BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

PENDAHULUAN Latar Belakang

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESENTASI KEPRIBADIAN CAPRES. Keterpilihan Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilu presiden tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PR POLITIK & MARKETING POLITIK. Oleh: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum melalui penggunaan media berbayar (surat kabar, radio, TV, dll)

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Partai politik adalah organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

Bab V. Kesimpulan. 1. Product tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilih, dengan. persentase pengaruh sebesar -0,0029 atau -0.

I. PENDAHULUAN. Marketing politik adalah salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat

BAB I PENDAHULUAN. ini didukung dengan berdirinya bermacam-macam partai politik. Diawali

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

IMAGOLOGI POLITIK SKRIPSI. Oleh : WAHYUDI AULIA SIREGAR NIM : : Drs. P. Anthonius Sitepu, MSi

Banda Aceh Dalam Berita

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

02ILMU. Komunikasi Pemasaran Politik. From Party Politics to Mass Marketing. Dr. Achmad Jamil M.Si KOMUNIKASI. Modul ke: Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penulisan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi berlangsung. Pada Pemilu kali ini terdapat 38 Partai Politik untuk tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menurut penilaian konsumen yang menggunakan produk tersebut. perhatian dan memberikan penjelasan tentang produk-produknya.

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pemilih Pemula di Indonesia

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

MUHAMMAD ARIF SYUHADA Program Studi Magister

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan


BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

BAB V PENUTUP. Dari keseluruhan kajian dakwah Islam dalam bingkai media penyiaran

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

I. PENDAHULUAN. mulai bergeser dari pengobatan modern menuju ke pengobatan tradisional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari bauran komunikasi pemasaran atau bauran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi politik yang hadir bersamaan dengan liberalisasi ekonomi dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam pemilihan umum (pemilu). Karakteristik tersebut adalah munculnya lembagalembaga profesional (electioneer) yang menyediakan jasa kampanye, seperti lembaga survey dan konsulan politik, agen periklanan dan kehumasan (public relations), serta adanya kampanye politik yang mengandalkan iklan politik di televisi. Hadirnya lembaga-lembaga profesional di atas, lebih jauh memberi corak baru terhadap gaya kampanye politik, yang menonjolkan pada pencitraan, pentingnya manajemen kesan, dan perlunya logika pemasaran. Corak baru itu kemudian memperkaya gaya kampanye yang sebelumnya telah ada, yang menonjolkan pawai massa, apel akbar, dan bentuk-bentuk pengerahan massa lainnya. Di tanah air, corak baru di atas juga menunjukkan hal yang sama, yang ditandai dengan semakin banyaknya penggunaan strategi dan taktik berkampanye, yang notabene merupakan lingkup kerja lembaga-lembaga profesional. Sebagaimana disebutkan Hidayat (dalam Danial, 2009) bahwa, setiap ada kompetisi politik (pemilihan presiden atau pemilihan kepala darah), kerja-kerja seperti, menentukan isu yang dianggap penting, membuat analisis penentuan isu yang menguntungkan bagi kontestan, merekayasa citra kontestan sesuai dengan

isu persoalan yang dipilih, merancang pesan dan simbol yang diperlukan, serta merencanakan pemanfaatan media, mulai banyak dilakukan untuk kepentingan pemenangan pemilihan. Lebih jauh lagi, prinsip-prinsip ekonomi juga mulai banyak dipraktekkan dalam ranah politik, terutama metode marketing yang selama ini dikembangkan di dunia bisnis. Misalnya, para kandidat mulai banyak yang memformulasikan produk politiknya melalui pembangunan simbol dan image, merancang promosi politik, membuat segmentasi pemilih, dan merancang strategi pendekatan pasar. Menurut Hidayat, femomena di atas merupakan hal yang baru dalam politik kita, meski sesungguhnya fenomena tersebut adalah bagian dari kecenderungan global dalam kampanye pemilihan. Kecenderungan global tersebut bisa dilihat dari beberapa hal sebagai berikut; Pertama, semakin meningkatnya peran televisi dalam kampanye politik yang terdiri dari dua hal; (1) aktivitas kampanye yang kian banyak direkayasa dan dikemas agar sesuai dengan format televisi, (2) dana kampanye untuk iklan politik di televisi yang kian meningkat. Kedua, semakin meningkatnya keterlibatan para electioneer dari luar partai yang semakin menggeser peran para amatir dari kalangan partai sendiri. dan Ketiga, semakin terfokusnya kampanye pada kandidat individu atau tokoh wakil partai yang membuat pemilu menjadi semacam kontes antarkandidat dari pada kontes antarpartai 1. Hal yang sama menurut Surbakti, fenomena di atas juga merupakan apa yang disebut dengan bentuk Amerikanisasi Politik yang memiliki ciri-ciri tertentu antara lain; penggunaan teknologi komunikasi, khususnya televisi sebagai 1 Lebih jauh bisa dilihat dalam kolom opininya di Kompas, 11 Februari 2004. Amerikanisasi industri Kampanye Pemilu 2

sarana utama kampanye yang cenderung berupa sound bite dan kampanye negatif karena harus menyampaikan pesan yang efektif, tetapi dengan biaya yang murah, kapitalisasi politik atau penggunaan uang dalam jumlah besar untuk kampanye politik, baik untuk kampanye di televisi maupun kampanye ke dan di berbagai daerah, dan yang terakhir adalah reduksi kompetisi politik yang menjadi kompetisi citra para kandidat 2. Maskipun demikian, Hidayat (dalam Danial, 2009; xxviii) menjelaskan bahwa, munculnya fenomena politik di atas, secara tidak langsung bisa menguatkan apa yang disebut dengan mode of power production yang kian mengandalkan gelembung politik (bubble politics). Melalui kampanye dan manajemen kesan, realitas sosok kandidat selalu berusaha untuk digelembungkan sebagai citra unggulan, yang dipertarungkan untuk merebut investasi suara masyarakat dalam pemilihan. Sehingga efeknya kemudian proses-proses rasional dalam pemilihan bisa diredukasi menjadi sekedar masalah periklanan dan kehumasan. Dana kampanye yang sangat banyak, juga hanya untuk merekayasa realitas kandidat menjadi citra-citra unggulan. Bahkan, rekayasa citra kontestan individu yang dihasilkan oleh para konsultan politik di atas juga mulai menjadi lebih penting daripada platforn atau isu yang diperjuangkan oleh partai. Karena itu, potensi ini memungkinkan dalam pemilihan akan memunculkan diskrepansi atau gap antara citra kandidat yang tertanam dalam persepsi pemilih dengan realitas kinerja yang dimilikinya. Pada kenyataanya, fenomena politik di atas memang tidak bisa dinafikkan dan telah menjadi ciri khas yang meronai dalam politik kita. Setiap ada proses 2 Penjelasan menariknya bisa dibaca di Kompas, 11 Agustus 2000. Implikasi Pemilihan Langsung 3

politik misalnya, gaya kampanye yang ditunjukkan oleh masing-masing kandidat juga menandakan bahwa mereka melibatkan konsultan politik dan memanfaatkan media sebagai instrumen untuk mengkonstruksi realitas dirinya. Karena itu, Ibrahim (2004) mengatakan bahwa, proses politik dewasa ini tidak lebih menjadi semacam panggung, dimana para kandidat mulai lebih mementingkan tampilan luar dari pada mementingkan kualitas diri dari dalam. Persoalannya, fenomena di atas tidak hanya terjadi dalam pemilihan presiden (pilpres), melainkan juga terjadi dalam pemilihan kepada daerah (pilkada). Sebagaimana diketahui, hampir semua pemilihan kepada daerah telah mengalamai gejala tersebut, sehingga menimbulkan kesan bahwa proses pemilihan menjadi semacam pertarungan citra antarcalon daripada pertarungan gagasan yang dibingkai oleh ideologi tertentu guna mengantarkan masyarakat ke pintu masa depan yang lebih baik. Bahkan, muncul penilaian bahwa ritus pemilihan hanyalah drama politik yang menyajikan tontonan mengenai citra (imaji) sang calon, yang dipesonakan dengan ilusi-ilusi spektakuler (janji-janji politik) yang sebenarnya tidak pernah memuaskan. Masyarakat dianggap tidak mendapatkan apa-apa dari tontonan itu, misalnya, pendidikan politik, penyadaran masyarakat, dan pemahaman terhadap demokrasi, kecuali hanya mendapatkan hiburan politik yang segera sirna ketika pemilihan telah usai. Demikian juga penilaian terhadap perilaku kandidat. Apa yang dilakukan para kandidat dalam kampanye pemilihan dianggap hanyalah basa-basi politik yang sebenarnya tidak memberikan kontribusi apapun terhadap kualitas kehidupan politik masyarakat. Lebih jauh lagi sebuah penilaian yang mengatkan bahwa, apa yang dihadirkan para kandidat dalam proses pemilihan tidak lebih 4

hanyalah panggung teater untuk merebut investasi suara masyarakat, dengan memanfaatkan segala persoalan yang dilingkupi masyarakat, mulai dengan masalah kemiskinan, masalah pengangguran, hingga masalah kesehatan. Para kanddiat dianggap hanya memanfaatkan semua persoalan itu menjadi komoditas yang bisa dijual demi mendapatkan suara masyarakat dalam pemilihan. Dari konteks inilah, maka pemilihan walikota Surabaya tahun 2010 sangat penting dikaji untuk menunjukkan sebuah gambaran bagaimana sesungguhnya anggapan yang mengatakan bahwa peristiwa politik hanyalah panggung drama yang dimainkan oleh para kandidat untuk memenangkan pemilihan. Apalagi dalam pemilihan walikota Surabaya tersebut banyak elemen yang terlibat di dalamnya, mulai lembaga survey, konsultan politik, media massa, hingga pakar periklanan, yang dianggap berpengaruh tehadap penampilan luar sang aktor dalam pemilihan. Selain itu, pemilihan walikota Surabaya di atas juga penting dikaji untuk menjelaskan bagaimana penilaian yang mengatakan bahwa momen pemilihan tidak lebih hanyalah dramaturgi politik yang menampilkan sosok kandidat dengan karakter-karakter tertentu, yang diskenario sebelumnya untuk menghadirkan kekaguman-kekaguman sesaat di dalam masyarakat, namun semua itu dianggap tidak memberikan manfaat apa-apa terhadap masyarakat dalam kehidupan politik sehari-hari. Oleh sebab itu, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk menjelaskan bagaimana pemilihan walikota Surabaya, yang disatu sisi menggambarkan adanya harapan yang ditunjukkan dengan adanya misi-misi dan janji-janji dari para kandidat untuk memperbaiki kehidupan politik sehari-hari. Namun di sisi lain, 5

semua hal tersebut bisa jadi bertolak belakang dengan realitas politik yang sesungguhnya. Untuk itu, maka penelitian ini dirumuskan dengan judul sebagai berikut: Dramaturgi Politik Kandidat Pilkada, Kasus Pilkada Kota Surabaya Tahun 2010. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka penelitian ini ingin menjawab beberapa masalah (problem question) sebagai berikut: 1. Bagaimana panggung depan dan panggung belakang politik kandidat dalam dramaturgi politik pilkada, kasus pilkada kota Surabaya tahun 2010? 2. Bagaimana para kandidat mengatur kesannya (impression management) dalam dramaturgi politik pilkada, kasus pilkada kota Surabaya tahun 2010? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana panggung depan dan panggung belakang politik kandidat dalam dramaturgi politik pilkada, kasus pilkada kota Surabaya tahun 2010, yang meliputi beberapa hal; bagaimana para kandidat mempengaruhi calon pemilihan, atribut apa saja yang digunakan, media apa saja yang dimanfaatkan, elemen atau jaringan apa saja yang dilibatkan, serta untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi tim kampanye dalam proses pemilihan. 6

2. Untuk mengetahui bagaimana para kandidat mengatur kesannya (impression management) dalam dramaturgi politik kandidat pilkada, kasus pilkada kota Surabaya tahun 2010. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi akademik mengenai proposisi atau konsep-konsep tentang panggung depan dan panggung belakang politik kandidat dalam dramaturgi politik pilkada, kasus pilkada kota Surabaya tahun 2010. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritik baru bagi partai politik beserta elitnya, khususnya bagi aktor politik di Kota Surabaya. Apalagi penelitian ini tergolong baru, sebab dari penelusuran kepustakaan, belum ada satu penelitianpun tentang dramaturgi politik kandidat pilkada, kasus pilkada kota Surabaya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi partai politik dan aktornya untuk meningkatkan kualitas partai dan elitnya di masa mendatang. Sehingga diharapkan bisa meminimalisir pemahaman bahwa kampanye politik tidak sekedar basa-basi politik, atau tidak sekedar panggung politik yang menyajikan tontonan citra sang calon, dan tidak memberikan manfaat apa-apa terhadap masyarakat dalam kehidupan politik sehari-hari. 7