ANALISA PENGARUH TEGANGAN DAN SUHU ELEKTROLIT PADA KUALITAS PEWARNAAN KOMPOSIT AL 6061 ABU BATUBARA

dokumen-dokumen yang mirip
I. Tujuan. Dasar Teori

PENGARUH KUAT ARUS DAN WAKTU TERHADAP HASIL PEWARNAAN DAN MASSA ALUMINIUM PADA PROSES ANODIZING DENGAN ELEKTROLIT H 2 SO 4 15%

Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

Elektrokimia. Sel Volta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Sulistyani, M.Si.

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBAR AKTIVITAS SISWA

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Melimpahnya aluminium

PERCOBAAN IV ANODASI ALUMINIUM

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

MODUL SEL ELEKTROLISIS

PENGARUH VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP KETEBALAN LAPISAN TEMBAGA PADA PROSES ELEKTROPLATING PLAT BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik

Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel pada Tembaga

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating. dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing).

PENGARUH SUHU LARUTAN ELEKTROLIT DAN WAKTU PELAPISAN TEMBAGA PADA PLAT BAJA LUNAK TERHADAP NILAI KETEBALAN ABSTRACT

BAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. manufacturing dan automotive, maka banyak sekali inovasi-inovasi maupun

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

KIMIA ELEKTROLISIS

I. PENDAHULUAN. Aluminium digunakan secara luas, karena mempunyai sifat sifat seperti

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na.

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

STUDI PELAPISAN KROM DENGAN PROSES ELEKTROPLATING PADA HANDEL REM SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI RAPAT ARUS

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK HASIL ELEKTROPLATING NIKEL KARBONAT (NiCO 3 ) PADA TEMBAGA (Cu)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

STUDI PELAPISAN KROM DENGAN PROSES ELEKTROPLATING PADA HANDEL REM SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI WAKTU PENAHAN CELUP TERHADAP KETEBALAN LAPISAN

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ELEKTROPLATING SENG PADA BAJA KARBON RENDAH. Nizam Effendi *)

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

III. METODE PENELITAN. Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Mei 2014 sampai dengan

TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI WAKTU PENCELUPAN PADA PROSES ANODIZING ALUMINIUM SERI 1XXX

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DAN BAJA LATERIT PADA LINGKUNGAN AIR SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

c. Suhu atau Temperatur

PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK TERHADAP KEKERASAN, KECERAHAN DAN KETEBALAN LAPISAN OKSIDA HASIL PROSES ANODIZING PADA ALUMINIUM

LATIHAN-1 SEL ELEKTROLISIS

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

W, 2016 PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH KOROSI DAN PELAPISAN LOGAM

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

Pengaruh Parameter Proses Pelapisan Nikel Terhadap Ketebalan Lapisan

Bab III Metodologi. Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan pada Bab I. Waktu dan Tempat Penelitian

Skala ph dan Penggunaan Indikator

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Yusep Sukrawan 1

Pembahasan Soal-soal Try Out Neutron, Sabtu tanggal 16 Oktober 2010

Transkripsi:

ANALISA PENGARUH TEGANGAN DAN SUHU ELEKTROLIT PADA KUALITAS PEWARNAAN KOMPOSIT AL 6061 ABU BATUBARA Zainun Achmad Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya ABSTRAK Perkembangan teknologi telah berjalan dengan cepat. Seiring dengan itu, permintaan akan material dengan sifat yang ringan namun tangguh juga meningkat dengan tajam. Oleh karena itu dikembangkanlah komposit Al 6061 abu batubara yang ringan tapi lebih tangguh daripada komposit aluminium lainnya. Penampilan permukaan komposit ini yang berbintik-bintik hitam membuat nilai ekonomis menurun. Oleh karena itu diperlukan satu upaya untuk memperbaiki penampilan permukaannya yaitu dengan melakukan pewarnaan pada komposit Al 6061- abu batubara dengan proses anodisin. Dari proses anodizing pada temperature 50 o C 60 o C dan tegangan 6 volt 8 volt serta waktu celup 45 menit maka diperoleh ketebalan lapisan oksida 5,25 µm 9,23 µm dan memilki kualitas warna yang semakin baik dengan turunnya temperatur dan tegangan. Keywords:Komposite, Aluminium, Abu Batu Bara, Anodizing 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Komposit matrik logam Al 6061 - abu batubara sudah dapat diproduksi Harjo, 2005. Salah satu sifat komposit Al abu batubara adalah ringan, tahan terhadap korosi dan memiliki kekerasan 54 HB (hardness brinnel), tetapi komposit tersebut memiliki penampilan permukaan (appearance) yang kurang bagus, lihat Gambar 1. Akibatnya mengurangi performance material tersebut, khususnya untuk keperluan dekoratif Yongki, 2007. Gambar 1. Penampilan permukaan komposit Al 6061 abu batubara sebelum anodizing Anodizing tidak dapat melapisi seluruh permukaan komposit Al 6061 abu batubara tersebut karena adanya bintik hitam (abu batubara) yang bersifat isolator (penghantar listrik yang buruk). Salah satu upaya untuk memperbaiki penampilan / kualitas permukaan hasil anodizing komposit Al 6061-abu batubara adalah dengan mengubah karakteristik permukaan dari sifat isolator listrik ke sifat konduktor listrik. Hal ini dapat dilakukan anodizing dan pembentukan warna-warna yang menarik pada permukaannya. Sehingga cakupan aplikasi dari komposit matrik logam Al 6061 abu batubara lebih luas khususnya untuk keperluan dekoratif. Sedangkan pembentukan warna dilakukan dengan pewarnaan atau analok yaitu pembentukan warna-warna yang menarik pada permukaan logam, tanpa kehilangan sifat ketahanan terhadap korosi dan perubahan cuaca. Dimana kualitas dari warna yang dihasilkan dari proses pewarnaan sangat tergantung pada ketebalan lapisan oksida yang terbentuk pada proses anodizing sebelumnya Derek.J, 2001. Ketebalan lapisan oksida yang terbentuk pada proses anodizing aluminium dipengaruhi oleh rapat arus dan konsentrasi larutan elektrolit yang digunakan [Sulistijono,2006]. 1.2. Tinjauan Pustaka 1.2.1. Karakteristik komposit Al 6061- Abu batubara Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, karakteristik komposit Al 6061 abu batubara memiliki karakteristik sebagai berikut : Tabel 1 Karakteristik komposit Al 6061 abu batubara, setelah perlakuan panas T6 [Harjo,2006] No Sifat (Properties) Nominal 1 Muai Panas Rata-rata (10-4 / o C) 4,8437 2 Densitas Rata-rata (gr/cm 3 ) 2,4044 3 Kekerasan Rata-rata (HB) 54 1.2.2. Pembentukan lapisan oksida/anodising Umumnya material / logam berbasis aluminium dan paduannya, sangat reaktif terhadap pengikatan oksigen dan hasil reaksi tersebut membentuk selaput penghalang atau selaput oksida dengan ketebalan tidak lebih dari 0,01 m, seperti dalam reaksi di bawah ini. 1057

2Al + 3/2O 2 Al 2 O 3 (1) Potensial reduksi aluminium adalah 1,66 volt dengan reaksi dituliskan sebagai berikut : Al 3+ + 3e Al (2) Aluminium larut dalam larutan asam klorida, asam nitrat encer dalam larutan natrium hidroksida membentuk lapisan aluminat dan gas hydrogen, tetapi aluminium tidak larut dalam asam-asam organic Gazzapo, 1994. Disamping itu aluminium juga bersifat amfoter, dimana logam ini akan larut dalam larutan asam dan basa dengan melepaskan hydrogen, dimana reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut Robert.S.A, 2004. Pada larutan asam : 2Al + 6H + 2Al 3+ + 3H 2 (3) Pada larutan basa : 2Al + 2H 2 O + 2OH 2AlO 2 + 3H 2 (4) Pada proses anodizing aluminium, reaksi yang terjadi di katoda, di antarmuka larutan/oksida dan antarmuka oksida/logam Al bisa dijelaskan berikut Canning.W, 1970 : Reaksi pada antarmuka logam dan oksida : 2Al + 3O 2 Al 2 O + 6e (5) Reaksi pada antarmuka oksida dan larutan 2Al 3 + 3H 2 O Al 2 O 3 + 6H + (6) akan terbentuk ion-ion positif, pada larutan elektrolit terjadi elektrolisis garam-garam logam. Anoda yang telah mengalami oksidasi meluruh dan larut dalam larutan elektrolit. Anoda yang meluruh menggantikan ion logam dalam larutan elektrolit yang ditarik oleh elektroda negatif (katoda). Dengan adanya hal tersebut akan terbentuk endapan pada katoda yang berupa berat lapisan. Bila yang akan dilapisi nikel, berarti sebagai anoda adalah nikel dan plat sebagai katoda, sedangkan sebagai larutan elektrolit yang digunakan adalah garam logam nikel sulfat (NiSO 4 ). Karena pada anoda dan katoda terjadi perbedaan potensial setelah dialiri listrik, maka logam nikel akan teroksidasi menjadi ion logam bermuatan positif (Ni 2+ ), ion logam nikel (Ni 2+ ) dari anoda larut dalam larutan untuk menggantikan ion logam nikel (Ni 2+ ) dari garam logam NiSO 4 yang telah terelektrolisis menjadi Ni 2+ 2- dan SO 4 dan tertarik ke katoda untuk membentuk lapisan nikel (Dwi, 2008) Reaksi yang terjadi selama proses pelapisan berlangsung : 2Ni 2Ni 2+ + 2e (10) Reduksi pada anoda Ni 2+ 2- + SO 4 NiSO 4 (11) Elektrolisis garam logam pada anoda NiSO 4 Ni 2+ 2- + SO 4 Penggantian ion pada larutan (12) Ni 2+ + 2e Ni (13) Oksidasi pada Katoda Reaksi kelarutan logam Al 2Al 2Al 3 + + 6e (7) Reaksi pada katoda 6H + + 6e 3H 2 (8) Reaksi keseluruhan 2Al + 3H 2 O Al 2 O 3 + 3H 2 (9) Penggunaan konsentrasi asam yang berlebih pada proses anodizing akan menghasilkan lapisan oksida yang lebih berpori serta memberikan absorbtifitas yang tinggi. Larutan yang sering digunakan adalah asam sulfat dengan konsentrasi 5% - 20% Robert.S.A, 2004. Densitas arus yang digunakan mempunyai suatu besaran yang maksimum yaitu pada besaran tersebut akan pecah, sehingga aliran arus akan terlokalisasi, hal ini menyebabkan lapisan oksida yang terbentuk akan terbakar, hal ini meyebabkan lapisan oksida mengalami penurunan ketebalannya ASM Hand Book, Vol 2. 1.2.3. Prinsip kerja anodising Bila arus listrik searah (DC) dialirkan antara kedua elektroda anodadan katoda dalam larutan elektrolit dengan waktu proses pelapisan yang telah ditentukan maka pada anoda terjadi oksidasi sehingga Gambar 2 Skema pelapisan nikel 1.2.4. Hukum Faraday Hukum Faraday I berbunyi : Jumlah perubahan kimia yang terjadi dalam sel elektrolisis, sebanding dengan muatan listrik yang dilewatkan di dalam sel tersebut Maka dapat di rumuskan dari bunyi Hukum faraday diatas: eit m 96.500 q = i. t 1058

dimana : m : massa zat yang dihasilkan (gram) e : berat ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi i : kuat arus listrik (ampere) t : waktu (detik) q : muatan listrik (coloumb) Hukum Faraday II berbunyi: Jumlah muatan listrik sebanyak 96.500 coulomb akan menyebabkan perubahan suatu senyawa sebanyak 1,0 gramekivalen (grek) Dapat di simpulkan dengan rumus: m1 : m2 = e1 : e2 dimana : m : massa zat (garam) e : berat ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi 1.2.5. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan reaksi Seperti yang kita ketahui, bahwasannya banyak hal yang mempengaruhi kecepatan suatu reaksi kimia. Hal-hal tersebut antara lain: 1. Konsentrasi larutan 2. Sifat zat yang bereaksi 3. Suhu 4. Ada tidaknya katalis. (VLSM, 2000) Akan tetapi pada elektrolisis mempunyai variabel tambahan yakni variabel listrik dan fisik seperti elektroda, jenis elektrolit, lapisan listrik ganda, materi/jenis elektroda, jenis sel elektrolisis yang digunakan, media elektrolisis dan derajat pengadukan (Evan, 2007) 1.2.5.1. Konsentrasi larutan Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi. (VLSM, 2000) 1.2.5.3. Suhu Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi Arrhenius: k A e RT E dimana: k : tetapan laju reaksi A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi E : energi pengaktifan R : tetapan gas universal = 0.0821 atm/mol o K = 8.314 joule/mol o K T : suhu reaksi ( o K ) (VLSM, 2000) 1.2.6. Katalis Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. (VLSM, 2000) Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat. (VLSM, 2000) 1.2.5.2. Sifat zat yang bereaksi Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan berlangsungnya reaksi. Secara umum dinyatakan bahwa: Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya berlawanan. Reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat. Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang bereaksi. (VLSM, 2000) 1059

2. Metode Penelitian 2.1. Diagram air penelitian Mulai Studi Literatur Permasalahan Studi Lapangan Persiapan bahan dan alat Proses Kalsinasi Abu batubara Pembuatan komposit Al 6061 Abu batubara dengan Metode HAS : Al 6061 : 79,5% Abu batubara : 15% SiO 2 : 5 % Magnesium : 0,5 % A Sampel/spesimen Degreasing NaOH (5-10%) Rinsing Dengan air biasa Pickling HCL / H 2 SO 4 (3%) ± 50 80 o C 1060

Rinsing Dengan air biasa Fluxing Air sabun ± 50 o C Anodizing dengan variasi : Suhu larutan 50 o C, 55 o C, 60 o C Voltage : 6 volt, 7 volt, 8 volt. Waktu celup 45 menit. Pengujian ketebalan dengan menggunakan Magnetic thickness gauge B Data Analisa Data Kesimpulan 1061

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Data hasil pengujian Spesimen A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 Voltase (volt) Temperatur ( o C) Ketebalan Lapisan oxida (µm) Kualitas Warna Sifat Penampakan Visual 6 50 5,25 Perak, rata Baik 6 50 5,30 Perak, rata Baik 6 50 5,27 Perak, rata Baik 6 55 5.60 Perak, rata Baik 6 55 5,71 Perak, rata Baik 6 55 5.82 6 60 5.92 6 60 5.88 6 60 5.94 7 50 6.55 7 50 6,73 7 50 6.81 7 55 7,05 7 55 7,23 7 55 7,43 7 60 7,93 7 60 7,97 7 60 8,12 8 50 8,13 Perak, 8 50 8,56 Perak, 8 50 8,66 Perak, 8 55 9,6 Perak, 8 55 8,78 Perak, 8 55 8,88 Perak, 8 60 8.99 Perak, 8 60 9,04 Perak, 8 60 9,23 Perak, 1062

Gambar 3.1 Pengaruh Voltase Terhadap Ketebalan Lapisan Oxida Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi voltase dan temperatur larutan elektrolit, semakin tebal lapisan oxida yang terbentuk. Pada Gambar 4.2 s/d Gambar 4.4 disajikan contoh hasil kualitas pewarnaan. Gambar secara lengkap disajikan pada Lampiran Selama proses anodizing berlangsung pada permukaan katoda terlihat gelembung-gelembung gas, sedangkan pada anoda terbentuk suatu lapisan. Gelembung-gelembung gas yang terjadi pada permukaan katoda tersebut merupakan gelembunggelembung gas hidrogen (H 2 ), dimana ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa selama proses elektrolisa salah satu reaksi yang terjadi pada katoda adalah pembentukan gas hidrogen (Brace, 1988). Pembentukan gas hidrogen ini juga sesuai dengan teori pada proses anodizing yang menyatakan terjadinya reaksi pembentukan gas hidrogen pada katoda. Selama proses anodizing, seperti pada persamaan (3) dan (4) yaitu : 6H + + 6e 3H 2, sedangkan lapisan oksida Al 2 O 3 yang terbentuk sesuai dengan persamaan (5). Untuk pengaruh variasi voltase dan temperatur larutan elektrolit ditunjukkan pada Gambar 4.1. Terlihat bahwa ketebalan lapisan oksida semakin meningkat pada voltase dan temperatur larutan yang meningkat, namun pada voltase dan temperatur semakin tinggi tersebut terdapat /ketidakrataan permukaan. Hal ini disebabkan karena terjadi energi yang terlalu besar yang mengurai ikatan Al - O pada lapisan oksida Al 2 O 3, penguraian atau peluruhan ini seperti pada persamaan (3) yaitu : Al 2 O 3 + 6H + 2Al 3+ + 3H 2 O (Behr, 1997). Gambar 3.2 Sampel 1 Temp. 50 6 Volt Proses Nikel Gambar 3.3 Sampel 2 Temp. 50 6 Volt Proses Nikel Warna adalah suatu nilai yang bersifat dekoratif. Dari Tabel 3.1 dapat dinyatakan warna terbaik pada variasi voltase 6 volt dan temperatur larutan elektrolit 50 o C. Semakin tinggi voltase dan larutan elektrolit akan terjadi - pada permukaan spesimen. 4. Kesimpulan 1. Semakin tinggi voltase dan temperatur larutan elektrolit ada kecenderungan semakin tebal lapisan oxida yang terbentuk. Ketebalan maksimun diperoleh sebesar 9,12 µm pada variasi 8 volt dan temperatur 60 o C 2. Semakin tinggi voltase dan temperatur larutan elektrolit ada kecenderungan kualitas warna semakin menurun karena timbulnya dan pengkasaran permukaan spesimen. Kualitas terbaik pada variasi 6 volt dan temperatur 50 o C 5. Daftar Pustaka Ir. Tata Surdia, dan DR. Shinroku Saito, 1999. Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan keempat, Pradiya Paramita, Jakarta. Gambar 3.4 Sampel 3 Temp. 50 6 Volt Proses Nikel R.E Smallman, dan R.J Bishop. 1999. Metalurgi Fisik Modern Dan Rekayasa Material, Edisi 6, Erlangga, Jakarta. 3.2. Pembahasan 1063

Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djapri. M.E, M. Met. 1995, Ilmu Dan Teknologi Bahan, Jakarta Harjo.S.,2006, Pemanfaatan Abu Batubara Sebagai Bahan alternative Pengganti Logam, Laporan Penelitian Dosen Muda, Teknik Mesin UNTAG Surabaya Yongki, Harjo.S,2007, Analisa Struktur Mikro Pelapisan Nikel Komposit Al 6061 Abu Batubara Dengan SEM EDX, Tugas Akhir S1, Teknik Mesin UNTAG Surabaya Jurnal ensiklopedia bebas Pelapisan krom dekoratif, http://www.wikepedia.com, diakses 3 februari 2009 1064