5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Definisi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dirumuskan dengan melihat beberapa pengertian SPK menurut beberapa ahli, misalnya Michael (1998), berpendapat bahwa suatu SPK haruslah memiliki karakteristik sebagai sistem berbasis komputer yang bersifat interaktif dan mampu mendukung pihak manajemen dengan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan suatu masalah semi terstruktur. Sedangkan Keen (1993) mengatakan bahwa SPK menggabungkan kecerdasan individu manusia dengan komputer untuk memperbaiki kualitas keputusan dalam menghadapi masalah semi terstruktur. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa SPK adalah suatu sistem yang mampu menyediakan fungsi pengelolaan data berdasarkan suatu model tertentu, sehingga user dari sistem tersebut dapat memilih alternatif keputusan yang terbaik. Hal yang perlu ditekankan disini adalah bahwa SPK bukanlah suatu tool pengambil keputusan, melainkan sebagai tool pendukung. Untuk lebih jelasnya, karakteristik suatu sistem sehingga dapat dikatakan sebagai suatu SPK adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan pada pendekatan sistem secara luas dan dapat memberikan dukungan pada proses pengambilan keputusan dengan titik berat sistem pada konsep management by perception. 2. Adanya penerapan konsep manusia-mesin, dimana manusia berfungsi sebagai pengontrol dari sistem, dan mesin sebagai sarana pendukung.
6 3. Mempunyai kemampuan untuk mendukung proses pengambilan keputusan dalam menghadapi masalah semi terstruktur dan tidak terstruktur. 4. Memanfaatkan fungsi model dalam proses analisa, baik berupa model matematis, model statistik, ataupun tipe-tipe model lainnya. 5. Dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi interaktif, sehingga user dapat dengan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkannya. 6. Memiliki subsistem terintegrasi yang dapat mendukung semua tingkatan manajemen. 7. Didukung oleh suatu basis data yang komprehensif. 8. Menerapkan sistem tampilan easy to use. 9. Dinamis dalam menghadapi masalah baru. Dalam penggolongan berdasarkan tingkat teknologi yang digunakannya, aplikasi konsep SPK dapat dibedakan menjadi 3 level teknologi, yaitu : 1. SPK khusus, Merupakan tipe level teknologi aplikasi SPK yang telah siap digunakan untuk menyelesaikan suatu tipe masalah tertentu. 2. Pembangkit SPK, tipe level teknologi aplikasi SPK yang digunakan untuk membantu penciptaan/mengembangkan SPK khusus dengan lebih mudah dan lebih cepat. 3. Peralatan SPK, Merupakan perangkat dasar yang digunakan untuk menciptakan SPK, yaitu berupa program-program dan hardware komputer yang dapat digunakan dalam penciptaan SPK.
2.1.2. Komponen pendukung SPK Untuk lebih memudahkan dalam proses perancangan, SPK dapat dibagi menjadi beberapa komponen utama yang saling berkaitan, yaitu 1. Manajemen Basis Data, Dalam konsep SPK, dibutuhkan suatu fungsi pengelolaan basis data yang berkaitan dengan keputusan yang harus diambil, dimana fungsi tersebut harus mempunyai kemampuan untuk melakukan halhal dibawah ini : 1. Mengkombinasikan berbagai sumber data yang bervariasi dengan menggunakan metode-metode penangkapan dan ekstraksi data. 2. Melakukan perubahan dan penambahan data-data yang relevan dengan proses pengambilan keputusan untuk mengakomodasi adanya perubahan kondisi sistem dengan mudah. 3. Melukiskan struktur dan logika pengambilan keputusan berdasarkan data-data yang ada secara sederhana, sehingga mudah dimengerti oleh user. 4. Menangani berbagai data personal dan non official, sehingga user dapat bereksperimen dengan berbagai alternatif keputusan yang ada. 5. Mengelola berbagai variasi data yang dapat mengakomodasi luasnya fungsi manajemen data dari user. 2. Manajemen Model Penggunaan model dalam konsep SPK, bertujuan agar user dapat menganalisa masalah yang terjadi secara utuh dan menyeluruh, dengan berbagai alternatif solusi yang tersedia. 7
8 Dalam sistem manajemen yang digunakan, diharapkan tersedia kemampuan-kemampuan sebagai berikut : 1. Kemudahan dalam menciptakan suatu model baru. 2. Memasukkan dan mengintegrasikan model building block 3. Mengkatalogkan dan mengelola model untuk dapat dipahami dengan mudah oleh semua tingkatan user. 4. Mengkoneksikan model yang ada dengan database yang berkaitan, sehingga dapat dihasilkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan kondisi dan model. 3. Manajemen Dialog Komponen Manajemen Dialog dibutuhkan dalam suatu SPK untuk memberikan mekanisme kontrol dari proses analisa pada user. Hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan faktor interaktif pada SPK. 2.1.3 Entity-Relationship Diagram Entity-Relationship (E-R) Diagram adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menggambarkan pola hubungan yang dimiliki suatu kumpulan data. Dalam Diagram E- R ini, terdapat beberapa pola hubungan antar entry data yang mungkin terjadi, yaitu : 1. One-To-One (1-1), yaitu pola hubungan antar entry data dalam sebuah basis data yang hanya menghubungkan 1 entry data dengan 1 entry data lain. 2. Many -To- One (M-1), yaitu merupakan pola hubungan antar entry data yang mengambarkan bahwa satu atau lebih entry data hanya akan terhubung dengan 1 entry data tertentu.
9 3. One -To- Many (1-M), yaitu pola hubungan data dimana suatu entry data dapat terhubung dengan 1 atau lebih entry data lain. 4. Many-To-Many (M-M), yaitu pola hubungan data dimana terdapat 1 atau lebih entry data yang dapat terhubung dengan 1 atau lebih entry data lainnya. 2.1.4 Diagram Arus Data Diagram Arus Data, atau Data Flow Diagram (DFD) merupakan bentuk notasi yang dapat digunakan untuk membantu pemahaman mengenai tingkat kompleksitas suatu sistem secara logis. DFD dapat membantu menggambarkan sistem tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dari sistem tersebut Dalam menggambarkan suatu sistem, DFD menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mendefinisikan setiap bagian dari sistem. Simbol-simbol tersebut diantaranya : 1. External Entity, yaitu entiti yang berdiri diluar sistem namun mempunyai keterkaitan dengan fungsi yang terjadi dalam sistem, misalnya sebagai pihak yang memberikan masukan data pada sistem ataupun pihak yang memanfaatkan hasil keluaran sistem. Simbol yang digunakan adalah berupa gambar kotak atau kotak dengan garis tebal pada sisi kiri dan atas kotak. 2. Data Flow, berupa simbol anak panah yang mengalir di antara proses, simpanan data dan lingkungan luar. Simbol ini menunjukkan arus masukan data untuk ataupun dari proses dalam sistem. 3. Process, untuk menggambarkan kegiatan atau kerja yang dilakukan dalam sistem untuk menghasilkan arus data keluar dari arus data yang masuk ke dalam kegiatan tersebut. Simbol yang digunakan untuk menggambarkan hal ini adalah berupa lingkaran atau kotak dengan ujung bulat. Dalam simbol proses, juga dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan tersebut, yaitu :
10 a. Identifikasi proses, merupakan identitas dari kegiatan tersebut, umumnya berupa kombinasi kode angka dan huruf. Identitas ini diletakkan di bagian atas simbol proses. b. Nama, menggambarkan apa yang terjadi pada proses tersebut. Untuk memudahkan pemahaman, penamaan sebaiknya menggunakan kata kerja. Diletakkan di bagian bawah simbol c. Pemroses, pada arus data fisik dituliskan siapa atau dimana proses tersebut dilakukan. Sedangkan untuk arus data logika dapat digantikan dengan nama software yang digunakan. 4. Data store, atau simpanan data dilambangkan sebagai kotak tanpa garis penutup pada sisi kanan. Eksternal Entity Data Flow Identitas Nama Process Media Nama Data Store Gambar 2.1 Simbol DFD
11 2.2 Penjadwalan Produksi Menurut Bedworth (1987), kegiatan penjadwalan bertujuan untuk : 1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggu, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan tingkat produktifitas dapat meningkat. 2. Mengurangi persediaan barang aetengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu di antrian ketika sumber daya sibuk 3. Mengurangi keterlambatan di pekerjaan dengan due date sehingga dapat meminimasi penalty cost. 4. Membantu perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan, sehingga penambahan biaya yang berlebihan dapat dihindari. Pada umumnya tahap-tahap pelaksanaan penjadwalan akan melalui aktivitas output berikut ini : 1. Pembebanan (Loading) 2. Pengurutan (Sequencing) 3. Prioritas Job 4. Pengendalian Kinerja Jadwal 5. Update Jadwal Aturan Prioritas yang umum digunakan dalam pelaksanaan proses penjadwalan : 1. First Come First Served Dilakukan dengan memberikan skala prioritas yang lebih tinggi untuk order yang terlebih dulu datang. (berdasarkan urutan kedatangan) 2. Earliest Due Date Merupakan sistem prioritas yang memanfaatkan unsur due date dari order, dengan memberikan prioritas yang lebih tinggi pada order dengan due date terdekat.
12 3. Shortest Processing Time Adalah aturan prioritas yang memberikan tingkat prioritas berdasarkan lama waktu pengerjaan order, dengan waktu tersingkat sebagai prioritas tertinggi.