commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran Kontekstual. B. Pemahaman Judul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

PASAR SENI DI SANGIRAN SKRIPSI

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

Persepsi dan Partisipasi Publik dalam Upaya Pemanfaatan Museum Situs Sangiran Berbasis Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

Gigih Juangdita

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEASIDE HOTEL DI JEPARA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

CITY HOTEL BINTANG 3 DI PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sumber: data pribadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke jaman, seirama dengan perkembangan mode. Sekitar abad. berubah menjadi barang yang memiliki fungsi ekonomis di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

PEKALONGAN BATIK CENTER

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB III METODE PERANCANGAN

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA CIATER DI SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WEDDING CENTRE DI SURAKARTA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KAWASAN WISATA SELO, BOYOLALI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual. B. Pemahaman Judul Berikut ini akan diuraikan perumusan judul berdasarkan terminologi beberapa satuan judul yaitu Pasar Seni di Sangiran Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual. 1. Pasar Seni Pasar adalah tempat orang berjual beli, (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam pengertian sederhana, pengertian pasar adalah sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jualbeli barang atau jasa (http://carapedia.com/pengertian_arti_definisi_pasar, diakses 05 Desember 2012) Seni adalah karya yg diciptakan dengan keahlian yg luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sehingga Pasar Seni adalah sebuah tempat atau wadah yang menampung kegiatan jual beli seperti pasar pada umumnya, tetapi yang dijual merupakan barang-barang seni atau hasil cipta manusia dengan keahlian yang tinggi. BAB I - 1

2. Kawasan Sangiran Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia World Heritage List Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. 3. Pemberdayaan Masyarakat Pada masa sekarang ini, pemberdayaan telah menembus berbagai disiplin ilmu, sehingga banyak definisi pemberdayaan diberikan oleh para ahli sesuai dengan bidang ilmu yang dikajinya. Konsep pemberdayaan sebagaimana didefinisikan oleh Pranarka dan Moeljarto misalnya, lebih mengacu pada konsep dasar terlalu umum, yaitu upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif BAB I - 2

secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi, (Pranarka dan Moeljarto 1996:56 ). Konsep pemberdayaan dalam tulisan ini, diartikan sebagai upaya untuk memampukan masyarakat di sekitar situs Sangiran dalam konteks kepentingan pengelolaan warisan budaya, dengan cara mendorong, memotivasi sekaligus membangkitkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya mengembangkannya untuk memperoleh kemandirian dalam meningkatkan taraf hidupnya. Masyarakat di sekitar situs arkeologi Sangiran adalah masyarakat yang bermukim di sekitar situs Sangiran dalam wilayah administratif desa atau pun kecamatan dan mereka yang memiliki interaksi dengan situs tersebut. Mereka inilah yang diberdayakan tidak terbatas dari aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya sesuai dengan keperluan. 4. Arsitektur Kontekstual Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus mengikuti langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan BAB I - 3

memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam konteks yang baik. (http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=75579, diunduh 05/09/2012) Stuart Cohan dan Steven Hurtt, yang mengaku memperkenalkan kontekstualisme, menyatakan bahwa kontekstualis bermaksud memeluk spirit/jiwa bangunan-bangunan tua dan lingkungan yang bersejarah ke dalam rancangan baru, bukan sekedar melalui bentuk. Dengan demikian kontekstualisme dapat memberi tempat sekaligus membuka persoalan dengan aliran/paham lain seperti environmentalism, konservasionism, regionalism, postmodemism, dsb yang sedang berkembang (Charles Jencks and Karl Kropf (ed.), 1997). Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah pemahaman mengenai Pasar Seni di Sangiran Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual, merupakan sebuah penyelesaian dalam upaya peningkatan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di Sangiran maupun eksistensi Situs Sangiran dengan menitik beratkan pada penyediaan wadah, kegiatan beserta fasilitas pendukungnya melalui building arsitektural dengan pendekatan konsep arsitektural kontekstual sebagai upaya harmonisasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Perkembangan selanjutnya dari gagasan ini akan merujuk pada pemahaman yang telah disebut di atas dengan tanpa mengurangi kemungkinan akan berkembangnya ide pada saat proses berpikir, merencanakan, dan merancang. BAB I - 4

C. Latar Belakang 1. Kondisi Kawasan Situs Sangiran Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran stratigrafinya. Saat ini kawasan situs sangiran mulai di upayakan untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata bertaraf internasional. Sejak dibangun pada 2005, Museum Manusia Purba Sangiran di Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang juga pembuat Design Engineering Plan Sangiran, Prof. Dr. Wiendu Nuryanti. Pada awalnya Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 m 2 yang terletak di samping Balai Desa Krikilan. Sebuah museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1980 karena mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan dan sekaligus untuk melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata yang nyaman. Bangunan tersebut seluas 16.675 m 2 dengan ruangan museum seluas 750 m 2. Di Museum Sangiran terus dilakukan pembenahan dan penambahan bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas BAB I - 5

keberadaannya sebagai warisan dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Museum Sangiran sekarang telah berevolusi menjadi sebuah museum yang megah dengan arsitektur modern. (http://www.museumindonesia.com/museum/19/1/museum_purbakala_ Sangiran_Sragen, diakses 03/09/2012) Gbr I. 1. Museum Sangiran Saat Ini Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012) Dengan adanya pembenahan yang terus menerus dilakukan, Museum Sangiran sekarang ini telah menjadi sebuah museum arkeologi yang bertaraf internasional. Sehingga museum ini dapat menjadi magnet utama bagi kawasan Sangiran dalam menarik wisatawan. Dari hasil penjualan tiket retribusi Museum Sangiran jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu rata-rata sebesar 25% pertahunnya. Jumlah pengunjung Museum Sangiran tahun 2008-2012 : Pengunjung tahun 2008 : 56.999, tahun 2009: 71.986, tahun 2010 : 116.896, tahun 2011 : > 130.000, tahun 2012 : > 177.000. BAB I - 6

Dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung di kawasan situs Sangiran, diharapkan mampu menjadi potensi untuk penyediaan fasilitas bagi pengunjung berupa Pasar Seni. 2. Perekonomian Masyarakat di Kawasan Situs Sangiran Sejak pemerintah menetapkan kawasan Sangiran sebagai cagar budaya pada 1977, banyak warga yang mencari nafkah sebagai perajin batu. Saat ini ada 35 perajin di Krikilan. Karya-karya mereka dijual sebagai suvenir di galeri dan kios yang tersebar di sekitar Museum Sangiran. Gbr I. 2. Kerajinan Pahat Batu Krikilan Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012) Selain perajin batu, di kawasan sangiran masih terdapat kerajinan yang lain yang dapat di angkat sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain, Kerajinan anyaman bambu di Bukuran, Kerajinan garment (batik) di Plupuh, Kerajinan batok kelapa di Ngebung. BAB I - 7

Gbr I. 3. Kerajinan Anyaman Bambu Dan Batok Kelapa Sumber: DED kawasan sangiran, 2007 Perkembangan usaha penjualan souvenir mengalami beberapa hambatan, salah satunya disebabkan karena adanya persaingan harga yang ketat antar toko-toko souvenir dan penyajian barang dagangan yang ala kadarnya. Karena penjual souvenir menjadikan rumah mereka sebagai show room untuk barang dagangannya. Sehingga diperlukan sebuah wadah yang diharapkan mampu membantu masyarakat dalam penyajian barang dagangan souvenir dan management agar meminimalisir persaingan harga antar pedagang maupun pengerajin. Gbr I. 4. Kios Souvenir Di Sangiran Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012) BAB I - 8

3. Pendekatan Arsitektur Kontekstual Sebagai Arah Perancangan Pasar Seni di Sangiran Kata "kontekstual" di dalam perancangan arsitektur dan kota telah banyak disalah-artikan dalam pengertian "regionalisme", "jati diri", "kepribadian", bahkan menjadi pandangan kedaerahan yang sempit. Teori tersebut bersamaan waktu dengan munculnya teori perancangan kelompok Tendenza yaitu mazab rasionalisme baru di Eropa; ditulis oleh Aldo Rossi dkk. Padahal dalam beberapa kasus penyelesaian kawasan dengan menggunakan pendekatan arsitektur kontekstual, tingkat keberhasilan kawasan baru dalam mengangkat sebuah citra kawasan lama justru lebih banyak ditemukan pada kawasan lama yang dapat memberi tempat sekaligus membuka persoalan dengan aliran/paham lain seperti environmentalism, konservasionism, regionalism, postmodernism, dsb. Hal inilah yang kemudian dijadikan latar belakang bagi pendekatan arsitektur kontekstual yang diambil sebagai upaya perancangan Pasar Seni di Sangiran agar didapatkan keselarasan formalisme bangunan baru dengan bangunan lama atau lingkungan lama dengan style arsitektur yang tetap mempertimbangkan kontinyuitas visual lingkungan sekaligus minat masyarakat terhadap arsitektur (fitting new buildings with the old). Disamping itu, juga sebagai upaya pelestarian budaya dalam hal ini bentuk-bentuk visual maupun fungsional bangunan tradisional di kawasan Situs Sangiran. BAB I - 9

D. Permasalahan Dan Persoalan 1. Permasalahan Bagaimana mewujudkan sebuah Pasar Seni yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sangiran yang berbasis pemberdayaan, serta mencitrakan fungsi bangunan melalui penekanan desain Arsitektur kontekstual 2. Persoalan a. Bagaimana pemilihan dan penataan site berdasarkan sirkulasi, kontur, orientasi bangunan, pengaruh lingkungan dan zonifikasi yang sesuai untuk pasar seni yang konteks terhadap lingkungan Sangiran. b. Bagaimana pemilihan dan penerapan gaya arsitektur dalam pasar seni yang sesuai dengan arsitektur kawasan Sangiran. c. Bagaimana bentuk dasar massa, tampilan bangunan, dan pola tata massa bangunan pasar seni yang mencerminkan keselarasan dengan lingkungan sekitar. d. Bagaimana penataan tapak dan pengolahan landskap yang sesuai dengan kebutuhan peruangan untuk Pasar Seni agar tercipta kesesuaian dengan lingkungan sekitar. e. Bagaimana mengaplikasikan material-material lokal dalam pasar seni agar tercipta keselarasan dengan lingkungan sekitar. f. Bagaimana sistem struktur yang diaplikasikan pada bangunan pasar seni. g. Bagaiman sistem utilitas baik bangunan maupun landskap untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan pengguna pasar seni. BAB I - 10

E. Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan Menghasilkan konsep perencanaan dan perancang Pasar Seni berdasarkan karakter pemberdayaan masyarakat ditinjau segi pemenuhan kebutuhan ruang beserta persyaratan teknis sekaligus dari segi kenyamanan bagi pengguna bangunan serta merencanakan dan merancang suatu bangunan yang representatif dari sisi fungsi, serta dapat mencitrakan kegiatan yang ada melalui pendekatan desain arsitektur kontekstual. 2. Sasaran a. Konsep pemilihan dan penataan site berdasarkan sirkulasi, kontur, orientasi bangunan, pengaruh lingkungan dan zonifikasi yang sesuai untuk pasar seni yang konteks terhadap lingkungan Sangiran. b. Konsep pemilihan dan penerapan gaya arsitektur dalam pasar seni yang sesuai dengan arsitektur kawasan Sangiran. c. Konsep bentuk dasar massa, tampilan bangunan, dan pola tata massa bangunan pasar seni yang mencerminkan keselarasan dengan lingkungan sekitar. d. Konsep penataan tapak dan pengolahan landskap yang sesuai dengan kebutuhan peruangan untuk Pasar Seni agar tercipta kesesuaian dengan lingkungan sekitar. e. Konsep pengaplikasian material-material lokal dalam pasar seni agar tercipta keselarasan dengan lingkungan sekitar. f. Konsep sistem struktur yang diaplikasikan pada bangunan pasar seni. BAB I - 11

g. Konsep sistem utilitas baik bangunan maupun landskap untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan pengguna pasar seni. F. Lingkup Dan Batasan Pembahasan 1. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan adalah lingkungan disiplin ilmu arsitektur yaitu pada aspek fisik dan non fisik yang mendukung lingkupan arsitektur yang terjadi. Sedangkan untuk hal-hal diluar bidang arsitektur, jika dianggap mendasari dan menentukan faktor perancangan fisik, akan dibahas secara garis besar dalam batas sebagai pertimbangan sesuai dengan porsi yang terlibat. Pembahasan dilakukan berdasar pada data yang ada sesuai dengan tujuan dan sasaran. 2. Batasan pembahasan Batasan pembahasan adalah merumuskan konsep perencanaan dan perancangan yang dapat digunakan dalam mendesain sebuah Pasar Seni di Sangiran. G. Metoda Pembahasan Metoda pembahasan dilakukan dengan menggunakan metoda analisa dengan proses pemikiran deduktif, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang ideal, melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Survey / Observasi Pengamatan langsung pada objek sasaran secara fisik di kawasan situs sangiran, serta kondisi lingkungan dan masyarakat di kawasan sangiran. Serta melakukan pengamatan pasar seni yang lain yang telah ada, sebagai bahan studi banding. BAB I - 12

2. Studi literatur Melakukan pengumpulan data dari buku buku, tugas akhir, dan website yang berhubungan dengan pasar seni, kawasan Sangiran, pemberdayaan masyarakat, dan arsitektur kontekstual. 3. Studi komparasi Untuk lebih mendukung obyek pembahasan, dilakukan juga studi banding dari obyek yang memiliki latar belakang atau pendekatan konsep yang hampir sama dengan obyek perencanaan dan perancangan. Studi komparasi yang dilakukan dengan mempelajari preseden Pasar Seni yang telah ada di Indonesia yakni Pasar Seni Ancol. H. Sistematika Pembahasan 1. Tahap I: Pendahuluan Pembahasan mengenai pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, dan metode pembahasan, serta sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dan dasar dalam perancangan Pasar Seni di Sangiran. 2. Tahap II: Tinjauan Teori Mengulas tentang pasar seni, kajian pemberdayaan masyarakat, studi kasus, serta pembahasan mengenai arsitektur kontekstual sebagai ungkapan fisik fasilitas tersebut. 3. Tahap III: Tinjauan Kabupaten Sragen dan Spesifik Kawasan Sangiran Data Kabupaten Sragen sebagai lokasi kawasan wisata situs sangiran, rencana dan program Pemkab Sragen yang terkait dengan pengembangan BAB I - 13

Situs Sangiran dan pariwisata secara umum untuk mendukung program Sangiran bertaraf internasional, serta gambaran mengenai kondisi masyarakat di Sangiran. 4. Tahap IV: Pasar Seni di Sangiran yang direncanakan Dari berbagai macam analisa dan kecenderunganya, disimpulkan bentukan arsitektural yang tepat untuk selanjutnya diolah dalam perancangan. 5. Tahap V: Analisa dan Konsep Perencanaan dan Perancangan Menganalisa permasalahan yang mencakup segala aspek yang nantinya merupakan pedoman untuk merencanakan dan merancang bentuk fisik Pasar Seni di Sangiran meliputi analisa pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan lokasi, persyaratan ruang, tata massa bangunan, tampilan bangunan, site, pencapaian, orientasi, gubahan massa, pemilihan material, sistem struktur dan utilitas bangunan. 6. Tahap VI: Konsep Perencanaan dan Perancangan Dari berbagai macam analisa dan kecenderunganya, disimpulkan konsep yang tepat untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam perancangan. Diakhiri dengan konsep desain akhir yang muncul dalam fisik perancangan disertai penjelasannya. BAB I - 14