BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. yang serba praktis. Hal ini memungkinkan masyarakat modern sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan merebut pasar.

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi fakta bahwa makanan cepat saji sudah membudaya di masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KUESIONER GAMBARAN TAYANGAN IKLAN FAST FOOD

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya bisnis waralaba restoran fast food di daerah Denpasar seperti

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan nasional beberapa dekade lalu. Meningkatnya daya beli masyarakat, pendidikan dan teknologi kesehatan mengakibatkan menurunnya penyakit infeksi, menurunnya angka kematian dan meningkatnya usia harapan hidup disertai dengan kemakmuran dan kemudahan hidup yang menimbulkan gaya hidup sedentaris (sedentary lifestyle) yang mengakibatkan menurunnya aktivitas fisik sehingga merubah pola kebiasaan hidup termasuk pola makan masyarakat (Widyakarya Nasional, 1994). Perubahan perilaku kehidupan modern antara lain konsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolesterol, tinggi garam, rendah serat, merokok, minum alkohol dan lain sebagainya. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi, perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004). Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang lebih rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak. Hal tersebut menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Di samping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik masyarakat tertentu (Almatsier, 2003). Pada era globalisasi ini, makanan mudah dijumpai dimana-mana seperti makanan cepat saji (fast food) yang makin marak ditawarkan kepada masyarakat. Makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan yang mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat. Konsumsi tinggi terhadap makanan cepat saji (fast food) diduga dapat menyebabkan obesitas karena kandungan dari makanan cepat saji (fast food) tersebut (Virgianto dan Purwaningsih, 2006). Adanya kecenderungan perubahan pola makan pada remaja yang terjadi dewasa ini, tak lepas dari pengaruh peningkatan sosial ekonomi dan banyaknya restoran. Restoran-restoran ini menjual berbagai makanan produk olahan dan dikenal sebagai makanan modern (fast food) ala Barat. Umumnya restoran ini menyediakan makanan-makanan impor seperti fried chicken, hamburger, pizza, 1

2 spaghetti, dan sejenisnya dari berbagai merek dagang. Hal ini semata-mata telah menjadi lambang pergaulan dikalangan tertentu khususnya masyarakat perkotaan. Menurut data dari PT Fast Food Ind Tbk, perkembangan restoran KFC (Kentucky Fried Chicken) di Indonesia mengalami peningkatan, dari 164 outlets pada tahun 2000 menjadi 211 outlets pada tahun 2004 yang tersebar di seluruh Indonesia, paling banyak terdapat di pulau Jawa yaitu 132 outlets dan 50% outlets terdapat di Jakarta (www.202.155.2.90/corporate_actions). Makanan cepat saji (fast food) seperti fried chicken dan french fries, sudah menjadi jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam Remaja di enam kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15 20% dari 471 remaja di Jakarta mengonsumsi fried chicken dan burger sebagai makan siang dan 1 6% mengkonsumsi hotdog, pizza dan spaghetti. Bila makanan tersebut sering dikonsumsi secara terus-menerus dan berlebihan dapat mengakibatkan gizi lebih (Mudjianto dkk, 1994). Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruh asupan gizi besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi ketika dewasa. Menurut WHO pada tahun 2003, populasi remaja di dunia telah mencapai 1.200 juta jiwa atau sekitar 19% dari total populasi dunia. Di Indonesia, menurut data BPS tahun 2003, persentase populasi remaja bahkan lebih tinggi, yaitu mencapai 21% dari total populasi penduduk atau sekitar 44 juta jiwa. Masalah gizi remaja masih terabaikan karena masih banyaknya faktor yang belum diketahui (Fikawati, Syafiq dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian aspek sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi seorang remaja. Aspek pemilihan makanan penting diperhatikan karena remaja sudah menginjak tahap independensi. Remaja bisa memilih makanan apa saja yang disukainya, bahkan tidak berselera lagi

3 makan bersama keluarga di rumah. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi teman sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekadar bersosialisasi, untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan, 2004). Masa remaja merupakan saat dimana seseorang mulai berinteraksi dengan lebih banyak pengaruh lingkungan dan mengalami pembentukan perilaku. Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar rumah, dan mendapat banyak pengaruh dalam pemilihan makanan yang akan dimakannya, mereka juga lebih sering mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah fast food (Virgianto dan Purwaningsih, 2006). Remaja juga belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif maupun psikososial. Dalam tahapan pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya terutama dengan adanya arus kebudayaan barat yang masih terlalu sulit untuk dibendung, tidak terkecuali pengaruh terhadap pola konsumsi makan (WHO, 2000). Penelitian dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) pada tahun 2003-2004, menggunakan ukuran berat badan dan tinggi badan, menunjukkan bahwa di Amerika 17% anak-anak dan remaja usia 12-19 tahun mengalami overweight. Pada remaja usia 12-19 tahun, overweight meningkat dari 10,5 % pada tahun 1994 menjadi 17,4% pada tahun 2004 (www.cdc.gov). Data tentang obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan prevalensi obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data obesitas pada orang dewasa yang tinggal di ibukota propinsi seluruh Indonesia cukup untuk menjadi perhatian pemerintah. Survei nasional yang dilakukan pada tahun 1996/1997 di ibukota seluruh propinsi Indonesia menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki dewasa ( 18 tahun) mengalami overweight (BMI 25-27) dan 6,8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk wanita dewasa mengalami overweight dan 13,5% mengalami obesitas. Pada kelompok umur 40-49 tahun overweight maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan 30,4% dan 43% pada wanita (Depkes, 2003). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, bahwa prevalensi gizi lebih pada anak sekolah dan remaja

4 umur 15-17 tahun sebesar 8% ( Depkes RI, 2004). Sedangkan menurut Virgianto dan Purwaningsih (2006) mengenai penelitiannya tentang konsumsi fast food sebagai faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja usia 15-17 tahun di SMUN 3 Semarang, menunjukkan siswa dengan 6% energinya berasal dari makanan cepat saji (fast food) mengalami 4,2 kali lebih mungkin mengalami obesitas dibandingkan siswa yang kurang dari 6% energinya berasal dari makanan cepat saji (fast food). Semakin tinggi kontribusi makanan cepat saji (fast food) pada total energi, semakin tinggi risiko terjadinya obesitas. Selain itu beberapa penelitian mengenai status gizi remaja yang dilakukan di kota Depok juga menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Penelitian Karnaeni (2005) terhadap 204 siswa di SMA Cakra Buana Depok menunjukkan bahwa terdapat 31,7% siswa yang mengalami overweight dan 14,4% siswa lainnya mengalami obesitas. Sedangkan penelitian Sari (2005) terhadap 176 siswa Sekolah Menengah Atas di Bogor didapatkan prevalensi obesitas sebesar 34,7% dan overweight sebesar 23,82%, Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya dari luar karena mereka sedang mengalami masa pencarian identitas diri akibat periode transisi yang dilalui. Pengaruh yang terjadi bukan hanya tampak pada penampilan fisik, tetapi juga pada perubahan pola konsumsi makan. Robert dan Williams (2000), mengatakan kebiasaan makan dan pilihan makanan di kalangan remaja ternyata lebih kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh lingkungan sekitar (teman, keluarga dan media) serta faktor psikososial. Terdapat dua faktor yang memengaruhi status gizi (Apriadji, 1986). Faktor internal terdiri dari nilai cerna makanan, status kesehatan, status fisiologis, kegiatan, umur dan jenis kelamin. Faktor eksternal terdiri dari daya beli keluarga, latar belakang sosial-budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga dan kebersihan lingkungan. Sedangkan kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, seperti lingkungan budaya (cultural environment), lingkungan alam (natural environment) serta populasi (Hartog, Staveren dan Brouwer, 1995).

5 1.2 Rumusan Masalah Pada era kemajuan seperti saat ini, dimana banyak berkembang industri yang mendukung makanan cepat saji (fast food). Di tempat-tempat rumah makan yang menyediakan makanan cepat saji (fast food) dengan harga yang terjangkau sesuai uang saku, servis cepat, tempat nyaman untuk bersantai serta jenis makanan sesuai selera, menyebabkan fast food merupakan salah satu gaya hidup modern remaja perkotaan. Di samping itu remaja yang tinggal jauh dari orang tua, dengan aktivitas yang lebih banyak berada di luar rumah, bisa memilih makanan apa saja yang mereka sukai yang lebih praktis yang biasanya pemilihan makanan itu tidak lagi berdasarkan pada kandungan zat gizinya tetapi juga untuk kesenangan dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya. Transisi pola hidup berdampak pada perubahan pola konsumsi dan pola aktifitas, sehingga memengaruhi komposisi tubuh. Saat ini masyarakat cenderung lebih menyukai makanan cepat saji (fast food) yang tinggi lemak, protein, karbohidrat dan natrium yang jika dikonsumsi secara terus-menerus dengan porsi yang berlebihan akan berdampak meningkatnya kecenderungan kelebihan berat badan (overweight) yang merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit degeneratif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku makan yang salah akan menyebabkan masalah gizi dan perilaku makan tersebut dipengaruhi oleh aneka faktor sosial, ekonomi, budaya dan ketersediaan pangan. Analisis menggunakan data Susenas menunjukkan adanya kecenderungan perilaku konsumsi makanan jadi (termasuk minuman) yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi makanan yang berasal dari terigu seperti roti, mie, kue kering dan konsumsi kue basah serta minuman es merupakan bagian dari makanan tradisional yang cenderung menurun (Surbakti, S dkk 1997). Penelitian Wijaya (2005) menunjukkan bahwa dari 177 mahasiswa di Surabaya 98,3% menyatakan pernah makan di restoran fast food dengan frekuensi kunjungan terbanyak adalah 2-5 kali dalam satu bulan. Di Kotamadya Bogor 83,3% remaja lebih memilih makanan siap saji modern (fast food) dibandingkan makanan siap saji tradisional (Pradnyawati, 1997) dan 25,1% mengonsumsi fast food 3 kali dalam seminggu (Suhartini, 2004) sedangkan

6 Hafitri (2003) mengatakan sebanyak 66,7% remaja terbiasa membeli fast food dan makanan tradisional satu kali dalam seminggu. Dari laporan kegiatan pemantauan indeks massa tubuh (IMT) pada usia 18-55 tahun di kota Depok tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi overweight dari 11,9% pada tahun 2004 menjadi 15,4% pada tahun 2007. Demikian pula dengan prevalensi obesitas meningkat dari 11,4% pada tahun 2004 menjadi 15,9% pada tahun 2007 (Dinkes Depok, 2007). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah mengenai hubungan kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnya dengan status gizi pada mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. Penelitian ini dilakukan di Asrama UI Depok karena mahasiswanya terdiri dari berbagai daerah dengan latar belakang sosial ekonomi yang beragam. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah : 1. Bagaimana gambaran kebiasaan makan cepat saji (fast food modern) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 2. Bagaimana gambaran karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan gizi) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 3. Bagaimana gambaran pola konsumsi (asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 4. Bagaimana gambaran aktivitas fisik (waktu tidur, waktu menonton tv, main komputer/ video games) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 5. Bagaimana gambaran karakteristik orang tua (pendapatan keluarga, pendidikan ibu dan jumlah anggota keluarga) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 6. Bagaimana gambaran status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009?

7 7. Adakah hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan gizi dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 8. Adakah hubungan antara pola konsumsi (asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat) dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 9. Adakah hubungan antara aktivitas fisik (waktu tidur, waktu menonton tv, main komputer/ video games) dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 10. Adakah hubungan antara karakteristik keluarga (pendapatan orang tua, pendidikan ibu dan jumlah anggota keluarga) dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 11. Adakah hubungan antara kebiasaan makan cepat saji modern (fast food) dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnya dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran kebiasaan makan cepat saji (fast food modern) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 2. Diketahuinya gambaran karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan gizi) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 3. Diketahuinya gambaran pola konsumsi (asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 4. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik (waktu tidur, waktu menonton tv, main komputer/ video games) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009.

8 5. Diketahuinya gambaran karakteristik orang tua (pendapatan orang tua, pendidikan ibu dan jumlah anggota keluarga) mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 6. Diketahuinya gambaran status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 7. Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan gizi dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 8. Diketahuinya hubungan antara pola konsumsi (asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat) dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 9. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik (waktu tidur, waktu menonton tv, main komputer/ video games) dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 10. Diketahuinya hubungan antara karakteristik keluarga (pendapatan orang tua, pendidikan ibu dan jumlah anggota keluarga) dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 11. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan makan cepat saji (fast food modern) dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok tahun 2009. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis tentang kebiasaan makan cepat saji (fast food modern) dan status gizi pada mahasiswa di Asrama UI Depok tahun 2009. 2. Bagi Pembaca Sebagai bahan masukan untuk menambah referensi tentang kebiasaan makan makanan cepat saji (fast food modern) dan hubungannya dengan status gizi serta dampaknya terhadap kesehatan sehingga dapat dilakukan tindakan preventif untuk mencapai status gizi yang optimal.

9 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnya dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama UI Depok Tahun 2009. Penelitian ini dilakukan karena melihat kecenderungan remaja dalam mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food modern) serta untuk melihat gambaran status gizi remaja, dimana sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya ketika dewasa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April- Mei 2009 melalui pengisian kuesioner dan wawancara pada mahasiswa penghuni Asrama UI Depok. Desain penelitian ini adalah Cross sectional, yaitu variabel independen dan dependen diteliti pada saat yang bersamaan.