HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI MALAM HARI DAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARANG TENGAH 07 TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun. Penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN... Dian Nurafifah ...ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa. dengan adanya nanah di dalam gusi (Gunadi, 2011).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

DESTRI MAYA RANI NIM A020

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. luas penyebaranya, diperkirakan 90% lebih banyak melanda anak anak

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI SEBELUM TIDUR MALAM DENGAN KARIES PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL - ISTIQOMAH TANGERANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI DI TK ISLAM AR RAHMAN JLN. MEDAN TG. MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA. Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI DESA BANJAR NEGERI KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

PENGARUH PERAN ORANG TUA TENTANG PERAWATAN GIGI TERHADAP TERJADINYA KARIES DENTIS PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

Transkripsi:

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI MALAM HARI DAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARANG TENGAH 07 TANGERANG Rafika Rahim Fikes Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 fika.hasibuan01@gmail.com Abstrak Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel setelah makan malam. Karies gigi menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah, terdapat 24 juta anak di bawah usia 12 yang mengalami permasalahan gigi berlubang. Namun kebiasan menggosok gigi malam hari dengan kejadian karies gigi masih kurang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi malam hari dan kejadian karies gigi pada anak Sekolah Dasar Negeri. Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif analitik, dengan metode survey cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak kelas 4 dan 5 sekolah dasar negeri yang berjumlah 289 anak kemudian diambil sampel sebanyak 72 orang yang dipilih secara stratifed random sampling. Berdasarkan hasil terdapat rata rata skor kebiasaan menggosok gigi malam hari di SDN memiliki kebiasaan buruk 52.8%, dan kejadian karies gigi di SDN memiliki karies gigi 51.4%. Uji statistik menunjukan hubungan kejadian karies gigi dan menggosok gigi malam hari (x² = 9.345 ; p < 0,05). Institusi Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu lebih aktif memberikan pendidikan kesehatan kepada anak-anak usia sekolah tentang pentingnya menerapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam. Kata kunci: kebiasaan menggosok gigi malam hari, karies gigi, anak sekolah dasar Pendahuluan Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Adapun untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka upaya dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian. Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 69 Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas tetapi mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi karena banyak penyakit umum mempunyai gejala - gejala yang dapat dilihat dalam mulut. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan

penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies menurut Langlais, yaitu host (gigi), mikroorganisme, lingkungan dan waktu. Jika tidak ada interaksi antara keempat faktor tersebut, maka karies gigi tidak akan terjadi. Selain itu terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies, antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi. Indonesia merupakan hal yang menarik karena prevalensi karies mencapai 80% dari jumlah penduduk (DEPKES RI, 2003). Hal ini dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap anak - anak, orang dewasa, bahkan para manula. Khususnya kepada para usia produktif dapat menurunkan produktifitas dan kreatifitasnya. Untuk mengatasi hal ini, baik pemerintah terkait maupun praktisi kesehatan swasta sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memadai, bila diukur dengan indikator kesehatan gigi masyarakat. Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menggosok gigi masih kurang baik. Survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 mengungkapkan bahwa 90,7% masyarakat Indonesia yang menggosok gigi setelah makan pagi hanya 12% dan sebelum tidur hanya 28,7% dengan wanita lebih banyak yang menerapkan gosok gigi sebelum tidur malam (31,6%) dibandingkan pria (25,5%). (wahyu ningkintarsih, 2009). Menggosok gigi pada waktu yang optimal dilakukan setelah makan di pagi hari dan sebelum tidur malam (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 70 & Schwartz, 2008). Menggosok gigi setelah makan di pagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel setelah makan dan sebelum tidur malam bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel setelah makan malam (Potter&Perry, 2005). Dengan demikian, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menggosok gigi masih kurang baik. Karies gigi menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah, anak usia sekolah adalah anak berusia dalam rentan 6 sampai 12 tahun (Potter&Perry, 2005). Di Indonesia, prevelensi karies gigi mencapai 85% pada anak-anak usia sekolah (Lukihardianti, 2011). Berdasarkan survei World Health Organization (WHO) tahun 2007, sebanyak 77% anak Indonesia berusia 12 tahun menderita karies gigi (Wahyuningkintarsih, 2009). Selain itu, penelitian Dhar dan Bhatnagar (2009) di India mengungkapkan presentasi karies gigi pada kelompok usia 6 sampai 10 tahun adalah 63,20% dan 85,70% dari anak-anak yang mengalami karies tersebut membutuhkan perawatan gigi. Penelitian Pernetti, Caputi, dan Varvara (2005) mengungkapkan bahwa laki-laki memiliki pengalaman karies yang lebih rendah dibandingkan perempuan pada anak sekolah usia 9 tahun di Abruzzo Itali. Wong, Eaton-Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2008) juga mengungkapkan bahwa usia 4 sampai 8 tahun adalah usia paling rentan terjadi karies gigi primer dan 12 sampai 18 tahun untuk gigi permanen. Dengan demikian, karies gigi juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius pada anak usia sekolah. Sehubungan dengan hal ini perhatian yang khusus terhadap kesehatan gigi dan mulut terutama masalah karies gigi pada anak usia sekolah dasar pantas mendapat prioritas, karena karies dapat terjadi pada umur yang relatif masih sangat muda dan masih kurangnya kesadaran anak merawat gigi.

Kejadian Karies Gigi Karies berasal dari bahasa Latin Caries yang artinya kebusukan. Kematian tulang yang kemudian akan melunak, berubah warna, dan porus, menimbulkan inflasi di penosreum dan karingan sekitarnya. Karies gigi merupakan kerusakan tulang gigi akibat keaktifan mikroorganisme terhadap karbohidrat dan ditandai dengan deklasifikasi unsur unsur anorganik gigi dan kemudian kehancuran unsur unsur organik (Kamus Kedokteran, 2005). Karies gigi atau Karies Dentis adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang diakibatkan oleh ulah mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat dipermentasikan sehingga terbentuk asam dan kritis. Akibatnya terjadinya dimeneralisasi jaringan keras gigi. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil, sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragukan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudia diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pupa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsangan panas, dingin atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembulu darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut lama kemalaan Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 71 infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyanggah gigi, sehingga dapat terjadi abses. Kebiasaan Menggosok Gigi Kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku membersihkan gigi yang dilakukan seseorang secara terus menerus. Katono (1996) dalam Sunaryo (2002) mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif perasaan. Kandali (2010) juga mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah tindakan konsisten yang dilakukan secara terus menerus hingga membentuk suatu pola di level pikiran bawah sadar. Ada kebiasaan baik dan ada kebiasaan buruk (Wuryanano, 2007). Sementara itu, menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi. Penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dan sisa-sisa makanan yang dilakukan secara terus menerus meliputi kebiasaan pelaksanaan waktu membersihkan gigi, kebiasaan alat yang digunakan dalam membersihkan gigi, dan kebiasaan cara dalam membersihkan gigi. Kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat turut mencegah karies gigi. Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2008) mengungkapkan bahwa kebiasaan menggosok gigi yang baik merupakan cara paling efektif untuk mencegah karies gigi. Menggosok gigi dapat menghilangkan plak atau deposit bakteri lunak yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, &

Schwartz, 2008). Oleh karena itu kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat turut mencegah karies gigi Kebiasaan menggosok gigi yang baik di malam hari adalah setelah makan malam atau sebelum tidur malam. Kebiasaan anak menggosok gigi malam hari adalah tingkah laku yang dilakukan terus menerus dalam membersihkan gigi sebelum tidur malam yang memperhatikan pelaksanaan menggosok gigi sebelum tidur malam, alat menggosok gigi, dan cara menggosok gigi. Menggosok gigi yang efektif adalah sebelum tidur malam (Potter dan Perry, 2005). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan menggosok gigi malam hari adalah tingkah laku yang dilakukan terus menerus dalam membersihkan gigi sebelum tidur malam yang memperhatikan waktu menggosok gigi, dan cara menggosok gigi. Waktu menggosok gigi yang baik adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Cara menggosok gigi juga harus memperhatikan bentuk sikat gigi, peralatan menggosok gigi, dan cara menggosok gigi yang baik dan benar. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelas 4 dan 5 yang bersekolah di SDN Karang Tengah 07. Jumlah Anak yang tercatat bersekolah di SDN Karang Tengah 07 kelas 4 dan kelas 5 sampai dengan bulan Januari 2014 terdapat 289 anak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Stratifed Random Sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel, dengan jumlah responden sebanyak 72 anak. Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 72 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian hubungan kebiasaan menggosok gigi malam hari dan kejadian karies gigi, maka didapatkan hasil karakteristik responden sebagai berikut. Usia responden penelitian terdiri dari usia 9 tahun sebanyak 8 orang, 10 tahun sebanyak 31 orang, dan 11 tahun sebanyak 33 orang. 35 30 25 20 15 10 5 0 Grafik 1 Distribusi Frekuensi Usia di Sekolah Dasar Negeri Karang Tengah 07 Berdasarkan Jenis kelamin responden penelitian sebanyak 32 laki-laki, dan 40 perempuan. 50 40 30 20 10 0 8 9 Tahun 32 31 33 10 Tahun 11 Tahun 40 Laki Laki Perempuan Frekuensi Frekuensi Grafik 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Sekolah Dasar Negeri Karang Tengah 07 Kebiasaan Menggosok Gigi Malam Hari Hasil analisis penelitian didapat nilai median sebesar 8, hasil independen nilai/skor kebiasaan menggosok gigi malam

hari yang buruk di dapat nilai sebesar 52.8%, sedangkan yang baik sebesar 47.2%. 39 38 37 36 35 34 33 32 38 Kebiasaan Buruk 34 Kebiasaan Baik Frekuensi Grafik 3 Distribusi total skor kebiasaan menggosok gigi malam hari Hal tersebut dibuktikan dengan responden sebagian besar tidak menggosok gigi sebelum tidur malam, setiap bangun tidur tidak menggosok gigi, setelah selesai makan malam tidak langsung menggosok gigi, mengkonsumsi makanan lagi setelah menggosok gigi malam hari, menggunakan sikat dengan ujung sikat yang besar, responden tidak mengggunakan sikat yang lembut dan sikatnya sudah melengkung, setiap 3 bulan responden tidak mengganti sikat giginya, responden menggosok giginya dengan di tekan, responden tidak menggosok gigi bagian depan, seluruh bagian dalam, permukaan atas dan bawah, responden menggosok gigi dengan gerakan maju mundur, tidak dengan gerakan menggosok keatas dan kebawah, dan tidak menggosok gigi bagian dalam dengan gerakan keluar. Kebiasaan menggosok gigi yang baik di malam hari adalah setelah makan malam atau sebelum tidur malam. Kebiasaan anak menggosok gigi malam hari perlu memperhatikan beberapa hal seperti pelaksanaan menggosok gigi sebelum tidur malam, alat menggosok gigi seperti Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 73 penggunaan sikat gigi dengan ujung yang kecil, bulu yang lembut dan tidak melengkung, kemudian setiap 3 bulan sekali mengganti sikat gigi, serta menggosok gigi keseluruh permukaan gigi dengan cara tidak di tekan, dan dengan gerakan atas dan bawah. Karies Gigi Hasil analisis didapatkan yaitu responden penelitian sebagian besar mengalami karies gigi yaitu sebanyak 37 orang (54.2%), dan yang tidak mengalami karies gigi sebanyak 35 orang (48.6%). 37.5 37 36.5 36 35.5 35 34.5 34 37 35 Karies Gigi Tidak Karies Gigi Frekuensi Grafik 4 Distribusi Frekuensi Kejadian Karies Gigi di Sekolah Dasar Negeri Karang Tengah 07 Tangerang Tahun 2014 Karies gigi ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam biasanya keluhan yang sering dirasakan adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsangan panas, dingin atau manis. Permasalahan gigi berlubang ini akibat pola makan yang berubah, gaya hidup dan rendahnya kesadaran merawat gigi. Peran orang tua juga sangat mempengaruhi akan rendahnya kesadaran dalam memeriksa kesehatan gigi anak, dikarenakan

menganggap remeh sakit gigi. Padahal kerusakan gigi dan mulut adalah pintu masuk bagi sejumlah penyakit, seperti kurang gizi, penyakit jantung dan hipertensi. Di negara-negar maju, walaupun mereka mengonsumsi makanan yang kurang sehat, tapi kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi seperti memeriksa kesehatan gigi ke dokter sangatlah tinggi kebiasaan yang berkembang pada masyarakat Indonesia adalah menggosok gigi saat mandi. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Malam Hari Dan Kejadian Karies Gigi Berdasarkan hasil uji chi- square dengan program komputer di dapat daerah kritis x² hitung sebesar (9.345) > x² table (3.841), hipotesis nul di tolak, kemudian dilakukan uji statistik di dapat hasil P value 0.002 < α 0.050 berarti ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan menggosok gigi malam hari dan kejadian karies gigi di Sekolah Dasar Negeri Karang Tengah 07 Kota Tangerang artinya semakin buruk kebiasaan dalam menggosok gigi malam hari (tidak menggosok gigi) dapat menyebabkan karies gigi, dan sebaliknya semakin baik melakukan kebiasaan menggosok gigi malam hari dapat mencegah karies gigi. Sesuai dengan penelitian Prinetti, Caputi, dan Varvara (2005) menyatakan bahwa kebiasaan menggosok gigi yang teratur mempengaruhi secara signifikan terhadap kejadian karies gigi pada anak usia 9 dan 11 tahun di Abruzzo Itali. Kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat mencegah terjadinya karies gigi, gigi pada anak usia 9 dan 11 tahun merupakan gigi primer yang rentan terjadinya karies gigi, ini disebabkan oleh sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak bila tidak dibersihkan. Penelitian Warni (2009) juga mengungkapkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan menggosok gigi dengan status karies gigi pada anak usia sekolah di kelas V dan VI Kecamatan Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 74 Delitua Kabupaten Deli Serdang. Bahwa kebiasaan menggosok gigi malam hari dapat turut mencegah terjadinya karies gigi karena gigi menjadi bersih dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak yang merusak gigi. Gigi sebaiknya disikat setelah makan, dan sebelum tidur. Hollins (2008) mengungkapkan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur penting dilakukan karena produksi saliva kurang efektif selama waktu tidur dimana saliva berfungsi untuk menetralkan kondisi asam pada mulut sehingga menghambat pertumbuhan bakteri perusak gigi di mulut. Disamping itu, interaksi bakteri dan sisa makanan yang berasal dari makan malam dapat terjadi ketika tidur malam hari. Dengan demikian, kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dapat turut mempengaruhi terjadinya karies gigi. Berdasarkan observasi ternyata kebiasaan menggosok gigi yang tidak teratur mempengaruhi secara signifikan terhadap kejadian karies gigi dan kebiasaan menggosok gigi yang baik memang dapat turut mencegah terjadinya karies gigi karena gigi menjadi bersih dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak yang merusak gigi. Gigi sebaiknya disikat setelah makan, dan sebelum tidur. Pada malam hari, khususnya saat waktu tidur, jumlah cairan liur manusia cenderung menurun, akibatnya mulut menjadi kering dan proses penetralan plak tidak berlangsung optimal, dan dapat menyebabkan karies gigi. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai hubungan kebiasaan menggosok gigi malam hari dan kejadian karies gigi pada sekolah dasar negeri Karang tengah 07 Tangerang, maka di dapat kesimpulan sebagai berikut: (1) berdasarkan usia didapatkan responden dengan usia 9 tahun sebanyak 8 orang, 10 tahun sebanyak 31 orang, dan 11 tahun sebanyak 33 orang dimana usia tersebut rentan terjadinya karies gigi karena anak

usia sekolah dasar struktur giginya termasuk jenis gigi bercampur antara gigi susu dan gigi permanen; (2) berdasarkan jenis kelamin didapatkan responden penelitian sebanyak 32 laki-laki, dan 40 perempuan, dimana erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Dan hal ini juga dapat terjadi karena gigi anak perempuan cenderung lebih sensitif terhadap makanan dan minuman sehingga mudah mengalami karies gigi; (3) berdasarkan kebiasaan menggosok gigi malam hari pada anak anak di Sekolah Dasar Negeri sebagian besar memiliki kebiasaan buruk (52.8%) dan memiliki kebiasaan baik (47.2%); (4) berdasarkan kejadian karies gigi pada anak anak di Sekolah Dasar Negeri sebagian besar memiliki karies gigi (51.4%) dan tidak memiliki karies gigi (48.6%); (5) dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat diambil kesimpulan yaitu ada hubungan kebiasaan menggosok gigi malam hari dan kejadian karies gigi pada sekolah dasar negeri Karang tengah 07 Tangerang. Daftar Pustaka Bahar. Armasastra, Paradigma Baru Pencegahan Karies Gigi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2011 Departemen Kesehatan RI, Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Cetakan Kedua, Departemen Kesehatan, Jakarta, 2000 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtp tunimus-gdl-nurfaizahf-5210-3- bab2.pdf, http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtp tunimus-gdl-sitikhoiri-6082-3- babii.pdf, Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 75 http://litbang.tangerangkota.go.id/, http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567 89/19426/5/Chapter%20I.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567 89/35149/4/Chapter%20I.pdf http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/ 08/15/780591/kualitas-gigi-anaksemakin-turun http://www.pdgi.or.id/news/detail/bulankesehatan-gigi-nasional-2010, Irwan Baga, Dyah Nawang Palupi, Dea Chairina, Pengaruh pengetahuan kesehatan gigi terhadap karies, http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedo wnload/gigi/majalah%20dea%2 0chairina%20(edit%20noor).pdf Kawuryan, R., Hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi anak SDN Kleco II Kelas V dan VI Kecamatan Laweyan, Skripsi, UMS, Surakarta, 2008. Najma, SKM, MPH, Managemen dan Analisis Data Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2011 Notoatmodjo, Soekidjo, Metode Penelitian Kesehatan" Rineka Cipta, Jakarta, 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002 Pratiwi, Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari- Hari, Kompas, Jakarta, 2007 Rahayu Setiyawati, Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam Dengan Karies Pada Anak

Usia Sekolah Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang, Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta, 2012 Ramadhan, Ardyan Gilang, Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukune, Jakarta, 2010 Sri Gupta, A. A., Perawatan Gigi dan Mulut, Cetakan Pertama, Penerbit Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2004 Srigupta, Aziz Ahmad, Panduan Singkat Perawatan Gigi dan Mulut, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2004 Sudjana, Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi, Tarsito, Bandung, 1996 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2007 Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 76