1.1 Latar belakang Sebagai daerah istimewa, Yogyakarta mendapat dana keistimewaan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kebudayaan unggulan menjadi salah satu pokok pikir kerangka

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

DANA KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK). RUUK tersebut. disahkan menjadi Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2012 tentang

BAB III DESKRIPSI MENGENAI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. 1. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

BAB VII PENUTUP GUBERNUR JAMBI, H. HASAN BASRI AGUS

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Kebijakan Anggaran Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB VI PENUTUP. wisata pantai gandoriah dan pulau angso duo Kota Pariaman cukup dan belum

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang sedikit mirip dengan negara serikat/federal 1. Namun terdapat perbedaanperbedaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. Retribusi Daerah, dapat dilihat pada lampiran (4). Pemerintah Daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. wisata kuliner, dan berbagai jenis wisata lainnya. Salah satu daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. yang cakupannya lebih sempit. Pemerintahan Provinsi Jawa Barat adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

POINTER SAMBUTAN/ARAHAN GUBENUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 2 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PROMOSI PARIWISATA KOTA SEMARANG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Menurut John Naisbit, pada abad ke 21 nanti pariwisata akan

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Visi Misi Gubernur DIY: Rancangan Cascade RPJMD DIY

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

FORUM SKPD DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DIY USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN T.A 2018 RADYOSUYOSO 30 MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meraih penghargaan Anugerah

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dari berbagai uraian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

TEPRA KALIMANTAN TIMUR TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN (TEPRA) SAMARINDA, JULI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Tempat-tempat wisata di kota ini selalu ramai dikunjungi wisatawan

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata di Kota Padang sangat penting dikarenakan Kota Padang

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN. dan kegiatan yang direncanakan dan diharapkan dapat mampu mendorong dalam

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

RENCANA AKSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN ATAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

Strategi. Arah Kebijakan. RPJP Nasional. RPJM Daerah. RPJP Daerah. Program. Indikator. Visi Misi Tujuan Sasaran Kebijakan Program/ Kegiatan

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

Transkripsi:

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Sebagai daerah istimewa, Yogyakarta mendapat dana keistimewaan yang bertujuan untuk memelihara keistimewaan Yogyakarta. Keistimewaan Yogyakarta diperoleh sejak tahun 1950, ketika Daerah Istimewa Yogyakarta memutuskan untuk bergabung dengan NKRI. Kemudian berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadikan latar belakang adanya pemberian dana keistimewaan terhadap Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam undang-undang tersebut, disebutkan bahwa Dana keistimewaan ini telah dibuat rancangan penggunaannya, yang tentunya juga disesuaikan dengan tujuan dari keistimewaan itu sendiri. Dalam undang undang nomor 13 tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa tujuan dari keistimewaan adalah melingkupi a. mewujudkan pemerintahan yang demokratis; b. mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat; c. mewujudkan tata pemerintahan dan tatanan sosial yang menjamin ke-bhinneka-tunggal-ika-an dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. menciptakan pemerintahan yang baik; dan e. melembagakan peran dan tanggung jawab Kasultanan dan Kadipaten dalam menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta yang merupakan warisan budaya bangsa. Dari tujuan-tujuan tersebut menunjukkan bahwa garis besar cita-cita dari 1

keistimewaan adalah untuk menjaga warisan budaya, melestarikan, serta menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Yogyakarta itu sendiri. Keistimewaan ini diharapkan mampu memberikan perubahan bagi Yogyakarta agar mampu menjadi daerah yang sejahtera, dan berlandaskan budaya. Dana keistimewaan ini digunakan melingkupi 5 bidang urusan, yakni bidang kebudayaan (urusan kebudayaan), bidang pertanahan (urusan pertanahan), bidang kelembagaan (urusan kelembagaan), serta bidang tata ruang (urusan tata ruang). Melihat kondisi Yogyakarta sebagai kota budaya yang memiliki beragam kesenian, penggunaan dana keistimewaan ini memberikan fokus terhadap pemeliharaan budaya. Selain itu, dengan adanya dana keistimewaan ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta. Dana keistimewaan telah memberikan proporsi terbanyak dalam hal urusan kebudayaan, yakni sebesar Rp. 375.178.719.000 dari total anggaran sebesar Rp. 523.874.719.000. Urusan kebudayaan tersebut melingkupi beberapa SKPD yang akan mengembangkan kebudayaan dalam program-program yang diajukan. 1 1 Pelengkap buku pegangan 2014 penyelenggaraan dan pembangunan pemerintahan daerah 2

Tabel 1. 1 Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2014 No Bidang kewenangan Jumlah rupiah 1 Tata cara pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur 400.000.000 2 Kebudayaan 375.178.719.000 3 Pertanahan 23.000.000.000 4 Kelembagaan pemerintah 1.676.000.000 5 Tata ruang 123.620.000.000 Total 523.874.719.000 Sumber: Kementrian Keuangan Dari data alokasi anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2014 di atas terlihat bahwa penggunaan dana keistimewaan dalam kewenangan kebudayaan masih menjadi prioritas utama, serta mendapat alokasi terbesar diantara keempat kewenangan istimewa lainnya. Dengan demikian, hendaknya Dana Keistimewaan dapat memeberikan kontribusi terhadap pelestarian budaya maupun pengembangan budaya yang ada di Yogyakarta. Melihat proporsi yang besar terhadap kebudayaan, sangat disayangkan angka penyerapan anggaran Dana Keistimewaan pada tahun 2014, dapat dikatakan belum optimal karena hanya mencapai 25%. Menurut data yang diperoleh dari Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Semester I APBN Tahun 2014, hingga 30 Mei 2014, realisasi Dana Keistimewaan DIY mencapai Rp. 131,0 miliar atau 25% persen dari pagu APBNP tahun 2014. Urusan kebudayaan dalam kewenangan keistimewaan, dinaungi oleh beberapa SKPD yang ada di Yogyakarta. Akan tetapi pada tahun 2014, Dinas Kebudayaan 3

Daerah Istimewa Yogyakarta selaku Pengguna Anggaran di tingkat provinsi memberikan tugas pembantuan terhadap Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di tingkat kota/kabupaten untuk menjalankan urusan kebudayaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan berkedudukan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran yang memiliki kaitan yang erat terhadap urusan Kebudayaan. Keterkaitan tersebut dapat terlihat dalan Visi dan Misi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta yang memiliki keterkaitan dengan Keistimewaan. Visi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta sendiri adalah Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata berbasis budaya yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan budaya lokal dan dapat menjadi lokomotif pembangunan Kota Yogyakarta secara menyeluruh. Kemudian misinya adalah meliputi 1. Mengoptimalkan potensi serta daya tarik pariwisata dan budaya sebagai keunggulan kepariwisataan Yogyakarta. 2. Menggali, melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan keragaman budaya lokal baik yang bersifat tangible maupun intangible sebagai daya tarik kunjungan wisatawan. 4

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik di lingkungan SKPD maupun di masyarakat dan stakeholders kebudayaan dan pariwisata serta meningkatkan dan mengembangkan pelayanan kebudayaan dan pariwisata yang berkualitas. 4. Meningkatkan koordinasi internal maupun antar mitra serta memperluas jaringan ( network ) kebudayaan dan pariwisata di tingkat lokal dan nasional. Dapat dikatakan bahwa salah satu SKPD yang berperan dalam pengelolaan Dana Keistimewaan adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Oleh karena itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta memiliki posisi yang penting dalam realisasi dan penyerapan Dana Keistimewaan di tingkat kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, dalam Perda Istimewa No 1 Tahun 2013 disebutkan bahwa Dalam menyelenggarakan kewenangan dalam urusan kebudayaan, diwujudkan melalui kebijakan pelindungan, pengembangan dan pemanfatan kebudayaan. Oleh karena itu, dalam penggunaan Dana Keistimewaan seharusnya sejalan dengan ketiga aspek tersebut. Akan tetapi, apabila melihat keberadaan kesenian dan kelompok kesenian di Kota Yogyakarta hingga tahun 2013 kesenian tradisional di Kota Yogyakarta mulai tersaingi dengan kesenian modern serta religi. Hal ini menunjukkan minat masyarakat terhadap kesenian tradisional mulai berkurang dan beralih pada kesenian modern dan seni religi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta mengenai jumlah paguyuban kesenian di Kota Yogyakarta tahun 2013, diketahui bahwa jumlah kelompok kesenian religi seperti Nasyid, Sholawatan, 5

Samrah/Hadroh, dan Qosidah sudah mulai banyak dan terus mengalami peningkatan. Selain itu, jumlah kelompok musik band juga mulai menyaingi keberadaan kelompok kesenian tradisional gamelan/karawitan selama tahun 2011 hingga tahun 2013. Tabel 1. 2 Jumlah Kelompok Kesenian menurut Jenisnya di Kota Yogyakarta Tahun 2011-2013 Fenomena tersebut menunjukkan bahwa hingga saat ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta belum berhasil dalam upaya pelindungan kesenian tradisional sebagai bentuk dari kebudayaan itu sendiri. Padahal, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta memiliki peran dan tugas penting sebagai SKPD yang menaungi bidang pemerintahan yakni kebudayaan dan pariwisata. 6

Sementara itu, terkait dengan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta pada poin pertama adalah mengoptimalkan melihat pengunjung kesenian dari data statistik pariwisata kota Yogyakarta, disebutkan bahwa pengunjung kesenian mengalami penurunan hingga tahun 2013. Tabel 1. 3 Banyaknya Pengunjung Pentas Seni di Kota Yogyakarta Tahun 2013 Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah pengunjung atau wisatawan baik domestik maupun internasional yang menyaksikan pentas kesenian santi budoyo mencapai 38.512 orang. Dalam statistik pariwisata dijelaskan bahwa jumlah tersebut sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya dengan jumlah pengunjung sebanyak 43.363 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa kesenian di kota Yogyakarta sebagai daya tarik pariwisata melemah di tahun 2013. Seharusnya dengan adanya Dana 7

Keistimewaan dapat memberikan kontribusi terhadap sektor pariwisata terlebih dalam daya tarik wisata di bidang kesenian dan kebudayaan. Dana keistimewaan yang digunakan untuk melaksanakan kewenangan istimewa, salah satunya adalah urusan kebudayaan, belum lama digunakan. Sehingga, dalam penyerapannya masih kurang optimal. Keistimewaan Yogyakarta yang dinyatakan dalam Undang-undang No 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta belum lama dijalankan. Namun, pemberian prioritas terhadap kebudayaan dalam penggunaan Dana Keistimewaan, hingga kini masih belum menunjukkan hasil yang diinginkan, seperti pelindungan kebudayaan yang ada di Kota Yogyakarta dan pengoptimalan kebudayaan sebagai daya tarik wisata. Untuk itu, perlu diketahui bagaimana SKPD terkait, dalam mengelola Dana keistimewaan yang menjadi kewenangannya. Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana kinerja dari salah satu SKPD terkait dengan urusan kebudayaan, yakni Dinas pariwisata dan kebudayaan dalam mengelola dan menggunakan Dana Keistimewaan. Seperti yang telah diketahui bahwa penggunaan Dana Keistimewaan dapat dikatakan dalam penyerapannya masih kurang optimal. Sehingga perlu diketahui tentang bagaimana kinerja dari salah satu SKPD terkait dengan urusan kebudayaan, yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelumnya, telah terdapat penelitian yang terkait dengan Dana Keistimewaan. Penelitian yang pertama adalah mengenai Pembingkaian Berita 8

Pencairan Dana Keistimewaan. Penelitian yang dilakukan oleh Liring raditia di tahun 2014 tersebut berjudul Pembingkaian Berita Dana Keistimewaan Yogyakarta (analisis framing pencairan dana keistimewaan yogyakarta dalam surat kabar kedaulatan rakyat dan harian jogja periode 28 november- 28 desember 2013). Penelitian tersebut berisi tentang analisis terhadap media massa dalam pemberitaan pencairan Dana keistimewaan yang seret. Peneliti melakukan analisis terhadap beberapa media yang memberitakan tentang Dana keistimewaan yang sulit dicairkan dan diakses. Dari penelitian tersebut muncul opini bahwa pengelolaan Dana Keistimewaan masih belum optimal, terkait dengan akses bagi masyarakat maupun bagi SKPD. Penelitian selanjutnya adalah penelitian mengenai kesiapan pemerintah daerah dalam pengelolaan Dana Keistimewaan. penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kartika di Tahun 2014 tersebut berfokus pada apa saja kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam mengelola dana keistimewaan. Selain itu, penelitian tersebut juga menggali tentang apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam upaya optimalisasi pengelolaan dana keistimewaan. Dalam penelitian tersebut, dipaparkan bahwa hingga tahun 2013, Pemerintah daerah DIY, masih mengalami kesulitan dalam pengoptimalan Dana Keistimewaan, karena beberapa alasan, yang pertama keterbatasan SDM yang memadai, padatnya kegiatan pemerintahan regular, belum rincinya penerjemahan makna keistimewaan sesuai perda keistimewaan penelitian tersebut lebih merujuk pada kendala-kendala yang dialami pada saat 9

pengelolaan dana keistimewaan di tingkat pemerintah daerah, yang dalam konteksi ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Provinsi DIY, BAPPEDA DIY, Biro organisasi provinsi DIY. Dari penelitian ini kemudian muncul opini bahwa dalam pengelolaan Dana Keistimewaan oleh Pemerintah daerah dinyatakan masih belum siap. Dari kedua peneilitian mengenai Dana Keistimewaan yang telah dilakukan oleh tersebut dapat diketahui bahwa terdapat permasalahan dalam pengelolaan Dana Keistimewaan di level provinsi. Sementara itu, sejak tahun 2014, Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta telah memberikan tugas pembantuan terhadap masing-maisng SKPD kebudayaan di level kabupaten/kota. Pada level Kabupaten/kota tersebut, SKPD yang mengampu urusan kebudayaan salah satunya adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta, dimana memiliki peran dan posisi yang penting serta relevan dengan urusan Kebudayaan. 1.2 Rumusan masalah: 1. Bagaimana kinerja Dinas Pariwisata dan kebudayaan DIY dalam pengelolaan Dana Keistimewaan Yogyakarta? 1.3 Tujuan penelitian: Penelitian mengenai kinerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DIY, dalam pengelolaan Dana Keistimewaan ini, ini dilakukan dengan tujuan: 10

1. Mendeskripsikan bagaimana kinerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta dalam pengelolaan Dana Keistimewaan. 2. Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengelolaan Dana keistimewaan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat sebagai referansi yang valid mengenai tema yang peneliti angkat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Sebagai sarana peneliti untuk mengimplementasikan teori yang telah didapatkan selama mendalami perkuliahan di b. Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan rekomendasi bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dalam pengoptimalan pengeloaan Dana Keistimewaan. 11

c. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengetahuan mengenai Dana Keistimewaan bagi masyarakat mengenai pengelolaan dan penggunaan Dana Keistimewaan, sehingga masyarakat dapat mengetahui bagaimana Dana Keistimewaan dikelola dan digunakan. 12