BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan Autograph,

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, di antaranya kemampuan pemecahan masalah; kemampuan. penalaran dan bukti; kemampuan komunikasi; kemampuan koneksi; dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keahlian dan kemampuan yang unggul. Salah satu upaya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan yang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dibahas

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF SSCS

BAB II KAJIAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sangatlah besar dan mencakup berbagai aspek. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

belajar matematika karena penalaran matematika sebagai kompetensi dasar matematika. Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen No.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD,

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan yang

BAB I PENDAHULUAN. Metode konvensional (ceramah) kurang mengena untuk diterapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa. matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karunia Eka Lestari, 2013

Transkripsi:

170 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dikemukakan pada BAB V ini didasarkan atas inferensi dengan tingkat kepercayaan 95%. Adapun pemaparan kesimpulan mengacu kepada rumusan masalah dan pembahasan yang dikemukakan pada BAB I dan BAB IV. Kesimpulan tentang dampak pembelajaran dengan strategi REACT pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan pemecahan masalah dari mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada mahasiswa bidang bisnis yang belajar secara konvensional. Adapun kemampuan pemecahan masalah dari mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan REACT pengelompokan dan REACT nonpengelompokan tidak berbeda. Pembelajaran dengan strategi REACT menyebabkan kemampuan pemecahan masalah dari mahasiswa bidang bisnis yang berkemampuan awal baik meningkat lebih baik daripada mahasiswa bidang bisnis yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah. Kemampuan pemecahan masalah dari mahasiswa bidang bisnis kelompok sedang dan rendah yang belajar dengan strategi REACT tidak berbeda dari yang belajar secara konvensional. Pengaruh faktor pembelajaran (REACT pengelompokan, REACT nonpengelompokan, dan konvensional) terhadap kemampuan pemecahan masalah tidak tergantung pada level kemampuan awal (baik, sedang, dan rendah). Dengan kata lain tidak ada interaksi antara faktor pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran dengan strategi REACT dan kemampuan awal mahasiswa ternyata berkontribusi cukup besar pada kemampuan pemecahan masalah. Kontribusi pembelajaran dengan strategi

171 REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah ternyata lebih besar daripada kontribusi kemampuan awal. 2. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis dari mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada mahasiswa bidang bisnis yang belajar secara konvensional. Adapun kemampuan berpikir kritis dari mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan REACT pengelompokan dan REACT nonpengelompokan tidak berbeda. Kemampuan berpikir kritis dari mahasiswa bidang bisnis yang mempunyai kemampuan awal baik, sedang dan rendah yang mendapat pembelajaran dengan strategi REACT ternyata tidak berbeda dari yang belajar secara konvensional. Pengaruh faktor pembelajaran (REACT pengelompokan, REACT nonpengelompokan, dan konvensional) terhadap kemampuan berpikir kritis tidak tergantung pada level kemampuan awal (baik, sedang, dan rendah). Dengan kata lain tidak ada interaksi antara faktor pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran dengan strategi REACT dan kemampuan awal mahasiswa ternyata berkontribusi cukup besar pada kemampuan berpikir kritis. Kontribusi pembelajaran dengan strategi REACT terhadap kemampuan berpikir kritis ternyata lebih besar daripada kontribusi kemampuan awal. 3. Kemampuan Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir kreatif mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada mahasiswa bidang bisnis yang belajar secara konvensional. Kemampuan berpikir kreatif dari mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada mahasiswa bidang bisnis yang belajar secara konvensional. Adapun kemampuan berpikir kreatif dari mahasiswa yang belajar dengan strategi REACT pengelompokan dan strategi REACT nonpengelompokan tidak berbeda. Kemampuan berpikir kreatif dari mahasiswa bidang bisnis yang mempunyai kemampuan awal baik, sedang dan rendah dan mendapat pembelajaran dengan strategi REACT ternyata lebih baik daripada yang belajar

172 secara konvensional. Perkembangan berpikir kreatif terbaik terjadi pada mahasiswa yang mempunyai kemampuan awal baik. Pengaruh faktor pembelajaran (REACT pengelompokan, REACT nonpengelompokan, dan konvensional) terhadap kemampuan berpikir kreatif tergantung pada level kemampuan awal (baik, sedang, dan rendah). Dengan kata lain terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kreatif. Mahasiswa bidang bisnis yang mempunyai kemampuan awal sedang, kemampuan berpikir kreatif mereka akan lebih berkembang jika diberi pembelajaran dengan strategi REACT nonpengelompokan. Adapun mahasiswa bidang bisnis yang mempunyai kemampuan awal rendah, kemampuan berpikir kreatif mereka akan lebih berkembang jika diberi pembelajaran dengan strategi REACT pengelompokan. Pembelajaran dengan strategi REACT dan kemampuan awal mahasiswa ternyata berkontribusi cukup besar pada kemampuan pemecahan masalah. Kontribusi kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kreatif ternyata lebih besar daripada kontribusi pembelajaran dengan strategi REACT. Sikap mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan strategi REACT pengelompokan lebih positif daripada mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan strategi REACT nonpengelompokan. B. Implikasi Melalui penelitian ini terungkap bahwa kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif dari mahasiswa bidang bisnis yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada mahasiswa bidang bisnis yang belajar secara konvensional. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif dari mahasiswa bidang bisnis. Ini berarti pembelajaran matematika dengan strategi REACT akan meningkatkan mutu pembelajaran matematika di perguruan tinggi bidang bisnis. Mengingat pembelajaran dengan strategi REACT lebih berhasil daripada pembelajaran secara konvensional dan teori yang mendasari pembelajaran dengan

173 strategi REACT adalah teori konstruktivisme, maka paradigma pembelajaran matematika di perguruan tinggi bidang bisnis perlu bergeser dari konvensional ke konstruktivisme. Pergeseran pembelajaran yang diperlukan adalah bergeser dari strategi tekstual ke kontekstual, dari individual learning ke cooperative learning dan dari pola dosen aktif, mahasiswa: duduk, diam, mencatat dan menghafal ke mengembangkan dan membiasakan sistem kolaborasi, menerima pemikiran mahasiswa apa pun adanya. Dalam penelitian ini terungkap bahwa mahasiswa bidang bisnis yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah yang belajar dengan stratergi REACT ternyata kemampuan mereka dalam hal pemecahan masalah dan berpikir kritis kurang berkembang. Namun mahasiswa bidang bisnis yang berkemampuan awal baik dan belajar dengan strategi REACT ternyata kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatifnya berkembang optimal. Dengan demikian dosen matematika yang mengajar pada program studi bisnis perlu memperhatikan kemampuan awal dan perlu memberikan perhatian lebih kepada mahasiswa kelompok sedang dan rendah agar kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritisnya meningkat. Perhatian lebih itu dapat berupa intervensi dengan teknik scaffolding. Scaffolding harus segera ditarik jika mahasiswa sudah menunjukkan tanda-tanda dapat berpikir dan bekerja mandiri. Mengingat ada interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kreatif, maka pembelajaran dengan strategi REACT akan memberikan hasil yang optimal bila dosen berhasil mengelompokkan mahasiswa atas dasar pengetahuan awal, pengalaman, dan kultur sehomogen mungkin. Jadi agar pembelajaran lebih berhasil, dosen kelas REACT perlu mengenal pengalaman, budaya, dan pengetahuan mahasiswa sedini mungkin. C. Saran Saran yang dikemukakan pada sesi ini terbagi atas tiga bagian, yaitu untuk pembuat kebijakan, untuk dosen, dan untuk penelitian berikutnya. Mengacu pada implikasi dan melihat keberhasilan pembelajaran matematika dengan strategi REACT dalam meningkatkan kemampuan pemecahan

174 masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif, maka disarankan kepada institusi pendidikan tinggi agar pembelajaran kontekstual dengan strategi REACT disebarluaskan atau dilatihkan kepada dosen-dosen matematika di perguruan tinggi bidang bisnis. Karena Strategi REACT potensial dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa, maka pembelajaran matematika dengan strategi REACT dapat dijadikan pilihan oleh dosen matematika di program studi bisnis. Untuk mengajarkan matematika dengan strategi REACT, dosen perlu mengetahui dan mempelajari pandangan konstruktivisme tentang pola belajar dan mengajar, bahan ajar, strategi mengajar, fungsi dan peran dosen, hubungan dosen dan mahasiswa, dan mengevaluasi pembelajaran. Pola belajar dalam pandangan konstruktivisme tidak potongan demi potongan menjadi gambar tetapi dari ada kerangka yang selanjutnya ditempeli gambar (Zamroni, 2000). Tidak dari pokok bahasan ke sub pokok bahasan melainkan dari ada kerangka konseptual yang selanjutnya harus dilengkapi agar terbentuk pemahaman yang utuh tentang konsep atau pengetahuan tersebut. Paham konstruktivis mengartikan mengajar sebagai partisipasi dengan mahasiswa dalam membentuk pengetahuan, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Konstruktivisme juga memandang mengajar bukan memindahkan pengetahuan dari dosen kemahasiswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan mahasiswa membangun pengetahuannya. Bahan ajar kelas konstruktivis juga perlu disiapkan secara khusus, mungkin oleh tim dosen, karena pembelajaran dengan strategi REACT tidak dimulai dari pokok bahasan ke sub pokok bahasan melainkan atas dasar konteks atau masalah yang realistik. Bahan ajar perlu diajukan dalam bentuk problem, tema dan terintegrasi, tidak tersusun dalam bentuk pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Sasarannya adalah pemahaman konsep, hubungan dan keterkaitan antar variabel. Tugas dosen dalam pembelajaran adalah merangsang pemikiran, menciptakan persoalan yang merangrang berpikir tingkat tinggi, membiarkan

175 mahasiswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya serta menguji dan mengkritisi konsep mahasiswa. Disamping itu, dosen perlu menguasai bahan secara luas dan paham materi aplikasi matematika apa saja yang perlu diajarkan secara luas agar dapat fleksibel dalam menerima gagasan mahasiswa yang bervariasi. Penelitian tentang dampak strategi REACT pada kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif di tingkat universitas ini perlu dilanjutkan karena belum diuji dari sisi kompetensi berpikir matematis yang lain seperti pemahaman, penalaran, representasi, komunikasi, dan disposisi berpikir kritis. Waktu penelitian yang hanya setengah semester dan pengukuran kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan berpikir kreatif yang tidak melibatkan sisi afektif dan meta kognitif juga menjadi pertimbangan lain untuk melanjutkan penelitian ini. Diharapkan dengan dilanjutkannya penelitian ini, maka generalisasi dari hasil penelitian dengan strategi REACT menjadi lebih luas. Salah satu kompetensi berpikir matematis yang layak dipertimbangkan untuk diteliti dengan menggunakan pembelajaran stratergi REACT adalah kemampuan komunikasi dan disposisi berpikir kritis. Kemampuan komunikasi layak dipertimbangkan karena pembelajaran matematika di perguruan tinggi nonmatematika, matematika dipergunakan sebagai salah satu alat mengkomunikasikan ide, konsep ilmu yang dipelajari atau cara memecahkan masalah. Jika penelitian ini berhasil, maka mahasiswa akan banyak terbantu dan mungkin lancar mengemukan ide, konsep, dan gagasan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajarinya. Selain itu generalisasi hasil penelitian ini menjadi lebih luas. Disposisi berpikir kritis juga layak diteliti karena hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap mahasiswa yang belajar dengan REACT pengelompokan lebih positif daripada yang belajar dengan REACT nonpengelompokan namun kita belum tahu apakah setelah mereka meningkat kemampuan berpikir kritisnya, mereka itu akan menerapkan, mencintai dan membiasakan berpikir kritis. Selain pembelajaran dengan strategi REACT, strategi yang dapat diper-

176 gunakan adalah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Strategi Proses, Life Skills Education, Authentic Education, Problem-Based Learning (belajar berbasis masalah), Cooperative/collaborative Learning (belajar kooperatif), Project Based Learning (belajar berbasis proyek), dan Service Based Learning (belajar berbasis jasa-layanan), Work Based Learning (belajar berbasis kerja), Inquiry-Based Lerning (Nurhadi, 2002; Sabandar, 2003). Sebagaimana diketahui bahwa kesepuluh strategi tersebut berasosiasi dengan srtategi REACT karena sama-sama berbasis konstruktivisme.