DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (LOW PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERANCANGAN DAN ANALISA TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERANCANGAN DAN ANALISA TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR GAHARA KRISTIANTO L2E

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan

ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA

BAB V METODOLOGI. Mulai

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya

Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA TURBIN RCC OFF GAS TO PROPYLENE PROJECT

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

Gambar 1.1 Sistem perpipaan steam 17 bar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Stress Analysis Pada Sudu Tetap Turbin Uap Bab III Metodologi BAB III METODOLOGI

BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

EVALUASI DISAIN INSTALASI PIPA FRESH FIRE WATER STORAGE TANK

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

PROPYLENE PROJECT (ROPP)

MODIFIKASI DESAIN RANGKA SANDARAN KURSI PADA PERANGKAT RENOGRAF TERPADU

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

BAB I PENDAHULUAN. dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas. Gas lift merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat kecil seperti neutron dan elektron-elektron. kontraktor yang bergerak dibidang EPC, Petrochemical, LNG.

NAJA HIMAWAN

Analisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

1. Project Management Awareness

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

PERHITUNGAN TEGANGAN PIPA DARI DISCHARGE KOMPRESOR MENUJU AIR COOLER MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.10 PADA PROYEK GAS LIFT COMPRESSOR STATION

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA FATIGUE AKIBAT TEKANAN INTERNAL SIKLIS PADA DENTED PIPE

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

PENGARUH GEMPA PATAHAN LEMBANG TERHADAP FLEKSIBILITAS PIPA DAN KEGAGALAN NOZEL PERALATAN SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

Analisis Tegangan Pada Beberapa Jenis Ejektor Uap Bagus Budiwantoro 1, a, I Nengah Diasta 2, b, dan Reinaldo Sahat Samuel Hutabarat 1, c

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PENAHAN BLADE DAMPER PLTGU DI PT INDONESIA POWER UP SEMARANG MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR PROFESSIONAL 2015

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

I. PENDAHULUAN Saat ini Negara berkembang di dunia, khususnya Indonesia telah membuat turbin air jenis mini dan mikro hydro yang merupakan salah satu

ANALISA EROSI DAN VIBRASI PADA SISTEM PERPIPAAN AKIBAT ALIRAN FLUIDA BERKECEPATAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.

BAB IV PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) CAESAR II VERSI 2014

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-673

Transkripsi:

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (LOW PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT *Riza Armansyah 1, Djoeli Satrijo 2, Toni Prahasto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059 *e-mail: riza.armansyah@gmail.com Abstrak Dalam industri Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) sangat diperlukan sistem perpipaan untuk menyalurkan fluida dari peralatan satu ke peralatan lainnya. Untuk perancangan power plant mengacu pada code ASME B31.1 power piping. Desain dari sistem main steam (low pressure) berfungsi menyalurkan uap dari Heat Recovery Steam Generator (HRSG) menuju turbin uap dan bypass ke kondensor. Uap ini mempunyai tekanan operasi sebesar 600 KPa, temperatur 220 o C, dan laju aliran massa 49.000 kg/jam. Sistem perpipaan ini didesain pada tekanan 900 KPa dan temperatur 330 o C. Untuk desain dari jalur sistem perpipaan main steam (low pressure) menggunakan sofware PDMS. Dari PDMS dihasilkan gambar isometri dengan spesifikasi komponen sistem perpipaan. Selanjutnya desain sistem perpipaan dilakukan analisis menggunakan software CAESAR II. Didapatkan hasil untuk pembebanan sustain tegangan maksimumnya 48.575 KPa dengan tegangan izin 117.900 KPa. Untuk pembebanan expansion tegangan maksimumnya 82.805 KPa dengan tegangan izin 273.015 KPa. Untuk pembebanan occasional tegangan maksimumnya 53.932 KPa dengan tegangan izin 135.585 KPa. Dari hasil analisis tegangan didapat komponen perpipaan yang mengalami tegangan maksimum yaitu pada percabangan pipa (tee). Komponen tee dengan tegangan kritis pada pembebanan sustain dan occasional selanjutnya dianalisis menggunakan software ANSYS. Didapat tegangan intensity maksimum pada pembebanan sustain sebesar 167.000 KPa dan pada pembebanan occasional sebesar 175.990 KPa. Untuk analisis getaran diperoleh rasio frekuensi dari 5 modus terendah nilainya lebih besar dari 2, maka getaran dapat teredam dan modus getar masih aman. Dari analisis tegangan expansion dapat memprediksi siklus kegagalan fatigue akibat naik turunnya temperatur. Dari nilai tegangan maksimum expansion dapat mencapai 671.176 siklus sebelum akhirnya lelah. Kata kunci: ASME B31.1, rasio frekuensi, siklus lelah, sistem perpipaan, tegangan Abstract Piping system are necessary in the gas and steam power plant to distribute fluid from one equipment to the other equipment. To design a power plant based on code ASME B31.1. Design of piping systems for the main steam (low pressure) which serves to distribute low-pressure steam from the Heat Recovery Steam Generator (HRSG) to the steam turbine and the bypass to the condenser. The steam is distributed has an operating pressure of 600 KPa, the temperature of 220 o C, and the mass flow rate of 49,000 kg/h. This piping system was designed at a pressure of 900 KPa and temperature of 330 o C. For the design of the path of the main steam piping system (low pressure) using PDMS software. Isometry drawing of PDMS produced to the specifications of the piping system components. Furthermore, the design of the piping system analysis using CAESAR II software. Results for sustain load to code maximum stress 48,575 KPa with 117,900 KPa allowable stress. For loading expansion maximum stress of 82,805 KPa with 273,015 KPa allowable stress. For occasional charging stress to the maximum stress 53,932 KPa with 135,585 KPa allowable stress. From the results obtained stress analysis of piping components experiencing maximum stress that the branching pipe (tee). Component tee with critical stress on sustain loading and occasional analyzed using ANSYS software. The maximum stress intensity obtained on the sustain loading of 167,000 KPa and the occasional load of 175,990 KPa. For vibration analysis obtained by the frequency ratio of 5 lowest mode value is greater than 2, the vibration can be damped and vibrate mode is still safe. From the stress analysis can predict the expansion cycle fatigue failure due to fluctuations in temperature. Expansion of the maximum stress value may reach 671,176 cycles before fatigue. Keywords: ASME B31.1, fatigue cycles, frequency ratio, piping system, stress JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 187

1. PENDAHULUAN Dalam industri pembangkit listrik tenaga gas dan uap (combined cycle power plant) terdapat berbagai jenis pipa dengan masing-masing fungsinya, salah satunya adalah sistem perpipaan main steam yang berfungsi mengalirkan uap bertemperatur tinggi dari Heat Recovery Steam Generator (HRSG). Sistem perpipaan main steam terdapat dua jenis yaitu high pressure dan low pressure, dimana perbedaannya terletak pada beda tekanan dan temperatur uap yang dialirkan menuju turbin dengan sudu yang berbeda namun masih dalam satu poros turbin. Dalam perancangan suatu sistem perpipaan diperlukan analisis yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tentunya dapat memprediksi kegagalan. Analisis dalam sistem perpipaan menyangkut analisis tegangan pada sistem perpipaan dan penentuan komponen-komponen seperti katup, flange, belokan, percabangan, nozzle, reducer, isolasi, support dan lainlain. Analisis tegangan pipa adalah suatu metode terpenting untuk meyakinkan dan menetapkan secara numerik bahwa sistem perpipaan dalam engineering adalah aman. Dalam analisis tegangan beban yang terjadi karena adanya pengaruh perlakuan beban statis dan perlakuan beban dinamis. Pemasangan support adalah hal yang paling penting agar pengaruh pembebanan (statis dan dinamis) selama operasi sistem perpipaan tidak mengalami kegagalan atau kerusakan. Kebanyakan sistem perpipaan terhubung ke peralatan seperti katup, tangki, pompa, tubin, kompresor dan lain-lain. Analisis tegangan pipa juga melibatkan evaluasi pengaruh gaya dan momen yang terhubung ke peralatan tersebut. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mendesain sistem perpipaan main steam (low pressure) pada combined cycle power plant berdasar pada standar ASME B31.1. Menganalisis nilai tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan yang diakibatkan oleh beban sustain, thermal expansion, dan occasional berdasar pada ASME B31.1. Menganalisis tegangan intensity pada bagian perpipaan yang mengalami tegangan tertinggi. 2. METODOLOGI 2.1 Bagan Perancangan Sistem Perpipaan Berikut adalah diagram alir perancangan sistem perpipaan main steam (low pressure) : Gambar 1. Diagram alir perancangan dan analisa sistem perpipaan. 2.2 Penentuan Spesifikasi Sistem Perpipaan 2.2.1 Deskripsi Sistem Perpipaan a. Sistem perpipaan main steam (low pressure) yang dirancang adalah sistem perpipaan untuk menyalurkan uap yang telah dipanaskan kembali pada Heat Recovery Steam Generator (HRSG). Terdapat tiga unit HRSG yang jalur pipanya mendistribusikan uap menuju ke turbin uap dan bypass menuju kondensor. JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 188

b. Turbin uap terletak dalam gedung pada lantai 3 dengan ketinggian 8 meter, sedangkan kondensor terletak di lantai dasar gedung tersebut dibawah turbin. Sedangkan tiga unit HRSG terletak diluar gedung. c. Turbin uap bekerja pada 3000 rpm atau pada frekuensi 50 Hz. Nozzle yang berhubungan langsung dengan pipa main steam (low pressure) memiliki diamater nominal 600 mm. Diameter nominal nozzle pada HRSG berukuran 350 mm. Diameter nominal nozzle pada kondensor berukuran 350 mm. d. Laju aliran massa pada setiap ukuran pipa sama. Laju aliran massa yang mengalir dari tiga unit HRSG menuju turbin dan kondensor dijaga tetap sama pada keadaan operasi yaitu sebesar 49.000 kg/jam. Kecepatan aliran fluida tidak melebihi 80 m/s. e. Sistem perpipaan ini didesain pada tekanan 900 KPa dan temperatur 330 o C dengan kondisi operasinya pada tekanan 600 KPa dan temperatur 220 o C. f. Seluruh jalur perpipaan main steam (low pressure) terletak pada struktur baja sampai memasuki gedung turbin. Sehingga letak tumpuan penyangga (support) pipa terletak pada struktur baja dan gedung. Pada penyangga pipa yang letaknya dekat dengan turbin (rotating equipment) perlu menggunakan penyangga pipa jenis spring hanger. Gambar 2. Diagram proses distribusi uap dari HRSG menuju turbin dan kondensor. 2.2.2 Sketsa Awal Jalur Perpipaan Setelah mengetahui diagram proses sistem perpipaan main steam (low pressure) selanjutnya adalah membuat sketsa awal jalur perpipaan sebagai acuan awal desain jalur perpipaan. Sketsa jalur perpipaan ini dibagi menjadi enam jalur yaitu pipa HRSG 1 ke turbin, bypass 1, pipa HRSG 2 ke turbin, bypass 2, pipa HRSG 3 ke turbin, bypass 3. 2.2.3 Penentuan Geometri Pipa Gambar 3. Sketsa jalur pipa. JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 189

Untuk menentukan diameter pipa yang diperlukan pada sistem perpipaan main steam (low pressure) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Nozzle pada HRSG berukuran 350 mm maka dibutuhkan pipa berukuran 350 mm untuk menyambung pipa dengan HRSG. Untuk mengurangi kecepatan yang keluar dari HRSG maka pipa 350 mm dari HRSG disambung reducer dengan pipa 400 mm. b. Nozzle pada turbin yang terhubung dengan pipa main steam (low pressure) berukuran 600 mm maka diperlukan pipa berukuran 600 mm yang masuk ke turbin. Pipa 600 mm ini sebagai pertemuan aliran uap pipa dari HRSG 1, HRSG 2, dan HRSG 3. c. Nozzle pada kondensor berukuran 350 mm maka diperlukan pipa berukuran 350 mm yang berhubungan dengan kondensor. Jalur pipa ini disebut pipa bypass yang menghubungkan antara pipa dari HRSG menuju ke kondensor. Dari pipa HRSG yang berukuran 400 mm dihubungkan dengan percabangan pipa berukuran 300 mm sebelum terhubung dengan pipa utama yang masuk kondensor. Pada bypass terdapat valve berukuran 250 mm. Dari pertimbangan diatas maka didapat ukuran pipa yang diperlukan pada sistem perpipaan main steam (low pressure) adalah 250 mm, 300 mm, 350 mm, 400 mm, dan 600 mm. pemilihan jenis material sesuai dengan kebutuhan temperatur desain yaitu 330 o C (626 o F) maka dipilihlah material jenis A106 Grade B seamless carbon steel pipe for high-temperature service yang memiliki σ u sebesar 415 MPa dan σ y sebesar 240 MPa. Penentuan schedule pipa untuk diameter pipa ukuran 600 mm memiliki diameter luar pipa 610 mm dapat dihitung tebal minimum sebagai berikut : t m = P D 2 (S E+P Y) + A = (900 KPa) (610 mm) + 2,6 mm = 4,92 mm (1) 2 [(117900,3 KPa) (1,0) + (900 KPa)(0,4)] Dari tebal minimum pipa yang didapat ditambah dengan mill tolerance sebesar 12,5% maka didapat ketebalan nominal sebagai berikut : Ketebalan nominal = 4,92 mm = 5,62 mm (2) 1 0,125 Dari ketebalan pipa minimum yang sudah dihitung, dapat diketahui schedule minimal pipa yang dibutuhkan dari ASME B36.10. Maka untuk pipa dengan ukuran 600 mm memiliki ketebalan minimal 5,62 mm, untuk memenuhi kriteria desain maka ketebalan pipa di naikan menjadi 6,35 mm, sehingga memiliki schedule 10. Dengan perhiatungan yang sama dilakukan pada ukuran pipa yang lain. [1] Tabel 1. Schedule pipa. DN (mm) Wall Thickness (mm) Schedule 250 4,19 10 300 4,57 10 350 6,35 10 400 6,35 10 600 6,35 10 2.2.4 Penentuan Tebal Isolasi Pipa Pada perancangan sistem perpipaan ini penentuan jenis isolasi yang digunakan bergantung pada temperatur kerja dan tekanan kerja. Maka dari itu isolasi jenis Mineral Wool yang dipilih karena temperatur kerja pada jenis isolasi tersebut berkisar 150 o F 1200 o F, dan ketebalan yang digunakan sebesar 2 in (50 mm) untuk semua ukuran pipa. [2] 2.2.5 Penentuan Jarak Penyangga Pipa a. Perhitungan jarak penyangga berdasarkan batas tegangan : Ls = 0,4 Z S allow w = 0,4(0,0018 m3 )(117,9 10 6 Pa) (1.043,2 N/m) b. Perhitungan jarak penyangga berdasarkan batas defleksi : = 9,12 m (3) JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 190

4 Ld = Δ E I 13,5 w 4 = (0,0042 m m 22,7 m)(187 109 Pa)(5,6 10 4 m 4 ) = 5,16 m (4) 13,5(1.043,2 N/m) Dengan perhitungan yang serupa didapat jarak penyangga pipa pada masing-masing diameter nominal berdasarkan batas tegangan dan batas defleksi pada tabel berikut. [3] Tabel 3. Jarak penyangga berdasarkan batas tegangan dan defleksi. DN (mm) Ls (m) Ld (m) 250 5,94 1,56 300 6,52 3,04 350 6,92 5,32 400 7,39 8,82 600 9,12 5,16 2.2.6 Penentuan Expansion Loops Pada perancangan sistem perpipaan yang kondisi temperaturnya tinggi perlu diperhatikan adanya expansion loops pada pipa-pipa yang lurus dan panjang. Hal ini untuk mencegah terjadinya tegangan yang tinggi pada pipa akibat beban ekspansi termal. Pada rancangan sistem perpipaan main steam (low pressure) ini ada pipa berdiameter 400 mm yang perlu adanya loop, adapun perhitungan panjang expansion loops sebagai berikut : [3] = β panjang pipa = 0,0042 m 59,5 m = 0,25 m (5) m L 2 = 3ED S = 3 (187 109 Pa ) (0,406 m) (0,25 m) (117,9 10 6 Pa) = 21,97 m (6) 2.2.7 Perhitungan Gaya-gaya pada Percabangan dan Belokan Pipa Pada pembebanan occasional terdapat gaya tambahan yang disebabkan karena adanya momentum dari fluida yang mengalir melewati percabangan atau belokan pipa. Pada sistem perpipaan main steam (low pressure) memiliki laju aliran massa sebesar 49.000 kg/jam (13,6 kg/s) dengan massa jenis fluida 3,2 kg/m 3 maka debitnya adalah : [4] Tabel 4. Gaya pada percabangan dan belokan. DN (mm) ID (mm) v (m/s) Fx 90 o (N) Fy 90 o (N) Fx 45 o (N) Fy 45 o (N) 250 265 77,15 1050 1050 315 735 300 315 54,60 743 743 223 520 350 343 46,05 627 627 188 439 400 394 34,90 475 475 142 332 600 597 15,20 207 207 62 145 2.2.8 Perhitungan Penguatan Percabangan Pipa Terdapat 3 jenis reducing tee pada sistem perpipaan mian steam (low pressure), perlu diperhitungkan adanya penguat atau tidak pada tee. Setelah dilakukan perhitungan maka diketahui percabangan yang memerlukan penguatan atau tidak. [5] a. Tee dengan ukuran 600 mm x 400 mm, β = 45 o Untuk percabangan ini membutuhkan penguatan (reinforced). b. Tee dengan ukuran 400 mm x 350 mm, β = 90 o Untuk percabangan ini tidak membutuhkan penguatan (un-reinforced). c. Tee dengan ukuran 400 mm x 300 mm, β = 90 o Untuk percabangan ini tidak membutuhkan penguatan (un-reinforced). 2.2.9 Penentuan Valve dan Flange Jenis valve yang digunakan pada yaitu globe valve, gate valve, dan butterfly valve. Pemilihan jenis valve sebagai berikut: a. Globe valve JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 191

Globe Valve biasanya akan digunakan pada situasi dimana pengaturan besar kecil aliran (throttling) sangat diperlukan. Dudukan valve yang sejajar dengan aliran, telah membuat globe valve efisien ketika dapat mengatur besar kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan dudukan. b. Gate valve Fungsi dari gate valve adalah untuk dapat membuka dan menutup aliran (on-off), tetapi tidak bisa untuk mengatur besar kecil aliran (throttling). Kelebihan gate valve mempunyai karakteristik penutupan yang baik, mempunyai dua arah aliran, dan minimal pressure loss, serta minimnya halangan/resistan saat valve ini telah dibuka penuh, sehingga aliran bisa maksimal. c. Butterfly valve Butterfly valve digunakan untuk mengontrol (trhottling/regulate valve) aliran fluida yang bertekanan rendah. Butterfly valve juga membuka dan menutup dengan cara rotasi pada disc sehingga dapat membuka dan menutup lebih cepat. Pada sistem perpipaan main steam (low pressure) menggunakan butterfly valve pada bagian pipa diameter 600 mm yang akan masuk turbin. Pada sistem perpipaan main steam (low pressure) menggunakan jenis welding neck flange dengan permukaan raiced face (RF). flange jenis ini cocok digunakan pada kondisi tekanan tinggi, temperatur ekstrim, shear impact, dan getaran yang tinggi. Serta konfigurasinya tidak mengganggu aliran yang melalui pipa. [3] 2.3 Desain Sistem Perpipaan Menggunakan PDMS 2.3.1 Pembuatan Model Equipment Dalam desain sistem perpipaan main steam (low pressure) pada PDMS langkah awal adalah membuat model equipment turbin, kondensor, HRSG 1, HRSG 2, dan HRSG 3 yang diposisikan pada koordinat yang sudah ditentukan. Berikut adalah pemodelan equipment pada PDMS : Gambar 4. Model equipment pada PDMS. 2.3.2 Pembuatan Desain Jalur Pipa Desain jalur pipa main steam (low pressure) menghubungkan HRSG 1, HRSG 2, dan HRSG 3 menuju turbin dan bypass ke kondensor. Desain perpipaan ini sesuai spesifikasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Berikut adalah desain jalur pipa main steam (low pressure) : Gambar 5. Desain jalur perpipaan. Dari desain jalur pipa pada PDMS akan dihasilkan gambar isometri yang akan digunakan sebagai acuan dalam pemodelan dan analisis sistem perpipaan main steam (low pressure) pada software CAESAR II. Gambar isometri berisi JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 192

informasi penting untuk memulai analisis pada CAESAR II yaitu tentang jalur sistem perpipaan beserta ukurannya, spesifikasi pipa dan komponen pipa yang lain. 2.4 Analisis Menggunakan CAESAR II Pemodelan sistem perpipaan main steam (low pressure) pada CAESAR II mengikuti gambar isometri yang telah dibuat jalur perpipaannya pada PDMS. Berikut adalah pemodelan perpipaan pada CAESAR II : Gambar 6. Pemodelan pipa main steam (low pressure) pada CAESAR II. Dari pemodelan pada CAESAR II ini selanjutnya analisis berdasarkan pembebanan sustain, expansion, occasional, dan operation. Pada semua pembebanan ini tegangan yang dihasilkan harus dibawah teganan izinnya. Salah satu caranya yaitu dengan menambahkan support yang tepat. 2.5 Pemodelan Menggunakan SolidWorks Dari analisis tegangan pada CAESAR II didapat nilai tegangan maksimum pada node atau komponen perpipaan tertentu. Selanjutnya dibuat pemodelan komponen perpipaan tersebut menggunakan SolidWorks. Gambar 7. Pemodelan dengan SolidWorks. 2.6 Analisis Menggunakan ANSYS Geometri yang sudah dibuat pada SolidWorks selanjutnya masuk tahap analisis metode elemen hingga menggunakan ANSYS. Selanjutnya dilakukan meshing pada geometri tee tersebut. Meshing dipilih dengan metode tetrahedrons dan diperhalus (refinement) ukuran elemen meshing pada bagian yang mengalami pemusatan tegangan hingga nilai tegangannya konvergen. JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 193

Gambar 8. Meshing. Setelah dilakukan meshing selanjutnya memasukkan kondisi-kondisi sesuai keadaan saat analisis pembebanan pada CAESAR II. Pada tee diberi fixed support di kedua sisi ujung pipa utama (header). Tekanan sebesar 600.000 Pa dimasukkan pada seluruh bagian permukaan dalam pipa. sedangkan pada ujung pipa percabangan (branch) diberi gaya dan momen akibat pengaruh gaya-gaya dalam. Gaya dan momen ini diambil nilainya dari analisis yang sudah dilakukan dengan CAESAR II. Gambar 9. Input kondisi pada ANSYS. Selanjutnya analisis dibedakan menjadi pembebanan internal pressure, sustain, occasional dan operation. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Analisis Menggunakan CAESAR II Analisis statis pada CAESAR II dibagi menjadi analisis berdasarkan pembebanan sustain, expansion, occasional, dan operation. Sehingga didapat hasil dari analisis statis sebagai berikut. Gambar 10. Hasil analisis pada CAESAR II. JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 194

Dari Gambar 10. diatas diketahui pada titik A merupakan tegangan tertinggi yang terjadi pada pembebanan sustain dan occasional. Pada titik B merupakan tegangna tertinggi pada pembebanan expansion. Nilai tegangan yang terjadi pada masing-masing pembebanan tertera pada tabel berikut. Tabel 5. Hasil analisis pada CAESAR II. Pembebanan Tegangan (KPa) Tegangan izin (KPa) Sustain 48.575 117.900 Expansion 82.805 273.015 Occasional 53.932 135.585 3.2 Hasil Analisis Menggunakan ANSYS Pada analisis menggunakan metode elemen hingga pada ANSYS, analisis tegangan intensity dilakukan berdasarkan pembebanan tekanan internal, sustain, occasional, dan operation. Berikut hasil dan pembahasannya. (a) (b) (c) Gambar 11. Hasil analisis pada ANSYS. (d) Gambar diatas merupakan hasil analisis menggunakan ANSYS pada masing-masing pembebanan : (a) internal pressure, (b) sustain, (c) occasional, dan (d) operation. Nilai tegangan intensity tertera pada tabel berikut. Tabel 6. Hasil analisis pada ANSYS. Pembebanan Tegangan (KPa) Tegangan luluh (KPa) Internal Pressure 138.960 240.000 Sustain 167.000 240.000 Occasional 175.000 240.000 Operation 193.800 240.000 3.3 Analisis Getaran Dari analisis getaran menggunakan CAESAR II didapatkan frekuensi pribadi yang terdapat pada sistem perpipaan. Dari keseluruhan mode yang ada, diambil 5 mode terendah dari sistem perpipaan main steam (low pressure). Karena mode yang tinggi sudah tidak berkontribusi lagi terhadap getarearn yang menimbulkan resonansi. Dari frekuensi pribadi pipa yang didapat, dapat dicari rasio frekuensi antara frekuensi turbin (50 Hz) dengan frekuensi pribadi dari sistem perpipaan main steam (low pressure). Dari nilai rasio frekuensi yang didapat dari 5 mode terendah, nilai rasio frekuensinya lebih dari 2. Maka getaran yang terjadi pada sistem perpipaan tersebut dapat teredam. Pada sistem perpipaan ini mode getar yang mendekati frekuensi JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 195

kerja turbin sangat jauh maka sistem perpipaan ini dianggap tidak mengalami resonansi. Salah satu faktor yang mempengaruhi frekuensi pribadi dari sistem perpipaan adalah jenis penyangga dan jarak penyangga pipa. [6] Tabel 7. Frekuensi pribadi sistem perpipaan dan rasio frekuensi (r). Mode f (Hz) r 1 0,773 64,7 2 0,804 62,2 3 0,969 51,6 4 1,092 45,8 5 1,332 37,5 3.4 Life Cycle pada Pipa Dari analisis tegangan menggunakan CAESAR II didapat nilai tegangan maksimum sebesar 82.805 KPa karena pembebanan expansion. Dari tegangan maksimum ini digunakan sebagai tegangan izin untuk tegangan displacement (S A) akan diketahui faktor reduksinya (f). Dimana untuk tegangan izin dalam kondisi ambient (35 o C) adalah 137.900 KPa dan tegangan izin dalam kondisi desain (330 o C) adalah 117.900 KPa. [3] S A = f (1,25 S c + 0,25 S h) (7) f = S A (1,25 S c + 0,25 S h ) = 82.805 KPa = 0,41 (8) (1,25 (137.900 KPa) + 0,25 (117.900 KPa)) Dari faktor reduksi yang didapat, maka diketahui jumlah siklus yang mungkin terjadi sebelum terjadinya fatigue karena pembebanan expansion : f = 6 (9) N0,2 N = 0,2 6 f 0,2 = 6 = 671.176 siklus (10) 0,41 4. KESIMPULAN Dari analisis menggunakan CAESAR II nilai tegangan code maksimum pada masing-masing pembebanan (sustain, expansion, occasional) masih dibawah tegangan izinnya, maka desain sistem perpipaan main steam (low pressure) ini aman untuk dikonstruksi dan dioperasikan. Dari analisis menggunakan ANSYS nilai tegangan intensity pada masingmasing pembebanan (internal pressure, sustain, occasional, operation) masih dibawah tegangan luluhnya, maka desain sistem perpipaan main steam (low pressure) ini aman untuk dikonstruksi dan dioperasikan. Pada analisis getaran menggunakan CAESAR II nilai rasio frekuensinya lebih dari 2, maka getaran yang terjadi pada sistem perpipaan tersebut dapat teredam. Untuk 5 mode getar terendah ini sistem perpipaan beresonansi namun masih aman. Pada sistem perpipaan main steam (low pressure) ini memiliki 671.176 siklus sebelum terjadi kegagalan karena fatigue yang disebabkan beban expansion. 5. DAFTAR PUSTAKA [1] ASME. 2012. B31.1 Power Piping, ASME Code for Pressure Piping. New York : The American Society of Mechanical Engineers. [2] 1963. Mineral Wool Insulation for Heated Industrial Equipment 2nd Ed. withdrawn. [3] Kannappan, S. 1986. Introduction to pipe stress analysis. United States of America: John Wiley & Sons. [4] Meriam, J. L. & L. G. Kraige. 2012. Engineering Mechanics Dynamics, 7th Ed. Virginia : John Wiley & Sons Inc. [5] Peng, L. C., & Peng, T. L. 2009. Pipe Stress Engineering. Houston : ASME Press. [6] Rao, S. S. 2011. Mechanical Vibrations - 5th Edition. JTM (S-1) Vol. 4, No. 2, April 2016:187-196 196