KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 356/HK.130/C/05/2015

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

1 FPMB Permohonan Pendaftaran Produsen Benih Hortikultura. 2 FPMB Tanda Daftar Produsen Benih Hortikultura

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN NOMOR: 129.1/Kpts/HK.320/12/07 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

PEDOMAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56/Menhut-II/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

Sebagai bahan pertimbangan kami lampirkan persyaratan sebagai berikut :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Izin Usaha. Obat Hewan. Pemberian. Pencabutan.

2017, No Pengeluaran Benih Hortikultura sudah tidak sesuai lagi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/Permentan/SR.140/8/2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK

Nama Perusahaan :... A l a m a t. Sebagai produsen atau pembuat pakan dengan bahan pakan :...

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMULIR PERMOHONAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG. No KODE NAMA FORMULIR DITANDATANGANI OLEH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 39/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK ALAT DAN MESIN PERTANIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERMOHONAN SERTIFIKAT PRODUKSI ALAT KESEHATAN / PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PEMASUKAN JENIS TERNAK POTONG

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Penyalur Alat Kesehatan dengan data-data sebagai berikut

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 31/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG

2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

2018, No Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/PERMENTAN/ OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perlu

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/7/2011 TANGGAL : 14 Juli 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/Permentan/HK.310/11/2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2009

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN Formulir Model-01

PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2015

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT TANDA PENDAFTARAN USAHA WARALABA

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TANGGAL : 31 Agustus 2006

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 302MPP/Kep/10/2001 TENTANG

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/SR.120/8/2012 ten

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 32/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Surat Izin Usaha Perdagangan. Perubahan.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.91 TAHUN 2011 TANGGAL : 31 OKTOBER Kepada. di...

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2014

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 81/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BENIH TANAMAN

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Mengingat : 1. bahwa telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.120/3/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina; b. bahwa atas dasar hal tersebut di atas, sebagai acuan untuk produksi benih bina tanaman pangan, dipandang perlu ditetapkan Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043); 4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 1

6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4020); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5106); 10. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339); 11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 12. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85); 13. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3599/Kpts/PD.390/10/2009 tentang Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2

MEMUTUSKAN: Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN : Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan tercantum pada Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini. : Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud diktum KESATU digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan produksi benih bina tanaman pangan. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Pertanian RI; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian; 4. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia 5. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia 6. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia. 7. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia 3

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TANGGAL : 18 Mei 2015 PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan, perbenihan sebagai salah satu komponen subsistem hulu mempunyai peranan yang cukup strategis, oleh karena berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas, mutu hasil dan sifat ekonomis produk agribisnis tanaman pangan. Pada proses penyediaan benih bina tanaman pangan yang diawali dari penyediaan Benih Penjenis (Breeder Seed) sampai dengan Benih Sebar (Extension Seed) melibatkan banyak lembaga terkait dengan perbenihan baik perseorangan, badan usaha, badan hukum atau instansi pemerintah yang melakukan produksi benih bina tanaman pangan. Agar produksi benih bina tanaman pangan dapat terlaksana dengan baik dan memberikan kontribusi optimal dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan, serta sebagai tindak lanjut penerapan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai produksi benih bina tanaman pangan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.120/3/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, maka disusun Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan untuk digunakan sebagai acuan produksi benih bina tanaman pangan. 2. Tujuan Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan bertujuan untuk memberikan acuan produksi benih bina tanaman pangan. 3. Pengertian Dalam Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan yang dimaksud dengan : a. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi. b. Benih Tanaman Pangan yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman pangan. c. Produksi Benih adalah usaha yang terdiri atas serangkaian kegiatan untuk menghasilkan benih. 4

d. Produsen Benih Bina Tanaman Pangan adalah perseorangan, badan usaha, badan hukum atau instansi pemerintah yang melakukan produksi benih bina tanaman pangan. e. Rekomendasi adalah keterangan tertulis yang dikeluarkan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. 5

BAB II KRITERIA DAN SYARAT-SYARAT PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Persyaratan Lokasi dan Lahan Produksi Benih Bina Tanaman Pangan a. Mudah dijangkau untuk memudahkan pemeliharaan dan pemeriksaan. b. Peruntukan lahan sesuai dengan jenis tanaman dan varietas yang benihnya akan diproduksi serta mendukung keberhasilan produksi benih bina tanaman pangan. 2. Pelaksana Produksi Benih Bina Tanaman Pangan Produksi benih bina tanaman pangan dapat dilaksanakan oleh : a. Perseorangan b. Badan Usaha c. Badan Hukum d. Instansi Pemerintah 3. Persyaratan Pelaksana Produksi Benih Bina Tanaman Pangan Produsen benih bina yang akan memproduksi benih bina tanaman pangan harus memenuhi persyaratan: a. Memiliki izin atau tanda daftar produksi benih bina tanaman pangan yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota. Untuk memperoleh izin atau tanda daftar dimaksud harus memiliki rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan yang diterbitkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. b. Memiliki dan/atau menguasai lahan produksi yang dapat dibuktikan dengan surat kepemilikan atau penguasaan lahan. c. Memiliki atau menguasai sarana pengolahan benih dan sarana penunjang yang memadai sesuai dengan jenis benihnya. d. Memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan di bidang perbenihan. e. Memiliki atau menguasai benih sumber. f. Mengajukan permohonan sertifikasi kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan setempat, paling lambat 30 hari sebelum tabur/tanam dan mengisi formulir permohonan sertifikasi yang telah ditentukan, kecuali bagi produsen benih bina tanaman pangan yang telah memiliki sertifikat sistem manajemen mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (LSSM). g. Bersedia membayar biaya pemeriksaan lapangan dan pengujian/analisis mutu benih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6

BAB III IZIN DAN TANDA DAFTAR PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Produsen benih bina tanaman pangan wajib memiliki Izin Produksi Benih Bina Tanaman Pangan apabila : a. mempekerjakan paling sedikit 30 (tiga puluh) orang tenaga tetap; b. memiliki aset diluar tanah dan bangunan paling sedikit Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah); atau c. hasil penjualan benih bina tanaman pangan selama 1 (satu) tahun paling sedikit Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah) 2. Produsen benih bina tanaman pangan yang tidak memenuhi persyaratan di atas cukup memiliki tanda daftar yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota, dimana produsen benih bina tersebut berkedudukan. 3. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pengajuan tanda daftar belum diterbitkan oleh Bupati/Walikota, maka produsen benih dapat melakukan produksi benih bina tanaman pangan dengan mengajukan permohonan sertifikasi berdasarkan rekomendasi yang diterbitkan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. 7

BAB IV TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Tata Cara memperoleh Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan a. Pemohon mengajukan usulan rekomendasi kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan provinsi sebagaimana formulir model 1, yang dilampiri dengan: 1) Copy Kartu Tanda Penduduk; 2) Foto ukuran 4x6 cm, 2 (dua) lembar; 3) Copy Akte Pendirian Usaha dan perubahannya (untuk Badan Usaha, Badan Hukum dan Instansi Pemerintah); 4) Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 5) Rencana kerja tahunan produksi benih bina tanaman pangan (jenis, varietas, kelas benih, dan jumlah benih); 6) Keterangan penguasaan lahan (luas dan status lahan); 7) Keterangan penguasaan sarana pengolahan benih (jenis, jumlah dan kapasitas); 8) Keterangan penguasaan sarana penunjang (alat transporasi, gudang/tempat penyimpanan benih); 9) Jumlah dan kompetensi tenaga kerja dibidang perbenihan. b. Setelah menerima dokumen permohonan, dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja, petugas Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan selesai memeriksa kelengkapan dokumen tersebut dan memberitahukan hasil pemeriksaan dokumennya secara tertulis kepada pemohon. Daftar periksa permohonan sebagaimana formulir model 2. c. Dokumen yang tidak lengkap/tidak benar dapat dilengkapi/diperbaiki dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja. Apabila dalam jangka waktu tersebut pemohon tidak melengkapi maka permohonan dianggap ditarik oleh pemohon. d. Dokumen yang lengkap dan benar akan ditindaklanjuti dengan peninjauan lapangan oleh petugas dari Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan berupa penilaian kelayakan terhadap pemohon yang ada di wilayah kerjanya, meliputi kelengkapan dan kebenaran persyaratan sebagaimana formulir model 3. 8

e. Apabila dari hasil penilaian dinyatakan layak maka Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan menerbitkan rekomendasi paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung setelah selesai penilaian, berupa Rekomendasi Sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan sebagaimana pada formulir model 4. f. Apabila dari hasil penilaian dinyatakan tidak layak maka Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan memberikan jawaban penolakan secara tertulis paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung setelah selesai penilaian seperti tercantum pada formulir model 5. g. Masa berlaku rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan selama yang bersangkutan masih berprofesi sebagai produsen benih bina tanaman pangan, dengan pemeriksaan ulang terhadap kelayakan teknis setiap tahun. 2. Kewajiban Pemilik Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan a. Mendokumentasikan data benih bina tanaman pangan yang diproduksi dan diedarkan. b. Bertanggung jawab atas mutu benih bina tanaman pangan yang diproduksi. c. Memberikan keterangan kepada Pengawas Benih Tanaman apabila diperlukan. d. Bersedia dilakukan pemeriksaan ulang kelayakan teknis oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. e. Melaporkan kegiatan produksi benih bina tanaman pangan selama satu tahun kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. Bagi produsen benih bina tanaman pangan yang telah melaksanakan sertifikasi sistem manajemen mutu harus melaporkan kepada Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Benih Tanaman Pangan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan setempat. 9

3. Pemeriksaan Ulang Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan a. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan wajib melakukan pemeriksaan ulang kepada produsen benih bina tanaman pangan paling lama 1 (satu) tahun sejak diterbitkannya rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan atau sejak pemeriksaan ulang terakhir dilaksanakan. b. Terhadap hasil pemeriksaan ulang yang memenuhi syarat, Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan mengeluarkan surat pernyataan bahwa Rekomendasi Sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan masih berlaku dengan menggunakan formulir model 6. Hasil pemeriksaan ulang kelayakan produsen benih bina tanaman pangan diterbitkan paling lama 15 hari kerja setelah dilakukan pemeriksaan ulang. c. Terhadap hasil pemeriksaan ulang yang tidak memenuhi syarat, Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan harus melakukan teguran secara tertulis. d. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, teguran tertulis tidak diindahkan, maka Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan dicabut oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. Setelah penerbitan surat pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan, maka Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan wajib menyampaikan usulan pencabutan izin atau tanda daftar yang dimiliki oleh produsen benih tersebut kepada Bupati/Walikota. 4. Pencabutan Rekomendasi Sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan a. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan dapat mencabut rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan apabila produsen benih : 1) melakukan pelanggaran/penyimpangan terhadap peraturan perbenihan yang berlaku. 2) tidak melaksanakan kewajiban sebagai produsen benih bina tanaman pangan. 3) sudah tidak layak memproduksi benih bina tanaman pangan. 4) mengundurkan diri dari usaha produksi benih bina tanaman pangan. 10

b. Tatacara pencabutan rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan : 1) untuk pelanggaran/penyimpangan terhadap peraturan perbenihan yang berlaku atau tidak dilaksanakannya kewajiban sebagai produsen benih bina tanaman pangan maka pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dilakukan setelah produsen benih bina tanaman pangan mendapat peringatan/teguran tertulis dari Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan sebanyak 2 (dua) kali dan tidak diindahkan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja oleh produsen benih tersebut. 2) Untuk pernyataan sudah tidak layak memproduksi benih bina tanaman pangan maka pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dilakukan setelah Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap produsen benih bina tanaman pangan. Pelaksanaan pemeriksaan dapat dilaksanakan setiap tahun. 3) Pencabutan rekomendasi untuk produsen benih bina tanaman pangan yang sudah mengundurkan diri dari usaha produksi benih bina tanaman pangan dilakukan segera setelah Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan menerima surat pengunduran diri usaha produksi benih bina tanaman pangan dari produsen benih dimaksud. Pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan sebagaimana terlampir pada formulir model 7. 4) Setelah penerbitan surat pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan maka Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan wajib menyampaikan usulan pencabutan izin atau tanda daftar yang dimiliki oleh produsen benih tersebut kepada Bupati/Walikota. 5) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja usulan pencabutan izin atau tanda daftar tidak mendapat tanggapan dari Bupati/Walikota, maka Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan tidak melayani permohonan sertifikasi benih dari produsen benih bina tanaman pangan yang telah dicabut rekomendasinya. 6) Usulan pencabutan izin atau tanda daftar usaha produksi benih bina tanaman pangan bagi produsen benih bina tanaman pangan yang telah menerapkan sistem manajemen mutu, ditembuskan kepada Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (LSSM) yang memberikan sertifikat. 11

BAB V KELAS BENIH BINA TANAMAN PANGAN Benih bina tanaman pangan terdiri dari beberapa kelas. Klasifikasi kelas benih dibuat dengan tujuan agar ketersediaan benih mencukupi untuk kebutuhan para petani. Dengan klasifikasi ini produksi benih dilakukan secara berjenjang dan menjadi suatu alur produksi benih. Kelas benih bina yang dapat diproduksi ditentukan oleh alur produksi benih yang berbeda antar jenis benih. 1. Kelas benih bina tanaman pangan yang dapat diproduksi dari alur produksi benih inbrida. Alur produksi benih inbrida terdiri dari dua macam yaitu Alur Produksi Benih Tunggal/Single Generation Flow dan Alur Produksi Benih Ganda/Poly Generation Flow. Untuk alur produksi benih tunggal, kelas benih yang dapat diproduksi terdiri dari : a. Benih Penjenis (BS) Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia tanaman atau institusi pemulia. b. Benih Dasar (BD) Benih Dasar (BD adalah keturunan pertama dari BS yang memenuhi standar mutu kelas BD dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. c. Benih Pokok (BP) Benih Pokok (BP) adalah keturunan pertama dari BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BP dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. d. Benih Sebar (BR) Benih Sebar (BR) adalah adalah keturunan pertama dari BP, BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BR dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. Alur produksi benih tunggal/single Generation Flow sebagaimana pada Gambar 1. 12

Benih Penjenis (Breeder Seed) Warna label kuning Benih Dasar (Foundation Seed) Warna label putih Benih Pokok (Stock Seed) Warna label ungu Benih Sebar (Extension Seed) Warna label biru Gambar 1. Alur Produksi Benih Tunggal (Single Generation Flow) 13

Untuk alur produksi benih ganda, dibedakan menjadi alur benih ganda untuk benih aneka kacang dan aneka umbi, dan alur benih ganda khusus untuk benih kedelai. Untuk alur produksi benih ganda aneka kacang dan aneka umbi, kelas benih yang dapat diproduksi terdiri dari : a. Benih Penjenis (BS) Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia tanaman atau institusi pemulia. b. Benih Dasar (BD) Benih Dasar (BD adalah keturunan pertama dari BS yang memenuhi standar mutu kelas BD dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. c. Benih Pokok (BP) BP adalah keturunan pertama dari BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BP dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. d. Benih Pokok 1 (BP1) BP1 adalah keturunan pertama dari BP yang memenuhi standar mutu kelas BP dan diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. e. Benih Sebar (BR) BR adalah keturunan pertama dari BP1, BP, BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BR dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. f. Benih Sebar 1 (BR1) BR1 adalah keturunan pertama dari BR yang memenuhi standar mutu kelas BR1 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. g. Benih Sebar 2 (BR2) BR2 adalah keturunan pertama dari BR1 yang memenuhi standar mutu kelas BR2 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. Alur produksi benih ganda/poly Generation Flow untuk benih aneka kacang dan aneka umbi sebagaimana pada Gambar 2. 14

Benih Penjenis (Breeder Seed) Kuning Benih Dasar (Foundation Seed) Putih Benih Pokok (Stock Seed) Ungu Benih Pokok 1 Ungu Benih Sebar (Extension Seed) Biru Benih Sebar 1 Biru Benih Sebar 2 Biru Gambar 2. Alur Produksi Benih Ganda/Poly Generation Flow untuk Benih Aneka Kacang dan Aneka Umbi 15

Untuk alur produksi benih ganda aneka kedelai, kelas benih yang dapat diproduksi terdiri dari: a. Benih Penjenis (BS) Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia tanaman atau institusi pemulia. b. Benih Dasar (BD) Benih Dasar (BD adalah keturunan pertama dari BS yang memenuhi standar mutu kelas BD dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. c. Benih Pokok (BP) BP adalah keturunan pertama dari BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BP dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. d. Benih Pokok 1 (BP1) BP1 adalah keturunan pertama dari BP yang memenuhi standar mutu kelas BP dan diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. e. Benih Sebar (BR) BR adalah keturunan pertama dari BP1, BP, BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BR dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. f. Benih Sebar 1 (BR1) BR1 adalah keturunan pertama dari BR yang memenuhi standar mutu kelas BR1 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. g. Benih Sebar 2 (BR2) BR2 adalah keturunan pertama dari BR1 yang memenuhi standar mutu kelas BR2 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. h. Benih Sebar 3 (BR3) BR3 adalah keturunan pertama dari BR2 yang memenuhi standar mutu kelas BR3 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. i. Benih Sebar 4 (BR4) BR4 adalah keturunan pertama dari BR3 yang memenuhi standar mutu kelas BR4 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. Alur produksi benih ganda/poly Generation Flow untuk benih kedelai sebagaimana pada Gambar 3. 16

Benih Penjenis (Breeder Seed) Kuning Benih Dasar (Foundation Seed) Putih Benih Pokok (Stock Seed) Ungu Benih Pokok 1 Ungu Benih Sebar (Extension Seed) Biru Benih Sebar 1 Biru Benih Sebar 2 Biru Benih Sebar 4 Biru Benih Sebar 3 Biru Gambar 3. Alur Produksi Benih Ganda/Poly Generation Flow untuk Benih Kedelai 17

2. Kelas benih bina tanaman pangan yang dapat diproduksi dari alur produksi benih hibrida Varietas hibrida adalah varietas yang diproduksi dari persilangan galur-galur tetua sesuai deskripsi galur-galur tetua yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan suatu varietas hibrida. Kelas benih varietas hibrida yang dapat diproduksi hanya terdiri dari kelas Benih Sebar (BR) atau F1 Hibrida. Alur produksi benih hibrida sebagaimana pada Gambar 4. Induk Jantan x Induk Betina F1 Hibrida Gambar 4. Alur Produksi Benih Hibrida 18

BAB VI KRITERIA PRODUSEN BENIH SUMBER TANAMAN PANGAN Dalam rangka penyediaan benih bina tanaman pangan perlu produksi benih sumber yang memenuhi standar mutu dan tersedia secara berkesinambungan sesuai kebutuhan perbanyakan benih kelas dibawahnya. Produsen benih sumber harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Produsen benih kelas Benih Dasar adalah produsen benih yang telah memproduksi benih kelas Benih Pokok minimal 2 musim tanam untuk jenis benih yang sama, dan berdasarkan hasil penilaian Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan layak untuk melakukan produksi benih kelas Benih Dasar. 2. Produsen benih kelas Benih Pokok adalah produsen benih yang telah memproduksi benih kelas Benih Sebar minimal 2 musim tanam untuk jenis benih yang sama, dan berdasarkan hasil penilaian Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan layak untuk melakukan produksi benih kelas Benih Pokok. 3. Kriteria produsen benih sumber sebagaimana butir 1 dan 2 tidak berlaku bagi kelembagaan produksi benih milik Pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi untuk menghasilkan benih sumber. 19

BAB VII KERJASAMA PRODUKSI DAN KERJASAMA PEMASARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Kerjasama Produksi Benih Bina Tanaman Pangan Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih maka produsen benih dapat bekerjasama dengan produsen lain dalam bentuk kerjasama produksi benih bina tanaman pangan dengan persyaratan : a. Adanya kesepakatan diantara produsen benih bina tanaman pangan yang bekerjasama, yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama (MOU) dan dilaporkan kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan setempat. b. Permohonan sertifikasi atas nama salah satu produsen benih bina tanaman pangan yang bekerjasama sebelum pelaksanaan produksi benih. c. Label dan kemasan menunjukkan identitas pemohon sertifikasi. d. Persyaratan sebagaimana butir a, b dan c tidak berlaku bagi produsen benih bina tanaman pangan yang sudah mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu dari LSSM. 2. Kerjasama Pemasaran Benih Bina Tanaman Pangan Dalam rangka penyediaan benih bina tanaman pangan maka produsen benih dapat bekerjasama dengan produsen lain/pengedar benih dalam bentuk kerjasama pemasaran benih bina tanaman pangan dengan persyaratan : a. Adanya kesepakatan diantara produsen/pengedar benih bina tanaman pangan yang bekerjasama, yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama (MOU). b. Label menunjukkan identitas produsen yang memproduksi benih bina tanaman pangan sesuai dengan permohonan. c. Apabila benih bina tanaman pangan diedarkan oleh pihak lain dengan menggunakan kemasan dari produsen yang memproduksi benih bina tanaman pangan, maka pada kemasan tersebut dicantumkan tulisan Diproduksi oleh.. dan Dipasarkan oleh.(pihak lain yang tercantum di dalam MoU). 20

BAB VIII PENUTUP Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan merupakan acuan teknis dalam produksi benih bina tanaman pangan. 21

Formulir 1 Nomor : Lampiran : Hal : Permohonan Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan Yth. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi... di... Dengan ini kami : 1. Nama Perusahaan :.. 2. Nama Pimpinan :. 3. Alamat Usaha :.. 4. Alamat Pimpinan :.. 5. Bentuk Usaha : perseorangan/badan usaha/badan hukum/ Instansi Pemerintah * ) 6. NPWP :.. Mengajukan permohonan untuk memperoleh rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dengan kelengkapan sebagai berikut : a. Copy Kartu Tanda Penduduk; b. Foto ukuran 4x6 cm, 2 (dua) lembar; c. Copy Akte Pendirian Usaha dan perubahannya (untuk Badan Usaha, Badan Hukum dan Instansi Pemerintah); d. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Rencana kerja tahunan produksi benih bina tanaman pangan (jenis, varietas, kelas benih, dan jumlah benih); f. Keterangan penguasaan lahan (luas dan status lahan); g. Keterangan penguasaan sarana pengolahan benih (jenis, jumlah dan kapasitas); h. Keterangan penguasaan sarana penunjang (alat transporasi, gudang/tempat penyimpanan benih); i. Jumlah dan kompetensi tenaga kerja dibidang perbenihan. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih..,. Pemohon, Ttd Cap Materai Rp. 6.000,- Keterangan : *) Coret yang tidak perlu (Nama Lengkap) 22

Formulir 2 DAFTAR PERIKSA PERMOHONAN REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Nama Perusahaan :. 2. Nama Pimpinan : 3. Alamat Usaha :.... 4. Alamat Pimpinan :. 5. Bentuk Usaha : perseorangan/badan usaha/badan hukum/instansi Pemerintah *) No Persyaratan Ada Tidak Benar Benar Tidak Ada Keterangan 1. Surat Permohonan Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan 2. Copy Kartu Tanda Penduduk 3. Foto ukuran 4x6 cm, 2 (dua) lembar 4. Copy Akte Pendirian Usaha dan perubahannya (untuk Badan Usaha, Badan Hukum dan Instansi Pemerintah) 5. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 6. Rencana kerja tahunan produksi benih bina tanaman pangan (jenis, varietas, kelas benih, dan jumlah benih); 7. Keterangan penguasaan lahan (luas dan status lahan) 8. Keterangan penguasaan sarana pengolahan benih (jenis, jumlah dan kapasitas) 9. Keterangan penguasaan sarana penunjang (alat transporasi, gudang/tempat penyimpanan benih) 10. Jumlah dan kompetensi tenaga kerja di bidang perbenihan Tanggal Verifikasi : Verifikator : Cap Instansi 23

Formulir 3 HASIL PENILAIAN KELAYAKAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN A. PETUGAS/PENILAI KELAYAKAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Nama/NIP : 2. Jabatan : B. PEMOHON REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Nama Perusahaan : 2. Nama Pemilik/Pimpinan : 3. Alamat/Lokasi Usaha : 4. Bentuk Usaha : C. PENILAIAN KELAYAKAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DI LOKASI 1. Waktu Penilaian : Hari, Tanggal, Bulan, Tahun 2. Data Hasil Penilaian : a) Lahan produksi yang dikuasai : Alamat/lokasi Lahan : Dukuh/Dusun..Desa Kec.Kab Luas Lahan :.Ha Jenis Lahan : Sawah/Tegal/Pekarangan Jenis Irigasi : Teknis/Setengah Teknis/Pompa/ Tadah Hujan Status Lahan yang dikuasai : Milik Sendiri/Sewa/Kerjasama/ dll. b) Prasarana dan sarana produksi benih yang dimiliki/dikuasai : Gedung dan Bangunan yang dimiliki/dikuasai No Jenis Jumlah Kapasitas Peralatan dan Mesin yang dimiliki/dikuasai No Jenis Jumlah Kapasitas 24

c) Jumlah dan kompetensi tenaga kerja bidang perbenihan yang dimiliki : No Uraian Jumlah 1. Karyawan Tetap Jenis Kelamin Dasar Pendidikan Pengalaman Kerja 2. Karyawan Tidak Tetap d) Rencana kerja produksi benih : No Jenis Benih Kelas Benih Volume Benih (ton/thn) Waktu mulai Produksi Benih (bln/thn) Berdasarkan penilaian tersebut, maka perusahaan pemohon di atas layak/tidak layak *) sebagai produsen benih bina tanaman pangan. Demikian hasil penilaian kelayakan teknis produksi benih bina tanaman pangan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya..,. Koordinator/ Pengawas Benih Tanaman Keterangan : *) Coret yang tidak perlu ( ) NIP. 25

Formulir 4 KOP UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH YANG MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN Nomor : Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) dan (2) pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.120/3/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, setelah dilakukan penilaian terhadap persyaratan kelayakan teknis, maka pemohon di bawah ini : Nama Perusahaan : Nama Pimpinan :... Alamat Lokasi Usaha :...... Alamat Pimpinan :........ Bentuk Usaha : perseorangan/badan usaha/badan hukum/ Instansi Pemerintah *) Jenis benih yang diusahakan :... Kelas Benih :... 1. Dinyatakan layak dan diberikan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman Pangan. 2. Rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan berlaku selama yang bersangkutan masih berprofesi sebagai produsen benih bina tanaman pangan. 3. Pemeriksaan ulang atas rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Pimpinan Perusahaan, Oleh, Pas Foto 4 x 6 Dikeluarkan di. Tanggal.. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi.. Keterangan : *) Coret yang tidak perlu ( ) NIP. 26

Formulir 5 KOP UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH YANG MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN Nomor :. Lampiran : Hal : Penolakan Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan Yth. (Pemohon) Di... Sehubungan dengan surat permohonan Saudara Nomor tanggal hal permohonan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan, dengan ini diberitahukan, bahwa sesuai dengan Pasal 10 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.120/3/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, permohonan Saudara ditolak dengan alasan : a..; b..; c..; d..; e..; Demikian disampaikan, agar menjadi maklum..,.. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi.. ( ) NIP. 27

Formulir 6 KOP UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH YANG MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN HASIL PEMERIKSAAN ULANG REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN Dengan ini kami menerangkan bahwa : Nama Produsen Benih Nama Pimpinan Alamat Lokasi Usaha Alamat Pimpinan Bentuk Usaha Nomor Rekomendasi Sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan : :. :...... :.... : perseorangan/badan usaha/badan hukum/ Instansi Pemerintah * ) : Berdasarkan pemeriksaan ulang, dinyatakan layak/tidak layak * ) memproduksi benih bina tanaman pangan dengan jenis benih., kelas benih.dan bahwa rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dengan nomor.tetap berlaku/tidak berlaku *). Pemeriksaan ulang berikutnya paling lambat dilaksanakan pada bulan..tahun Pimpinan Perusahaan, Pas Foto 4 x 6 Dikeluarkan di. Tanggal.. Oleh, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi.. Keterangan : * ) Coret yang tidak perlu ( ) NIP. 28

Formulir 7 KOP UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH YANG MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN KETERANGAN PENCABUTAN REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN Dengan ini kami menerangkan bahwa : Nama Perusahaan : Nama Pimpinan : Alamat Lokasi Usaha :.... Alamat Pimpinan :.... Bentuk Usaha : perseorangan/badan usaha/badan hukum/ Instansi Pemerintah *) Jenis benih yang diusahakan :.. Kelas Benih :.. Nomor Rekomendasi :, dinyatakan Sebagai Produsen Benih dicabut dan tidak berlaku. Bina Tanaman Pangan Alasan pencabutan : pelanggaran terhadap peraturan perbenihan Rekomendasi Sebagai yang berlaku/tidak melaksanakan kewajiban Produsen Benih Bina sebagai produsen benih bina tanaman pangan/ Tanaman Pangan mengundurkan diri *) Demikian disampaikan, agar menjadi maklum..., Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi.. ( ) NIP. Keterangan : *) Coret yang tidak perlu 29