BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA PEMBIAYAAN, JAMINAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN PEMBIAYAAN MELALUI MODAL VENTURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA PEMBIAYAAN, JAMINAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN PEMBIAYAAN MELALUI MODAL VENTURA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA PEMBIAYAAN, JAMINAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN PEMBIAYAAN MELALUI MODAL VENTURA 2.1 Lembaga Pembiayaan Pengertian Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan relatif baru jika dibandingkan dengan lembaga keuangan dan lembaga perbankan. Lembaga pembiayaan berkembang seiring dengan adanya Paket Deregulasi Tahun 1988, yaitu Paket Deregulasi 27 Oktober 1988 (pakto 88) dan Paket Deregulasi 20 Desember 1988 (pakdes 88). Lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Kebijakan dibidang pengembangan kegiatan lembaga pembiayaan diatur berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan adalah Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal Unsur-Unsur Lembaga Pembiayaan Berdasarkan definisi di atas, dalam pengertian lembaga pembiayaan terdapat unsur-unsur sebagai berikut 30 : 30 Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, hal

2 37 a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan. c. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu keperluan. d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik, dan sebagainya. e. Tidak menarik dana secara langsung, artinya tidak mengambil uang secara langsung baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan utang kepada bank yang menjadi krediturnya. f. Masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama disuatu tempat, yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama Bentuk Hukum Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan dalam menjalankan kegiatannya dilaksanakan oleh perusahaan pembiayaan. Menurut Pasal 1 angka (2) Keppres Nomor 9 tahun 2009 yang dimaksud dengan perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen dan / atau usaha Kartu Kredit. Menurut Pasal 6 Kepres Nomor 9 Tahun 2009 perushaan pembiayaan, perusahaan modal ventura dan perusahaan pembiayaan infrastruktur berbentuk

3 38 Perseroan Terbatas atau koperasi, dengan demikian untuk dapat menjalankan usaha dibidang pembiayaan, maka perusahaan pembiayaan harus berbentuk badan hukum baik berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi Perbedaan Lembaga Pembiayaan dengan Lembaga Perbankan Meskipun antara lembaga pembiayaan dan lembaga perbankan sama-sama sebagai lembaga keuangan dan ada kaitan antara yang satu dengan lainnya, namun ada beberapa hal yang membedakan antara keduanya, antara lain sebagai berikut 31 : a. Dilihat dari kegiatannya, lembaga pembiayaan difokuskan pada salah satu kegiatan keuangan saja. Misalnya perusahaan modal ventura menyalurkan dana dalam bentuk modal penyertaan pada perusahaan pasangan usaha. Adapun lembaga perbankan merupakan keuangan yang paling lengkap kegiatannya, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman, serta melaksanakan kegiatan dibidang jasa keuangan lainnya. b. Dilihat dari cara menghimpun dana, lembaga pembiayaan tidak dapat secara langsung menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka. Adapun lembaga perbankan dapat secara langsung menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka. c. Dilihat dari aspek jaminan, lembaga pembiayaan dalam melakukan pembiayaan tidak menekankan aspek jaminan karena unit yang dibiayai 31 Ibid, hal

4 39 merupakan objek pembiayaan. Adapun lembaga perbankan dalam pemberian kredit lebih berorientasi kepada jaminan. d. Dilihat dari kemampuan menciptakan uang giral, lembaga pembiayaan tidak dapat menciptakan uang giral. Adapun lembaga perbankan, yaitu bank umum dapat menciptakan uang giral yang dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Dari simpanan masyarakat berupa giro, di samping dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dalam suatu transaksi dengan menggunakan cek atau bilyet giro, bagi bank umum giro juga dapat dipergunakan untuk menciptakan uang giral. e. Dilihat dari pengaturan, perizinan, pembinaan, dan pengawasannya dalam lembaga pembiayaan dilakukan oleh Departemen Keuangan. 2.2 Perjanjian 2.2 Jaminan Pada Lembaga Pembiayaan Pengertian Jaminan Jaminan adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari hutang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat kreditur dan debitur. 32 Jaminan yang baik atau ideal adalah jaminan yang mempunyai persyaratan : a. dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukan. b. tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan usahanya 32 Ibid, hal. 142.

5 40 c. memberikan kepastian kepada si pemberi kredit dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima kredit Fungsi Jaminan Seperti telah diuraikan, jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur atau pihak ketiga kepada kreditur, karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan. Oleh karena itu fungsi jaminan adalah: 33 a. Untuk memberikan hak dan kekuasaan kepada bank demi mendapatkan pelunasan dengan barang jaminan dimaksud, bilamana debitur tidak menepati janji, yakni membayar kembali hutang-hutangnya pada waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. b. Untuk menjamin bahwa si peminjam/debitur berperan dan turut serta dalam transaksi tersebut untuk tidak mening-galkan kegiatan usahanya dengan merugikan dirinya sendiri atau perusahaannya. c. Untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada debitur agar memenuhi perjanjian kredit yang telah disepakati Pengikatan Jaminan Perjanjian pengikatan jaminan merupakan perjanjian yang memiliki sifat kebendaan, atau dengan kata lain perjanjian jaminan adalah perjanjian kebendaan. Pada dasarnya perjanjian kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu perjanjian pokok dan perjanjian accesoir. Perjanjian pokok merupakan 33 Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 162.

6 41 perjanjian untuk mendapatkan fasilitas kredit atau utang dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank. Pendapat pakar menyatakan bahwa perjanjian pokok adalah perjanjian, yang untuk adanya mempunyai dasar mandiri. 34 Perjanjian accesoir adalah perjanjian yang bersifat tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian pokok. Contoh perjanjian accesoir ini adalah perjanjian pembebanan jaminan, seperti perjanjian gadai, tanggungan, dan fidusia. Sifat perjanjian jaminan adalah perjanjian accesoir, yaitu mengikuti perjanjian pokok. Kedudukan hukum jaminan yang dikonstruksikan sebagai perjanjian accessoir mempunyai akibat hukum yaitu; a. Eksistensi tergantung perjanjian pokok (perjanjian kredit/utang) b. Hapusnya tergantung perjanjian pokok (perjanjian kredit/utang) c. Jika perjanjian pokok batal, perjanjian jaminan ikut batal. d. Jika perjanjian pokok beralih, maka ikut beralih juga perjanjian jaminan. e. Jika perjanjian pokok beralih karena cessie, subrograsi maka ikut beralih juga perjanjian jaminan tanpa adanya penyerahan khusus. 35 Perjanjian pengikatan jaminan cacat dan batal karena suatu sebab hukum, misalnya barang musnah atau dibatalkan karena pemberi jaminan tidak berhak menjaminkan maka perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok tidak batal. Selanjutnya, pelaksanaan perjanjian pembebanan jaminan dapat dilakukan dalam bentuk lisan dan tertulis. Perjanjian pembebanan dalam bentuk lisan, biasanya dilakukan dalam kehidupan masyarakat pedesaan, anggota masyarakat yang satu Salim.H.S, Op.Cit, hal Sutarno, 2004, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, hal

7 42 membutuhkan pinjaman uang kepada anggota masyarakat yang ekonominya lebih tinggi, biasanya pinjaman itu cukup dilakukan secara lisan. Perjanjian pembebanan jaminan dalam bentuk tertulis, dilakukan dalam dunia usaha misalnya di sektor perbankan, lembaga keuangan non bank maupun lembaga pegadaian. Perjanjian pembebanan ini dapat dilakukan dalam bentuk akta dibawah tangan dan atau akta otentik. Kecenderungannya perjanjian pembebanan jaminan dengan menggunakan akta dibawah tangan dilakukan pada lembaga pegadaian. Bentuk, isi dan syarat syarat telah ditentukan oleh Perum Pegadaian secara sepihak, sedangkan nasabah tinggal menyetujui isi dan perjanjian tersebut. Hal-hal yang kosong dalam surat bukti kredit, meliputi nama, alamat, barang jaminan, jumlah taksiran, jumlah pinjaman, tanggal kredit dan tanggal jatuh tempo. Bentuk perjanjian pembebanan jaminan dengan akta otentik ini dilakukan di muka dan dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk membuat akta jaminan misalnya adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang ditunjuk oleh Pejabat Negara setingkat Menteri di bidang Pertanahan. Biasanya perjanjian pembebanan dengan menggunakan akta otentik dapat dilakukan pembebanan pada jaminan atas hak tanggungan, jaminan fidusia, dan jaminan hipotek atas kapal laut dan pesawat udara Jenis-Jenis Jaminan Jenis-jenis jaminan menurut KUH Perdata yang merupakan salah satu sumber hukum di bidang keperdataan mengatur jenis-jenis Jaminan yaitu : 36 a. Jaminan lahir karena undang-undang dan lahir karena perjanjian 36 Hasanuddin Rahman, Op. Cit, hal. 144.

8 43 1) Jaminan yang lahir karena Undang-Undang Jaminan yang lahir karena undang-undang adalah jaminan yang adanya karena ditentukan oleh undang-undang tidak perlu ada perjanjian antara kreditur dengan debitur. 2) Jaminan lahir karena perjanjian Jaminan lahir karena perjanjian adalah jaminan ada karena diperjanjikan terlebih dahulu antara kreditur dan debitur. b. Jaminan umum dan jaminan khusus 1) Jaminan Umum Jaminan umum lahir dan bersumber karena undang-undang, adanya ditentukan dan ditunjuk oleh undang-undang tanpa ada perjanjian dari pada pihak. 2) Jaminan Khusus Jaminan khusus lahirnya karena ada perjanjian antara kreditur dan debitur yang dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan atau jaminan bersifat perorangan. c. Jaminan Kebendaan Jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya di tangan siapapun benda itu berada dan dapat dialihkan. d. Jaminan Penanggungan Utang Jaminan penanggungan utang adalah jaminan bersifat perorangan yang menimbulkan hubungan langsung dengan orang tertentu.

9 44 e. Jaminan Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak Salah satu penggolongan atas benda menurut sistim hukum perdata internasional yang penting adalah penggolongan mengenai benda bergerak dan benda tidak bergerak. 2.3 Pembiayaan Melalui Modal Ventura Pengertian Modal Ventura Dalam melakukan suatu kegiatan investasi tidak semua investasi dapat dilakukan dengan mudah, karena hampir semua investasi mengandung suatu risiko kerugian. Bagi investasi yang mempunyai risiko rendah, hampir semua investor ingin melakukannya. Akan tetapi, jika investasi tersebut memiliki risiko tinggi, maka tidak mudah untuk mencari investor yang mau melakukannya. Yang berani melakukan investasi dimana investasi tersebut mengandung suatu risikotinggi adalah perusahaan modal ventura. Istilah modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris yaitu Venture Capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung risiko, sehingga modal ventura banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal yang mengandung risiko pada suatu usaha atau perusahaan, 37 atau dapat pula diartikan sebagai usaha. Secara sempit, modal ventura dapat diartikan sebagai modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung risiko dengan tujuan memperoleh pendapatan berupa bunga atau deviden Hasanuddin Rahman, Ibid. 38 Martono, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonasia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, hal. 127.

10 45 Modal Ventura, adalah suatu pembiayaan oleh perusahaan modal ventura (investor) dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (perusahaan pasangan usaha) yang selanjutnya disebut PPU untuk jangka waktu tertentu, di mana setelah jangka waktu tersebut lewat, pihak investor akan melakukan divestasi atas saham-sahamnya itu. 39 Menurut Dictionary of Business, dalam bukunya Munir Fuady, modal ventura adalah suatu sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu perusahaan yang melibatkan risiko investasi, tetapi juga menyimpan potensi keuntungan di atas keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena itu, modal ventura disebut juga sebagai modal yang berisiko tinggi. 40 Menurut Dr. Neil Cross, dalam bukunya O. P. Simorangkir, yang dimaksud dengan modal ventura adalah suatu pembiayaan yang mengandung risiko, biasanya dilakukan dalam bentuk partisipasi modal terhadap perusahaanperusahaan yang mempunyai potensi berkembang yang tinggi. PMV menyediakan beberapa nilai tambah dalam bentuk masukan manajemen dan memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi perusahaan yang bersangkutan. Risiko yang relatif tinggi ini akan dikompensasikan dengan kemungkinan hasil yang tinggi pula, yang biasanya didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka menengah Munir Fuady, 2005, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disebut Munir Fuady II), hal Munir Fuady, 2006, Hukum Tentang Pembiayaan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disebut Munir Fuady III), hal O. P. Simorangkir, 2004, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Ghalia Indonesia, Bogor, hal. 170.

11 46 Pendapat lain tentang pengertian modal ventura dikemukakan oleh Handowo Dipo, dalam bukunya Hasanuddin Rahman, yang menyatakan bahwa modal ventura adalah suatu dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang bisa dialihkan menjadi saham. Sumber dana tersebut adalah PMV yang mengharapkan keuntungan dari investasinya tersebut. 42 Di dalam Pasal 1 ayat 3 Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan juncto Pasal 1 ayat 1 Permenkeu Nomor 18/PMK.010/2012 menyatakan bahwa PMV (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal kedalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian saham obligasi konversi dan atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha Dari pengertian atau definisi tentang modal ventura tersebut di atas, lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa : 43 a. Pembiayaan modal ventura terutama diberikan kepada perusahaaan yang baru mulai tumbuh dan biasanya belum mendapat kepercayaan oleh lembaga perbankan untuk memperoleh kredit bank. b. Pembiayaan modal ventura merupakan pembiayaan yang berisiko tinggi, tetapi juga merupakan pembiayaan yang memiliki potensi keuntungan yang tinggi pula yang biasanya didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka menengah atau jangka panjang. 42 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal Munir Fuady III, Op.Cit, hal. 17.

12 47 c. Pembiayaan modal ventura merupakan investasi atau penanaman dana jangka panjang. d. Pembiayaan modal ventura biasanya dilakukan dalam bentuk penyertaan modal dan atau pinjaman yang bias dialihkan menjadi saham kepada perusahaan-perusahaan yang berpotensi untuk berkembang. e. Pembiayaan modal ventura biasanya dilakukan dalam bentuk paket pembiayaan, yaitu suntikan dana atau modal yang disertai dengan penempatan atau pembinaan manajemen pada PPU. Pembiayaan modal ventura juga untuk mendukung bakat-bakat wirausaha dengan kemampuan finansial untuk memanfaatkan pasar dengan jalan alih manfaat yang diberikan dalam dampingan manajemen oleh perusahaan pemodal ventura Tujuan Pendirian Modal Ventura Maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara lain : 44 a. Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek penelitian, dimana proyek ini biasanya tanpa memikirkan keuntungan semata, akan tetapi bersifat pengembangan ilmu pengetahuan. b. Pengembangan suatu teknologi baru atau pengembangan produk baru. Pembiayaan untuk usaha ini baru memperoleh keuntungan dalam jangka panjang. 44 Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disebut kasmir II), hal. 300.

13 48 c. Pengambilan kepemilikian suatu perusahaan. Tujuan pembiayaan dengan mengambilalih kepemilikan usaha perusahaan lain lebih banyak diarahkan untuk mencari keuntungan. d. Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan, dengan tujuan untuk membantu para pengusaha lemah yang kekurangan modal, akan tetapi tidak punya jaminan materiil, sehingga sulit memperoleh pinjaman dari bank. Dengan adanya penyertaan modal dari modal ventura dapat membantu menghadapi kesulitan keuanganannya. e. Alih teknologi yang dilakukan ke perusahaan yang masih menggunakan teknologi lama, sehingga tidak dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mutu produknya. f. Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas. g. Membantu mendirikan perusahaan baru, dimana tingkat risiko kerugiannya sangat besar Tujuan dan Manfaat Modal Ventura Sebagai lembaga bisnis modal ventura berorientasi untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar, tetapi modal ventura merupakan usaha dengan tingkat resiko yang tinggi. Namun demikian tujuan utama dari modal ventura adalah memberikan banyak manfaat bagi pengembangan usaha khususnya bagi usaha kecil di Indonesia.

14 49 Menurut Dahlan Siamat, pembiayaan modal ventura disamping berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi dengan resiko yang tinggi pula, juga bertujuan antara lain 45 : a. Memungkinkan dan mempermudah pendirian suatu perusahan baru. b. Membantu membiayai perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana dalam pengembangan usahanya, terutama pada tahap-tahap awal. c. Membantu perusahaan baik pada tahap pengembangan suatu produk maupun pada tahap mengalami kemunduran. d. Membantu terwujudnya hanya dari suatu gagasan menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. e. Memperlancar mekanisme investasi dalam dan luar negeri. f. Mendorong pengembangan proyek research and development. g. Membantu pengembangan teknologi baru dan memperlancar terjadinya alih teknologi. h. Membantu dan memperlancar pengalihan kepemilikan suatu perusahaan. Disamping tujuan di atas, Martono menginventarisasi beberapa manfaat apabila dilihat dari sisi perusahaan pasangan usaha, yaitu sebagai berikut 46 : a. Kegiatan usaha dapat ditingkatkan Pada umumnya PPU merupakan perusahaan kecil yang memerlukan penambahan dana untuk meningkatkan kegiatan usahanya. Perusahaan kecil dan perusahaan baru pada awal melakukan usaha biasanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari 45 Dikutip dari Sunaryo, Op.Cit, hal Sunaryo, Op.Cit, hal

15 50 bank. Dengan adanya pembiayaan modal ventura, perusahaan kecil yang masih dalam awal perkembangan dapat menjadi PPU sehingga dapat memperoleh bantuan dana untuk meningkatkan kegiatan usahanya. b. Kemungkinan keberhasilan usaha lebih besar Seseorang yang menemukan produk atau ciptaan baru belum tentu mampu memproduksi dan berhasil memasarkan hasil produknya. Pelaksanaan produksi dan memasarkan produk memerlukan suatu keahlian, pengalaman, dan jaringan pemasaran yang dapat menjamin kelancaran usaha. Dengan masuknya modal ventura yang memiliki kemampuan manajemen dan latar belakang bisnis yang kuat sebagai partner usaha, kemungkinan keberhasilan perusahaan pasangan usaha lebih besar. c. Peningkatan efisiensi pemasaran produk Pada awal dilakukannya kegiatan produksi biasanya kegiatan pemasarannya tidak efisien. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pemasaran dilakukan sendiri dan jumlah produksinya masih relatif kecil. Dengan masuknya modal ventura yang dapat memberikan bantuan dana, bantuan manajemen, juga memiliki jaringan pemasaran yang luas, maka PPU dapat meningkatkan efisiensi pemasaran produknya. d. Peningkatan bankabilitas Perusahaan yang baru dan mengalami kesulitan dana biasanya juga memiliki manajemen yang lemah. Dengan kondisi yang demikian para kreditor termasuk bank kurang berminat untuk memberikan pinjaman.

16 51 Dengan masuknya modal ventura, akan meningkatkan kepercayaan para kreditor/ bank untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan tersebut. e. Peningkatan tingkat likuiditas Pembiayaan modal ventura dengan cara penyertaan modal tidak perlu membayar beban bunga dan angsuran utang. Hal ini berbeda dengan utang bank yang menimbulkan kewajiban membayar angsuran utang dan beban bunga. Dengan demikian, penambahan modal penyertaan secara langsung akan meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan f. Peningkatan tingkat rentabilitas Dengan bantuan penambahan dana sekaligus bantuan manajemen yang memiliki tenaga-tenaga profesional dan berpengalaman, maka kegiatan produksi dan pemasaran akan lebih efektif dan efisien. Volume produksi dan penjualan dapat ditingkatkan. Biaya produksi dan pemasaran dapat ditekan, dan pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan memperoleh laba (rentabilitas) Karakteristik Modal Ventura Dari berbagai definisi tersebut, terlihatlah bahwa sesungguhnya modal ventura itu mempunyai karakteristik antara lain sebagai berikut 47 : a. Pemberian bantuan finansial dalam bentuk modal ventura ini tidak hanya menginvestasi modalnya saja, tetapi juga ikut berperan dalam manajemen perusahaan yang dibantunya. b. Investasi yang dilakukannya tidaklah bersifat permanen, tetapi hanyalah bersifat sementara, untuk kemudian sampai masanya dilakukan difestasi. 47 Munir Fuady II, Op.Cit, hal

17 52 c. Motif dari modal ventura yang murni tetap motif bisnis, yakni untuk mendapatkan keuntungan yang relatif tinggi, walaupun dengan resiko yang relatif tinggi pula. Jadi, bukan bermotif charitas atau belas kasihan. Karna mengharapkan keuntungan yang relatif tinggi, maka rata-rata return yang diharapkan jauh melebihi bunga kredit bank. d. Investasi dengan bentuk modal ventura yang dilakukan kedalam perusahaan pasangan usaha bukanlah investasi jangka pendek. Tetapi merupakan investasi jangka menengah atau jangka panjang. Biasanya winners will take longer to realise than losers. e. Investasi tersebut bukan bersifat pembiayaan dalam bentuk pinjaman, tetapi dalam bentuk partisipasi equity, atau setidak-tidaknya loan yang dapat dialihkan ke equity (convertible). Karena itu returnyang diharapkan oleh perusahaan modal ventura bukanlah bunga atas modal yang ditanam, melainkan dividen dan capital gain. Karena itu return bersifat slow yielding dan tidak teratur. f. Pada prinsipnya modal ventura merupakan investasi tanpa jaminan collateral, karena itu lebih dibutuhkan kehati-hatian dan kesabaran. g. Prototype dari pembiayaan dengan modal ventura adalah pembiayaan yang ditujukan kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi menyimpan potensi besar untuk berkembang. Biasanya terhadap perusahaan yang mengembangkan penemuan baru dibidang ilmu dan teknologi, ataupun yang mengandung terobosan-terobosan, yang tentu dengan resiko yang sangat tinggi. Walaupun begitu kemudian berkembang pula modal ventura terhadap bukan perusahaan pemula. Karena itu, angka kegagalan investasi lewat modal ventura juga relatif tinggi. Biasanya kegagalannya bisa mencapai 20%. h. Biasanya, investasi modal ventura dilakukan terhadap perusahaan yang tidak punya akses untuk mendapatkan kredit perbankan. Misalnya perusahaan tidak mempunyai track record yang fantastis, tidak mempunyai balance sheet atau kolateral yang baik Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pembiayaan Modal Ventura Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembiayaan modal ventura ada 2 (dua) macam, yaitu : a. Pihak-Pihak Utama Pihak-pihak utama yang terlibat dalam proses pembiayaan modal ventura, yaitu :

18 53 1) Perusahaan Modal Ventura (PMV) PMV merupakan salah satu pihak dalam suatu perjanjian, yakni pihak yang memberikan dana kepada pihak lainnya, yaitu pihak perusahaan pasangan usaha. Dalam praktek operasionalnya, PMV menjalankan 2 (Dua) fungsi, yakni : 48 a) Investee management, adalah di mana PMV memberikan bantuan berupa dana modal atau pinjaman kepada PPU, di mana dana bersumber dari modal atau dana sendiri atau pinjaman dari pihak ketiga untuk kepentingan operasional PMV; dan b) Fund management, adalah di mana PMV memberikan bantuan berupa dana modal atau pinjaman kepada PPU, pada saat PMV tersebut hanya berfungsi sebagai penyandang dana pihak ketiga dan berada pada posisi channeling (lanjutan) atas dana bantuan yang diberikan tersebut kepada PPU. Suatu lembaga pembiayaan di Indonesia hanya dapat dijalankan oleh : (1) Bank; (2) Lembaga Keuangan Bukan Bank; dan (3) Perusahaan Pembiayaan. Yang dapat menjalankan PMV adalah hanya perusahaan pembiayaan. Hal ini disebabkan karena : 48 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 25.

19 54 a) Pada prinsipnya, kegiatan modal ventura dikeluarkan dari kegiatan suatu bank, selain dalam hal khusus, yaitu dalam hal untuk menyelamatkan kredit macet (Pasal 7 huruf (b) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam Pasal 7 huruf (c). Diperkenankannya bank untuk menyertakan modal dalam suatu perusahaan pembiayaan ini bukan dalam arti sebagai modal ventura. Sebab pasal tersebut tidak memaksudkan bahwa penempatan dana tersebut hanya untuk sementara saja seperti layaknya modal ventura. b) Sementara itu, Lembaga Keuangan Bukan Bank dewasa ini tidak eksis lagi, berhubung sudah harus diubah menjadi suatu bank (jika memenuhi syarat untuk itu). Menurut Pasal 6 Perpres Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur haruslah berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas atau badan hukum Koperasi. 2) Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) PPU haruslah berbentuk perusahaan. Dengan demikian, pihak perorangan tidak mungkin mendapatkan bantuan modal melalui bisnis modal ventura. PPU dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT),

20 55 Koperasi, Perseroan Komanditer (CV), Firma, bahkan perusahaan perorangan seperti Usaha Dagang (UD). 3) Notaris Pada setiap kegiatan bisnis pembiayaan, termasuk modal ventura inisiatif untuk mengadakan hubungan kontraktuil berasal dari para pihak terutama perusahaan pasangan usaha. Kehendak para pihak tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menetapkan kewajiban dan hak masing-masing pihak dalam hubungan bisnis pembiayaan modal ventura. Notaris merupakan salah satu pihak utama yang terlibat dalam membuatkan akta-akta atau perjanjian-perjanjian antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha sebagai alat bukti apa saja yang diperjanjikan antara perusahaan modal ventura dengan perusahaaan pasangan usaha. Notaris juga dapat berperan untuk memberikan saran apabila terjadi masalah-masalah hukum yang perlu dijembatani. b. Pihak-pihak lain yang terlibat dalam pembiayaan modal ventura. 1) Penyandang Dana Ada 2 (dua) sumber dana perusahaan modal ventura yang diberikan kepada pihak perusahaaan pasangan usaha, yakni : a) Model pendanaan yang berasal dari perusahaan modal ventura sendiri, yaitu biasanya diambil dari modal saham dan laba yang ditahan; dan

21 56 b) Modal pendanaan yang berasal dari penyandang dana pihak ketiga, yang dananya tidak disetor menjadi modal saham. Dalam hal pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura yang dananya berasal dari pihak ketiga, baik dana tersebut menjadi atau tidak menjadi modal saham dalam PMV, dapat dirinci sebagai berikut : 49 a) Bank Captive Funds, adalah sebagian dari dana bank disalurkan untuk kegiatan modal ventura dengan terlebih dahulu membentuk perusahaan finansial. Dengan demikian, perusahaan finansial yang bergerak di bidang modal ventura ini merupakan anak perusahaan dari bank tersebut sebagai pemiliknya. b) Investment Institution Captive Funds, dalam hal ini dana-dana yang dipakai oleh suatu PMV berasal dari institusi investasi, seperti dana asuransi, dana pensiun, dan sebagainya. c) Independent Funds, dalam hal ini dana-dananya berasal dari pihak swasta yang tidak berhubungan dengan bank. Bahkan bisa bersumber dari perusahaan-perusahaan besar atau pihak individu yang memiliki dana. Di samping itu, ada pula perusahaanperusahaan besar yang membentuk suatu Venture Capital Department atau anak perusahaaan berupa PMV atau divisi khusus modal ventura. 49 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 29.

22 57 d) Public Sector Funds, dalam hal ini dana bersumber dari pemerintah. Dengan kata lain pemerintah membentuk perusahaan modal ventura yang bertujuan sarat dengan motif-motif sosial dan kemanusiaan, nyatanya untuk membantu pengusaha lemah. Untuk Indonesia dengan didirikannya PT. Bahana Pembinaan Usaha pada tahun e) International Funds, yaitu dana berasal dari institusi internasional, misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa. f) Dana dari sumber lainnya, PMV dapat juga memperoleh dana dari sumber-sumber lain, seperti perusahaan finansial lainnya, misalnya lewat penjualan saham di pasar modal, pasar uang, obligasi, dan sebagainya. 2) Akuntan Publik Pada dasarnya, akuntan publik tidak dimasukkan sebagai pihak-pihak yang terlibat dalam suatu pembiayaan modal ventura. Namun, dalam praktek pembiayaan modal ventura sering kali melibatkan jasa akuntan publik untuk melihat kondisi keuangan calon perusahaan pasangan usaha. Ini terjadi apabila pihak PMV meminta bantuan jasa akuntan publik tersebut. Akuntan publik dalam proses persetujuan pembiayaan biasanya melakukan due diligence mengenai berbagai aspek keuangan dan pembukuan dari calon PPU yang akan mengajukan permohonan pembiayaan kepada PMV.

23 58 3) Perusahaan Jasa Penilai atau Appresial Perusahaan jasa penilai ini bertugas untuk menilai jaminan dari PPU yang meminta pembiayaan dari PMV. Perusahaan jasa penilai dilakukan oleh karyawan PMV sendiri dengan kualifikasi telah lulus dari ujian tekhnis appresial, akan tetapi apabila PPU tersebut merasa penilaian terhadap jaminannya kurang tepat, maka perusahaan pasangan usaha dapat menggunakan perusahaan jasa penilai luar yang independen dengan biaya sendiri Jenis-Jenis Pembiayaan Modal Ventura Menurut Pasal 1 angka 3 Keppres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/KMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura, PMV adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu PPU untuk jangka waktu tertentu. Pembiayaan yang dapat diberikan perusahaan modal ventura dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 50 a. Penyertaan Modal Langsung Penyertaan modal langsung, adalah penyertaan modal PMV pada PPU dengan cara mengambil bagian sejumlah tertentu saham PPU yang bersangkutan. Pola ini dikenal dengan pembiayaan langsung. Penyertaan modal dalam bentuk saham dapat dilakukan dengan cara : 1) Bersama-sama mendirikan suatu perusahaan. 50 Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu dan Achmad Abror, 2005, Lembaga Keuangan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 92.

24 59 2) Penyertaan modal PMV dalam bentuk pengambilan sejumlah porto folio saham PPU. b. Semi Penyertaan Modal Langsung Pembiayaan ini dilakukan dengan membeli obligasi konversi yang diterbitkan oleh PPU. Cara pembiayaan seperti ini banyak disukai baik oleh PMV maupun PPU karena sifatnya lebih fleksibel. c. Pembiayaan Bagi Hasil Pembiayaan ini dilakukan dalam hal usaha yang akan dibiayai tidak berbentuk badan hukum atau syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk penyertaan modal langsung belum atau tidak dipenuhi oleh PPU. Bentuk pembiayaan ini menekankan pada aspek bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai, oleh karena itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan ini adalah kewenangan bertindak pihak yang mewakili PPU, obyek dana serta jaminan atas pemberian dana. Pembiayaan dengan memilih pola bagi hasil dapat saja dilakukan antara PMV dengan PPU yang telah berbadan hukum, terutama usaha kecil. PMV melakukan kegiatan pembiayaan sebagaimana disebutkan oleh Abdulkadir Muhammad dan Rida Murniati, dalam bukunya Hasanuddin Rahman, bahwa usaha modal ventura menyediakan pembiayaan dengan cara : a. Pembelian saham PPU yang dibiayai (Penyertaan Saham) Penyertaan saham adalah penyertaan PMV, pada PPU dalam bentuk pengambilan sejumlah saham tertentu dari portepel saham PPU. Saham yang diambil oleh perusahaan modal ventura tersebut berasal dari saham-saham dalam portepel, artinya saham-saham tersebut masih belum

25 60 diambil bagian dan disetor oleh pemegang saham lainnya (pemegang saham lama), namun telah dikeluarkan oleh PPU. 51 b. Penyertaan modal langsung ke dalam PPU yang dibiayai (Pola Bagi Hasil) Pembiayaan ini biasa dikenal dengan profit sharing yang merupakan pola pembiayaan kerjasama dimana keuntungan bagi PMV ditetapkan dengan menentukan pembagian persentase tertentu dari keuntungan setiap periode tertentu yang akan diberikan oleh PPU kepada perusahaan modal ventura. c. Obligasi konversi yang memiliki hak opsi untuk ditukarkan dengan saham biasa PPU yang dibiayai Pada dasarnya obligasi konversi merupakan bentuk campuran antara hutang dan modal, dimana pemegang surat hutang tersebut mempunyai opsi untuk mengkonversi hutang tersebut menjadi sejumlah saham-saham baru pada perusahaan penerbit obligasi dalam jangka waktu tertentu. 52 Obligasi konversi adalah salah satu bentuk penyertaan modal tidak langsung yang pada awalnya dilakukan dalam bentuk hutang piutang. Obligasi ini nantinya dapat dikonversikan menjadi saham PMV pada PPU. Dalam perkembangannya, jenis pembiayaan oleh PMV terbagi menjadi dua, yaitu: 53 a. Penyertaan modal (dibukukan dalam pos modal oleh perusahaan penerima dana), dan 51 PT. Bahana Artha Ventura, 1996, Ketentuan Pokok Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura, Jakarta, hal Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 23.

26 61 b. Pemberian pinjaman dengan pola bagi hasil (dibukukan dalam pos pinjaman oleh perusahaan penerima dana) seperti halnya pinjaman atau kredit dari bank.

POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH

POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH POLA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI INDONESIA, EKPLORASI BAGI UPAYA PENGEMBANGANNYA DI EKONOMI SYARIAH F. SETIAWAN SANTOSO Dosen FAI-UCY fattah_ss@yahoo.com Abstract In the perspective of the Islamic economic

Lebih terperinci

BAB II MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN. Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama

BAB II MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN. Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama 21 BAB II MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN A. Lembaga Pembiayaan di Indonesia 1. Pengertian Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama dengan lembaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut SK Menkeu No / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut SK Menkeu No / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Pembiayaan 1. Pengertian Lembaga Pembiayaan Menurut SK Menkeu No. 1251 / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan Merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan 1. Lembaga pembiayaan Pembiayaan sendiri berasal dari bahasa inggris financing, yang berasal dari kata finance yang artinya dalam kata benda

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA

POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA (Studi di PT. Sarana Surakarta Ventura) Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka menanamkan modalnya

Lebih terperinci

MODAL VENTURA & ANJAK PIUTANG NUR DODY ZAKKI, SE., M.SM

MODAL VENTURA & ANJAK PIUTANG NUR DODY ZAKKI, SE., M.SM PERTEMUAN 12 MODAL VENTURA & ANJAK PIUTANG NUR DODY ZAKKI, SE., M.SM Pengertian/Definisi Handowo Dipo, MV: Suatu dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang bisa dialihkan menjadi saham. Toni Lorenz,

Lebih terperinci

BAB II KEBERADAAN JAMINAN KEBENDAAN ATAUPUN JAMINAN PRIBADI DALAM PERJANJIAN MODAL VENTURA. a. Sejarah Lembaga Pembiayaan di Indonesia

BAB II KEBERADAAN JAMINAN KEBENDAAN ATAUPUN JAMINAN PRIBADI DALAM PERJANJIAN MODAL VENTURA. a. Sejarah Lembaga Pembiayaan di Indonesia BAB II KEBERADAAN JAMINAN KEBENDAAN ATAUPUN JAMINAN PRIBADI DALAM PERJANJIAN MODAL VENTURA A. Modal Ventura a. Sejarah Lembaga Pembiayaan di Indonesia Menurut Miranda Nasihin, keberadaan lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

Definisi MODAL VENTURA. Syarat-syarat Modal Ventura 30/10/2016

Definisi MODAL VENTURA. Syarat-syarat Modal Ventura 30/10/2016 Definisi MODAL VENTURA Muhammad Ozal 156010200111019(05) Ana Maria Fernandez 156010200111075(29) Anang Ade Irawan 156010200111089(37) Modal ventura berasal dari bahasa inggris yakni venture capital. Venture

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA BAB II PENGATURAN MODAL VENTURA DI INDONESIA A. Landasan Hukum dan Karakteristik Modal Ventura 1. Pengertian Modal Ventura Dalam melakukan suatu kegiatan investasi tidak semua investasi dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor yang relatif penting dan harus tersedia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperluas. Secara konvensional dana yang diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperluas. Secara konvensional dana yang diperlukan untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional diperlukan dana yang cukup besar, sehingga sarana penyediaan dana yang dibutuhkan masyarakat perlu diperluas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha kreatif dan inovatif yang mempunyai prospek nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun

BAB I PENDAHULUAN. usaha kreatif dan inovatif yang mempunyai prospek nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu badan usaha sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan atau modal. 1 Banyak pengusaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan istilah lembaga pembiayaan yakni badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MODAL VENTURA DAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA DI KOTA MAKASSAR

TINJAUAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MODAL VENTURA DAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI TINJAUAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MODAL VENTURA DAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA DI KOTA MAKASSAR OLEH DISKA RIZKI SAPUTRI BAMBANG B 111 07 807 BAGIAN HUKUM KEPERDATAAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN A. Pengertian Lembaga Pembiayaan Perusahaan merupakan Badan Usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pembangunan tersebut disediakan oleh lembaga perbankan. Akan tetapi dewasa

PENDAHULUAN. pembangunan tersebut disediakan oleh lembaga perbankan. Akan tetapi dewasa 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjunjung ekonomi masyarakat dibutuhkan dana yang cukup besar, sehingga sarana dalam penyediaan dana yang dibutuhkan masyarakat perlu untuk diperluas. Secara konvesional,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN MODAL VENTURA SEBAGAI ALTERNATIF MODAL BAGI UMKM *

EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN MODAL VENTURA SEBAGAI ALTERNATIF MODAL BAGI UMKM * Efektifitas Penyaluran Pembiayaan Modal Ventura Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana dan Yunita No. 61, Th. XV (Desember, 2013), pp. 505-518. EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN MODAL VENTURA SEBAGAI ALTERNATIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

MANAJEMEN MODAL VENTURA. Muh. Ridwan Hasan Dameria Simalango Linda Mery Yana Ranti Astuti St. Hajrah

MANAJEMEN MODAL VENTURA. Muh. Ridwan Hasan Dameria Simalango Linda Mery Yana Ranti Astuti St. Hajrah MANAJEMEN MODAL VENTURA Muh. Ridwan Hasan Dameria Simalango Linda Mery Yana Ranti Astuti St. Hajrah Pengertian Modal Ventura Istilah ventura berasal dari kata venture yang secara harfiah dapat berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyertaan, modal, ventura. usaha kecil, usaha menegah.

Kata kunci: Penyertaan, modal, ventura. usaha kecil, usaha menegah. PERAN LEMBAGA PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL Nitaria Angkasa E-mail: nitaria10angkasa@gmail.com ABSTRAK Perkembangan lembaga pembiayaan yang baru-baru ini yang berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Modal Ventura

Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Modal Ventura Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Modal Ventura A. Perusahaan Modal Ventura adalah badan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal kedalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan negara di zaman sekarang begitu pesat dan cepat dari perkembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, bahkan di negara Indonesia yang menganut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman dan pesatnya pembangunan, lembaga keuangan bukan bank sangat diperlukan untuk ikut serta mengemban fungsinya sebagai perantara di bidang keuangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mengembangkan unit usaha selain faktor makro dan mikro. Berbagai

I. PENDAHULUAN. dalam mengembangkan unit usaha selain faktor makro dan mikro. Berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA

ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Januari 2014 Volume III Nomor 2 ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Yuliana Panjaitan * Budiman Ginting ** Ramli

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MODAL VENTURA SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN

KARAKTERISTIK MODAL VENTURA SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN KARAKTERISTIK MODAL VENTURA SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN Ambar Budisulistyawati Abstract Research done previously lay open that effort capital venture do not alternative of like effort bank. Why capital

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pembiayaan Bisnis Perusahaan

STIE DEWANTARA Pembiayaan Bisnis Perusahaan Pembiayaan Bisnis Perusahaan Hukum Bisnis, Sesi 5 Latar Belakang Dalam memulai sebuah bisnis, faktor utama yang diperlukan adalah modal sebagai harta (uang, barang, atau surat berharga) yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan industri dapat dilihat tolak ukur keberhasilannya dari beberapa faktor, antara lain ditandai dengan banyaknya produk dan ragam yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN MODAL VENTURA

BAB III PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN MODAL VENTURA BAB III PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN MODAL VENTURA Berikut ini adalah tabel mengenai pokok-pokok perubahan dan tambahan pengaturan dalam upaya penyempuraan, pengaturan kegiatan usaha modal ventura: Tabel 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai amanat Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang terjadi, kebutuhan masyarakat atas barang atau jasa semakin meningkat sekaligus bervariasi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Modal Ventura Modal Ventura adalah suatu jenis pembiayaan berupa penyertaan modal dalam jangka waktu tertentu oleh Perusahaan Modal Ventura (PMV) kepada Perusahaan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Perusahaan. Modal. Ventura. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN

Lebih terperinci

1. Pengertian. 2. Peraturan Pembiayaan Konsumen. 3. Manfaat Pembiayaan Konsumen. PEMBIAYAAN KONSUMEN (Consumer Finance) 30-Oct-16

1. Pengertian. 2. Peraturan Pembiayaan Konsumen. 3. Manfaat Pembiayaan Konsumen. PEMBIAYAAN KONSUMEN (Consumer Finance) 30-Oct-16 PEMBIAYAAN KONSUMEN (Consumer Finance) Oleh : Nanda Praditya : 156010200111032/ 11 Dzulhida Saridewi : 156010200111034/ 12 Ilil Mufarrikha : 156010200111077/ 31 1. Pengertian Secara substansial pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara berkembang juga turut memacu roda perekonomian masyarakat. Sayangnya pertumbuhan ekonomi tersebut tidak ditopang oleh pembangunan

Lebih terperinci

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT Rochadi Santoso rochadi.santoso@yahoo.com STIE Ekuitas Bandung Abstrak Perjanjian dan agunan kredit merupakan suatu hal yang lumrah dan sudah biasa dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah sekarang ini, tidak hanya harga kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi harganya, namun harga-harga produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN

ASPEK HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN ASPEK HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN ANDRI HELMI M, SE., MM HUKUM BISNIS SEJARAH LEMBAGA PEMBIAYAAN Dimulai sejak tahun 1974, berdasarkan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, yaitu: Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian,

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa II. Tinjauan Pustaka A. Bank Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa pengertian bank telah dikemukakan baik oleh para ahli maupun menurut ketentuan undangundang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian merupakan landasan utama yang menopang kehidupan dari suatu negara. Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam

Lebih terperinci

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN A. Pengertian Jaminan Fidusia Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti kepercayaan. 23 Sesuai dengan arti kata ini,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia berusaha untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digencar-gencarkan adalah ekonomi kreatif dalam kata lain adalah Usaha

BAB I PENDAHULUAN. digencar-gencarkan adalah ekonomi kreatif dalam kata lain adalah Usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada umumnya masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan, petani, pedagang, pegawai swasta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada 1 BAB I PENDAHULUAN Salah satu cara mendapatkan modal bagi kalangan masyarakat termasuk para pengusaha kecil, sedang maupun besar adalah dengan melakukan pengajuan kredit pada pihak bank. Pemberian tambahan

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulhay, Marhainis. Hukum Perdata Materil, Jakarta: PT. Prasnya Paramita,

DAFTAR PUSTAKA. Abdulhay, Marhainis. Hukum Perdata Materil, Jakarta: PT. Prasnya Paramita, DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdulhay, Marhainis. Hukum Perdata Materil, Jakarta: PT. Prasnya Paramita, 1984. B. N., Marbun. Manajemen Perusahaan Kecil, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1996. Dipo, Handowo.

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU Valentryst Antika Alfa Steven Rumayar/D 101 11 139 Pembimbing : 1. Sulwan Pusadan, SH.,MH. 2. Nurul Miqat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlu dikemukakan terlebih dahulu kenapa. Penulis memilih judul Perkembangan Pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. Perlu dikemukakan terlebih dahulu kenapa. Penulis memilih judul Perkembangan Pengaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlu dikemukakan terlebih dahulu kenapa Penulis memilih judul Perkembangan Pengaturan Modal Ventura di Indonesia. Walaupun penyertaan modal sudah dikenal, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa, Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud

Lebih terperinci

PENYERTAAN MODAL DAN BANTUAN MANAJEMEN OLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA

PENYERTAAN MODAL DAN BANTUAN MANAJEMEN OLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA PENYERTAAN MODAL DAN BANTUAN MANAJEMEN OLEH Abstrak PERUSAHAAN MODAL VENTURA DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA Oleh Made Dita Widyantari I Nyoman Bagiastra Hukum Bisnis Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Liana Maria Fatikhatun, FH UI., 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Liana Maria Fatikhatun, FH UI., 2009. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Demi terwujudnya Rencana Pembangunan Nasional (RAPERNAS), maka diperlukan pembangunan nasional di berbagai bidang. Sarana penyediaan dana yang dibutuhkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Kredit 2.1.1.1. Pengertian Kredit Lembaga keuangan bank maupun bukan bank tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan,

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Modal ventura sesungguhnya memiliki catatan sejarah yang cukup panjang dan dalam perkembangannya mempunyai peran dalam perkembangan ekonomi modern (DR. Sofyan Djalil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA A. Pengertian Deposito Seperti diketahui salah satu aktivititas perbankan dalam usaha untuk mengumpulkan dana adalah mengarahkan aktivitas deposito. Di

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN, bahwa dalam rangka meningkatkan peran Perusahaan Pembiayaan dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa peningkatan akses dunia usaha pada sumber

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. manusia merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan,

BAB I P E N D A H U L U A N. manusia merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan, 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pada dasarnya kegiatan usaha dalam pemenuhan kebubutahan hidup, manusia merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan, bahkan kegiatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB II KEBERADAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA KEUANGAN DAN PRANATA HUKUM INDONESIA

BAB II KEBERADAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA KEUANGAN DAN PRANATA HUKUM INDONESIA BAB II KEBERADAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA KEUANGAN DAN PRANATA HUKUM INDONESIA A. Keberadaan Lembaga Pembiayaan Konsumen Dalam Industri Jasa Keuangan Indonesia 1. Industri Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk yang semakin canggih dan beragam, antara lain sepeda motor. Kelebihan-kelebihan atas suatu

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam Meminjam Di Kabupaten Sleman Perjanjian adalah suatu hubungan

Lebih terperinci

PROSEDUR KEMITRAAN dan PROSES PEMBIAYAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA TERHADAP PERUSAHAAN PASANGAN USAHANYA. (Studi Pada PT. Sarana Lampung Ventura)

PROSEDUR KEMITRAAN dan PROSES PEMBIAYAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA TERHADAP PERUSAHAAN PASANGAN USAHANYA. (Studi Pada PT. Sarana Lampung Ventura) PROSEDUR KEMITRAAN dan PROSES PEMBIAYAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA TERHADAP PERUSAHAAN PASANGAN USAHANYA. (Studi Pada PT. Sarana Lampung Ventura) TAMI RUSLI Dosen Fakultas Hukum Universitas Bandar lampung

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya meningkatkan peran

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta III. Pasar Modal 1. Pendahuluan Pasar Modal (dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 60 tahun 1988 tertanggal 20 Desember 1988) adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran

Lebih terperinci

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Lebih terperinci

BAB 3 BENTUK BENTUK BADAN USAHA

BAB 3 BENTUK BENTUK BADAN USAHA BAB 3 BENTUK BENTUK BADAN USAHA 1. Bentuk Yuridis Perusahaan Bentuk-bentuk perusahaan/ badan usaha berdasarkan kepemilikannya secara hukum adalah sebagai berikut: Badan Usaha Milik Negara (BUMN) BUMN adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017 PENGIKATAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT BANK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 1 Oleh : Adrian Alexander Posumah 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka LEASING Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka waktu berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung dimanapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan

Lebih terperinci

Pembebanan Jaminan Fidusia

Pembebanan Jaminan Fidusia Jaminan Fidusia Fidusia menurut Undang-Undang no 42 tahun 1999 merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut

Lebih terperinci

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) i TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun bukan berarti didalam suatu perjanjian kredit tersebut tidak ada risikonya. Untuk menghindari wanprestasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT 1 of 50 8/23/2014 7:22 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI

Lebih terperinci