PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OLEH : TRIA FEBRIANI

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) UNIVERSITAS UDAYANA DIPATUHI ATAU DIABAIKAN?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

2015 SIKAP TERHAD AP PICTORIAL HEALTH WARNING D AN INTENSI MEROKOK SISWA SMP D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Deni Wahyudi Kurniawan

Identifikasi Masalah. Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

Transkripsi:

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OLEH : TRIA FEBRIANI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah rokok juga masih menjadi masalah nasional dan di prioritaskan upaya penanggulangannya karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial politik dan terutama aspek kesehatan. Data epidemik tembakau di dunia menunjukan tembakau membunuh lebih dari 5 juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini dibiarkan maka diproyeksikan akan menjadi 10 juta kematian pada tahun 2030, dengan 70% kematian terjadi pada negara yang sedang berkembang. (Arios, 2011) ( Kemenkes RI, 2011)

Lanjutan... Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi perokok di Indonesia mencapai 36,5% yang terdiri dari 68,8% perokok laki-laki dan 6,9% perokok perempuan. Fakta ini menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dalam hal epidemik konsumsi rokok tertinggi di dunia.

Lanjutan... Saat ini terdapat banyak penyakit yang tidak hanya disebabkan oleh bakteri ataupun virus, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Mengonsumsi rokok merupakan salah satu pola hidup yang tidak sehat. Menurut WHO (2008) risiko penyakit jantung pada perokok 2-4 kali lebih besar dibanding bukan perokok. Pada perokok risiko terkena katarak (yang dapat menyebabkan kebutaan) 50% lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Dan kematian karena kanker paru 20 kali lebih besar terjadi pada perokok

Lanjutan... Dari sebatang rokok mengandung 4000 bahan kimia beracun dan tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik. Sehingga rokok dan lingkungan yang tercemar asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Kandungan bahan kimia tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti jantung dan gangguan pembuluh darah, stroke, kanker paru, dan kanker mulut. Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan penurunan kesuburan, pertumbuhan janin ( baik fisik maupun IQ) yang melambat, gangguan imunitas bayi, dan peningkatan kematian (Aditama, 2006).

Lanjutan... Meningkatnya prevalensi merokok maka meningkat pula beban penyakit dan ekonomi akibat dari konsumsi rokok serta menurunnya derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia pada masa yang akan datang (KNPA,2012). KTR adalah ruangan atau arena yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, ataupun penggunaan rokok. (Kemenkes RI, 2011). Alasan diberlakukannya KTR adalah (1) setiap orang berhak atas perlindungan terhadap bahaya rokok, (2) asap tembakau membahayakan dan tidak memiliki batas aman, (3) ruang khusus untuk merokok dan sistem sirkulasi udara tidak mampu memberikan perlindungan yang efektif. Sehingga perlindungan hanya efektif apabila 100 persen suatu tempat bebas dari asap rokok ( Pedoman Pengembangan KTR, 2011). Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) perlu ditetapkan di tempat tempat umum yang dimaksudkan untuk mencegah bukan perokok dari paparan asap tembakau.

Lanjutan... Hal tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan. Pada pasal 49 menyatakan dengan tegas bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Dan hal sama juga tertuang pada Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Pasal 115 yang menyatakan bahwa Kawasan Tanpa Rokok terdapat di tempat-tempat seperti fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

Lanjutan... Perguruan Tinggi merupakan salah satu pangsa pasar yang di tuju oleh industri rokok. Industri rokok gencar menyerbu kalangan muda dengan berbagai iklan dan mensponsori kegiatan seperti musik, olah raga yang diadakan oleh mahasiswa bahkan menyediakan beasiswa. Kaum muda merupakan target pasar utama industri rokok untuk dijadikan sebagai perokok tetap. Selain itu, industri rokok juga mengemas program Corporate Social Responsibility (CSR) yang memiliki tanggung jawab sosial guna membangun citra bahwa perusahaannya baik dan mempunyai kepedulian pada masyarakat, industri rokok dapat diterima di masyarakat (Juanita,2011). Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu instansi pendidikan yang menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Pasal 115 adalah salah satu tempat yang dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Namun, sampai saat ini Universitas Sumatera Utara belum menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus, karena masih banyaknya para perokok yang dengan bebas merokok di dalam lingkungan kampus. Hal ini juga terlihat dari masih banyaknya kegiatan di lingkungan kampus yang didukung oleh produsen rokok, serta masih adanya kerjasama atau program CSR antara pihak universitas dengan produsen rokok.

Suatu program akan terlaksana dengan baik apabila adanya dukungan dan partisipasi dari beberapa pihak terkait. Dalam hal ini diperlukan dukungan, partisipasi dan kerjasama dari seluruh civitas akademik Universitas Sumatera Utara untuk penerapan kawasan tanpa rokok, salah satunya adalah dari mahasiswa. Menurut Sarwono (2002), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Smet (1994) menyatakan bahwa dengan memberi dukungan sosial individu akan mendapat pengalaman yang positif, meningkatkan rasa percaya diri dan mampu untuk mengontrol perubahan-perubahan dilingkungannya. Lanjutan...

2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana Pengaruh Persepsi Mahasiswa tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Terhadap Dukungan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Sumatera Utara 3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Persepsi Mahasiswa tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Terhadap Partisipasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Sumatera Utara

4. Manfaat Penelitian Diharapkan setelah diterapkan Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Sumatera Utara, dapat dijadikan percontohan untuk Pemko Medan dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan. Diharapkan hasil penelitian dapat memberi masukan bagi pihak Universitas Sumatera Utara agar dapat menerapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok di Instansi Pendidikan. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi ilmiah untuk penelitian selanjutnya yang berminat dalam permasalahan ini.

METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi mahasiswa tentang kawasan tanpa rokok (KTR) terhadap dukungan penerapan kawasan tanpa rokok di Universitas Sumatera Utara.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Seluruh fakultas di Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 14 fakultas. Waktu Penelitian Bulan Maret-April tahun 2013

3. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengurus Pemerintahan Mahasiswa (Pema) dari setiap fakultas di Universitas Sumatera Utara periode 2012/2013 yang berjumlah 1506 orang. Sampel Sampel dalam penelitian ini berjumlah 94 mahasiswa yang diambil dari populasi dengan menggunakan rumus Taro Yamane (Riduan,2006). Dengan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.

4. Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Wawancara dengan menggunakan kuesioner Pema sekawasan USU serta buku, jurnal dan media cetak terkait.

5.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas 5. Aspek Pengukuran No. Variabel Jumlah Indikator Kategori Jawaban (Bobot Nilai) Nilai min - max Kategori Variabel Skor Skala 1. Persepsi Tentang Kawasan Tanpa Rokok 27 4 = Sangat Setuju 3 = Setuju 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju 27 108 1. Buruk 0. Baik 27-67 68-108 Ordinal 5.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat No. Variabel Jumlah Indikator Kategori Jawaban (Bobot Nilai) Nilai min - max Kategori Variabel Skor Skala 1. Dukungan Penerapan KTR 8 2 = Ya 1 = Tidak 8-16 1. Tidak 0. Ya 8-12 13-16 Ordinal

6. Teknik Analisa Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah uji regresi logistik sederhana dengan α = 0,1.

HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan universitas pertama yang berdiri di pulau Sumatera. Universitas ini berdiri pada tanggal 4 Juni tahun 1952 dan diresmikan langsung oleh Gubernur Sumatera Utara pada saat itu. USU merupakan sebuah yayasan yang didirikan pada tahun 1952 dipersiapkan menjadi pusat pendidikan tinggi di Kawasan Barat Indonesia, kemudian beralih status menjadi Perguruan Tinggi Negeri pada tahun 1957. Saat ini, USU memiliki 14 fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Ilmu Budaya, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan dan Sistem Informatika dan Ilmu Komputer. Jumlah program studi yang ada di Universitas Sumatera Utara sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma.

Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Status Merokok,Usia Pertama Kali Merokok dan Asal Fakultas Pengurus Pema Sekawasan USU Karakteristik Responden n % Jenis Kelamin : - Laki-laki 57 58,2 - Perempuan 41 41,8 Jumlah 98 100 Umur : - 17-19 tahun 37 37,8-20 - 22 tahun 60 61,2 - > 22 tahun 1 1,0 Jumlah 98 100 Status Merokok : - Tidak Merokok 77 78,6 - Merokok 21 21,4 Jumlah 98 100

Lanjutan... Usia Pertama Kali Merokok : - 14-17 tahun 15 71,4-17 - 21 tahun 6 28,6 Jumlah 21 100 Asal Fakultas : - Fakultas Kesehatan (FK,FKG,FKM,Fkep,FFarm,FPsi) - Fakultas Non-Kesehatan (FH,FP,FE,FIB,FT,Filkom,Fisip,FMIPA) 42 42,9 56 57,1 Jumlah 98 100

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Pengurus Pema Sekawasan USU No Persepsi n % 1 Baik 84 85,7 2 Buruk 14 14,3 Jumlah 98 100 Tabel 3. Distribusi Variabel Persepsi tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Asal Fakultas ( Fakultas Kesehatan dan Fakultas Non-Kesehatan) Persepsi No Asal Fakultas Baik Buruk Total % f % f % 1 Fakultas Kesehatan 40 95,8 2 4,2 42 100 2 Fakultas Non- Kesehatan 44 78,6 12 21,4 56 100

Lanjutan... Tabel 4. Distribusi Variabel Dukungan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Pengurus Pema Sekawasan USU No Dukungan n % 1 Tidak 29 29,6 2 Ya 69 70,4 Jumlah 98 100 Tabel 5. Distribusi Variabel Dukungan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Asal Fakultas ( Fakultas Kesehatan dan Fakultas Non-Kesehatan) Dukungan No Asal Fakultas Ya Tidak Total % f % f % 1 Fakultas Kesehatan 39 92,8 3 7,2 42 100 2 Fakultas Non- Kesehatan 30 53,6 26 46,4 56 100

Lanjutan... Tabel 6. Tabulasi Silang Variabel Persepsi tentang KTR dengan Dukungan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok No Persepsi Ya Dukungan Tidak Total f % f % n % 1 Buruk 5 35,7 9 64,3 14 100 2 Baik 64 76,2 20 23,8 84 100 X² = 9,436 df = 1 p = 0,004

Lanjutan... Tabel 7. Hasil Analisis Multivariat Pada Pemodelan Variabel B Exp (B) IK 90% P value R square Persepsi tentang KTR 1,751 5,670 2,099-15,808 0,004 0,119 Dari keseluruhan proses analisis yang dilakukan dengan hasil uji statistik regresi logistik sederhana dengan tingkat kepercayaan 90%, diperoleh model persamaan uji regresi sebagai berikut : P 1 1 e z P z 1,163 1, 751 1 e 1

PEMBAHASAN Persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan panafsiran melaui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar, alami atau dibaca, sehingga persepsi sering memengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Persepsi yang positif akan memengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan perilakunya terhadap suatu kegiatan pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan ditunjukkan melalui kinerjanya (Tjiptono,2000).

Lanjutan... Dari hasil penelitian dapat dilihat, sebagian besar responden memiliki persepsi yang baik tentang KTR. Peneliti berpendapat persepsi responden yang baik dikarenakan responden memiliki pengetahuan yang baik pula tentang kawasan tanpa rokok serta mendapatkan informasi yang mendukung yang kemudian dapat memengaruhi pengetahuan responden tersebut. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Setiyowati (2008), bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, sehingga dalam kaitannya dengan hasil yang didapati, persentase persepsi responden yang baik lebih besar bila mendapat pengetahuan dan informasi yang lebih baik mengenai rokok dan bahayanya di keluarga. Persepsi responden yang baik tentang KTR dipengaruhi oleh pengetahuan yang ia miliki akan bahaya rokok yang diperoleh dari sumber informasi dan berbagai media massa.

Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2005), bahwa pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi pada setiap orang. Lanjutan...

Lanjutan... Dari tabel 4 terlihat bahwa 69 responden memiliki dukungan yang baik dalam penerapan KTR. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sarason yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), ia menyebutkan bahwa dukungan sosial akan dipersepsi positif apabila individu tersebut merasakan manfaat dari dukungan yang diterimanya, dan sebaliknya persepsi yang negatif apabila si penerima tidak merasakan manfaat dari dukungan yang diterimanya. Baiknya dukungan responden terhadap KTR dipengaruhi oleh kesadaran yang baik dari responden bahwa rokok dapat membahayakan baik bagi perokok dan juga orangorang di sekitarnya.

Lanjutan... Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik sederhana menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan, persepsi tentang KTR terhadap dukungan penerapan KTR nilai p=0,004. Hal ini sejalan dengan penelitian Khotimah (2006) yang menyatakan bahwa persepsi tentang problem focused coping memiliki hubungan yang signifikan dengan dukungan untuk melaksanakan kegiatan focused coping. Semakin baik persepsi maka makin baik pula dukungan untuk melaksanakan kegiatan focused coping dan begitu juga sebaliknya.

1. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan jenis kelamin responden paling banyak berjenis kelamin laki-laki dengan persentase umur responden 20-22 tahun dengan usia pertama kali merokok pada usia 14-17 tahun. Untuk status merokok responden yang tidak merokok sebanyak 77 orang dan yang merokok sebanyak 21 orang. Berdasarkan hasil penelitian, dari 84 responden yang memiliki persepsi baik tentang KTR sebanyak 64 responden mendukung penerapan KTR di USU dan 20 responden tidak mendukung penerapan KTR di USU. Kemudian dari 14 responden yang memiliki persepsi buruk sebanyak 5 responden diantaranya mendukung penerapan KTR di USU dan sebanyak 9 responden lainnya tidak mendukung penerapan KTR di USU. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa variabel persepsi tentang KTR memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel dukungan penerapan KTR dengan nilai p=0,004. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang KTR (p=0,004) terhadap dukungan penerapan KTR.

Lanjutan... 2. Saran Pihak Rektorat sebagai pimpinan tertinggi di lingkungan universitas diharapkan membuat kebijakan dan memberikan arahan kepada dekan dari setiap fakultas terkait penerapan kawasan tanpa rokok di lingkungan Universitas Sumatera Utara agar dapat terciptanya lingkungan USU yang bebas dari asap rokok. Diharapkan pimpinan atau dekan tiap fakultas di lingkungan USU menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok, membuat batasan area yang jelas dalam pembatasan wilayah KTR, memasang rambu-rambu terkait dengan KTR dan sosialisasi tentang KTR serta memberikan arahan kepada setiap departemen atau jurusan untuk melakukan pengawasan terkait penerapan KTR dan juga kepada pegawai dan staf pengajar yang ada disetiap fakultas hendaknya memberikan contoh kepada mahasiswa dengan tidak merokok di lingkungan kampus agar terciptanya KTR di setiap kampus secara efektif. Pemerintahan mahasiswa (Pema) sebagai organisasi intra kampus diharapkan dapat membuat programprogram kerja dalam bidang organisasinya yang mendukung penerapan KTR dan tidak lagi menggunakan sponsorship dengan produsen rokok dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Pema serta melakukan sosialisasi dan pengawasan mengenai KTR. Mahasiswa diharapkan dapat mendukung dengan baik kebijakan KTR di lingkungan USU dengan tidak merokok di kawasan yang telah dinyatakan sebagai KTR dan ikut berpartisipasi dalam mensosialisasikan KTR kepada orang lain yang masuk ke lingkungan USU.

Terima kasih TERIMA KASIH...