Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

proses welding ( pengelasan )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB II KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

ANALISA PERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS MATERIAL ALUMINIUM 5083 TERHADAP PENGELASAN FRICTION STIR WELDING 1000 RPM DENGAN METAL INERT GAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2

PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK DAN SUDUT KAMPUH V TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN TEKUK ALUMINIUM 5083 PENGELASAN GTAW

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

I. PENDAHULUAN. Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Mesin adalah teknik

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

ANALISIS KEKUATAN TARIK ALUMINIUM 5083 HASIL PENGELASAN GMAW POSISI 1G DENGAN VARIASI KUAT ARUS DAN DEBIT ALIRAN GAS PELINDUNG

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

Aryo Cahyo T 1, Budi Agung K, ST, M.Sc 2, Ir Rochman Rochiem, M.Sc 2

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Oleh : Halim Darmako, S.Pd.

Transkripsi:

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083 Ferry Budhi Susetyo, Syaripuddin, Suharyadi Hutomo fbudhi@unj.ac.id. &suharyadi_hutomo@yahoo.com Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur, 13220 Abstrak Proses pengelasan dilakukan dengan sebuah alat bantu pengelasan MIG, sehingga kecepatan pengelasan dan penetrasi yang diharapkan menjadi konstan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengelasan pengaruh variasi kecepatan terhadap cacat las yang terjadi, pengaruh variasi kecepatan pengelasan terhadap hasil uji tarik, dan mencari kecepatan pengelasan yang paling optimum. Penelitian ini menggunakan menggunakan material aluminium alloy 5083, mesin las MIG dengan alat bantu pengelasan, filler rod AWS5356, dia. 1,2 mm, arus 135 A dan kecepatan wire feeder 8 m/menit dengan proses pendinginan alami. Variasi kecepatan pengelasan diberikan 250 mm/menit, 350 mm/menit, 450 mm/menit, 550 mm/menit, 650 mm/menit. Metode Non Destructive Test (NDT) dye penetrant untuk melihat cacat yang terjadi pada permukaan hasil pengelasan. Kemudian pengujian Destructive Test (DT) dengan melakukan uji tarik untuk mengetahui hasil kekuatan tarik.cacat yang terjadi, yaitu pin hole dan crack. Ultimate Total Load tertinggi dihasilkan oleh pengelasan MIG menggunakan kecepatan 550 mm/menit dengan nilai 7938,41 kgf, sedangkan Ultimate Total Load terendah dihasilkan pada kecepatan 250 mm/menit dengan nilai 2629,35 kgf. Tensile Strenght terendah ada pada spesimen 250 mm/menit dengan nilai 6,83 kgf/mm², sedangkan untuk nilai Tensile Strength tertinggi ada pada spesimen 550 mm/menit dengan nilai 20,43 kgf/mm².kecepatan optimum berdasarkan pengujian tarik yaitu pada kecepatan 550 mm/menit. Kata Kunci : Pengelasan, MIG, Aluminium 5083, Alat bantu. PENDAHULUAN Pada umumnya pengelasan MIG dilakukan secara manual, dalam hal ini yang dimaksud adalah proses pengelasan yang dilakukan tanpa dibantu oleh alat bantu pengelasan atau dengan kata lain sekedar keterampilan ayunan tangan dalam melakukan proses pengelasan. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan ini antara lain pada kecepatan pengelasan yang tidak konstan, dikarenakan masih memakai tenaga manusia untuk menggerakan Torch atau Welding Gun. Torch yang digerakan secara manual oleh manusia terkadang kecepatan pengelasan tidak konstan dan penetrasi pengelasan relatif kurang baik. Maka dengan permasalahan yang terjadi diatas, maka peneliti akan mencoba melakukan pengelasan MIG dengan sebuah alat bantu proses pengelasan, sehingga kecepatan pengelasan dan penetrasi yang diharapkan menjadi konstan. Analisis dilakukan pada karakteristik hasil pengelasan dengan variasi kecepatan alat bantu, dan arus listrik serta kecepatan wire feeder yang konstan. MATERI Karakteristik Las Aluminium Aluminium merupakan logam yang mempunyai sifat mekanik tahan terhadap korosi dan hantaran listrik yang relatif baik. Logam ini dipergunakan secara luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga, tetapi juga digunkan untuk material pesawat terbang, otomotif, kapal laut, dan kontruksi bangunan (Surdia,2000). Alumunium magnesium alloy Dalam paduan biner Al-Mg satu fasa yang ada dalam keseimbangan dengan larutan padat Al adalah larutan padat yang merupakan senyawa antar logam Al 3 Mg 2. Paduan 5083 yang diambil adalah paduan antara (4,5%Mg) yang kuat dan mudah dilas sehingga banyak digunakan sebagai bahan untuk tangki LNG. Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Menurut Deustche Industry Normen (DIN), pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang terjadi dalam keadaan lumer atau cair, dengan kata lain pengelasan adalah penyambungan setempat dari dua logam dengan menggunakan energi panas (faridaf, 2008). Dalam pengelasan, paduan aluminium mempunyai sifat yang kurang baik bila dibandingkan dengan baja. Sifat-sifat yang kurang baik atau merugikan tersebut adalah : 1. Karena panas jenis dan daya hantar panasnya tinggi maka sukar sekali untuk memanaskan dan mencairkan sebagian kecil saja. 2. Paduan aluminium mudah teroksidasi dan membentuk oksidasi aluminium Al 2 O 3 yang 11

mempunyai titik cair yang tinggi. Karena sifat ini maka peleburan antara logam dasar dan logam las menjadi terhalang. 3. Karena mempunyai koefisien muai yang besar, maka mudah sekali terjadi deformasi sehingga paduan-paduan yang mempunyai sifat getas panas akan cenderung membentuk retak-panas. 4. Karena perbedaan yang tinggi antara kelarutan hidrogen dalam logam cair dan logam padat, maka dalam proses pembekuan yang terlalu cepat akan terbentuk rongga halus bekas kantong-kantong hidrogen. 5. Paduan aluminium mempunyai berat jenis rendah, karena itu banyak zat-zat lain yang terbentuk selama pengelasan akan tenggelam. Keadaan ini memudahkan terkandungnya zatzat yang tidak dikehendaki ke dalamnya. 6. Karena titik cair dan viskositasnya rendah, maka daerah yang kena pemanasan mudah mencair dan jatuh menetes. Akhir-akhir ini sifat yang kurang baik tersebut telah dapat diatasi dengan alat dan teknik las yang lebih maju dan dengan menggunakan gas mulia sebagai pelindung selama pengelasan. Dengan kemajuan ini maka sifat mampu las dari paduan aluminium menjadi lebih baik (Wiryosumarto, 1994). Las MIG (Metal Inert Gas) Las MIG yaitu merupakan proses penyambungan dua material logam atau lebih menjadi satu melalui proses pencairan setempat, dengan menggunakan elektroda gulungan (rod filler metal) yang sama dengan logam dasarnya (base metal) dan menggunakan gas pelindung ( inert gas) (sunaryo, 2008).Las MIG merupakan las busur gas yang menggunakan kawat las sekaligus sebagai elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan kawat (roll) yang gerakannya diatur oleh motor listrik. Las ini menggunakan gas argon dan helium sebagai pelindung busur dan logam yang mencair dari pengaruh atmosfir. Alat Bantu Pengelasan Seperti yang dikutip dari sebuah penelitian karya Rahmat Saleh pada skripsinya yang berjudul Rancang Bangun Alat Bantu Las MIG Straight Line Semi Otomatis yang diharapkan berguna sebagai alat bantu operator las MIG dalam melakukan proses pengelasan, karena sistim kerja alat ini adalah mengelas lurus pada benda kerja dengan laju kecepatan mesin yang stabil sehingga akan diperoleh hasil lasan yang baik (Saleh, 2013). Gambar 1. Alat Bantu Pengelasan (Saleh, 2013). Tabel Spesifikasi ukuran yang digunakan pada alat bantu (Saleh, 2013). Dye Penetrant Test Metode Uji Penetrasi merupakan metode NDT yang paling sederhana. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat lebih jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan penentrant pada permukaan yang diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material. Setelah cairan penetrant mengering kemudian permukaan material di bersihkan. Selanjutnya, diberikan cairan developer, saat cairan developer mengering cacat akan nampak jelas karena perbedaan warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Seusai inspeksi, penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan cairan cleaner. Kelemahan dari metode ini antara lain adalah bahwa metode ini hanya bisa diterapkan pada permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat diterapkan pada komponen dengan permukaan kasar, berpelapis, atau berpori. 12

Uji Tarik Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan tarik kepada material dengan maksud untuk mengetahui atau mendeteksi kekuatan dari suatu material. Tegangan tarik yang digunakan adalah tegangan aktual eksternal atau perpanjangan sumbu benda uji. Uji tarik dilakuan dengan cara penarikan uji dengan gaya tarik secara terus menerus, sehingga bahan (perpajangannya) terus menerus meningkat dan teratur sampai putus, dengan tujuan menetukan nilai tarik. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan dalam pembebanan tarik, garis gaya harus berhimpit dengan garis sumbu bahan sehingga pembebanan terjadi beban tarik lurus. Tetapi jika gaya tarik sudut berhimpit maka yang terjadi adalah gaya lentur. Hasil uji tarik tersebut mencatat fenomena hubungan antara tegangan regangan yang terjadi selama proses uji tarik dilakukan. Mesin uji tarik sering diperlukan dalam kegiatan engineering untuk mengetahui sifat-sifat mekanik suatu material. Mesin uji tarik terdiri dari beberapa bagian pendukung utama, diantaranya kerangka, mekanisme pencekam spesimen, sistem penarik dan mekanisme, serta sistem pengukur. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanankan di laboratorium gedung B Jurusan Teknik Mesin kampus A Universitas Negeri Jakarta dan Balai Latihan Kerja Khusus Las Condet, JakartaTimur. Supaya lebih terarah dalam melakukan penelitian, maka peneliti membuat alur penelitian yang dapat dilihat sebagai berikut. Mulai Gambar 2 Diagram Alir Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. las MIG EWM P 351 2. Alat bantu pengelasan 3. filler rod AWS5356, dia. 1,2 mm 4. Dye Penetrant Penelitian ini menggunakan polaritas lurus (DC-), arus 135 A dan kecepatan wire feeder 8 m/menit dengan proses pendinginan alami. Jenis kampuh yang digunakan adalah kampuh single Vwith backweld, dengan root pass 2-3 mm, sudut bevel 60, root gap 2 mm, ketebalan pelat 10 mm. Setelah dilakukan proses pengelasan kemudian dilakukan uji cairan penetrant dan uji tarik. Gambar 3. Spesimen Uji Tarik Sesuai dengan Standar AWS D1.2 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Hasil Pengujian Penetrant 1. Kecepatan Pengelasan 250 mm/menit Mengumpulkan data dan literatur Persiapan alat dan bahan Pengelasan dengan variasi kecepatan alat bantu: 1. 250 mm/menit 5. 550 mm/menit 2. 350 mm/menit 6. 650 mm/menit 3. 450 mm/menit Pengujian spesimen: 1. Uji Dye Penetrant 2. Uji Tarik Gambar 4. spesimen 250 a Analisis Hasil Kesimpulan Selesai 13

Gambar 5. spesimen 250 b Gambar 11.spesimen 350 b Gambar 6. spesimen 250 c Gambar 8. spesimen 350 c Gambar 7. spesimen 250 d pengelasan 250 mm/menit, terdapat cacat las pin hole sebanyak dua spesimen dan crack sebanyak satu spesimen. Hal itu disebabkan karena kecepatan pengelasan dari pergerakan alat bantu terlalu lambat sehingga membuat proses pengelasan terlalu dalam yang mengakibatkan terjadinya beberapa retakan dan juga pin hole. Kecepatan Pengelasan 350 mm/menit Gambar 9 spesimen 350 d pengelasan 350 mm/menit, terdapat cacat las crack sebanyak satu spesimen dan pin hole sebanyak satu spesimen. Hal itu disebabkan karena kecepatan pengelasan dari pergerakan alat bantu masih lambat sehingga membuat proses pengelasan terlalu dalam yang mengakibatkan terjadinya beberapa retakan dan juga pin hole. Kecepatan Pengelasan 450 mm/menit Gambar 10. spesimen 350 a Gambar 12. spesimen 450 a 14

Gambar 13. spesimen 450 b Gambar 17 spesimen 550 b Gambar 14. spesimen 450 c Gambar 18 spesimen 550 c Gambar 15 spesimen 450 d pengelasan 450 mm/menit, terdapat cacat las pin hole sebanyak dua spesimen. Hal itu disebabkan karena kecepatan pengelasan dari pergerakan alat bantu terlalu lambat sehingga membuat proses pengelasan belum optimum yang mengakibatkan terjadinya beberapa retakan dan juga pin hole. Gambar 19. spesimen 550 d pengelasan 550 mm/menit, terdapat cacat las yaitu crack dan tiga spesimen lainnya tidak terjadi cacat las. Hal ini dimungkinkan terjadi karena penetrasi yang sesuai dan kecepatan pengelasan dari pergerakan kecepatan mesin alat bantu sesuai. Kecepatan Pengelasan 650 mm/menit Kecepatan Pengelasan 550 mm/menit Gambar 16 spesimen 550 a Gambar 20 spesimen 650 a 15

13 550 a Crack 14 550 550 b - 15 mm/menit 550 c - 16 550 d - 17 650 a Crack 18 650 650 b - 19 mm/menit 650 c Crack 20 650 d Pin hole Gambar 21. spesimen 650 b Analisa Hasil Pengujian Tarik Tabel Hasil Pengujian Tarik Gambar 22. spesimen 650 c Gambar 23. spesimen 650 d pengelasan 650 mm/menit, terdapat cacat las crack sebanyak dua spesimen dan pin holes sebanyak satu spesimen. Hal ini disebabkan kecepatan pengelasan dari pergerakan alat bantu sangat cepat sehingga membuat kampuh las menjadi sedikit dan kurangnya penetrasi dari elektroda. Tabel Kecepatan Pengelasan dan Cacat Pengelasan No Kecepatan Nama Cacat Pengelasan Spesimen Pengelasan 1 250 a Crack 2 250 250 b Crack 3 mm/menit 250 c Pin hole 4 250 d - 5 350 a - 6 350 350 b Crack 7 mm/menit 350 c - 8 350 d Pin hole 9 450 a - 450 10 450 b - mm/menit 11 450 c Pin hole 12 450 d Pin hole Gambar 24. Grafik Hasil Uji Tarik Untuk Ultimate Total Load 16

Dari gambar dapat dilihat bahwa spesimen dengan nilai uji tarik Ultimate Total Load terendah ada pada spesimen 250 mm/menit dengan nilai 2629,35 kgf, sedangkan untuk nilai uji tarik Ultimate Total Load tertinggi ada pada spesimen 550 mm/menit dengan nilai 7938,41 kgf. Grafik 25. Hasil Uji Tarik Untuk Tensile Strenght Dari gambar dapat dilhat bahwa spesimen dengan nilai uji tarik Tensile Strenght terendah ada pada spesimen 250 mm/menit dengan nilai 6,83 kgf/mm², sedangkan untuk nilai uji tarik Tensile Strength tertinggi ada pada spesimen 550 mm/menit dengan nilai 20,43 kgf/mm². DAFTAR PUSTAKA [1] Daryanto, Proses Pengolahan Besi dan Baja (Ilmu Metalurgi), Bandung : Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. 2010. [2] Faridaf, Anni dkk. Teknik Pembentukan Pelat Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2008. [3] Saleh, Rahmat. Rancang Bangun Alat Bantu Las MIG Straight Line Semi Otomatis. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta, 2013. [4] Sunaryo, Hery. Teknik Pengelasan Kapal jilid 1,Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan. 2008. [5] Sunaryo, Hery. Teknik Pengelasan Kapal jilid 2,Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan. 2008. [6] Surdia, Tata dan Saito, Shinroku. Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta: Pradnya Paramita. 2000. [7] Widharto, Sri. Inspeksi Teknik Buku 1, Jakarta: Pradnya Paramita. 2009. [8] Wiryosumarto, Harsono dan Okumura, Toshie. Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta: Pradnya Paramita. 1994. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Cacat yang terbentuk pada pengelasan MIG pada aluminium alloy 5083 dilihat dari hasil pengamatan menggunakan cairan penetrant adalah cracking dan pin hole. 2. Dari variasi kecepatan 250 mm/menit, 350 mm/menit, 450 mm/menit, 550 mm/menit, dan 650 mm/menit menghasilkan hasil uji tarik untuk Ultimate Total Load yang berbeda. Ultimate Total Load terendah ada pada spesimen 250 mm/menit dengan nilai 2629,35 kgf, sedangkan untuk nilai Ultimate Total Load tertinggi ada pada spesimen 550 mm/menit dengan nilai 7938,41 kgf. 3. Dari variasi kecepatan 250 mm/menit, 350 mm/menit, 450 mm/menit, 550 mm/menit, dan 650 mm/menit menghasilkan hasil uji tarik untuk Tensile Strenght yang berbeda. spesimen dengan nilai Tensile Strenght terendah ada pada spesimen 250 mm/menit dengan nilai 6,83 kgf/mm², sedangkan untuk nilai Tensile Strength tertinggi ada pada spesimen 550 mm/menit dengan nilai 20,43 kgf/mm². 4. Kecepatan optimum berdasarkan pengujian tarik yaitu pada kecepatan 550 mm/menit. 17

18

19