BAB VF, Penguat Daya BAB VF PENGUAT DAYA

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH PENGUAT DAYA

PENGUAT DAYA BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF. Pengertian Penguat RF

Penguat Kelas B Komplementer Tanpa Trafo Keluaran

PERCOBAAN 6 RANGKAIAN PENGUAT KLAS B PUSH-PULL

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR

Penguat Kelas A dengan Transistor BC337

Bias dalam Transistor BJT

Tahap Ouput dan Penguat Daya

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

1. Pengertian Penguat RF

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

Karakteristik Transistor. Rudi Susanto

Rangkaian Penguat Transistor

PENGUAT DAYA KELAS A

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH)

Modul Elektronika 2017

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

KARAKTERISTIK TRANSISTOR

BAB II LANDASAN TEORI

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

BAB II TINJAUAN TEORITIS

[LAPORAN PENGUAT DAYA KELAS A] BAB I PENDAHULUAN

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Daerah Operasi Transistor

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY )

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter.

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN SUMBER ARUS

PENYEARAH ARUS S1 INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

BAB VI RANGKAIAN DIODA

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

Penguat Emiter Sekutu

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah

Dioda-dioda jenis lain

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Solusi Ujian Akhir Semester EL2005 Elektronika Senin, 12 Mei

MODUL I TAHAP OUTPUT PENGUAT DAYA

MODUL ELEKTRONIKA DASAR

PERTEMUAN 1 ANALISI AC PADA TRANSISTOR

Catatan Tambahan: Analisis Penguat CE, CB, dan CC dengan resistansi Internal transistor yang tidak bisa diabaikan (nilai r o finite)

RISA FARRID CHRISTIANTI, S.T.,M.T.

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

EL2005 Elektronika PR#02

BALIKAN (FEEDBACK) V I. BALIKAN. GAMBAR 15.1 SKEMA RANGKAIAN DASAR BALIKAN

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN)

BAB II Transistor Bipolar

PENGUAT MENGGUNAKAN TRANSISTOR

3.1 Pendahuluan Dioda mempunyai dua kondisi atau state: - Prategangan arah maju - Prategangan arah mundur

Elektronika : Teori dan Penerapan. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

Percobaan 3 Rangkaian OPAMP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

MODEL SISTEM PENGUAT DAYA AUDIO RAGAM LINIER

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

Elektronika. Pertemuan 8

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik)

Materi 6: Transistor Fundamental

BAB IX. FET (Transistor Efek Medan) dan UJT (Uni Junction Transistor)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

BAB II LANDASAN TEORI

RESPON FREKUENSI PENGUAT CE

Politeknik Gunakarya Indonesia

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL 07 PENGUAT DAYA

LAPORAN PRAKTIKUM ELKA ANALOG

Penguat Kelas-D dengan RWDM

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

Modul 05: Transistor

Materi 4: Rangkaian Dioda

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

Transkripsi:

Hal:33 BAB F PENGUAT DAYA Dalam elektronika banyak sekali dijumpai jenis penguat, pengelompokkan dapat berdasarkan: 1. rentang frekuensi operasi, a. gelombang lebar (seperti: penguat audio, video, rf dll) b. gelombang sempit (seperti tuned amplifier).. metoda pemasangan rangkaian, a. pemasangan AC : semua komponen frekuensi rendah (termasuk dc) tidak diteruskan ke rangkaian penguat b. pemasangan DC : salah satu tipenya adalah penguat chopper, sinyal input terbelah menjadi seri pulsa kemudian diperkuat oleh penguat ac sebelum dikembalikan lagi ke level dc. 3. titik bias pada penguat: kelas A, kelas B, kelas AB dan kelas C 4. tegangan 5. arus 6. daya Berdasarkan dengan tipe pembiasan yang dilakukan oleh penguat, dapat dikelompokkan menjadi: 1. kelas A : Titik kerja diatur agar seluruh fasa sinyal input diatur sedemikian rupa sehingga seluruh fasa arus output selalu mengalir. Penguat ini beroperasi pada daerah linear.. kelas B : Titik kerja diatur pada suatu sisi ekstrim saja, sehingga daya quiescent sangat kecil. Untuk sinyal input sinusoida, penguatan hanya terjadi pada setengah perioda sinyal input saja. 3. kelas AB : Titik kerja diatur dua ekstrim dari kelas A dan kelas B. Jadi sinyal output sama dengan nol pada satu bagian namun dengan selang kurang dari setengah siklus sinyal sinus.

Hal:34 4. kelas C : Titik kerja diatur beropersi untuk arus (tegangan) output sama dengan nol dengan selang lebih besar dari setengah siklus sinus. Sehingga penguat bekerja kurang dari setengah perioda sinyal input. Effisiensi η adalah ukuran kemampuan suatu elemen aktif untuk mengkonversikan daya DC menjadi daya AC yang diumpankan ke beban, atau dinyatakan : Penguat kelas A sinyal daya yang diberikan ke beban η = daya DC yang diberikan ke rangkaian 100% CC R o v s Gambar 1, Penguat kelas A Beban R adalah beban hambatan kolektor, dan Tegangan output puncak ke puncak opp = CC. Sedang arus puncak ke puncak I opp = CC /R. Sehingga daya max adalah P = I atau o(max) oeff oeff P = I = o(max) oeff oeff = R 8R CC CC CC

Hal:35 Asumsi untuk pembiasannya ideal, yaitu CE = ½ CC dan CE ini sebagai level DCnya, dengan arus DC yang mengalir/diserap pada R adalah: I CCave = ½ I C Dan daya yang diberikan adalah : P = I = I = 1 s CC CC( ave) CC C( Q) CC Sehingga effisiensi dari penguat kelas A adalah o(max) CC Ps CC R R P 8R η (max) = = 100% = 5% kerugian: tidak seluruh arus yang mengalir di kolektor menghasilkan sinyal daya ac. CC Daya yang didisipasikan adalah P D =P s - P o - P dc dengan CC dc C( Q) R P = I R = R = 4R CC Dissipasi maksimum terjadi jika tidak ada output yang dihasilkan atau P o = 0, sehingga: PD(max) = Ps Pdc = = R 4R 4R. CC CC CC

Hal:36 Penguat kelas B : Push-Pull + CC1 Q1 I c1 v i Q I c i R - CC Gambar, Penguat kelas B Penguat kelas B ini memanfaatkan teknik push-pull, dua transistor yang bekerja saling komplementer. Kedua transistor tsb berbeda tipe namun karakteristiknya sama atau matched Untuk v s >0 : v s <0 : Q 1 konduksi Q cut-off i C1 mengalir dari CC1 Q 1 R CC1 o < 0 Q 1 cut-off Q konduksi i C mengalir dari CC R Q CC o > 0 Arus yang mengalir di beban i = i C - i C1. Jika nilai puncak v ce1 sebesar p, maka arus i c1 sebesar : I p = R p

Hal:37 v s i c1 i c i Gambar 3, Bentuk sinyal Kedua transistor sepasang (parameternya matched ), daya output : (untuk sinyal sinus) p Ip p Po = effieff = = R Jika CC1 = CC = CC = p, dan transistor ideal, maka : CC Po (max) = R Daya yang ditarik oleh masing-masing sumber DC adalah seri dari setengah bagian gelombang sinus, akibatnya arus rata-rata yang disupply adalah : I p av =, π R sehingga P p s = CCIav = CC. π R Effisiensinya penguat itu dapat dicari dengan cara:

Hal:38 P R R η = = = = P I o p p π p p s CC av 4 CC π R CC dan effisiensi maks jika p = CC atau η (max) = π/4 = 78 % Dissipasi daya pada transistor Berbeda dengan kelas A, pada saat tidak ada daya output, tidak ada daya yang di supply, sehingga tidak ada daya yang di dissipasikan. Dissipasi maksimum dicari sbb : p PD = Ps Po = CC π R p R Sehingga diperoleh : dpd CC p = = 0 maka p = d π R R π p CC CC PD (max) = 0, π R R CC Dari Po (max) =, diperoleh daya disipasi maksimum adalah R PD(max) = 0,4 Po(max) (ini untuk kedua transistor). Sehingga untuk masing-masing transistor adalah P D(max) = 0, Po(max). CC Distorsi pada kelas B Sifat-sifat distorsi pada kelas B sedikit unik, bila karakteristik transfernya tidak linear. Jika kedua transistor yang dipergunakan cocok (matched) maka arus yang mengalir pada transistor Q 1 dan Q masing-masing i 1 dan i hanya bergeser 180 o. Jika ada suku harmonik:

Hal:39 i 1 = I C + B o + B 1 cos ωt + B cos ωt + B 3 cos 3ωt +... i = I C + B o + B 1 cos (ωt+π) + B cos (ωt+π) + B 3 cos (3ωt+π) +... atau i = I C + B o - B 1 cos ωt + B cos ωt - B 3 cos 3ωt +... Sehingga i = i 1 - i = (B 1 cos ωt + B 3 cos 3ωt +...) Hal ini menunjukkan bahwa ada tersisa gelombang harmonik orde ganjil. Namun bila karakteristik kedua transistor tidak identik, maka harmonik orde genapnya juga muncul. Distorsi ini akibat sifat nonlinear dari transistor dikenal sebagai distorsi cross-over, hal ini secara sederhana akibat kedua transistor tidak konduksi pada tegangan - γ < i < γ seperti ditunjukkan pada Gambar 4. i B1 arus basis yang distorsi v BE v BE1 i B sinyal input Gambar 4, Distorsi crossover. Penguat kelas AB Karena karakter non linear dari transistor, maka ada distorsi harmonik yaitu distorsi crossover. Distorsi ini dapat dieliminasi dengan

Hal:40 memberikan tegangan bias DC kecil pada masing-masing transistor, misalnya menggunakan dua buah dioda atau dua buah transistor yang kira-kira sama dengan γ seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Kerugianya dalam hal effisiensi, karena ada daya stand-by tsb. R 1 0 D 1 Q R R 3 D v s Q 3 0 Q 1 R R E Gambar 1, Penguat kelas AB Transistor Q 1 akan dibias untuk operasi kelas A. Hambatan R 1 sebagai beban kolektor dengan kondisi quiescent (v s = 0): I Q = 0 dan ENQ = 0. Arus yang mengalir melalui dioda D 1 dan D akan menghasilkan beda potensial sebesar : I C1Q. D1 + D = BE + EB Pada kondisi quiescent arus yang mengalir di kolektor adalah Transistor Q dan Q 3 beroperasi dalam kelas B. Umumnya pada rancangan ini dioda D 1, D dan transistor Q dan Q 3 menggunakan heat-sink yang sama, sehingga pada saat transistor Q dan Q 3 panas akan membuat D1 + D berkurang tegangannya selanjutnya akan

Hal:41 mengurangi arus quiescent, rancangan ini dikenal sebagai umpanbalik negatif termal. Untuk membuat tingkat driver transistor Q 1 dari rancangan kelas AB di atas dilakukan sbb: Pada saat v s mencapai tegangan maksimum negatif, transistor Q 1 mendekati cut-off sehingga v EN = v BN 40. Untuk kondisi ini i B maksimum dan akan mengalir ke R 1. Dengan memperhatikan gambar berikut ini Gambar, Rangkaian driver transistor kelas AB Jika diambil R1 = volt, maka BN = 40 - = 38. jika dipilih BE = 1, maka EN = BN - BE = 37 sehingga i C(max) = (37-0)/100Ω = 1,70 ma dan i B (max) = 1,7 ma jika h fe = 100. R 1 R = 1 1, k i = 1, 7mA = Ω. B

Hal:4 Pada saat v s = 0 E = EN + EB = 0,8 i C1 = ( 0, 8 0, 8 ) x 1, kω = 16 ma Pilih RE = 1,5 agar transistor Q dan Q 3 beropersai sebagai kelas AB, sehingga R E = RE ic1 15 =, 16 ma = 94 Ω. Nilai R dan R 3 dicari dengan metoda coba-coba seperti yang ditunjukkan pada analisa DC pada BJT, diperoleh masing-masing sebesar 1, 5 kω dan kω. Penguat Kelas-C Penguat kelas C akan mengalir arus di kolektor kurang dari 180 o pada setiap siklusnya tidak sinusoida, ada rangkaian tangki resonansi, C seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Hal:43 Gambar 3, Penguat kelas C tertala dan tanggapan frekuensinya Rangkaian tangki resonansi C paralel, memiliki frekuensi resonansi sebesar: f r π 1 C Pada saat sinyal input tertala pada frekuensi f r tegangan output akan maksimum dan bersifat sinusoida, dengan penguatan tegangan sebesar A max. Untuk menganalisa rangkaian ini, pertama-tama dilakukan Rangkaian ekivalen DC. Selanjutnya dilakukan pembuatan garis beban ditunjukkan pada gambar berikut.

Hal:44 Gambar 4, Rangkaian DC ekivalen dan garis beban DC dan AC Transistor tsb tidak ada pem-bias-an BE = 0 I C = 0 untuk sinyal input < 0,7 titik Q akan cuttoff pada garis beban R S : hambatan kolektor DC (resistansi induktor RF) garis beban relatif vertikal karena R S kecil. Rangkaian ekivalen AC penguat CE ditunjukkan pada gambar berikut.

Hal:45 Gambar 5, Rangkaian ekivalen AC Pada penguat CE berlaku: dan I C(sat) = ICQ + r = + I CE(cut) CEQ CEQ c CQ r c Pada penguat kelas C, I CQ = 0 dan CEQ = CC, sehingga: CC I C(sat) = dan CE(cut) = CC rc seperti ditunjukkan pada garis beban di atas, dengan r c : hambatan kolektor AC. Jadi pada penguat kelas C swing tegangan sebesar CC dan arus saturasi sebesar CC /r c.