BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang

dokumen-dokumen yang mirip
Memperhatikan: berbagai saran dan pendapat dari unsur dan instansi terkait dalam rapat-rapat koordinasi.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

BAB V PENUTUP. 1. Persyaratan Pembangunan Rumah Susun dalam Tindakan. Hukum Pemesanan Rumah Susun

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Cara Memperoleh perizinan untuk mendirikan rumah susun/kondotel

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB V PENUTUP. kesimpulan dari hasil penulusuran dan penelitian antara lain sebagai berikut:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

K. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI Nomor :..

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH

G. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN BARANG Nomor :..

F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Peningkatan pertumbuhan penduduk. meningkatkan pula kebutuhan lahan permukiman di kawasan perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN LAHAN (BERTAHAP SESUAI PENJUALAN KAVLING)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pertanahan di Indonesia telah muncul dengan beragam wujud

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

POKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

IGA Santi Santosa Suharnoko SH., MLI Henny Marlyna SH., MH., MLI FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG HUBUNGAN SESAMA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 11/KPTS/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKATAN JUAL BELI SATUAN RUMAH SUSUN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju dan terus berkembang. Kondisi demikian sangat menguntungkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

DEWAN SENGKETA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

BAB 4 ANALISIS PERJANJIAN WARALABA. 4.1 Penerapan Syarat Sahnya Perjanjian dalam Perjanjian Waralaba

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN

Lex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONTRAK PERJANJIAN PT IKHLAS BERKAH MANDIRI DENGAN AGEN PROPERTI INDEPENDENCE. Bismillahhirrahmannirrohim

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

HAK GUNA PAKAI PRODUKTIF

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

FORMAT STANDAR PERJANJIAN PENGGUNAAN MODAL (PPM)

SYARAT DAN KETENTUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 93 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Pasal 12 ayat (1) dan (2)

Transkripsi:

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL 1. Hak- hak dan kewajiban dari pembeli unit kondotel Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang dilahirkan dari perjanjian tersebut dimaknai sebagai hubungan hukum dalam bidang harta kekayaan di antara dua orang (atau lebih) dimana pihak yang satu (debitor) wajib melakukan suatu prestasi, sedangkan pihak yang lain (kreditor) berhak atas prestasi itu. Artinya hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban kewajiban (prestasi) kepada para pihak (prestasi kontra prestasi). Dengan kata lain perikatan melahirkan hak dan kewajiban para pihak untuk dipatuhi dan membawa konsekuensi hukum bermuatan sanksi apabila di langgar. Hak dan kewajiban para pihak, khususnya pihak penjual (pengembang) secara normatif telah diatur dalam beberapa peraturan, antara lain terdapat dalam Undang- Undang Rumah Susun : Terkait dengan masalah pemasaran ; Pasal 42 mengatur : (1) Pelaku pembangunan dapat melakukan pemasaran sebelum pembangunan rumah susun dilaksanakan. (2) Dalam hal pemasaran dilakukan sebelum pembangunan rumah susun dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku pembangunan sekurang- kurangnya harus memiliki : a. Kepastian peruntukan ruang

b.kepastian Hak Atas Tanah c.kepastian status penguasaan rumah susun d.perijinan pembangunan rumah susun, dan e.jaminan atas pembangunan rumah susun dari lembaga penjamin (3) Dalam hal pemasaran dilakukan sebelum pembangunan rumah susun sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) segala sesuatu yang dijanjikan oleh pelaku pembangunan dan/atau agen pemasaran mengikat sebagai perjanjian pengikatan jual beli (PPJB) bagi para pihak. Terkait dengan persyaratan pelaksanaan PPJB Pasal 43 mengatur : (1). Proses jual beli satuan rumah susun sebelum pembangunan rumah susun selesai dapat dilakukan melalui PPJB yang dibuat dihadapan notaris. (2).PPJB sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah memenuhi persyaratan kepastian atas : a. Status kepemilikan tanah b. Kepemilikan IMB c. Ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum d. Keterbangunan paling sedikit 20% (dua puluh persen) e. Hal yang diperjanjikan Terkait dengan pelaksanaan jual beli Pasal 44 mengatur : (1). Proses jual beli yang dilakukan sesudah pembangunan rumah susun selesai dilakukan melalui akta jual beli (AJB)

(2). Pembangunan rumah susun dinyatakan selesai sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) apabila telah diterbitkan a. Sertifikat laik fungsi b.sertifkat Hak Milik satuan rumah susun atau Sertifikat Kepemilikan Bangunan Gedung satuan rumah susun. Terkait dengan itu apabila penerapan dalam praktik PT. IPI menguraikan hak dan kewajiban penjual dan pembeli adalah sebagai berikut : Hak pembeli antara lain : 1. Memperoleh jaminan bahwa unit kondotel yang akan diperjualbelikan bebas dari tuntutan pihak lain. 2. Memperoleh jaminan tanggung jawab penuh atas pembangunan unit kondotel. 3. Memperoleh unit kondotel sesuai denah dan bestek yang tertuang didalam lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan perjanjian pengikatan jual beli 5. Memperoleh fasilitas seperti free stay 21 days dalam satu tahun 6. Memperoleh buy back guarantee, Return Of Investment Kewajiban Pembeli : Membayar harga unit kondotel dan pelunasannya sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan perjanjian pengikatan jual beli. Kewajiban Penjual : 1. Bertanggung jawab penuh atas pembangunan kondotel

2. Menjamin kepada pembeli bahwa unit kondotel yang akan diperjualbelikan bebas dari tuntutan pihak lain 3. Memberikan fasilitas seperti free stay 21 days dalam satu tahun 4. Memberikan buy back guarantee, Return Of Investment Hak Penjual : Menerima uang pembayaran unit kondotel dan pelunasannya sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan perjanjian pengikatan jual beli. 2. Upaya Hukum bagi pembeli untuk menegakkan haknya dalam jual beli kondotel Hukum diciptakan sebagai sarana untuk mengatur hak dan kewajiban subyek hukum,baik orang maupun badan hukum untuk dapat menjalankannya dengan baik dan mendapatkan haknya secara wajar. Perlindungan hukum muncul terkait hubungan antara pemerintah dengan rakyat yang diperintah sehingga muncul konsep perlindungan hukum bagi rakyat. Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, untuk itu hukum harus dilaksanakan dan dijalankan. Pelanggaran hukum akan terjadi jika salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya sehingga ada pihak lain yang merasa dirugikan maka pihak yang merasa dirugikan atau dilanggar hak- haknya harus mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan hukum dibedakan dua yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Dari perlindungan hukum preventif maka rakyat yang dirugikan diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan dan pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang devinitif.

Dalam Disertasi nya J. Andy Hartanto makna perlindungan hukum menurut Koerniatmanto Soetoprawiro bahwa perlindungan hukum itu pada hakekatnya adalah suatu upaya dari pihak yang berwenang untuk memberikan jaminan dan kemudahan yang sedemikian rupa, sehingga setiap warga negara ataupun segenap warga negara dapat mengaktualisasikanhak dan kewajiban mereka secara optimal dengan tertib dan optimal. 32 Dari beberapa pengertian tentang perlindungan hukum yang telah dikemukakan diatas, maka secara garis besar dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah suatu jaminan yang diberikan oleh pihak yang berwenang kepada semua pihak, untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban hukum yang dimilikinya, dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum. Unsur-unsur yang terkandung dalam perlindungan hukum yaitu : a. Suatu jaminan yang diberikan oleh pihak yang berwenang b. Kepada semua pihak c. Untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban hukum yang dimilikinya d. Dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum Pembeli unit condotel sudah sewajarnya mendapatkan perlindungan hukum. Karena dalam perjanjian pengikatan jual beli condotel tersebut, pembeli belum memiliki hak sepenuhnya terhadap obyek jual beli yang dalam hal ini adalah unit condotel. Pembeli memiliki hak sepenuhnya atas unit condotel apabila sudah dilakukan penandatanganan jual beli, sehingga pembeli yang sudah melakukan pembayaran angsuran atas obyek jual beli bisa mendapatkan kepastian hukum. Perjanjian yang sering dilakukan oleh para pihak adalah perjanjian 32 J. Andy Hartanto, Op Cit, h.168

baku yaitu perjanjian ataupun klausula tersebut tidak bisa dan tidak dinegosiasikan atau ditawar pihak lainnya. Perjanjian baku ini cenderung merugikan pihak yang kurang dominan. Secara sederhana, perjanjian baku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh produsen yang posisinya relatif lebih kuat dari konsumen. 2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian 3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal 4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena terdorong karena kebutuhan. 33 Didalam perjanjian pengikatan jual beli unit kondotel pada pengembang PT. IPI di jelaskan bahwa dalam kurun waktu 2 (dua) tahun pengembang atau developer harus menyerahkan unit kondotel kepada pembeli. Apabila tidak dapat menyerahkan unit condotel sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian maka timbul akibat gagal penyerahan sesuai perjanjian. Apabila penyerahan tidak terlaksana, maka perjanjian jual beli yang telah dilaksanakan dapat dibatalkan. Dan jika terjadi kebatalan maka pengembang atau developer wajib untuk menyerahkan uang yang telah diterima dari pembeli ditambah denda dan bunga setiap bulannya sesuai suku bunga yang berlaku. Di dalam klausula perjanjian jual beli PT. IPI pada jangka waktu penyerahan masih diberikan perpanjangan selama 6 (enam) bulan setelah jatuh tempo 2 (dua) tahun. Peletakan batu pertama (Ground Breaking) sebagai tanda dimulainya pembangunan proyek pada tahun 2012, namun dikarenakan ada kendala teknis dan struktur tanah yang tidak dimungkinkan untuk penggalian dan beberapa hal lain yang menjadi kendala dalam 33 J. Andy Hartanto, Op Cit, h.170

pembangunan maka proyek tersebut berhenti dan mengalami keterlambatan dalam pembangunan. Sesuai perjanjian jual beli unit kondotel yang telah ditandatangani di depan notaris bahwa pada tahun 2014 akan dilakukan serah terima bangunan fisik, karena adanya penyerahan dari pihak pengembang tidak terlaksana maka beberapa pembeli mengajukan pembatalan atas pembelian unit kondotel. Dalam kasus ini dapat dikaitkan bahwa perselisihan seringkali berawal dari kesalahan mendasar dalam proses terbentuknya suatu perjanjian/ kontrak. Ada beberapa hal yang secara umum sering terjadi salah satunya keterbatasan pengetahuan calon pembeli unit kondotel apa saja yang seharusnya tertera dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan pengembang memberikan konsep yang lebih menguntungkan posisinya daripada segi keamanan pihak pembeli, isi perjanjian pengikatan jual beli unit kondotel tidak sama dengan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan bangunan karena lebih kompleks dan lebih banyak dijelaskan mengenai konsep kondotel itu sendiri namun pada penerapan pembacaan isi dari Perjanjian Pengikatan Jual Beli oleh notaris sering diabaikan dan pembeli lebih memilih untuk menandatangani minuta akta tanpa memahami isi dari perjanjian tersebut dan dengan mudah menyatakan telah membaca dan memahami isi perjanjian dan menerima segala konsekuensi hukum di kemudian hari. Hal hal ini sering menimbulkan perselisihan dikemudian hari dari pihak pembeli yang merasa dirugikan karena sudah melakukan kewajiban atas pembayaran namun sebaliknya pengembang melakukan wanprestasi serah terima dan pembeli menilai sanksi dan denda untuk pengembang sangat ringan daripada pembeli yang melakukan keterlambatan membayar cicilan dengan tegas mendapatkan sanksi tegas dengan dikenakan denda berjalan setiap hari

keterlambatan dengan prosentase yang ditetapkan pengembang. Penyelesaian perselisihan yang terjadi dapat dilakukan/ dipilih melalui dua opsi yaitu : a. Penyelesaian melalui jalur litigasi (in court dispute settlement) b. Penyelesaian melalui jalur non litigasi (out of court dispute settlement) Lebih detail dijelaskan bahwa cara penyelesaian tersebut dengan penyelesaian secara damai yaitu penyelesaian antar para pihak dengan atau tanpa kuasa atau pendamping bagi masing- masing pihak melalui perundingan secara musyawarah atau mufakat antar pihak yang bersangkutan dan sebaliknya penyelesaian melalui lembaga atau instansi tertentu yaitu melalui peradilan umum dan melalui lembaga yang khusus dibentuk Undang- Undang yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) melalui mediasi, atau arbitrase atau konsiliasi. Penyelesaian sengketa / perselisihan konsumen melalui pengadilan dimungkinkan apabila : 1. Para pihak belum memiliki upaya penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan 2. Upaya penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Mediasi, merupakan cara penyelesaian sengketa yang fleksibel dan tidak mengikat serta melibatkan pihak netral sebagai mediator untuk bertujuan memudahkan negosiasi antara para pihak dalam membantu mencapai penyelesaian.

2. Arbitrase, menangani sengketa perdata dan dapat dilakukan para pihak yang bersengketa, dalam hal ini para pihak memiliki keleluasaan untuk mencapai penyelesaian sengketa dan putusan arbitrase mengikat para pihak. 3. Konsiliasi, alternatif penyelesaian sengketa yang mempunyai banyak kesamaan dengan arbitrase namun pendapat dari konsiliator tidak mengikat sebagaimana mengikatnya putusan pada arbitrase. Putusan dari konsiliasi tidak mengikat sebagaimana mengikatnya putusan arbitrase. Pengingkaran terhadap perjanjian melahirkan hak bagi pihak lain untuk mengajukan gugatan atas dasar wanprestasi. Pihak yang dirugikan mempunyai hak mengajukan gugatan atasa dasar wanprestasi. Pihak yang dirugikan mempunyai hak untuk mengajukan gugatan, sebagaimana pasal 1267 BW, menyebutkan tuntutan tersebut dapat berupa : pemenuhan, ganti rugi dan pembubaran/ pemutusan khusus untuk ganti rugi tidak tertutup kemungkinan gugatan atas kerugian dapat berupa keuntungan yang diharapkan. Dengan demikian beranjak dari rumusan ketentuan pasal 1267 BW, dalam hal terjadi wanprestasi maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan tuntutan; 34 a. Pemenuhan (nakoming); b. Ganti Rugi (vervangende vergoeding; schadeloosstelling); atau c. Pembubaran, pemutusan atau pembatalan (ontbinding), atau d. Pemenuhan ditambah ganti rugi pelengkap (nakoming en anvullend vergoiding); atau; e. Pembubaran ditambah ganti rugi pelengkap (ontbinding) Pada kasus yang dihadapi PT. IPI mengenai tentang wanprestasi atas penyerahan fisik unik kondotel oleh pengembang yaitu dengan jalan damai, menunjuk pada isi PPJB 34 Agus Yudha hernoko, Op.Cit.h.263

apabila pengembang tidak dapat melakukan penyerahan fisik unit kondotel sesuai yang diperjanjikan maka dikenakan denda 1 per mil per hari dikalikan pembayaran yang sudah diterima oleh pengembang maksimal 3 %(tiga) persen. Apabila maksimal denda sudah mencapai 3 %(tiga) persen maka pembeli diberikan pilihan dapat membatalkan perjanjian dan uang dikembalikan beserta denda dan bunga sesuai bank saat ini. Pembeli unit kondotel yang mempunyai tujuan berinvestasi pada kondotel akan melakukan perhitungan keuntungan apabila tetap bertahan sampai dengan kondotel selesai dan beroperasi sesuai konsep pengembang atau kerugian yang di tanggung apabila tetap bertahan. Pilihan untuk pembeli adalah melakukan pembatalan perjanjian pengikatan jual beli unit kondotel atau tetap mempertahankan investasi dengan memiliki unit kondotel dan menerima denda keterlambatan penyerahan kondotel. PT. IPI sangat memegang komitmen dengan pembeli unit kondotel, pemberian Return Of Investment sebesar 8 % (delapan persen) pada tahun ke-3 (tiga) setelah jangka waktu 2 (dua) tahun dengan penambahan masa perpanjangan 6 (enam) bulan dan dikenakan denda maksimal 3 % (tiga persen), selama dua 2 (dua) tahun kedepan. Kepercayaan pembeli unit kondotel terhadap pengembang adalah modal utama bagi para pengembang dalam pengembangan bisnis kondotel mereka.