POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. ASLI MOTOR DELANGGU KLATEN

PENDAHULUAN. pembangunan tersebut disediakan oleh lembaga perbankan. Akan tetapi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperluas. Secara konvensional dana yang diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. usaha kreatif dan inovatif yang mempunyai prospek nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

I. PENDAHULUAN. dalam mengembangkan unit usaha selain faktor makro dan mikro. Berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut SK Menkeu No / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

BAB II MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN. Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari suatu badan dengan nama Pos en Telegraafdients yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si

BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA PEMBIAYAAN, JAMINAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN PEMBIAYAAN MELALUI MODAL VENTURA

BAB I PENDAHULUAN. digencar-gencarkan adalah ekonomi kreatif dalam kata lain adalah Usaha

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

MODAL VENTURA & ANJAK PIUTANG NUR DODY ZAKKI, SE., M.SM

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Para pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

STIE DEWANTARA Manajemen Leasing, Dana Pensiun & Modal Ventura

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN MODAL VENTURA SEBAGAI ALTERNATIF MODAL BAGI UMKM *

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. sisi ekonomi. Dalam hal ini tanah pun dapat dibiarkan begitu saja atau dikelola

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Liana Maria Fatikhatun, FH UI., 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi politik dan perekonomian yang tidak menentu menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN PASANGAN USAHA DALAM PEMBIAYAAN MODAL VENTURA TERHADAP USAHA KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan pertumbuhan

BAB II KEBERADAAN JAMINAN KEBENDAAN ATAUPUN JAMINAN PRIBADI DALAM PERJANJIAN MODAL VENTURA. a. Sejarah Lembaga Pembiayaan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

Definisi MODAL VENTURA. Syarat-syarat Modal Ventura 30/10/2016

TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN LEASING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

KARAKTERISTIK MODAL VENTURA SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah. dan prasarana bagi masyarakat seperti jalan raya.

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. penyaluran kredit pada segmen corporate dan commercial kepada debitur yang

BAB I PENDAHULUAN. namun berubah menjadi jual beli online. Di samping lebih mudah dan ongkos

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

TINJAUAN TENTANG ASPEK JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PT. ADIRA FINANCE DENGAN DAELER TIMBUL JAYA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

Transkripsi:

POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA (Studi di PT. Sarana Surakarta Ventura) Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program Strata-1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: EDY NURCAHYO NIM: C.100.050.048 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan tersebut, lembaga pembiayaan mempunyai peran yang penting sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional. 1 Lembaga pembiayaan dapat dikatakan sebagai sumber pembiayaan alternatif karena di luar lembaga pembiayaan masih banyak lembaga keuangan lain yang dapat memberikan dana, seperti pasar modal, bank, dan sebagainya. Meskipun demikian, dalam kenyataannya tidak semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana dari setiap sumber dana tersebut. kesulitan memperoleh dana tersebut disebabkan oleh masing-masing lembaga keuangan ini menerapkan ketentuan yang tidak dengan mudah dapat dipenuhi oleh pihak yang membutuhkan dana. 1 Sunaryo, Hukum Lembaga Keuangan, Jakarta: 2008, hal. 2 1

Banyak pihak menilai peran bank perlu didampingi jasa pembiayaan agar semua sektor mampu terakomodasi keperluannya. Penegasan ini berkaitan dengan keterbatasan dari perbankan, bukan saja keterbatasan dana yang dapat disalurkan, melainkan juga keterbatasan jangkauan dan peluang untuk masuk ke sektor pembiayaan lainnya. Pengembangan dunia bisnis adalah salah satu program yang sangat mendapat perhatian dalam melaksanakan kebijakan pembangunan nasional. Dan berkaitan dengan itu, maka sebenarnya sejak tahun 1988, pemerintah telah menetapkan strategi kebijakan di bidang lembaga pembiayaan yang salah satunya adalah modal ventura. Modal ventura sebagai salah satu bentuk dari usaha lembaga pembiayaan yang keberadaannya masih relatif baru. Secara istitusional dan formal usaha modal ventura ini baru ada setalah keluarnya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251 /KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, yang kemudian disusul dengan hadirnya Keputusan Menteri Republik Indonesia No. 1251/KMK/.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, maka alternatif lembaga pembiayaan yang dapat dipilih bagi masyarakat bisnis untuk menunjang permodalan usahanya, semakin banyak. Mengingat dalam keputusan tersebut pada Pasal 2 disebutkan lembaga pembiayaan, yaitu:

1. Sewa guna usaha; 2. Modal ventura; 3. Perdagangan surat berharga; 4. Anjak piutang; 5. Usaha kartu kredit; dan 6. Pembiayaan konsumen. Kehadiran lembaga pembiayaan ini tidak terlepas dari kenyataan semakin sulitnya masyarakat bisnis untuk mendapatkan suntikan permodalan dari lembaga perbankan, mengingat keterbatasan jangkauan penyebaran kredit oleh bank-bank yang ada, terutama di daerah-daerah. Modal ventura adalah suatu bentuk pembiayaan yang bersifat kerjasama dari suatu Perusahaan Modal Ventura (PMV) kedalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) yang ingin mengembangkan usahanya tapi modal tidak mencukupi. Di samping kedua peraturan di atas, modal ventura sebagai lembaga bisnis di bidang pembiayaan juga bersumber dari berbagai peraturan perundangan baik yang bersifat perdata maupun yang bersifat publik. Dari segi perdata, perjanjian adalah sumber utama hukum modal ventura, adapun dari segi publik adalah peraturan perundangan sebagai sumber utama dalam hukum modal ventura. Menurut Munir Fuady, Modal Ventura mempunyai Karakteristik, antara lain sebagai berikut : 2 2 Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 110 112

a. Pemberian bantuan financial dalam bentuk modal ventura yang tidak hanya menginvestasikan modalnya saja, tetapi juga ikut terlibat dalam manajemen perusahaan yang dibantunya. b. Investasi yang dilakukannya tidaklah bersifat permanen, tetapi hanyalah bersifat sementara, untuk kemudian sampai masanya dilakukan divestasi. c. Motif dari Modal Ventura yang murni tetap motif bisnis, yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang relative tinggi, walaupun dengan resiko yang relative tinggi pula. Jadi bukan karena bermotif belas kasihan. Karena mengharapkan keuntungan yang relative tinggi maka rata-rata return yang diharapkan jauh melebihi bunga kredit bank. d. Investasi dengan bentuk modal ventura yang dilakukan kedalam Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) bukanlah jangka pendek, melainkan merupakan investasi jangka menengah atau jangka panjang. e. Investasi tersebut bukan bersifat pembiayaan dalam bentuk pinjaman, melainkan dalam bentuk partisipasi equity, atau setidak-tidaknya loan yang dapat dialihkan ke equity (convertible). Karenanya return yang diharapkan oleh perusahaan modal ventura bukanlah bunga atas modal yang ditanam, melainkan deviden dan capital gain. Oleh sebab itu, returnnya bersifat slow yielding dan tidak teratur. f. Pada prinsipnya modal ventura merupakan investasi tanpa jaminan collateral, karena itu lebih dibutuhkan kahati-hatian dan kesabaran. g. Prototype dari pembiayaan dengan modal ventura adalah pembiayaan yang ditujukan kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi

menyimpan potensi besar untuk berkembang. h. Biasanya investasi modal ventura dilakukan terhadap perusahaan yang tidak mempunyai akses untuk mendapatkan kredit perbankan. Sebagaimana halnya dengan pembiayaan lainnya, maka dalam realisasi pembiayaan modal ventura pun harus selalu didahului dengan suatu perjanjian, paling tidak antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha. Menurut kep.menkeu No.1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan Pasal 9 ayat (2) bahwa: Perusahaan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) huruf c berbentuk Perseroan Terbatas dan Koperasi. Perusahaan modal ventura yang menurut paraturan harus berbentuk PT atau koperasi, tetapi perusahaan pasangan usaha tidak disyaratkan demikian. Dalam Kep.Menkeu No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, Pasal 1 huruf (i) perusahaan pasangan usaha harus berbentuk perusahaan. Kata perusahaan cakupannya sangat luas, dapat berupa perusahaan berbadan hukum atau yang tidak berbadan hukum. Jadi perusahaan pasangan usaha bisa saja dalam bentuk PT, Koperasi, CV, Firma, bahkan perusahaan perorangan atau usaha dagang.3 Adanya perbedaan bentuk badan usaha pada PPU akan berpengaruh pada pola hubungan hukum antara Perusahaan Modal Ventura dengan 3 Hasanuddin Rahman, Segi-segi Hukum & Manajemen Modal Ventura, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 27

Perusahaan Pasangan Usaha, karena masing-masing dari PPU memiliki karakteristik yang berbeda, yang menjadi masalah adalah ketika hubungan hukum antara keduanya menjadikan Perusahaan Modal Ventura tidak sesuai dengan asumsi teoretis bahwa Perusahaan Modal Ventura merupakan partner dari pasangan usaha. Sementara dalam KUHPerdata, mengacu pada Pasal 1618 dan 1619 ayat (2) KUHPer, persekutuan perdata yang dikenal dengan nama matschaap berarti perjanjian antara dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan, dengan maksud membagi keuntungan. Inbreng itu bisa berupa uang, barang ataupun keahlian. 4 Telah ketahui bahwa di antara badan-badan usaha yang lazim dipergunakan oleh masyarakat usahawan saat ini (terutama yang menjadi perusahaan pasangan usaha) memiliki perbedaan instrumen modalnya. Seperti saham untuk PT, sero untuk CV dan firma, dan simpanan (pokok dan wajib) untuk koperasi. Inbreng tersebut akan berpengaruh pada pola hubungan hukum. Modal Ventura seharusnya terkontruksi sebagai lembaga penyertaan modal, sebagaimana sekutu dalam persekutuan Firma, persekutuan Komanditer, atau pemegang saham pada perseroan terbatas. Apakah konstruksi hubungan hukum yang demikian terjadi di PT. Sarana Surakarta Ventura?, karena di beberapa tempat lain, ada kecenderungan Perusahaan Modal Ventura (PMV) tidak mau bila hubungan hukum tersebut dibuat dalam bentuk (dikonstuksi) sebagai Penyertaan Modal karena risiko kerugian yang mungkin ditanggung 4 http://www.aspek hukum dalam bisnis.com, tanggal 1 Maret 2009

lebih besar (sama seperti kerugian yang harus ditanggung oleh sekutu atau pemegang saham), dan lebih memilih pola perkreditan bank konvensional. Melalui pola pembiayaan yang lebih banyak mengikuti pola perkreditan bank konvensional, sesungguhnya tanpa insentifpun PMV sudah lebih dulu termotivasi oleh keuntungan yang pasti diperoleh dari bunga modal yang ditanamkan, dan oleh jaminan pengembalian modal dari sejumlah agunan yang dipersyaratkan. Berdasarkan hal ini jelas insentif apapun wujudnya tidak memiliki relevansi dengan pola pembiayaan perkreditan yang menggunakan blanket profit sharing, tetapi lebih didasarkan asumsi teoretis bahwa PMV adalah partner dari investee company (PPU), sehingga hasil yang diperoleh PMV identik dengan hasil yang diperoleh investee company. Syarat-syarat yang Top of For lazim diperjanjikan dalam kontrak/perjanjian pemberian modal ventura, antara lain adalah : 5 a. Suku bunga atau besarnya persentase bagi hasil dari modal ventura yang diberikan; b. Jangka waktu penggunaan modal ventura oleh perusahaan pasangan usaha. c. Cara-cara pengembalian modal ventura dari perusahaan pasangan usaha kepada perusahaan modal ventura. d. Jaminan atau agunan atas pemberian modal ventura tersebut. e. Biaya yang harus dikeluarkan dan menjadi tanggungan perusahaan pasangan usaha. 5 Hasanuddin Rahman, segi segi & Manajemen Modal Ventura,Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal.119.

f. Asuransi jiwa dan kerugian. g. Bantuan manajemen atau keikutsertaan pihak perusahaan modal ventura ke dalam manajemen/operasional perusahaan pasangan usaha; dan sebagainya termasuk di dalamnya syarat yang biasa disebut juga sebagai syarat-syarat positive covenant dan negative covenant seperti halnya dengan pemberian kredit oleh bank kepada debiturnya dan atau perusahaan leasing (lessor) kepada lessee. Seluruh syarat tersebut di atas dimasukkan ke dalam pasal-pasal kontrak/perjanjian pemberian modal ventura, apalagi kontrak-kontrak standar yang memang telah disiapkan oleh perusahaan modal ventura. Karakteristik pengelolaan modal ventura yang demikian berbeda dengan pengelolaan pembiayaan modal lainnya, sehingga keberhasilan pengelolaan modal ventura akan sangat ditentukan oleh proses transformasi dalam mekanisme suatu organisasi. Dalam kaitan ini, informasi sangatlah penting, dan informasi yang asimetrik akan terjadi apabila salah satu pihak menguasai informasi yang lebih banyak. Lebih lanjut dikemukakan bahwa situasi asimetrik tersebut cenderung mendorong terjadinya apa yang disebut sebagai moral hazard terutama oleh pihak yang mempunyai sifat opportunist, yakni cenderung memanfaatkan kesempatan untuk keuntungan pribadi. Hal ini akan menyebabkan ketidakefisienan suatu organisasi mengingat oportunistik cenderung mendorong orang untuk melakukan tindakan curang. Proses transformasi akan melibatkan pihak-pihak yang

berkepentingan. Dalam hal PMV, proses transformasi akan melibatkan PMV dan PPU. Hubungan kedua pihak ini sangat berbeda dengan karakteristik hubungan antara pihak bank dan pihak perusahaan sehingga naik turunnya tingkat bunga tidak bisa digunakan sebagai acuan untuk instrumen transaksi. Oleh karena itu, guna menjaga kesinambungan kerja sama usaha antara kedua pihak sangatlah ditentukan oleh perilaku (behaviour) pihak-pihak yang terlibat baik secara personal antar pemegang saham, antara pemegang saham dan PMV, antara pemegang saham dan pengelola calon PPU, ataupun antar perusahaan tersebut. Potensi timbulnya permasalahan tersebut menunjukkan bahwa perikatan kerja sama usaha modal ventura adalah berisiko tinggi terutama oleh sikap oportunistik pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, kerjasama dalam PMV seharusnya dilakukan dalam sebuah perjanjian yang mengikat kedua belah pihak lengkap dengan segala konsekuensi hukumnya sehingga diharapkan dapat menghindari atau paling tidak meminimalisir risiko yang mungkin timbul. Perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak harus dapat melindungi kepentingan PMV dan PPU secara berimbang meski posisi PMV sebagai pihak yang menyediakan fasilitas modal dan tenaga ahli, yang berhadapan dengan PPU sebagai pihak yang membutuhkan fasilitas modal pembiayaan dan tenaga ahli. Berdasasrkan hal yang telah diuraikan diatas, maka untuk dapat mengetahui pola hubungan hukum antara PT. Sarana Surakarta Ventura

dengan Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) serta perlindungan dalam pemberian modal ventura maka penyusun mengambil judul dalam penulisan hukum ini: POLA HUBUNGAN HUKUM ATARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA (Studi di PT. Sarana Surakarta Ventura) B. Pembatasan Masalah Dalam penulisan skripsi ini penulis akan mengemukakan batasan terhadap permasalahan yang akan diteliti, agar lebih terarah pada masalah pokok dan menghindari kemungkinan adanya pembahasan yang menyimpang. Dengan adanya batasan masalah ini akan memperjelas permasalahan yang diteliti dan mempermudah dalam penelitian. Untuk itu mengingat segala keterbatasan dan kendala yang ada maka dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan pada Perusahaan Pasangan Usaha, dimana penulis akan mengkaji pola hubungan hukum antara PMV dan PPU yang berbentuk PT, Firma CV, Persekutuan Perdata dan Koperasi. Selain itu penulis hanya akan mengkaji pembiayaan modal ventura yang sudah mengalami divestasi dan dalam kurun waktu pemberian modal ventura yang dilakukan dari tahun 2000-2008.

C. Perumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola-pola hubungan hukum penyaluran modal ventura yang terjadi antara PT. Sarana Surakarta Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usahanya? 2. Bagaimana perlindungan yang diberikan terhadap Perusahaan Pasangan Usaha yang terlibat dalam pemberian modal ventura yang disalurkan oleh PT. Sarana Surakarta Ventura? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah teruraikan sebelumnya, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan pola-pola hubungan hukum penyaluran modal ventura yang terjadi antara PT. Sarana Surakarta Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usahanya 2. Untuk mendeskripsikan perlindungan yang diberikan terhadap Perusahaan Pasangan Usaha yang terlibat dalam pemberian modal ventura yang disalurkan oleh PT. Sarana Surakarta Ventura E. Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah pengetahuan mengenai pola hubungan hukum penyaluran modal ventura yang terjadi antara PT. sarana Surakarta Ventura dan Pasangan Usahanya beserta upaya perlindungan hukum yang diberikannya. 2. Dapat menambah literatur dan khasanah dunia kepustakaan yang dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. 3. Untuk mencocokkan bidang keilmuan yang selama ini diperoleh dalam teori dengan kenyataan yang ada dalam praktek. 4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan pemikiran yang berguna bagi para pihak yang terkait secara langsung, khususnya membantu memberikan alternatif bagi pengusaha yang membutuhkan bantuan pembiayaan. F. Metode Penelitian Merode penelitian merupakan faktor yang penting dalam penelitian, disamping itu untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian juga akan mempermudah pengembangan data guna kelancaran skripsi ini. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sampai dengan menganalisa data dapat diperinci sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal, karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan, sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat Negara yang berwenang. Hukum dipandang sebagai suatu lembaga yang otonom, terlepas dari lembagalembaga lainnya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pengkajian yang dilakukan, hanyalah terbatas pada data sekunder (dokumen-dokumen hukum) yang terkait dengan obyek yang diteliti. Dari berbagai jenis metode pendekatan yuridis normatif yang dikenal, penulis memilih bentuk pendekatan normatif yang berupa, inventarisasi peraturan perundang-undangan dan penemuan hukum inconcreto. 2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di PT. Sarana Surakarta Ventura di jln. Saleh Werdisastro no 1 Stabelan Banjarsari Surakarta. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive, yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, yaitu : pertama, karena diderah ini terdapat Perusahaan Modal Ventura yang telah beroprasi sejak tahun 1995 dan telah mempunyai banyak PPU yang dibiayainya; kedua, proses modal ventura yang dilakukan oleh PT. Sarana Surakarta Ventura, telah sampai pada tahap divestasi; ketiga, PT. Sarana

Surakarta Ventura telah memenuhi syarat permodalan sebagai perusahaan modal ventura yang bentuknya swasta nasional; keempat, sejak didirikan jumlah Perusahaan Pasangan Usaha mengalami peningkatan setiap tahunnya. 3. Spesifikasi Penelitian Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas, tentang berbagai hal yang terkait dengan obyek yang diteliti, yaitu pola-pola hubungan hukum penyaluran modal ventura yang terjadi antara PT. Sarana Surakarta Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usahanya serta perlindungan yang diberikan terhadap perusahaan pasangan usaha tersebut. 4. Sumber dan Jenis Data Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang berasal dari dua sumber yang berbeda, yaitu ; a. Data Skunder Yaitu data yang berasal dari bahan-bahan pustaka, baik yang meliputi : 1. Dokumen-dokumen tertulis, yang berasal dari dokumen perjanjian modal ventura yang dikeluarkan oleh PT. SSV dan diberlakukan bagi seluruh PPU-nya, dokumen-dokumen resmi, arsip dan publikasi dari lembaga-lembaga yang terkait. 2. Dokumen-dokumen yang bersumber dari data-data statistik, baik yang dikeluarkan instansi pemerintah, maupun oleh perusahaan,

yang terkait dengan fokus permasalahannya. b. Data Primer Yaitu data-data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak yang terlibat dengan obyek yang diteliti, yang dimaksudkan untuk dapat lebih memahami maksud dan arti dari data sekunder yang ada. 5. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data skunder, yang dilakukan dengan cara, mencari, mengiventarisasi dan mempelajari data-data skunder yang terkait dengan obyek yang dikaji. Adapun instrument pengumpulan yang digunakan berupa form dokumentasi, yaitu suatu alat pengumpulan data skunder, yang berbentuk format-format khusus, yang dibuat dengan menampung segala macam data, yang diperoleh selama kajian berlangsung. b. Wawancara Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer, yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara bebas terpimpin, dengan berbagai pihak yang dipandang memahami obyek yang diteliti. 6. Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan metode normatif kualitatif, yakni suatu pembahasan yang

dilakukan dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan diolah, berdasarkan (dengan) norma-norma hukum, doktrin-doktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada. Pembahasan pada tahap awal dilakukan dengan cara melakukan inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan persoalan yang menjadi obyek kajian. Data yang terkumpul akan diidentifikasikan secara analitis doktrinal, dengan menggunakan teori Hukum Murni dari Hans Kelsen. Sedangkan untuk tahap kedua akan dilakukan pembahasan yang berupa pendikusian, antara berbagai data skunder serta data primer yang terkait, dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang telah diinventarisir, sehingga pada tahap akhir, akan ditemukan hukum inconcreto-nya. G. Sistematika Penulisan Hukum Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami keseluruhan mengenai penulisan hukum ini maka penulis membagi sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Pambatasan Masalah D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian pada umumnya a. Pengertian perjanjian b. Asas-asas dalam perjanjian c. Syarat-syarat sahnya Perjanjian d. Akibat Hukum Perjanjian yang Sah e. Subyek Hukum Perjanjian f. Obyek Hukum Perjanjian g. Prestasi h. Wanprestasi danakibat Hukumnya. i. Overmacht dan akibat hukumnya j. Masalah risiko 2. Perjanjian Pembiayaan Modal Ventura a. Pengertian perjanjian modal ventura b. Subyek dalam modal ventura c. Obyek dalam modal ventura d. Hubungan Hukum e. Cara pengamanan investasi f. Tanggung jawab para pihak dalam modal ventura

B. Ketentuan Tentang Lenbaga Pembiayaan 1. Pengertian Lembaga Keuangan 2. Pengertian Lembaga Pembiayaan 3. Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 4. Jenis-jenis Lembaga Pembiayaan 5. Persamaan dan perbedaan (unsur-unsur esensial) dari masing-masing lembaga. C. Ketentuan Tentang Modal Ventura 1. Pengertian Modal Ventura 2. Pengaturan Modal ventura 3. Tujuan dan Manfaat Modal ventura 4. Jenis Pembiayaan Modal Ventura 5. Pihak Yang Terlibat Dalam Pembiayaan Modal Ventura 6. Penyertaan modal 7. Bantuan manajemen 8. Divestasi 9. Prosedur pencairan modal usaha. 10. Proses divestasi D. Bentuk-bentuk Badan Usaha 1. Persekutuan Perdata 2. persekutuan Firma 3. Persukutan Komanditer 4. Perseroatn Terbatas

5. Badan Usaha Koperasi BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pola Hubungan Hukum Penyaluran Modal Ventura B. Perlindungan Terhadap Pasangan Usaha BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN