BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yustina Jaziroh, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PDEODE BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum tujuan pendidikan dapat

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Iqbal, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

Pengembangan Simulasi Komputer Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meminimalisir Miskonsepsi Fisika Pada Siswa SMA Di Kota Palu

2015 ID ENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PAD A MATERI TEKANAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP MOMENTUM DAN IMPULS

MODEL PEMBELAJARAN YANG MEMADUKAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF DAN STRATEGI PROBLEM SOLVING UNTUK PERKULIAHAN FISIKA DASAR II

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terwujud apabila strategi-strategi belajar yang digunakan mampu menimbulkan

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN MELALUI TES DIAGNOSTIK EMPAT TAHAP PADA SISWA SMA KELAS XII

MODEL PEMBELAJARAN YANG MEMADUKAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF DAN STRATEGI PROBLEM SOLVING UNTUK PERKULIAHAN FISIKA DASAR II

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas. Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran di

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STRAY TWO STRAY (TSTS)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN TAI DAN TSTS MATERI GEOMETRI SMP

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah. Roswati dalam Wisma (2008) mengemukakan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

Menurut Rozak, dkk, Komplikasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010, hlm. 273) Mengatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JPTM. Volume 05 Nomor 02 Tahun 2016, 56-61

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yaitu guru, kurikulum, lingkungan belajar, dan siswa. Siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang interaktif dan komprehensif di era teknologi informasi terus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. istilah yang digunakan dalam skripsi ini akan dijelaskan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sering. kali menjadi momok bagi siswa. Padahal materi pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA (Bandung: Tarsito, 2006),

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dapat digolongkan dalam jenis penelitian dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

BAB I PENDAHULUAN. buku ajar ini mewajibkan guru untuk berfikir kritis dan selektif dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. membosankan menurut siswa kelas X-5 SMA 17 Agustus Dengan

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL TSTS DENGAN MEDIA ALAT PERAGA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran adalah salah satu bagian dari dunia pendidikan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan mata pelajaran yang mempunyai konsep bersyarat untuk setiap jenjang materi.hal ini menunjukkan bahwa materi baru membutuhkan beberapa konsep prasyarat yang diperoleh dari materi sebelumnya. Untuk mempelajari materi gaya, siswa terlebih dahulu harus memahami konsep-konsep kinematika. Jika pemahaman konsep siswa dalam mempelajari konsep-konsep kinematika masih kurang,hal ini dapat berpengaruh dalam memahami konsep gaya.van den Berg (dalam Tayubi, 2005, hlm. 4) mengatakan bahwa salah satu sumber kesulitan utama dalam mempelajari fisika adalah akibat terjadinya kesalahan konsep atau miskonsepsi pada diri siswa. Miskonsepsi dapat dikatakan sebagai konsepsi yang berbeda dengan konsep yang diakui secara ilmiah (Abubakar & Rahmatsyah, 2012, hlm. 50).Menurut Tayubi (2005, hlm. 4), Miskonsepsi ini dapat muncul pada diri siswa berasal dari pengalaman sehari-hari ketika berinteraksi dengan alam sekitarnya.contohnya, peristiwa benda jatuh bebas, mengangkat benda berat menggunakan bidang miring, mengetahui akan adanya listrik dan lain sebagainya. Siswa yang mengamati fenomena fisika dapat mengemukakan sendiri konsepsinya atau tafsiran tentang fenomena tersebut. Konsepsi siswa tersebut dapat sama dengan konsep yang diakui secara ilmiah, dapat juga berbeda. Miskonsepsi yang dibiarkan akan menjadikan hasil belajar siswa menurun, sehingga dikhawatirkan akan berakibat buruk dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) atau untuk meneruskan dalam jenjang selanjutnya. Menurut Suparno (2013, hlm. 28), dalam bidang fisika, miskonsepsi meliputi semua subkonsep yang ada, seperti mekanika; optika dan gelombang; panas dan termodinamika; listrik dan magnet; fisika modern; dan tata surya. Sehubungan dengan hal tersebut, potensi terjadinya 1

2 miskonsepsi seharusnya dapat didiagnosis terlebih dahulu dengan cara mengidentifikasi kesalahan dalam pemahaman konsep.isliyanti &Kurniadi (2011, hlm. 144)mengungkapkan bahwa ada beberapa langkah untuk mengatasi dan juga meminimalisasi miskonsepsi, salah satunya adalah mendeteksi prakonsepsi siswa. Untuk mendeteksi prakonsepsi siswa baik yang sesuai maupun yang miskonsepsi dapat dilakukan dengan tes diagnostik. Tes Diagnostik dapat dilakukan melalui tes tulis, wawancara maupun diskusi kelas. Peneliti melakukan tes diagnostik pada siswa kelas XII di salah satu SMA kota Bandung. Penelitian tersebut menggunakan tes diagnostik berupa tes pilihan ganda dengan skala Certainty of Response Index(CRI) dengan rentang skala 0 sampai 5 untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa.materi yang diujikan adalah momentum dan impuls, yang termasuk dalam subkonsep mekanika. Berdasarkan hasil identifikasi miskonsepsi tersebut, diperoleh data awal bahwa potensi miskonsepsi sebesar 44%. Metode yang digunakan dalam pembelajaran merupakan salah satu hal yang dapat meminimalisasimiskonsepsi (Suparno, 2013, hlm. 82). Proses terjadinya transfer ilmu pada saat proses pembelajaran berlangsung. Jika metode yang digunakan tepat, maka miskonsepsi akan dapat diminimalisasi.beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa metode belajar yang menggunakan bantuan simulasi komputer dapat membantu menghilangkan miskonsepsi (Saehana & Haeruddin, 2012). Selanjutnya Saehana & Haeruddin (2012, hlm. 287) dalam studinya tentang pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan simulasi komputer dalam mengatasi miskonsepsi fisika pada siswa SMAdi kota Palu, memperoleh hasil sebagai berikut:

3 Tabel 1.1. Rerata Persentase Miskonsepsi Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran No Sekolah Pre-test Post-test 1 SMA Negeri 2 Palu 63,75 17,92 2 SMA Negeri 3 Palu 61,18 24,86 3 SMA Negeri 5 Palu 61,27 22,97 4 SMA Negeri 7 Palu 67,81 23,75 5 MAN Model 58,75 17,18 6 SMA Muhammadiyah 50,00 17,00 Rata-rata 60,46 20,71 Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut, menunjukkan adanya penurunan tingkat miskonsepsi dari tahap awal sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Adanya penurunan tingkat miskonsepsi yang cukup mencolok ini, salah satunya disebabkan karena siswa dapat mempelajari materi melalui simulasi komputer sehingga dapat lebih memahami konsep mekanika. Selain itu, siswa juga dapat mengkonfirmasi konsepsi awalnya dengan menggunakan simulasi komputer. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sebagai pendidik perlu melakukan hal-hal yang mampu meningkatkan kemapuan siswanya dalam meminimalisiasi miskonsepsi. Salah satu metodenya adalah penggunaan simulasi komputer dalam pembelajaran kooperatif (Saehana & Haeruddin, 2012). Studi pendahuluan yang peneliti lakukan bahwa rata-rata pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru adalah menggunakan model ceramah interaktif, sesekali menggunakan model lain seperti problem solving, dan eksperimen. Dengan model ceramah, beberapa siswa terlihat mengatuk saat pembelajaran berlangsung.hal ini dapat mempengaruhi proses penerimaan konsep fisika yang diajarkan. Kemudian berdasarkan pengamalan peneliti menjadi guru PPL, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran. Hasilnya cukup

4 positif, karena siswa dapat bekerjasama dalam belajar dan tidak ada yang mengatuk. Menurut Huda (2013, hlm. 32), Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja samadalam belajar. Namun banyak tipe pada pembelajaran kooperatif yang tentunya mempunyai kelemahan dan kelebihan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ihsan (2012, hlm. 66) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif two stay two stray (TSTS) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pelajaran fisika. Demikian halnyaapriandi(2012), prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dan tipe Numbered Heads Together (NHT) menunjukan hasil yang lebih baik dibanding dengan metode konvensional/ceramah. Hal ini menjadi alasan bagi peneliti untuk mencoba menggunakan model kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dengan bantuan simulasi komputer untuk meminimalisasi miskonsepsi pada konsep momentum dan impuls. Tipe TSTS memiliki keunggulan yaitu dapat diterapkan di semua mata pelajaran dan tingkatan umur serta memungkinkan setiap anggota dalam kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompokkelompok lain (Kagan dalam Huda, 2013, hlm. 140). B. Identifikasi Masalah Penelitian Dari latar belakang, ada beberapa masalah yang sering terjadi di lapangan yaitu: a. Terjadinya miskonsepsi pada sebagian siswa SMA. b. Guru kurang kreatif dalam mengajar, terutama dalam penggunaan model pembelajaran, rata-rata masih dengan modelceramah. c. Guru kurang memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan sekolah, seperti KIT, LCD proyektor, dan fasilitas internet.

5 d. Kecenderungan siswa yang hanya ingin diajar daripada belajar sendiri, sehingga konsepsi siswa yang terbentuk dapat menimbulkan miskonsepsi. Dengan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, peneliti mengajukan batasan masalah dalam penelitian ini yaitu miskonsepsi yang diakibatkan oleh diri peserta didik pada konsep momentum dan impuls. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana profilmiskonsepsi siswa pada materi momentum dan impuls setelah diimplementasikan dengan pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) berbantuan simulasi komputer? Perumusan tersebut dapat dijabarkan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana profil miskonsepsi siswa SMA pada materi momentum dan impuls antara hasil uji identifikasi awal, setelah diterapkan pembelajaran TSTS berbantuan simulasi komputer dan setelah pembelajaran dengan model ceramah interaktif? b. Bagaimana pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TSTS berbantuan simulasi komputer dalam meminimalisasi miskonsepsi siswa? c. Bagaimana efektivitaspembelajaran dalam meminimalisasi miskonsepsi antara model pembelajaran kooperatif tipe TSTSberbantuan komputer dibandingkan dengan model ceramah interaktif? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk meminimalisasi miskonsepsi siswa pada materi momentum dan impuls dengan menggunakan model

6 pembelajaran two stay two stray (TSTS) berbantuan simulasi komputer. Berdasarkan maksud tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Membandingkanprofil miskonsepsi siswa SMA antara hasil uji identifikasi awal, setelah pembelajaran menggunakan model kooperatif TSTS berbantuan simulasi komputerdan setelah pembelajaran model ceramah pada materi momentum dan impuls. b. Mengidentifikasi pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TSTS berbantuan simulasi komputer dalam meminimalisasi miskonsepsi siswa. c. Membandingkan efektivitas pembelajaran antara modelpembelajaran kooperatif tipe TSTS berbantuan simulasi komputer dengan pembelajaran ceramah interaktif. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak dalam dunia pendidikan. Dari segi teori, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif cara dalammeminimalisasi miskonsepsi. Meskipun penelitian ini hanya dilakukan untuk ruang lingkup yang sangat kecil, tetapi hasil yang telah diperolehcukup menunjukan hasil yang positif. Hal ini dikarenakan penelitian untuk meminimalisasi miskonsepsi pada konsep momentum dan impuls masih jarang dilakukan. Masih banyak materi fisika yang jarang diteliti, dalam hal mengurangi miskonsepsi siswa. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan dikembangkan lagi untuk kemajuan pendidikan Indonesia. F. Struktur Organisasi Skripsi Untuk memudahkan pembahasan masalah dan mendapatkan susuna yang sistematis, maka penulis membagi ke dalam 5 bab, yaitu:

7 a. Bab pertama, Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi. b. Bab kedua, Kajian Teori yang meliputi: Model Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) berbantuan Simulasi Komputer, Miskonsepsi dan Cara Mengidentifikasinya, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. c. Bab ketiga, Metodologi Penelitian yang meliputi: Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. d. Bab Keempat, Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi: Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran, Hasil Penelitian dan Pembahasan. e. Bab Kelima, Simpulan dan Saran yang meliputi: Kesimpulan dan Saran.