dibatas. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan pada kurikulum pembelajaran afiksasi pada pembelajar BIPA tingkat dasar yaitu pada imbuhan men-, pen-, di-,dan akhiran an, maka penulis hanya membatasi pembahasan pada pengajaran afiksasi pembentuk Verba men- melalui media Cakram Digital (CD) interaktif.

9 2. Keterampilan menulis kata berafiks (awalan men- ) dalam kalimat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang terangkum dalam pembatasan masalah, penelitian ini akan difokuskan pada Model Pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif dapat meningkatkan keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) di tingkat dasar. Masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung?, meliputi: a) materi b) komponen materi untuk cakram digital. 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung?, meliputi: a) Langkah-langkah penggunaan Cakram Digital. b) Petunjuk dan penilaian materi soal pada Cakram Digital. c) Petunjuk untuk guru dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.

10 3. Bagaimanakah hasil model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung?, meliputi: a) Hasil kemampuan afksasi siswa melalui penggunaaan cakram Digital (CD) interaktif. b) Hasil respon siswa terhadap penggunaaan cakram Digital (CD) interaktif. E. Tujuan Penelitian Berkenaan dengan identifikasi masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk. 1. Tujuan Umum Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk BIPA akan berhasil apabila didukung oleh pembelajar, materi pembelajaran, dan proses pembelajaran. Penggunaan materi yang inovatif dan kreatif didukung oleh pembelajar yang tepat dapat meningkatkan ketrampilan berbahasa siswa baik secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, pembelajaran afiksasi Bahasa Indonesia melalui media Cakram Digital (CD) interaktif diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis kata berafiks. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah. a) Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung.

11 b) Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung. c) Mendeskripsikan hasil model pembelajaran afiksasi melalui media cakram Digital (CD) interaktif pada siswa kelas VII SMP Mutiara Nusantara International School di Bandung. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. menambah kajian inovasi pembelajaran bahasa Indonesia bagi model pembelajaran afiksasi untuk pembelajar BIPA tingkat dasar; b. mengembangkan konsep model pembelajaran afiksasi dalam keterampilan menulis kata bearfiks dalam kalimat untuk pembelajaran BIPA tingkat dasar. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengajar BIPA Model pembelajaran dengan interaktif merupakan alternatif menggunakan Cakram Digital (CD) model pembelajaran dalam rangka

12 meningkatkan kualitas keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat untuk pembelajaran bahasa Indonesia di bidang morfologi. b. Siswa/pembelajar BIPA Penerapan model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif dapat mengembangkan potensi, kemampuan, dan motivasi siswa dalam menguasai keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat. c. Sekolah Internasional Penggunaan model pembelajaran media Cakram Digital (CD) interaktif merupakan salah satu alternatif strategi pembelajaran bahasa Indonesia bagi pembelajaran BIPA tingkat dasar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran afiksasi. d. Peneliti Penerapan model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif dapat dilakukan pada populasi yang lebih banyak dan lebih luas. G. Anggapan Dasar Penelitian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut. 1. Afiksasi dalam bahasa Indonesia merupakan rumpun tatabahasa yang besifat unik. Keunikan ini menjelaskan bahwa afiks di dalam bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting sebab kehadiran imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk, fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya. Kesalahan dalam menggunakan afiksasi berakibat pada

13 kesalahan dalam mengartikan suatu kata atau kalimat sehingga aktifitas komunikasi dapat terhambat baik secara lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, penggunaan afiksasi yang benar dalam Bahasa Indonesia mutlak diperlukan. 2. Kemampuan menulis kata berafiks Pembelajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) yang dimiliki berbeda-beda sehingga hal tersebut perlu diajarkan, dilatihkan, dan dipraktikan secara berkesinambungan. 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang didukung oleh model pembelajaran yang tepat bagi Pembelajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) akan mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal. H. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Ho : Tidak terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Mutiara Nusantara International School pada keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat setelah diberi pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif. Ha : Terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Mutiara Nusantara International School pada keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat setelah diberi pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif.

14 I. Paradigma Penelitian Afiksasi Kemampuan Menulis Awalan me- Prates Analisis Konsep Rancangan Model Media CD Interaktif Implementasi Media CD Interaktif Pascates Hasil Pembelajaran Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

15 J. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variable terikat. Penerapan model pembelajaran afiksasi melalui media Cakram Digital (CD) interaktif pada mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing yang dilaksanakan di sekolah internasional, yaitu siswa Sekolah Menengah Mutiara Nusantara International School di Komplek Graha Puspa Jalan Sersan Bajuri Cihideung Parompong Bandung ditempatkan sebagai variabel bebas. Sedangkan hasil belajar yang berupa peningkatan keterampilan menulis kata berafiks dalam kalimat ditempatkan sebagai variabel terikat. Untuk memberikan kejelasan tentang variabel-variabel penelitian ini, berikut peneliti uraikan beberapa definisi operasional. 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam hal ini model pembelajaran merupakan upaya manipulasi pengajar dalam menggunakan media Cakram Digital (CD) guna tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan kata lain pula, model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. 2. Media Cakram Digital (CD) interaktif Cakram Digital (CD) Interaktif merupakan sebuah media yang berformat multimedia yang dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk).

16 CD Interaktif ini merupakan hasil pemecahan suatu masalah berdasarkan pendekatan komunikasi audio visual. CD Interaktif biasanya berbasis komputer serta menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri atas teks, grafis, foto, video, animasi, numeric, narasi dan interaktifitas yang diprogram berdasarkan teori pembelajaran dan dikemas dalam piringan compact disk (CD). 3. Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia Afiksasi adalah proses pertumbuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur, yaitu: dasar atau bentuk dasar, afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan. Bentuk dasar yang menjadi dalam proses afiksasi adalah bentuk akar, yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi misalnya meja, beli, sikat. Afiksasi dapat juga berupa kompleks seperti terbelakang pada kata keterbelakangan, berlaku pada kata memberlakukan, aturan pada kata beraturan, dapat juga bersifat frasa, seperti ikut serta pada kata keikutsertaan, tiba di Jakarta pada kata setiba di Jakarta. 4. Keterampilan Menulis kata Berafiks. Keterampilan menulis kata berafiks adalah keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa BIPA untuk merangkaikan kata dasar atau dasar kata yang disesuaikan dengan imbuhan yang dilekatkanya dengan baik. 5. Sekolah Internasional Sekolah internasional adalah sekolah yang menetapkan standar kompetensi lulusan, kurikulum, proses belajar mengajar, manusia, Fasilitas,

17 manajemen, pembiayaan, dan penilaian berstandar internasional. Dalam sekolah Internasional proses belajar mengajar disampaikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia apabila sekolah tersebut berada di Indonesia. 6. BIPA Bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan bahasa asing, seperti halnya bahasa Inggris, Jerman, Jepang, Prancis, dan sebagainya bagi penutur Indonesia. Hal ini berarti bahwa bahasa asing merupakan bahasa yang dipelajari atau dikuasai seseorang setelah bahasa pertamanya. Bahasa asing itu sebagai bahasa kedua (B2) dan bahasa pertama sebagai bahasa kesatu (B1). Jadi, bahasa Indonesia dalam hal ini dapat disebut B2 bagi penutur asing yang bahasa pertamanya (B1) bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Mandarin, Tagalog, dan sebagainya.