Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

ABSTRAK. Pengetahuan, Sikap dan Pendidika, PWS-KIA di Puskesmas. Volume 2 Nomor 2. Juli Desember JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan ISSN :

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Nisa khoiriah INTISARI

Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan Kehamilan Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur Tahun

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

STUDI PERKEMBANGAN POSYANDU PASCA REVITALISASI POSYANDU DI WILAYAH PUSKESMAS KENJERAN SURABAYA Oleh Pipit Festy

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KADER DENGAN KEGIATAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

PENDAHULUAN ISSN : Jul Tumbol 1, Telly Mamuaya 2, Fredrika N Losu 3. 1,2,3 Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader kesehatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

PERAN KADER DALAM PENINGKATAN STRATA PELAYANAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan ibu. Posyandu dicanangkan tahun 1986, jumlah posyandu di

ABSTRAK GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU DI DESA NGERING KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

Transkripsi:

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu Ainy M. Pakasi 1, Berthina H. Korah 2, Henry S. Imbar 3 1. D IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado 2. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado 3. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado ABSTRAK Latar Belakang : Posyandu adalah tempat untuk melayani kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sehingga mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Permasalahan yang ada di posyandu saat ini masih ada kader kesehatan yang tidak aktif dalam pelayanan posyandu. Tujuan : untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap kader kesehatan dengan pelayanan posyandu Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study di wilayah kerja puskesmas Kakaskasen Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon, yang total populasi dijadikan sampel yaitu kader kesehatan yang berjumlah 60 orang. Data dinalisis dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% α <0,05. Hasil : penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan ibu baik sebanyak 36 orang (60%) dan tingkat pengetahuan ibu kurang baik sebanyak 24 orang (40%) dengan nilai X 2 9.882 dan p=0.002. Sikap rsponden positif 37 responden (62%) dan sikap responden negatif 23 responden (38%) dengan nilai X 2 27,787 dan p=0,000. Kesimpulan : semakin baik pengetahuan pasti baik juga pelayanan yang diberikan dan sikap yang postif akan menunjukkan pelayanan yang baik. Saran perlu melakukan pembinaan secara berkala oleh petugas puskesmas maupun tokoh masyarakat. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pelayanan Posyandu PENDAHULUAN Kesehatan merupakan Hak Azasi Manusia ( UUD 1945, pasal 28 ayat 1 dan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa, agar masyarakat hidup sehat dan akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama. (1) Sejalan dengan paradigma pembangunan, telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010 2014 bidang kesehatan. Kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan berbagai indikator pembangunan Sumber Daya Manusia seperti meningkatkan derajat kesehatan dari status gizi masyarakat, gender, meningkatkan tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk serta menurunnya kesenjangan antar individu, kelompok masyarakat dengan tetap lebih Volume 4 Nomor 1. Januari Juni 2016 15

mengutamakan upaya preventif, promotif serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuh kembangkan Posyandu (1). Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui dan balita. (2) Sejak dicanangkan Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah dicapai. Angka kematian ibu dan bayi telah berhasil diturunkan tahun 2003 AKI tercatat 307/100.000 kelahiran hidup dan AKB 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007) dan turun pada tahun 2007 yaitu untuk AKI 228/100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB menjadi 34/1000 kelahiran hidup. Secara kuantitas perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena setiap desa ditemukan sekitar 3 4 posyandu. Pada saat posyandu dicanangkan tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu dengan rasio 3,55 posyandu per desa/kelurahan. Hasil analisa profil upaya kesehatan bersumber daya masyarakat menunjukkan pergeseran tingkat perkembangan posyandu. Pada tahun 2001 tercatat 44,2% posyandu strata pratama, 34,7 posyandu madya serta 18% posyandu purnama. Posyandu yang tergolong mandiri meningkat dari 3,1 % pada tahun 2001 dan menjadi 4,82 % pada tahun 2007. Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 2007, berpengaruh terhadap kinerja posyandu yang turun secara bermakna. (2) Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah bijak dengan mengeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 4113.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Revitalisasi Posyandu yaitu suatu upaya untuk meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu. Sasaran Revitalisasi adalah semua posyandu yang ada di seluruh Indonesia. Mengingat sumber daya manusia yang terbatas maka sasarannya diutamakan pada posyandu yang sudah tidak aktif atau yang masih berstrata rendah. Revitalisasi sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529 tahun 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Keluarga Siaga Aktif bahwa keaktifan posyandu merupakan salah satu kriteria untuk mencapai desa dan kelurahan siaga aktif. (2) Untuk mencapai desa/kelurahan siaga aktif diperlukan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan mengikutsertakan anggota masyarakat yang bersedia secara sukarela terlibat dalam masalah masalah Volume 4 Nomor 1. Januari Juni 2016 16

kesehatan misalnya sebagai kader. Kader merupakan orang terdekat yang berada di tengah tengah masyarakat yang diharapkan dapat memegang peranan penting khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader juga disebut sebagai penggerak atau promotor kesehatan. (1) Berdasarkan Data Base Propinsi Sulawesi Utara tahun 2009 terdapat 2.226 Posyandu yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon memiliki 7 puskesmas, dimana setiap puskesmas menyelenggarakan pelayanan posyandu sesuai jadwal yang ada. Jumlah posyandu yang ada di kota Tomohon adalah 69 posyandu dan 465 orang kader kesehatan disetiap kelurahan. Jumlah kader yang aktif 318 orang dan yang tidak aktif 147 orang. Puskesmas Kakaskasen yang termasuk bagian dari kota Tomohon memiliki 12 Posyandu dengan 60 kader kesehatan yang diambil 10 kader setiap kelurahan. Jumlah kader yang aktif 34 orang dan yang tidak aktif 26 orang. Hasil survei yang diperoleh adalah banyak kader kesehatan yang tidak aktif dan ada kader yang sudah usia lanjut, tetapi bila dilihat kinerjanya kader usia lanjut lebih aktif dibandingkan dengan kader yang masih muda, namun ilmu pengetahuan yang di dapat kader usia lanjut berbeda dengan ilmu yang di dapat kader yang masih berusia muda dimana kader yang masih muda mendapatkan ilmu pengetahuan terkini tentang pelayanan posyandu, sedangkan kendalanya kader yang masih muda tidak menerapkan ilmu sesuai tugas pokok dan fungsi dalam pelayanan posyandu. Pelayanan posyandu kader usia muda selalu datang terlambat dan tidak melaksanakan tugasnya sesuai tugas pokok dan fungsi, bahkan kader tidak mempersiapkan tempat pelayanan posyandu. Hasil wawancara dengan 10 kader kesehatan yang ada di 12 Posyandu yaitu 3 orang mengatakan sibuk mengurus anak ke sekolah, 3 orang mengatakan kalau pagi harus ke pasar dulu kemudian ke posyandu dan 4 kader mengatakan kalau pemerintah setempat tidak memperhatikan kesejahteraan mereka seperti tidak mendapatkan pembagian beras miskin sehingga mereka menjadi malas untuk datang ke posyandu. Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap kader kesehatan dengan pelayanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kakaskasen. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua kader kesehatan yang ada di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kakaskasen Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon sebanyak 60 orang, Sampel diambil dengan cara consecutive yaitu total populasi yang berjumlah 60 sampel. HASIL Volume 4 Nomor 1. Januari Juni 2016 17

Umur : 20-45 tahun > 45 tahun Pendidikan : SD SMP SMK / SMA Pengetahuan : Baik Kurang Sikap: Positif Negatif Table 1; Karakteristik Responden Variabel n % Pelayanan_Posyandu : Baik Kurang 35 25 6 23 31 36 24 37 23 37 23 58 42 10 38 52 60 40 62 38 62 38 Dari tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi umur responden terbanyak adalah umur 20-45 tahun sebanyak 35 oresponden (58%). distribusi tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMK/SMA yaitu 31 responden (52%) dan yang terendah adalah SD 6 responden (10%). distribusi tingkat pengetahuan responden yaitu pengetahuan baik 36 reponden (60%) dan pengetahuan kurang 24 responden (40%). Berdasarkan sikap positif 37 responden (62%) dan sikap negatif 23 responden (38%). Pelayanan posyandu baik 37 responden 9 (62%) dan Pelayanan posyandu kurang 23 responden (38%). Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan dengan Pelayanan Posyandu Tabel 2. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden dengan Pelayanan Posyandu Pelayanan Posyandu Variabel Baik Kurang x 2 p n % n % Pengetahuan : Baik Kurang 28 9 47 15 8 15 13 25 9.882 0.002 Sikap : Positif Negatif 33 4 55 8 5 18 7 41 27.787 0.000 Tabel 2 menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan pelayanan posyandu nilai X 2 = 9,882 dan nilai p = 0,002 artinya pengetahuan baik dari Volume 4 Nomor 1. Januari Juni 2016 18

responden akan menghasilkan pelayanan posyandu yang baik juga karena responden lebih cepat menerima dan memahami akan pesan yang disampaikan. Uji statistik menunjukkan ada hubungan antara sikap responden dengan pelayanan posyandu nilai X 2 =27,787 dan nilai p=0.000 artinya responden yang mempunyai sikap positif akan menunjukkan pelayanan posyandu yang baik. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian untuk kategori umur responden yaitu umur 20-45 tahun 35 responden (58%) yang merupakan umur terbanyak dan yang paling sedikit umur <45 tahun 25 responden (42%), hal ini menunjukkan sebagian besar responden pada umur produktif. Tingkat pendidikan dari responden yang paling banyak yaitu responden dengan pendidikan SMA/SMK yaitu 31 responden (52%) dan yang berpendidikan terendah adalah SD 6 responden (10%). Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap informasi yang datang dari luar. Responden yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah mengerti dan memahami informasi yang diberikan tentang pelayanan posyandu. Pengetahuan responden tentang pelayanan posyandu menunjukkan 36 responden (60%) menyatakan bahwa pengetahuan mereka baik. Hal tersebut karena tingkat pendidikan terakhir responden sebagian besar SMA/SMK (52%). Pengetahuan yang dimiliki responden merupakan salah satu faktor pencetus yang memberikan pengaruh terhadap perubahan sikap dalam pelayanan posyandu. Sikap responden dalam pelayanan posyandu menunjukkan sikap positif yaitu 37 responden (62%) dan yang bersikap negatif 23 responden (38%). Responden yang bersikap negatif cenderung tidak aktif karena berbagai alasan mulai dari sibuk mengurus rumah tangga, mengantar anak ke sekolah bahkan terjadi kesenjangan dengan pemerintah setempat yang tidak memperhatikan kesejahteraan mereka seperti tidak mendapatkan beras miskin yang menyebabkan responden menjadi malas untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai kader kesehatan. Pelayanan Posyandu berjalan baik dengan 37 responden (62%) dan yang kurang adalah 23 responden (38%). Pengetahuan yang baik serta sikap positif akan menghasilkan pelayanan posyandu yang baik. Sejalan dengan tugas pokok dan fungsinya sudah selayaknya pemerintah lebih menghargai peran kader dalam pelayanan posyandu dengan memberikan insentif. Penghargaan yang diberikan akan menjadi motivasi tersendiri sehingga kader akan bersikap positif serta aktif dalam tugasnya di posyandu. Berdasarkan data responden untuk hubungan pengetahuan responden dengan pelayanan posyandu setelah diuji dengan menggunakan chi square mendapat hasil nilai X 2 = 9, 882 dengan nilai p=0.002 sehingga dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan kader kesehatan dengan pelayanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kakaskasen Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon. Berdasarkan data di atas diperoleh hasil adanya hubungan pengetahuan kader kesehatan dengan pelayanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kakaskasen Volume 4 Nomor 1. Januari Juni 2016 19

Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon, hal ini terlihat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana sejumlah 36 responden (60%) menyatakan pengetahuan responden dengan pelayanan posyandu tergolong baik, serta sejumlah 24 responden (40%) menyatakan bahwa pengetahuan responden masih kurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setijowati terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader kesehatan dengan pelayanan posyandu di Puskesmas Niki Niki Kecamatan Amuban Tengah Kabupaten Timur tengah Selatan dimana sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik tentang pelayanan posyandu yang ada di wilayah kerjanya. (3) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang. (4) Hasil penelitian untuk kategori sikap positif 37 responden (61%) dan yang bersifat negatif 23 responden (38%). Berdasarkan data responden yang diteliti setelah diuji dengan menggunakan chi square mendapat hasil X 2 =27,787 dengan nilai p=0.000 sehingga dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap responden dengan pelayanan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kakaskasen Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2012) mengenai hubungan pengetahuan dan sikap kader kesehatan dengan aktifitasnya dalam pelayanan posyandu di Kabupaten Buleleng. Sikap responden yaitu 33 (55%) responden mempunyai sikap yang baik dan 27 responden (45%) mempunyai sikap yang kurang. Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji dengan menggunakan regresi logistik ganda di dapatkan bahwa terdapat hubungan secara statistik antara sikap dengan pelayanan posyandu, sikap yang positif akan menunjukkan pelayanan posyandu yang baik.(5) hasil penelitian ini bertentangan dengan yang menunjukkan sebagian besar kader mempunyai pengetahuan kurang terutama dalam hal penyuluhan serta kunjungan rumah. (6) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Berdasarkan teori diatas menurut peneliti hal ini dibuktikan dengan adanya upaya yang telah dilakukan oleh pihak Puskesmas Kakaskasen Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon yaitu memberikan penyuluhan, pembinaan kader Volume 4 Nomor 1. Januari Juni 2016 20

dan mengikut sertakan kader kesehatan dalam pelatihan baik di tingkat kecamatan, kota maupun tingkat propinsi dan juga adanya informasi dari media cetak dan elektronik tentang pelayanan posyandu. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Depkes RI; (2011). 2. Kementerian Kesehatan RI. Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta: Depkes RI; (2011). 3. Setijowati N. Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Kader Posyandu terhadap Pelayanan Posyandu Jakarta 2008. Depkes RI; (2012) [cited 2013 4 Februari]. 4. Notoatmojo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta; (2007). 5. Risnelty N. Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) di Desa Kadilangu Sukoharjo. Surakarta: Sekolah Tinggi Kesehatan Kusuma Husada Surakarta; (2012). 6. Latif RVN. Hubungan Faktor Predisposing Kader ( Pengetahuan dan sikap Kader terhadap Posyandu) dengan Praktik kader dalam Pelaksanaan Posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan; (2012). Volume 4 Nomor 1. Januari Juni 2016 21