1. Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur.

dokumen-dokumen yang mirip
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

LAPORAN KINERJA (LKJ)

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

3.1. Capaian Kinerja Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun Visi : " Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani "

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PANEN PADI HIBRIDA TAHUN 2015

FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

Tabel I.16. Program/Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi D.I.Yogyakarta yang Dibiayai oleh APBD Tahun 2007

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (ANGKA SEMENTARA 2013)

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

IKU TAHUN 2017 SEKRETARIAT DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG. Indikator Kinerja Formulasi Penghitungan/Penjelasan Sumber Data

A. Realisasi Keuangan

Realisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

PERKEBUNAN KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili.

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 KABUPATEN BLITAR. RKPD: DINAS PERTANIAN DAN PANGAN hal 1 dari 10

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara merupakan bagian dari. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara dan merupakan unsur penunjang yang

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

LAPORAN KINERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

DINAS PERTANIAN, TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA. Halaman 358

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

Perangkat Daerah Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progoo dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

TUGAS POKOK DAN FUNGSI A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

Bidang Tanaman Pangan

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... BAB I. PENDAHULUAN... 1

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LkjIP) DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAGETAN 2015

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Selatan mempunyai tugas melaksanakan Urusan Pemerintahan Daerah dibidang

Vol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. %

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA SKPD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK TAHUN ANGGARAN 2014

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2014)

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2015

LAPORA TAHU AN 2016 LAPORAN TAHUNAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BERDASARKAN RPJMD TAHUN 2017 DINAS PERKEBUNAN. Indikator

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1. Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur. Tabel 3.14 Pencapaian Kinerja Sasaran 14 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Indikator kinerja Satuan RPJM Tahun 2015 Nasio nal Kategori Koordinator SKPD Pengampu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Meningkatny a Dipertanbunhut jumlah produksi bahan pangan pokok, meliputi : 1 1. padi saw ah ton 252,893-225.103 90.84 268.776 107.91 242,755 96.83 247,149 98.23 252893 270809 107.08 A Dipertanbunhut 2 2. padi ladang ton 18,229-14.372 79.21 20.544 113.1 2,486 12.97 19,809 108.79 18229 8444 46.32 D Dipertanbunhut 3 3. jagung ton 141,493-112.253 81.76 132.24 95.74 123,125 91.38 136,443 97.21 141493 109431 77.34 B Dipertanbunhut 4 4. kedele ton 4,452-4.175 99.22 3.864 90.58 2,317 56.72 3,080 70.45 4452 5062 113.70 A Dipertanbunhut 5 5. kacang tanah ton 4,955-3.514 81.01 6.095 134.13 7,097 150.97 4,844 99.92 4955 3132 63.21 C Dipertanbunhut 6 6. ubi kay u ton 104,787-123.657 131.45 126.456 131.13 119,127 99.03 94,323 92.67 104787 123499 117.86 A Dipertanbunhut 7 7. ubi jalar ton 614-928 195.37 1.194 247.2 669 73.36 638.6 112.63 614 314 51.14 D Dipertanbunhut Meningkatny a Dipertanbunhut jumlah produksi holtikultura buahbuahan, meliputi : 8 1. Durian kuintal 32,942-37,341 166 27.621 111.6 19,396 71.24 19,730 65.88 32942 21785 66.13 C Dipertanbunhut 9 2. Mangga kuintal 204,558-106,586 82 97.412 66.9 148,006 90.76 158,691 86.89 204558 46243 22.61 D Dipertanbunhut 10 3. Pepay a kuintal 121,551-99,552 100 89.626 85.36 307,687 279.08 268,043 231.54 121551 214217 176.24 A Dipertanbunhut 11 4. Pisang kuintal 109,015-156,201 164 203.377 206.84 262,190 257.64 352,421 334.59 109015 220718 202.47 A Dipertanbunhut 12 5. rambutan kuintal 26,216-54,155 271 39.869 186.3 16,634 73.93 33,977 138.68 26216 35160 134.12 A Dipertanbunhut Meningkatny a Dipertanbunhut jumlah produksi holtikultura say uran, meliputi : 13 1. Baw ang Merah kuintal 30.388-24.325 97.30 30.129 114.78 22,791 82.69 30,819 106.49 30388 104357 343.42 A Dipertanbunhut 14 2. Kobis kuintal 135.304-121.104 96.88 209.479 164.3 171,107 131.57 150,208 113.24 135304 97487 72.05 C Dipertanbunhut 15 3. Cabe raw it kuintal 103.318-123.394 145.17 288.228 322.94 238,322 254.31 292,042 296.80 103318 319363 309.11 A Dipertanbunhut 16 4. Tomat kuintal 11.59-29.062 276.78 26.81 249.09 37,427 339.26 17,580 155.48 11590 18335 158.20 A Dipertanbunhut 17 5. Wortel kuintal 91.163-118.225 157.63 92.24 117.13 252,115 304.90 139,523 160.70 91163 160370 175.92 A Dipertanbunhut Meningkatny a Dipertanbunhut produktifitas tanaman pangan utama : 18 1. padi saw ah ku/ha 59.52-56.01 96.59 59.39 101.76 56.31 86.26 54.01 91.34 59.52 58.97 99.08 B Dipertanbunhut 19 2. padi ladang ku/ha 49.28-38.54 81.05 48.58 101.25 45.61 84.14 49.24 100.82 49.28 27.9 56.62 C Dipertanbunhut 20 3. jagung ku/ha 49.52-50.28 102.57 52 105.86 51.85 90.79 50.66 102.72 49.52 41.35 83.50 B Dipertanbunhut

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Indikator kinerja Satuan RPJM Tahun 2015 Nasio nal Kategori Koordinator SKPD Pengampu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 21 4. kedele ku/ha 12.1-16.97 142.61 11,43 95.65 11.84 93.23 12.05 100.42 12.1 14.34 118.51 A Dipertanbunhut 22 5. kacang tanah ku/ha 12.7-9.14 79.00 14,42 120.17 22.3 178.40 11.43 91.08 12.7 12.65 99.61 B Dipertanbunhut 23 6. ubi kay u ku/ha 159-190.71 121.63 203,08 129.35 242.92 145.45 186.5 117.96 159 221.44 139.27 A Dipertanbunhut 24 7. ubi jalar ku/ha 150-137.87 99.15 134,12 96.44 133.89 83.79 133.05 94.70 150 80.54 53.69 D Dipertanbunhut Meningkatny a Dipertanbunhut produktifitas tanaman holtikultura say uran : 25 1. Baw ang Merah ku/ha 88.27-106.69 128.03 118,62 140.31 64.75 75.49 66.71 76.67 88.27 109.73 124.31 A Dipertanbunhut 26 2. Kobis ku/ha 110.85-124.72 114.74 146,39 133.64 109.83 100.05 177.13 160.57 110.85 134.84 121.64 A Dipertanbunhut 27 3. Cabe raw it ku/ha 43.39-50.36 130.33 125,32 315.11 100.64 245.82 105.07 249.28 43.39 124.51 286.96 A Dipertanbunhut 28 4. Tomat ku/ha 85.66-124.2 147.86 153,20 181.5 224.11 264.19 148.35 174.04 85.66 156.71 182.94 A Dipertanbunhut 29 5. Wortel ku/ha 105.92-124.32 124.32 124,99 123.2 143.41 139.34 168.1 161.00 105.92 152.44 143.92 A Dipertanbunhut Meningkatny a - Dipertanbunhut produksi komoditas perkebunan : 30 1. tebu Ton tebu 32.4-23.56 75.51 30,528.60 96.92 29,337.60 92.26 32,223 100.38 32400 28410 87.69 B Dipertanbunhut 31 2. tembakau rajangan 32 3. tembakau asepan Ton rajangan kering Ton asepan 33 4. cengkeh Ton bunga kering 34 5. lada Ton biji kering 35 6. kopi Ton biji kering 36 7. Kelapa ribu butir kelapa 37 8. Nilam Kuintal daun kering 38 9. Kenanga kuintal miny ak kenanga 2.115-3.375 178.57 3,800.97 191.97 2,635.35 130.14 3,343.30 161.51 2115 3378 159.72 A Dipertanbunhut 702-787.25 134.57 1.023,45 162.45 626.73 96.72 544.1 80.61 702 723 102.99 A Dipertanbunhut 250-94.81 52.67 328,88 164.44 104.64 48.67 189.8 82.52 250 413.35 165.34 A Dipertanbunhut 12-14.25 142.50 35,25 335.71 0.44 4.00 1.5 13.04 12 19.78 164.83 A Dipertanbunhut 120-40.27 35.02 13,96 12.03 397.52 339.76 82.18 69.35 120 240.85 200.71 A Dipertanbunhut 17.4-16,046 94.39 14.83 86.73 18,200 105.81 15,271.40 88.27 17400 14335 82.39 B Dipertanbunhut 275-444 227.69 83,55 41.57 2.23 0.99 220 88 275 3457 1257.09 A Dipertanbunhut 15.5-12.9 95.56 98,82 705.86 71.67 494.28 8 53.33 15.5 88.95 573.87 A Dipertanbunhut Meningkatny a Dipertanbunhut persentase luas lahan y ang menggunakan benih/bibit v arietas unggul : 39 1. padi saw ah % 80-90 128.57 96,55 965.5 97.48 121.85 98 119.51 85 89.7 105.53 A Dipertanbunhut 40 2. jagung % 60-22 55.00 86,45 216.13 86.44 144.07 72 110.77 65 89.4 137.54 A Dipertanbunhut 41 3. kedele % 30-62 413.33 73,96 493.07 63.01 126.02 68 170 45 86.48 192.18 A Dipertanbunhut Rata-rata 186.87 186.87 140.44 122.64 170.17 A

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2015 kinerja sasaran ini meliputi 41 (empat puluh satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 170,17% (kategori sangat baik) terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) indikator kategori sangat baik (65,85%), 6 (enam) indikator kategori baik (14,63%), 4 (empat) indikator kategori cukup (9,76%), dan 4 9empat) indiakator kategori kurang (9,76%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 23 (dua puluh tiga) per indikator : Meningkatnya jumlah produksi bahan pangan pokok, meliputi : 1) Padi sawah Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena sebagai berikut : - Dukungan program/kegiatan yang berkaitan dengan bantuan infra struktur, sarana prasarana produksi tanaman, alat mesin pertanian; - Selain itu adanya iklim yang mendukung, dimana tanaman mendapatkan penyinaran matahari yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang optimal, serta kecukupan air; - Penurunan serangan OPT dibandingkan dengan tahun 2014, dengan perbandingan serangan sebagai berikut : Gambar 3.1 Luas serangan OPT Tahun 2014 dan 2015 Secara umum pada tahun 2015 luas akumulasi serangan OPT utama tanaman padi lebih rendah/menurun yaitu WBC, tikus, BLB, Blas dan Virus Kerdil, kecuali penggerek batang. Dengan akumulasi luas serangan 958 ha dan Tahun 2014 seluas 1.451 ha. 2) Padi ladang

Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produktivitas tanaman padi ladang yang rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah areal penanaman tanaman padi ladang berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, sedangkan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam padi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup 3) Jagung Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produktifitas jagung rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah - penanaman jagung berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan ditanam secara tumpangsari dengan cabe/ubi kayu utamanya didaerah dataran tinggi (Ampel, Cepogo, Musuk, Mojosongo). - sebagian varietas jagung yang ditanam komposit dan lokal /Unyil (Wonosegoro, Andong, Klego dan Kemusu). - Budidaya jagung masih sederhana tidak sesuai dengan anjuran - Di daerah irigasi, pengembangan jagung hibrida jarak tanam yang dipakai lebih lebar dari anjuran, yaitu dipergunakan 60 X 60 atau 70 x 20 dengan benih 1 lubang 2 biji, adapun rekomendasi anjuran jarak tanam jagung yaitu 70 X 20, 70 X 40 cm. - Adanya alih komoditas dari jagung ke komodits padi sehingga luas panen jagung di tahun 2015 mengalami penurunan 467 Ha dibanding luas panen tahun 2014. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam jagung secara monokultur, pembinaan kepada kelompok tani agar menanam dengan benar sesuai anjuran, menanam dengan varietas unggul / hibrida shg dapat meningkatkan produksi jagung, pemeliharaan yang intensif dan benar. Kegiatan Pengembangan optimasi lahan mendukung produksi jagung melalui APBN-P 2015 (pengelola anggaran adalah Dinas Pertanian TPH Prov. Jateng) dititik beratkan di daerah kawasan hutan yang kegiatan tanam dimulai bulan oktober sehingga panen akan berlangsung di bulan pebruari 2016.

4) Kedele Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena produksi dan produktivitas tanaman kedelai yang tinggi, hal ini dikarenakan - Adanya dukungan program Gerakan Peningkatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dan Perluasan Areal Tanam (PAT) seluas 2.300 Ha, berupa fasilitas benih bersertifikat, rhizobium, herbisida, pestisida dan pupuk organik dan pupuk an organik; - Didukung adanya iklim yang cocok dan tepat waktu; - Rata 2 relatif tidak ada OPT sehingga pengisian polong dapat maksimal. 5) Kacang tanah Kegagalan capaian indikator ini disebabkan penggunaan benih rata-rata varietas local, pemeliharaan kurang optimal, pananaman pada awal tahun peretengahan MT 3 dimana saat itu kelebihan air /pada musim hujan tiba sehingga penyerbukan kurang sempurna sehingga berpengaruh terhadap pembentukan kuantitas dan kualitas polong dan penanaman dibawah tegakan / naungan tanaman tahunan atau tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah sulitnya memperoleh benih unggul dan bermutu dipasaran bebas. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam kacang tanah secara monokultur dan tidak dibawah naungan, selain koordinasi dengan Instansi terkait dengan mencarikan benih unggul bersertifikat. 6) Ubi kayu Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena produktivitas dan produksi ubi kayu yang tinggi yaitu dampak dari meningkatnya pengetahuan petani dibudidaya ubikayu tentang penggunaan pupuk organik / pupuk kandang yang cukup, penyiangan yang optimal, pemilihan varietas yang spesifik lokasi, penggunaan pupuk an organik, adanya dukungan iklim yg cocok dan rendahnya OPT sehingga produksi dapat meningkat serta ditanam pada hamparan yg luas secara monokultur. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah

- Belum dimilikinya kebun benih bermutu di tingkat kabupaten sebagai sumber benih untuk masyararakat petani ubi kayu; - Sistem tanam tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah - Ke depan perlu direncanakan adanya kebun benih untuk memenuhi kebutuhan sumber benih di Kabupaten Boyolali; - Pembinaan dan pendampingan kepada petani dalam berbudidaya yang baik dan benar. 7) Ubi jalar Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produktivitas dan produksi ubi jalar yang rendah dikarenakan : - Pemeliharaan tanaman ubi jalar yang kurang optimal dan biasanya sebagai tanaman penutup galengan; - Belum diusahakan secara monokultur; - Belum menggunakan varietas unggul dan rata2 ditanam dengan tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah penanaman ubi jalar berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, dikarenakan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan itu adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam ubi jalar secara intensifi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup serta menggunakan varietas unggul. Meningkatnya jumlah produksi holtikultura buah-buahan, meliputi : 8) Durian Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena bunga dan bakal buah rontok Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah - Pengaruh musim kemarau yang panjang menyebabkan bunga dan bakal buah rontok sebelum buah tua dan masih rendahnya petani untuk menerapkan

budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang. - Hama tupai yang menyerang buah yang sudah mulai matang Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan penyuluhan kepada petani untuk melakukan kebersihan lingkunga/sanitasi. 9) Mangga Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena pengaruh musim kemarau panjang, serta banyak tanaman terserang kutu putih yang mana mengakibatkan pembungaan tidak sempurna sehingga berpengaruh terhadap produksi buah mangga. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengaruh musim kemarau panjang, serta banyak tanaman terserang kutu putih yang mana mengakibatkan pembungaan tidak sempurna sehingga berpengaruh terhadap produksi buah mangga Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengadakan gerakan pengendalian kerjasama dengan penyuluh dan memberikan agensia hayati umtuk pengendalian kutu putih 10) Pepaya Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kerjasama dan pembinaan antara kelompok dengan steakholder untuk menunjang kegiatan eksport, maupun pasar modern, pelatihan / bimtek oleh BPSDM serta koordinasi dengan para invesrtor maupun pengusaha. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya kemauan dan kemampuan petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah adanya kegiatan/ program pendukung yaitu Kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek) buah, pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern. 11) Pisang

Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena meningkatnya produksi Pisang karena petani sudah menerapkan budidaya pisang secara baik dan benar ramah lingkungan (GAP), serta petani berbudidaya pisang dengan sistim monokutur. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura secara konvensional Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern 12) Rambutan Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena petani sudah menerapkan budidaya rambutan secara baik dan benar ramah lingkungan (GAP), intensif dalam pemeliharaan serta petani berbudidaya rambutan dengan sistim monokutur. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah adanya kegiatan/ program pendukung yaitu Kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek) Sayur dan buah, pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern. Analisis untuk 12 (dua belas) indikator di atas : a. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumberdaya yang dilakukan adalah dengan : - Pelibatan antara unsur/instansi di Tingakat Kabupaten, Kecamatan dan Tingkat Desa; - Dengan penggunaan bibitt unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi akan berpengaruh terhadap hasill panen per satuan luas; - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan

- Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,07% dari anggaran Rp. 44.413.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 43.937.800,00 b. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Kedua belas indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dengan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Keberhasilan ini juga disebabkn telah dilaksanakannya : - Koordinasi antara unsur/instansi yang terkait dengan diterbitkannya SK Bupati Boyolali SK Bupati Boyolali No. 520/197 Tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Teknis Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya di Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015 - Pendampingan yang dilkulkan oleh Penyuluh Pertanian dan UPTD Pertanian serta Pendampingan oleh aparat TNI di lingkup Kodim 0724/Boyolali yang didasarkan pada Penandatangan MoU antara Komendan Kodim 0724, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Boyolali, dan Bupati Boyolali tanggal 20 Januari 2015; - Koordinasi antara unsur/instansi yang dilaksanakan secara rutin pada saat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Meningkatnya jumlah produksi holtikultura sayuran, meliputi : 13) Bawang Merah a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena mendapatkan dukungan program peningkatan penerapan teknologi pertanian yaitu kegiatan pelatihan dan bimbingan pengoperasian tepat guna (BIMTEK) dari APBD Kabupaten dan bantuan bibit unggul dan berlabel jenis batu ijo dari batu malang anggaran APBD Provinsi Jateng. Selain itu penanaman bawang merah serentak dilakukan oleh para petani dengan baik serta tidak adanya serangan hama dan penyakit Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan adanya kegiatan/ program pendukung yaitu Kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek) Sayur dan buah, pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan

koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern. b. Analisis penggunaan sumber daya Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah : - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,18% dari anggaran Rp. 184.590.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 173.179.325,00. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan Keberhasilan capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan dan kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek), serta program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan dengan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja. 14) Kobis a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena adanya penurunan luas tanam yang disebabkan karena alih komoditas ke tanaman yang lain. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : - Adanya kegiatan/ program pendukung yaitu Kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek) Sayur dan buah, pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern; - Gerakan Pengendalian OPT dengan Petugas Penyuluh Lapangan dan petugas PHP dan memberikan bantuan berupa pestisida hayati b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan :

- Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,07% dari anggaran Rp. 44.413.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 43.937.800,00 c. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja 15) Cabe rawit a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya program dari pemerintah yaitu SL GAP (Sekolah Lapang Good Agruculture Practice) yaitu menerapkan budidaya cabe secara baik dan benar dan ramah lingkungan dan Pengembangan kawasan Cabe dari tugas pembantuan APBN 2015 sehingga produksi meningkat. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan pemberian pelatihan dan bimbingan GAP. b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan : - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,16% dari anggaran Rp. 1.385.020.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.299.667.040,00; c. Analisis program/kegiatan :

Keberhasilan capaian indikator kinerja ini dilaksanaka dengan program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan dengan kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek), program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan dengan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, serta program Peningkatan Produksi Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan dengan kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah Lingkungan, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan, Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura Ramah Lingkungan, dan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Hortikultura. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja. 16) Tomat a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kerjasama dan pembinaan antara kelompok dengan steakholder untuk menunjang kegiatan eksport, maupun pasar modern, pelatihan / bimtek oleh BPSDM serta koordinasi dengan para invesrtor maupun pengusaha. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern b. Analisis penggunaan sumber daya : - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,16% dari anggaran Rp. 1.385.020.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.299.667.040,00. c. Analisis Program/ kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja

17) Wortel a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kerjasama dan pembinaan antara kelompok dengan steakholder untuk menunjang kegiatan eksport, maupun pasar modern, pelatihan / bimtek oleh BPSDM serta koordinasi dengan para invesrtor maupun pengusaha. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pelatihan GAP maupun GHP serta mengadakan koordinasi dengan pengusaha hortikultura maupun kerjasama dengan pasar modern b. Analisis penggunaan sumber daya : - Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,16% dari anggaran Rp. 1.385.020.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.299.667.040,00. c. Analisis Program/ kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja Meningkatnya produktifitas tanaman pangan utama : 18) Padi sawah Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produksi per hektar yang dihasilkan masih relatif rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya minat petani dalam mengadopsi sistim tanam jajar legowo, bahkan beberapa wilayah masih belum menerapkan jarak tanam dengan sistim tegel.

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh BPTP Provinsi Jawa Tengan di 35 Kabupaten/Kota, bahwa penerapan sistim tanam dengan metode jajar legowo meninjukkan adanya peningkatan antara 400 kg s/d 1.400 kg per hektar Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah adanya kegiatan/program yang mendukung penerapan tanam dengan sistim tanam jajar legowo. 19) Padi ladang Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena produktivitas tanaman padi ladang yang rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah areal penanaman tanaman padi ladang berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, sedangkan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan itu adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam padi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup 20) Jagung Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena beberapa hal hambatan, yaitu : - Penanaman jagung berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan ditanam secara tumpangsari dengan cabe/ubi kayu utamanya didaerah dataran tinggi (Ampel, Cepogo, Musuk, Mojosongo); - Sebagian varietas jagung yang ditanam komposit dan lokal /Unyil (Wonosegoro, Andong, Klego dan Kemusu); - Budidaya jagung masih sederhana tidak sesuai dengan anjuran; - Di daerah irigasi, pengembangan jagung hibrida jarak tanam yang dipakai lebih lebar dari anjuran, yaitu dipergunakan 60 X 60 atau 70 x 20 dengan benih 1 lubang 2 biji, adapun rekomendasi anjuran jarak tanam jagung yaitu 70 X 20, 70 X 40 cm; - Adanya alih komoditas dari jagung ke komodits padi sehingga luas panen jagung di tahun 2015 mengalami penurunan 467 Ha dibanding luas panen tahun 2014.

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan menganjurkan kepada petani agar dapat menanam jagung secara monokultur, pembinaan kepada kelompok tani agar menanam dengan benar sesuai anjuran, menanam dengan varietas unggul / hibrida shg dapat meningkatkan produksi jagung, pemeliharaan yang intensif dan benar. 21) Kedele Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena beberapa hal : - Adanya dukungan program Gerakan Peningkatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) dan Perluasan Areal Tanam (PAT) seluas 2.300 Ha, berupa fasilitas benih bersertifikat, rhizobium, herbisida, pestisida dan pupuk organik dan pupuk an organik; - Didukung adanya iklim yang cocok dan tepat waktu; - Rata-rata relatif tidak ada OPT sehingga pengisian polong dapat maksimal. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah perilaku petani dalam berbudidaya masih menggunakan pola tanam sebar. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pendampingan dan pengawalan yang intensif. 22) Kacang tanah Kegagalan capaian indikator ini dikarenakan : - Penggunaan benih rata-rata varietas local, pemeliharaan kurang optimal, pananaman pada awal tahun peretengahan MT 3 dimana saat itu kelebihan air /pada musim hujan tiba sehingga penyerbukan kurang sempurna sehingga berpengaruh terhadap pembentukan kuantitas dan kualitas polong. - Penanaman dibawah tegakan / naungan tanaman tahunan atau tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah sulitnya memperoleh benih unggul dan bermutu dipasaran bebas. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam kacang tanah secara monokultur dan tidak dibawah naungan, selain koordinasi dengan Instansi terkait dengan mencarikan benih unggul bersertifikat 23) Ubi kayu Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena dampak dari meningkatnya pengetahuan petani dibudidaya ubikayu tentang penggunaan pupuk organik / pupuk

kandang yang cukup, penyiangan yang optimal, pemilihan varietas yang spesifik lokasi, penggunaan pupuk an organik, adanya dukungan iklim yg cocok dan rendahnya OPT sehingga produksi dapat meningkat serta ditanam pada hamparan yg luas secara monokultur. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah - Belum dimilikinya kebun benih bermutu di tingkat kabupaten sebagai sumber benih untuk masyararakat petani ubi kayu; - Sistem tanam tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah - Ke depan perlu direncanakan adanya kebun benih untuk memenuhi kebutuhan sumber benih di Kabupaten Boyolali; - Pembinaan dan pendampingan kepada petani dalam berbudidaya yang baik dan benar. 24) Ubi jalar Kegagalan capaian indikator ini disebabkan disebabkan karena beberapa hal : - Pemeliharaan tanaman ubi jalar yang kurang optimal dan biasanya sebagai tanaman penutup galengan; - Belum diusahakan secara monokultur; - Belum menggunakan varietas unggul dan rata2 ditanam dengan tumpangsari. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah penanaman ubi jalar berada di bawah naungan tanaman keras/tanaman kehutanan dan biasanya ditanam secara tumpangsari dengan jagung/ketela pohon. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pencahayaan sinar matahari, dikarenakan sistem tumpangsari yang dilakukan mengakibatkan itu adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menganjurkan kepada petani agar dapat menanam ubi jalar secara intensifi secara monokultur dan lokasi areal penanaman mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup serta menggunakan varietas unggul. Analisis untuk 7 (tujuh) indikator di atas : a. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah :

- Dengan mempergunakan benih unggul bermutu dapat meningkatkan hasil persatuan luas panen; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 1,07% dari anggaran Rp. 44.413.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 43.937.800,00; b. Analisis program/kegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja Meningkatnya produktifitas tanaman holtikultura sayuran : 25) Bawang Merah 26) Kobis 27) Cabe rawit 28) Tomat 29) Wortel Analisis untuk 5 (lima) indikator di atas : a. Keberhasilan capaiana target indikator kelima indikator di atas disebabkan adanya kegiatan pelatihan dan bimbingan pengoperasian penerapan teknologi pertanian tepat guna (BIMTEK) sayuran dan adanya bantuan bibit bawang merah varietas batu ijo dari Dinas Provinsi Jateng dan penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar (GAP). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih rendahnya petani untuk menerapkan budidaya secara benar dan ramah lingkungan karena petani belum semuanya mendapatkan kegiatan bimbingan teknis maupun sekolah lapang, petani budidaya tanaman hortikultura (rambutan) secara konvensional. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah diberikan pelatihan dan bimbingan pengoperasian penerapan teknologi pertanian tepat guna (BIMTEK) sayuran. b. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan :

- Pelibatan antara unsur/instansi Pemerintah (Dispertanbunhut Kab. Boyolali) baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, pengusaha hortikultura, dan partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dapat mengefektifkan pelaksanaan kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,18% dari anggaran Rp. 184.590.500,00 direalisasikan sebesar Rp. 173.179.325,00; c. Analisis program/kegiatan : Program kegiatan yang menunjang keberhasilan capaian kelima indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan dengan kegiatan Pelatihan dan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi tepat guna (Bimtek), dan program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan dengan kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja. Meningkatnya produksi komoditas perkebunan : 30) Tebu a. Kegagalan capaian indikator ini dikarenakan petani tebu banyak yang beralih ke tanaman yang lain. Hal ini disebabkan karena harga gula yang rendah sehingga usaha tani tebu tidak menguntungkan lagi bagi petani. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah turunnya semangat petani tebu akibat dari banyaknya impor gula mentah (raw sugar) sehingga gula petani harganya turun. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah fasilitasi pemerintah untuk melindungi kepentingan petani tebu dengan cara mengurangi gula impor dan perbaikan HPP gula yang layak. b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan : - Kegagalan capaian indikator ini juga disebabkan dari Dinas Provinsi terjadi pengurangan alokasi anggaran dan pengurangan alokasi volume kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 20,57% dari anggaran Rp. 776.604.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 616.846.000,00; c. Analisis program/kegiatan :

Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dengan kegiatan Dukungan Penyediaan Benih Tebu sub kegiatan Pembangunan Kebun Benih Datar (KBD) Tebu dan kegiatan Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim sub kegiatan Pengembangan tanaman tebu (Bongkar Ratoon Tan. Tebu dan Rawat Ratoon Tan. Tebu). Dengan dilaksanakannya koordinasi yang baik dengan Dinas Perkebunan Prov. Jateng dan KPTR memperlancar pelaksanaan kegiatan ini. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja. 31) Tembakau rajangan 32) Tembakau asepan Analisis untuk 2 (dua) indiaktor di atas : a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena petani tembakau mempunyai keyakinan apabila bulan ganjil usaha tani kembali akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan bulan genap, sehingga Tahun 2015 areal tanam mengalami peningkatan. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah panjangnya musim kemarau menyebabkan terjadinya kekurangan air Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah upaya penambahan suplesi air melalui pemberian bantuan pompa air. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 11,15% dari anggaran Rp. 1.337.269.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.188.115.700,00; c. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Pemasaran Hasil produksi Pertanian/ Perkebunan dan kegiatan Fasilitasi kerjasama regional/ nasional/ internasional penyediaan hasil produksi pertanian/ perkebunan komplementer. Juga dengan melakukan pengenalan GAP tanaman tembakau rajangan dan asepan dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja. 33) Cengkeh

a. Keberhasilan capaian indikator disebabkan : - Peningkatan kesadaran petani dalam pengelolaan budidaya tanaman cengkeh yang baik (GAP), yang tidak terlepas dari pembinaan dan monitoring yang dilaksanakan oleh petugas. Dari komoditas perkebunan merupakan tanaman sampingan yang kurang diperhatikan, menjadi tanaman sampingan utama yang menghasilkan. Dikarenakan semua bagian pohonnya dapat menghasilkan pendapatan bagi petani; - Fasilitasi dari pemerintah baik dalam bentuk tanaman maupun peningkatan keterampilan, semakin meningkatakan kepercayaan dari petani. Peningkatan keterampilan dilaksanakan baik untuk budidaya ataupun kelembagaannya; - Membaiknya harga cengkeh dengan fluktuasi harga yang tidak begitu mencolok Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih banyaknya tanaman cengkeh yang tua/rusak/mati juga adanya serangan hama penyakit sehingga belum bisa sepenuhnya ditanggulangi, yang menyebabkan ada sebagian tanaman di wilayah pengembangan cengkeh belum optimal dalam berproduksi. Dan memerlukan anggaran cukup besar dalam penanganannya. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif, juga memfasilitasi ke Dinas Perkebunan untuk mengobatan tanaman cengkeh yang terkena hama penyakit, juga mendorong kepada petani untuk melaksanakan pengobatan secara swadaya. Juga diberikan fasilitasi dengan pemberian bibit tanaman cengkeh untuk peremajaan dan perluasan pengembangan cengkeh. b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 11,67% dari anggaran Rp. 1.600.084.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 1.413.418.850,00; c. Analisis program/kegiatan : Program kegiatan yang menunjang keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan kegiatan Peningkatan sistem insentif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok tani, dan dengan program Peningkatan Pemasaran Hasil produksi Pertanian/ Perkebunan dengan kegiatan Fasilitasi kerjasama regional/ nasional/ internasional penyediaan hasil produksi pertanian/ perkebunan komplementer. Juga telah dilaksanakan pengenalan GAP tanaman cengkeh dengan sosialisasi dab pembinaan kepada petani dan kelompok tani. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.

34) Lada Keberhasilan capaian indikator disebabkan : - Meningkatnya fasilitasi/dukungan pemerintah dalam pengembangan tanaman lada baik secara budidaya maupun kelembagaan; - Meningkatnya animo dari petani untuk melaksanakan budiadaya lada dikarenakan komoditas lada termasuk salah satu komoditas yang mempunyai pasar yang masih terbuka lebar dan harga yang tidak fluktuatif, juga produksinya yang dapat bertahan lama, atau bisa disimpan dan tidak mudah busuk; - Kabupaten Boyolali mempunyai Varietas Bengkayang yang sudah beradaptasi dengan kondisi iklim dan geografis wilayah Boyolali. Sehingga dapat berproduksi dengan maksimal dan dapat berkembang dengan baik; - Pembinaan dan dukungan kepada petani/kelompok tani untuk peningkatan produksi dan produktivitas tanaman lada dan upaya pengembangannya. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengembangan bibit/benih tanaman lada yang ada belum dapat diperjualbelikan karena belum adanya sertifikasi tanaman, sedangkan pengembangan lada untuk varietas yang lain kurang bagus di Kabupaten Boyolali. Sehingga untuk bisa dikembangkan varietas bengkayang dalam jumlah besar belum bisa dilaksanakan. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan fasilitasi untuk pembuatan benih atau bibit tanaman varietas yang ada untuk dapat sumber bibit/benih yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Boyolali. Dan fasilitasi ini mendapat apresiasi dari Dinas Perkebuna Provinsi Jawa Tengah yang memfasilitasi penilaian pohon induk lada oleh Balitro yang dilaksanakan pada Bulan Desember 2015. 35) Kopi Keberhasilan capaian indikator disebabkan : - Potensi tanaman kopi yang ada di Kabupaten Boyolali baik Arabika atau Robusta yang bagus, sehingga dengan pembinaan dan monev yang dilaksanakan secara berkala dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi petani/kelompok tani untuk mengembangkan budidaya kopi; - Pemberian berbagai stimulan/kegiatan pada komoditas kopi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melaksanakan GAP Tanaman Kopi; - Peluang pasar produk kopi lokal yang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya daerah wisata;

- Peningkatan pengetahuan petani/keltan tentang tanaman kopi sebagai tanaman diversifikasi dengan tanaman lain yang tidak mengganggu tanaman utama. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih banyak petani yang kurang terbuka terhadap inovasi baru, utamanya bibit kopi yang diberikan. Mereka masih banyak menggunakan bibit lokal. Juga sering terjadi serangan hama yang berupa kera, sehingga dapat merusak tanaman kopi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan fasilitasi berbagai macam kegiatan dan pelatihan yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kopi. 36) Kelapa Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan adanya hambatan yaitu masih banyaknya tanaman kelapa yang tua/rusak/mati juga adanya serangan hama penyakit sehingga belum bisa sepenuhnya ditanggulangi, yang menyebabkan ada sebagian tanaman di wilayah pengembangan kelapa belum optimal dalam berproduksi. Dan memerlukan anggaran cukup besar dalam penanganannya. Sedangkan solusi yang dilakukan adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif, juga mendorong kepada petani untuk melaksanakan pengobatan secara swadaya. 37) Nilam Keberhasilan capaian indikator disebabkan : - Adanya penyuling yang mampu menampung produksi nilam yang ada sehingga petani/keltan termotivasi untuk menanam; - Melaksanakan fasilitasi kegiatan pelatihan pada kelompok tentang GAP Tanaman Nilam dan peningkatan kelembagaan. Hambatan / Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah Fluktuasi harga minyak atsiri nilam yang fluktuatif menyebabkan tidak banyak penyuling yang memproduksi minyak nilam. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman nilam sehingga dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh penyuling 38) Kenanga

Keberasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan telah dilaksanakannya sosialisasi ke wilayah yang masih mempunyai areal yang cukup untuk peremajaan/penanaman kenanga. Analisis untuk 5 (lima) indikator di atas : a. Analisis penggunaan sumber daya : Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan : - Menggunakan dukungan dana pada komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target; - Pembuatan/memperbanyak petunjuk teknis; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 14,27% dari anggaran Rp. 262.815.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 225.303.150,00. b. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian kelima indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Kesejahteraan Petani dan kegiatan Peningkatan sistem insentif dan Disinsentif bagi Petani/Kelompok tani. Juga dengan telah dilaksanakannya Pengenalan GAP tanaman lada dengan sosialisasi dab pembinaan kepada petani dan kelompok tani dan pembinaan, pelatihan dan monev untuk peningkatan penerapan budidaya lada. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja. Meningkatnya persentase luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul : 39) Padi sawah 40) Jagung 41) Kedele Analisis untuk 3 (tiga) indikator di atas : a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kesadaran petani menggunakan benih padi unggul serta adanya dukungan bantuan pemerintah dalam penyediaan benih unggul; b. Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target, sehingga penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 3,14% dari anggaran Rp. 32.350.000,00 direalisasikan sebesar Rp. 31.335.150,00.

c. Analisis program/kegiatan : Keberhasilan capaian ketiga indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan dan kegatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Selain itu keberhasilan ini juga dikarenakan telah dilakukan : a) Pelibatan antara unsur/instansi di Tingakat Kabupate, Kecamatan dan Tingkat Desa : - Koordinasi antara unsur/instansi yang terkait dengan diterbitkannya SK Bupati Boyolali SK Bupati Boyolali No. 520/197 Tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Teknis Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya di Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2015; - Pendampingan yang dilakulkan oleh Penyuluh Pertanian dan UPTD Pertanian serta Pendampingan oleh aparat TNI di lingkup Kodim 0724/Boyolali yang didasarkan pada Penandatangan MoU antara Komendan Kodim 0724, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Boyolali, dan Bupati Boyolali tanggal 20 Januari 2015. b) Koordinasi antara unsur/instansi yang dilaksanakan secara rutin pada saat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja. 2. Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani Tabel 3.15 Pencapaian Kinerja Sasaran 15 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Indikator kinerja Satuan RPJM Tahun 2015 Nasio nal Kategori Koordinator SKPD Pengampu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 Bertambahny a kelompok petani y g telah mengintegrasikan usahataniny a Semakin tingginy a pemanfaatan teknologi dan bertambahny a jumlah kelompoktani y ang menerapkan Kelom pok tani 100-14 36.84 5 100 11 42.31 10 250 40 45 112.50 A Dipertanb unhut Dipertanb unhut