KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

dokumen-dokumen yang mirip
7. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

11. PELAKSANAAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

5. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG

5. PENUNJUKAN LANGSUNG SATU SAMPUL

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

PEDOMAN PENDAMPINGAN VERIFIKASI DAN VALIDASI PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2018

WALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT;

PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 1<? TAHUN 2013 KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

Petunjuk Teknis Kapur Aktif Bersubsidi 2013

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

PEDOMAN PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TA 2016

PELELANGAN. MATA KULIAH MANAJEMEN KONSTRUKSI Pertemuan Ke 6

Dasar Pelaksanaan : Kegiatan, meliputi :

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 13O/Permentan/SR.l3Ol11l2Ol4 tentang

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian sasaran swasembada pangan berkelanjutan, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya prasarana dan sarana pertanian guna peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Untuk itu pada tahun 2015 Pemerintah telah mengalokasikan sejumlah anggaran untuk memfasilitasi kegiatan strategis dalam peningkatan produksi, antara lain dengan memberikan Bantuan Pupuk Melalui Dana APBN-P Tahun 2015. Hal ini dilakukan untuk membantu petani dalam pengadaa n dan penggunaan pupuk secara berimbang sesuai dengan kondisi setempat, karena berdasarkan Pendataan Usaha Tani (PUT BPS 2009) bahwa terdapat sekitar 1,2 juta rumah tangga petani yang tidak menggunakan pupuk dalam usahatani padi dan jagung. Petunjuk pelaksanaan ini merupakan acuan bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan Bantuan Pupuk Tahun 2015, mulai dari perencanaan, pengadaan, penyaluran, pengawasan, pembinaan, evaluasi dan pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip.19601024 198703 1 001 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan dan Sasaran... 2 C. Indikator Keberhasilan... 2 II. PELAKSANAAN... 3 A. Dasar Hukum... 3 B. Pengadaan dan Penyaluran Bantuan Pupuk.. 3 C. Alokasi Bantuan Pupuk... 7 D. Jenis dan Jumlah Bantuan Pupuk... 7 E. Spesifikasi Mutu dan Kemasan Pupuk... untuk Bantuan Pupuk... 8 F. Waktu Pelaksanaan... 9 G. Syarat Lokasi... 9 H. Pendampingan... 9 III. PENGORGANISASIAN... 10 IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN. 10 A. Monitoring dan Evaluasi... 10 B. Pelaporan... 11 V. PEMBIAYAAN... 11 VI. PENUTUP... 12 LAMPIRAN 1... 13 LAMPIRAN 2... 14 ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pencapaian swasembada pangan khususnya padi dan jagung, pemerintah berupaya untuk meningkatkan produksi pangan melalui rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan upaya khusus peningkatan produksi padi dan jagung tahun 2015. Salah satu permasalahan dalam upaya peningkatan produksi padi dan jagung, disamping rusaknya sebagian besar jaringan irigasi tersier adalah sebagian besar petani belum mampu memenuhi kebutuhan pupuk. Keadaan ini menyebabkan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi yang telah dilakukan belum dapat diperoleh hasil yang optimal terhadap peningkatan produksi. Berdasarkan hal tersebut, agar kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi yang telah dilaksanakan dapat lebih berhasil guna maka pada daerah - daerah tersebut perlu diberikan bantuan pupuk. Bantuan pupuk dimaksud hanya sebagai stimulan, sehingga dengan adanya bantuan pupuk urea dan pupuk NPK tersebut diharapkan petani dapat melakukan pemupukan sesuai dengan dosis rekomendasi sehingga peningkatan produksi padi dan jagung dapat tercapai. 1

B. Tujuan dan Sasaran Tujuan - Sebagai acuan untuk pengadaan dan penyaluran pupuk kepada petani sesuai CPCL yang ditetapkan masing-masing Kabupaten/Kota dan Provinsi. - Memberikan stimulan dalam memenuhi kebutuhan pupuk sesuai dengan rekomendasi. - Meningkatkan produktivitas lahan sawah berkelanjutan melalui penggunaan pupuk berimbang. - Meningkatkan produksi pangan khususnya padi dan jagung. Sasaran - Petugas di Provinsi/Kabupaten di tingkat lapangan. - Lahan pertanaman padi /sawah seluas 2.600.000 ha dan lahan pertanaman jagung seluas 1.000.000 ha C. Indikator Keberhasilan Tersalurnya dan termanfaatkannya Bantuan Pupuk kepada Kelompoktani/Gapoktan/P3A yang berhak menerima berdasarkan CPCL yang ditetapkan. 2

II. PELAKSANAAN A. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014; 2. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015; 3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran melalui dana Tugas Pembantuan (TP) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015; 4. Petunjuk Operasional Kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun Anggaran 2015. B. Pengadaan dan Penyaluran Bantuan Pupuk Pengadaan dan penyaluran Bantuan Pupuk dilakukan oleh Dinas Pertanian Provinsi berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang perubahan keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Presiden tersebut, Pengadaan pupuk dilakukan secara kontraktual 3

dapat dilakukan melalui mekanisme penunjukan langsung dengan tata cara dan prosedur Penunjukan Langsung meliputi : 1. KPA/PPK menyusun dan menetapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan spesifikasi teknis 2. PPK menyusun dan menetapkan HPS serta menyiapkan draft kontrak. 3. KAK dan spesifikasi teknis, HPS serta draft kontrak tersebut diserahkan kepada: - Pejabat Pengadaan untuk pengadaan dengan nilai s/d Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) - ULP pengadaan dengan nilai di atas Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). 4. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dokumen pengadaan. 5. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan mengundang sekaligus menyampaikan Dokumen Pengadaan untuk Penunjukan Langsung kepada calon penyedia yang dinilai mampu dan memenuhi kualifikasi untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. 6. Calon Penyedia yang diundang memasukan Dokumen Kualifikasi. 7. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan melakukan evaluasi Kualifikasi dan pembuktian Kualifikasi seperti pada Pelelangan Umum. 8. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan memberikan penjelasan pengadaan. 4

9. Calon Penyedia menyampaikan Dokumen Penawaran dalam 1 (satu) sampul yang berisi: dokumen administrasi, teknis, dan harga secara langsung atau dikirim melalui pos/jasa pengiriman kepada Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan. 10. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan membuka penawaran dan melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga dengan sistem gugur. 11. Dalam melakukan evaluasi, Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga untuk mendapat penyediaan dengan harga yang wajar serta dapat dipertanggungjawabkan. 12. Apabila hasil evaluasi dinyatakan tidak memenuhi syarat, Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan mengundang Penyedia lain. 13. KelompokKerja ULP/Pejabat Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil penunjukan langsung yang memuat: nama dan alamat Penyedia; harga penawaran atau harga penawaran terkoreksi dan harga hasil negosiasi; Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); unsur-unsur yang dievaluasi; keterangan lain yang dianggap perlu; dan tangggal dibuatnya Berita Acara. 14. Kelompok Kerja ULP menetapkan Penyedia berdasarkan Berita Acara Hasil penunjukan Langsung untuk nilai sampai dengan Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah ). 5

15. Kelompok Kerja ULP mengusulkan Penetapan Pemenang untuk nilai di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) kepada PA yang ditembuskan kepada PPK dan APIP Kementrian/Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Institusi yang bersangkutan. 16. PA menetapkan pemenang sebagaimana dimaksud pada angka 2) berdasarkan usulan dari Kelompok Kerja ULP. Apabila PA tidak setuju dangan usulan Kelompok Kerja ULP dengan alasan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka PA memerintahkan evaluasi ulang atau menyatakan penunjukkan langsung gagal. 17. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan hasil penetapan penyedia yang ditunjuk untuk pekerjaan dimaksud di website Kementrian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Institusi masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat, yang memuat: uraian singkat pekerjaan; nama, NPWP, dan alamat penyedia; dan harga penawaran terkoreksi dan harga hasil negosiasi. 18. PPK menerbitkan SPPBJ dan segera mempersiapkan proses Kontrak/SPK. 19. Calon Penyedia menyerahkan jaminan pelaksanaan (untuk nilai kontrak di atas Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). 20. Penandatangan kontrak PPK dengan Penyedia 6

Pelaksana pengadaan dan penyaluran Bantuan Pupuk yang ditunjuk melakukan perjanjian kerjasama (kontrak) dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di masing-masing Satker Provinsi untuk dapat mengadakan dan menyalurkan pupuk kepada kelompok tani/gapoktan/p3a. C. Alokasi Bantuan Pupuk Rencana alokasi Bantuan Pupuk melalui Dana APBN-P Tahun 2015 di 32 Provinsi di lokasi kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier Tahun 2015 dan lokasi program/kegiatan perluasan areal tanam jagung tahun 2015. D. Jenis dan Jumlah Bantuan Pupuk 1. Jenis Pupuk Jenis Bantuan pupuk adalah pupuk NPK padat/granule dan pupuk Urea granule/pril. 2. Jumlah Pupuk Jumlah pupuk per hektar Bantuan Pupuk yang diberikan kepada petani sebagai berikut : - Lokasi pertanaman padi/ lokasi rehabilitasi jaringan irigasi Urea sebanyak 50kg/ha dan NPK sebanyak 50 kg/ha - Lokasi program/kegiatan perluasan areal tanam jagung Urea sebanyak 75 kg/ha dan NPK sebanyak 50 kg/ha 7

- Untuk wilayah yang alokasi pupuknya tidak mencukupi maka jumlah bantuan pupuk menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia. E. Spesifikasi Mutu dan Kemasan Pupuk. 1. Spesifikasi Mutu Pupuk - Spesifikasi pupuk NPK dan pupuk urea harus memenuhi standar minimal Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/SR.140/8/2011 dan/atau SNI 2801:2010 untuk pupuk urea dan SNI 2803:2012 untuk pupuk NPK. - Pupuk yang diadakan harus memiliki Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI). - Kandungan hara N pupuk urea minimal 46 %, sedangkan kandungan N, P2O5 dan K2O pupuk NPK padat masing-masing minimal 15 %. - Terdaftar di Kementerian Pertanian. - Bukan merupakan pupuk bersubsidi 2. Spesifikasi Kemasan Pupuk Kemasan pupuk sesuai ketentuan dalam Permentan Nomor 43 Tahun 2011, ditambah tanda khusus bertuliskan Pupuk Bantuan Pemerintah Tahun 2015 Tidak Diperjualbelikan. 8

F. Waktu Pelaksanaan Rencana kegiatan pengadaan dan penyaluran Bantuan Pupuk ini dilaksanakan mulai Bulan April 2015. G. Syarat Lokasi Bantuan pupuk diberikan melalui kelompok tani di lokasi sebagai berikut : - Lokasi kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier 2015 - Lokasi program/kegiatan perluasan areal tanam Jagung tahun 2015 - Luas hamparan kelompok tani/ gapoktan minimum 15 ha, Perkumpulan Petani air ( P3A) minimum 25 ha. - Kelompok tani telah menyusun RDKK pupuk subsidi tahun 2015. - Dosis pemupukan disesuaikan dengan dosis rekomendasi setempat. Kekurangan pupuk dipenuhi dengan swadaya petani dan/atau bantuan dari pihak lain. H. Pendampingan Pendampingan kegiatan Bantuan Pupuk dilakukan oleh aparat propinsi / kabupaten / kecamatan, penyuluh setempat, Babinsa serta Mahasiswa. 9

III. PENGORGANISASIAN Pengadaan dilaksanakan melalui Dinas Pertanian Propinsi dan disalurkan di kabupaten-kabupaten yang ada kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi dan program/kegiatan perluasan areal tanam jagung IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring dan Evaluasi 1. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dikoordinir oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan melibatkan Badan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota pada lokasi pelaksanaan Bantuan Pupuk. 2. Aspek yang dimonitor dan dievaluasi meliputi : a. Realisasi pengadaan dan penyaluran Bantuan Pupuk. b. Kuantitas dan Kualitas Bantuan Pupuk. c. Produksi dan produktivitas padi dan jagung sebagai dampak pelaksanaan kegiatan Bantuan Pupuk. d. Dokumen penyaluran dan dokumen pendukung pelaksanaan kegiatan Bantuan Pupuk. e. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Bantuan Pupuk. 10

B. Pelaporan 1. Pelaporan dimaksudkan untuk memberikan gambaran perkembangan pelaksanaan kegiatan Bantuan Pupuk secara periodik, yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat Desa/Kecamatan, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Dinas Pertanian Provinsi. 2. Pelaporan Pelaksanaan Bantuan Pupuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian meliputi : a. Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan Bantuan Pupuk dibuat dan disampaikan setiap 2 (dua) minggu. b. Laporan akhir pelaksana kegiatan disampaikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah berakhirnya Tahun Anggaran 2015. c. Format laporan mengacu pada Lampiran 1. V. PEMBIAYAAN Sumber biaya kegiatan Bantuan Pupuk adalah melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun 2015. 11

VI. PENUTUP Kegiatan Bantuan Pupuk ini diharapkan dapat membantu petani dalam upaya peningkatan produktivitas padi dan jagung sehingga memberikan kontribusi dalam program swasembada pangan nasional. Oleh karena itu, sangat diharapkan dukungan semua pihak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pemantauan, pengawasan dan evaluasi sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan output serta outcome sesuai dengan target kegiatan. 12

Lampiran 1. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TAHUN 2015 Dinas : Provinsi : Sub Sektor : Tanggal : No Dinas Kabupaten/Kota KEGIATAN 1 Dinas... 1 Lokasi Rehabilitasi Jaingan Irigasi Tersier Kab./Kota... - Pupuk NPK No. SP DIPA :... - Pupuk Urea 2 Lokasi Perluasan Areal Tanam Jagung - Pupuk NPK - Pupuk Urea Target Fisik DIPA (Ton) Realisasi Fisik (%) 2 Dinas... 1 Lokasi Rehabilitasi Jaingan Irigasi Tersier Kab./Kota... - Pupuk NPK No. SP DIPA :... - Pupuk Urea 2 Lokasi Perluasan Areal Tanam Jagung - Pupuk NPK - Pupuk Urea...,...2015 Kepala Dinas Pertanian (...) 1

Lampiran 2. LAPORAN AKHIR KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TAHUN 2015 Dinas : Provinsi : Sub Sektor : No Dinas Kabupaten/Kota KEGIATAN 1 Dinas... 1 Lokasi Rehabilitasi Jaingan Irigasi Tersier Kab./Kota... - Pupuk NPK No. SP DIPA :... - Pupuk Urea Target Fisik DIPA (Ton) Realisasi Fisik (%) Manfaat 2 Lokasi Perluasan Areal Tanam Jagung - Pupuk NPK - Pupuk Urea 2 Dinas... 1 Lokasi Rehabilitasi Jaingan Irigasi Tersier Kab./Kota... - Pupuk NPK No. SP DIPA :... - Pupuk Urea 2 Lokasi Perluasan Areal Tanam Jagung - Pupuk NPK - Pupuk Urea...,...2015 Kepala Dinas Pertanian (...) 2

1