SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB III PEMODELAN DATA IHSG DAN LAJU INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR AUTOREGRESSIVE WITH EXOGENOUS VARIABLE (VARX)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber tetap yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

BAB 3 SMOOTH TRANSITON AUTOREGRESSIVE. waktu nonlinear yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR).

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB II LANDASAN TEORI

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH. Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNS

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Metode Deret Berkala Box Jenkins

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

Tugas Akhir. Peramalan Penjualan Produk Minuman TB Wilayah Pemasaran Jawa Timur dengan Menggunakan Metode VARIMA. Oleh : C. Ade Kurniawan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA. Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN MODEL ARCH/GARCH MODEL ARIMA DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

PERAMALAN NILAI EKSPOR DAN NILAI IMPOR INDONESIA KE JEPANG MENGGUNAKAN MODEL VARIMA

Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2012 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma)

BAB II KAJIAN TEORI. mendukung pembahasan bab- bab berikutnya, yaitu matriks, analisis multivariate,

Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 1.

ESTIMASI INFLASI WILAYAH KERJA KPwBI MALANG MENGGUNAKAN ARIMA-FILTER KALMAN DAN VAR-FILTER KALMAN

BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH.

Pemodelan Inflasi di Kota Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta dengan pendekatan GSTAR

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI BRANTAS DENGAN MODEL GSTAR DAN ARIMA. Abstrak

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PENENTUAN MODEL TERBAIK UNTUK PERAMALAN DATA SAHAM CLOSING PT. CIMB NIAGA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ARCH-GARCH

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

ESTIMASI PARAMETER MODEL SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) DENGAN RESIDU BERPOLA AUTOREGRESSIVE ORDE SATU MENGGUNAKAN METODE PARK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERAMALAN DATA SAHAM S&P 500 INDEX MENGGUNAKAN MODEL TARCH

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA)

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

KAJIAN TEORI. atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14) Rata rata (μ) dari distribusi probabilitas

Bab 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi normal dengan fungsi distribusi P(Z 1, Z 2,..., Z n ). Model VARMA dengan orde (p, q) memiliki bentuk umum sebagai berikut : Φ Θ, t diskrit (3.1) di mana Φ I Φ Φ dan Θ I Θ Θ adalah matrik polinomial (k x k) yang merupakan operator dari AR(p) dan MA(q). B adalah operator backshift, I adalah matriks identitas dan a t adalah white noise. Model diasumsikan stasioner dan invertible. Banyak situasi dimana proses Y t tidak hanya sebagai hasil dari input stokastik murni, tetapi mungkin juga tergantung pada input yang dikontrol. Metode Vektor Autoregressive Moving Average X (VARMAX) adalah pengembangan dari model VARMA dengan menambahkan variabel eksogen atau X di sebelah kanan persamaan. Persamaan model linear secara umum, di mana terdapat variabel eksogen, dilakukan dengan mengembangkan persamaan (3.1) sebagai beikut : Φ Θ, t diskrit (3.2)

36 Di mana adalah matriks polinomial (k x m) dan X t adalah m deret variasi mewakili input yang dikontrol dan atau gangguan yang perlu diperhatikan. 3.2. Identifikasi Model Pada runtun waktu univariate, model diidentifikasi berdasarkan pola dari fungsi autokorelasi dan fungsi autokorelasi parsial dari deret waktu yang sudah stasioner. Identifikasi model VARMAX juga menggunakan konsep ini yaitu dilihat dari pola fungsi autokorelasi dan fungsi autokorelasi parsial dari data runtun waktu yang sudah stasioner. Selain itu penentuan orde juga mempertimbangkan nilai AIC (Akaike s Information Criterion) yang paling minimum. 3.2.1. Kestasioneran Data Kestasioneran data dapat diketahui dengan cara visualisasi yaitu dengan melihat plot fungsi matriks autokorelasi sampel (MACF) dan fungsi matriks autokorelasi parsial (MPACF). Suatu proses {a t } disebut white noise jika proses tersebut merupakan suatu deretan variabel random yang berurutan tidak saling berkorelasi dan mengikuti suatu distribusi tertentu dengan mean konstan yang diasumsikan bernilai nol, varians konstan dan, 0 untuk semua 0 (Wei, 1990). Suatu proses white noise {a t } adalah stasioner dengan fungsi autokovarians : ; 0 0; 0

37 Dan fungsi autokorelasi adalah sebagai berikut : 1; 0 0; 0 Serta fungsi autokorelasi parsial sebgai berikut : 1; 0 0; 0 Kestasioneran data terbagi menjadi dua yaitu kestasioneran dalam mean dan varians. Data runtun waktu yang tidak stasioner dapat distasionerkan dengan cara sebagai berikut : a. Ketidakstasioneran dalam Mean Data runtun waktu yang tidak stasioner dalam mean berarti memiliki mean yang tidak konstan atau meannya terpengaruh oleh waktu. Cara yang digunakan untuk mengatasi ketidakstasioneran dalam mean ini dengan melakukan pembedaan (differencing) terhadap data runtun waktu. b. Ketidakstasioneran dalam Varians Data runtun waktu yang tidak stasioner dalam varians berarti mempunyai varians yang tidak konstan atau variansnya terpengaruh oleh waktu. Cara yang digunakan untuk mengatasi ketidakstasioneran dalam varians yaitu dengan melakukan transformasi. 3.2.2. Fungsi Matriks Kovarians Misalkan,,, 0, 1, 2, Adalah vektor bilangan real berdimensi 2 dengan rata-rata,, konstan untuk tiap 1,2 dan varians silang antara, dan, untuk semua i, j = 1,2

38 adalah suatu fungsi hanya untuk lag-k. jadi pada runtun waktu bivariate stasioner berlaku: (3.3) Dan matriks kovarians: Γ,,,,,,,,,,,,,, (3.4) Di mana:,,,, untuk 0, 1, 2,, i =1,2 dan j =1,2 sebagai suatu fungsi dari k, Γ disebut fungsi matriks kovarians untuk proses vektor. Untuk i = j, adalah fungsi autokovarians untuk komponen proses,, sedangkan untuk, adalah fungsi kovarians silang antara, dan,. Matriks varians dari runtun waktu bivariate adalah matriks kovarians pada lag nol, yaitu Γ0. Σ Γ0,

39 Dalam runtun waktu univariate berlaku, akan tetapi dalam runtun waktu bivariate tidak demikian, yaitu: Γ Γ,, Karena untuk, seperti ditunjukan pada uraian berikut,,,,,,,,,, Sehingga diperoleh: Γ Γ (3.5) Jadi untuk runtun waktu bivariate, fungsi matriks kovarians pada lag-k tidak sama dengan fungsi matriks kovarians pada lag (-k), Γ Γ, akan tetapi fungsi matriks kovarians pada lag-k sama dengan transpose fungsi matriks kovarians pada lag (-k), Γ Γ. 3.2.3. Fungsi Matriks Korelasi Fungsi matriks korelasi untuk proses vektor didefinisikan sebagai berikut: Γ (3.6) Di mana D adalah matriks diagonal dengan elemen diagonal ke-i adalah varians dari proses ke-i. untuk runtun waktu bivariate, fungsi matriks korelasi dituliskan sebagai berikut:

40, 0 0,, 0 0, 0 0 0 0 0 0 0 0 (3.7) Elemen diagonal ke-i dari matriks, yaitu adalah fungsi autokorelasi untuk runtun waktu,, sedangkan elemen diluar diagonal matriks adalah fungsi autokorelasi silang antara runtun, dan,, dituliskan sebagai berikut:, 0 0 Fungsi korelasi silang untuk runtun waktu bivariate adalah sebagai berikut: Substitusikan (3.5) pada (3.8) sehingga diperoleh: 0 0 (3.8) (3.9) Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa:,,, dan. Sehingga matriks fungsi autokorelasi dapat dituliskan sebagai berikut:

41 (3.10) Untuk runtun waktu bivariate, fungsi matriks korelasi pada lag-k tidak sama dengan fungsi matriks korelasi lag (-k), yaitu, akan tetapi fungsi matriks korelasi pada lag-k sama dengan transpose fungsi matriks korelasi pada lag (-k), yaitu. Kadang-kadang fungsi matriks kovarians dan fungsi matriks korelasi disebut juga dengan fungsi matriks autokovarians dan fungsi matriks autokorelasi. 3.2.4. Fungsi Matriks Korelasi Parsial Dalam runtun waktu univariate, fungsi autokorelasi parsial sangat berguna untuk mengidentifikasi orde dari model AR(p), Di mana 0 untuk, begitu pula halnya dengan matriks autoregresi parsial dalam runtun waktu multivariate. Tiao dan Box (1994) mendefinisikan matriks autoregresi parsial pada lag ke-s, dinotasikan dengan (s), Di mana (s) sama dengan Φ, dalam regresi linear multivariate, dituliskan: Φ, Φ, Φ,, Di mana, adalah sesatan dan Φ,, 1,2,, adalah matriks koefisien ukuran yang meminimumkan,, Φ, Φ, Φ, Φ, (3.11)

42 Peminimalan (3.11) dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil sehingga hasilnya menuju kepada generalisasi multivariate dari persamaan Yule-Walker untuk model AR, sebagai berikut: Γ0 Γ1 Γ 1 Γ1 Γ0 Γ 2 Γ 1 Φ, Γ1 Γ 2 Φ, Γ2 (3.12) Γ0 Γ Φ, Φ, Definisi dari (s) mengarah kepada pemecahan persamaan (3.12) untuk atau dengan kata lain penentuan matriks autoregresi parsial memerlukan hasil pemecahan dari persamaan (3.12). (i) Untuk 1 Γ0Φ, 1 Φ, Γ1 Γ 0Γ1 (ii) Untuk 2, dimisalkan Γ0 Γ1 Γ 2 Γ1 Γ0 Γ 3 Γ 2 Γ 3, Γ0 Γ 1 Γ 2 Γ1 Γ1 Φ, Γ2, dan Φ s 1 Φ, Γ 1 Φ, Sehingga persamaan (3.12) dapat dituliskan sebagai berikut: Γ0 Φ s 1 (3.13) Γ Φ, Di mana

43 Γ0 Φ s 1 Φ s 1 Φ, Φ, Φ (3.14) s 1 Γ0Φ, Substitusikan (3.14) ke (3.13) sehingga diperoleh: Atau, Φ s 1 Φ, Φ s 1 Γ0Φ, Γ Φ s 1 Φ, (3.15) Φ s 1 Γ0Φ, Dari (3.15) diperoleh: Φ s 1 Φ, Γ (3.16) Φ s 1 Φ, (3.17) Substitusikan (3.17) pada (3.16) sehingga diperoleh: Φ, Γ0Φ, Γ Φ, Γ0Φ, Γ Γ0 Φ, Φ, Γ Φ, Γ0 Φ, Γ (3.18) Oleh karena itu definisi matriks autoregresi parsial adalah sebagai berikut: Γ 0Γ1, 1 Γ0 Φ, Γ 1 (3.19)

44 3.3. Kriteria Pemilihan Model Terbaik Untuk mengidentifikasi model yang memadai, dapat dilihat dari residual (sisaan) model. Residual dari model yang memadai adalah white noise dan umumnya bentuk yang dihasilkan dari tiap-tiap fungsi tidak dapat dibedakan. Sedangkan untuk kriteria pemilihan model adalah berdasarkan nilai AIC (Akaike s Information Criterion) yang didefinisikan sebagai berikut : log Σ 2 (3.20) Dimana N adalah banyaknya parameter yang ditaksir dalam model dan T adalah banyaknya observasi yang diikutkan dalam proses perhitungan estimasi serta Σ adalah determinan dari matriks variance-covariance residual. Orde p dipilih dimana kedua kriteria di atas memiliki nilai yang paling minimum (Basri, M. C. 2002). 3.4. Estimasi Parameter Model Setelah dilakukan identifikasi model dan sudah diketahui orde dari model VARMAX, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi terhadap parameter model VARMAX. Estimasi yang efisien yaitu estimasi yang meminimumkan kuadrat selisih antara nilai estimasi dengan nilai parameter sebenarnya. Untuk data yang cukup banyak, estimasi yang efisien adalah estimasi yang memaksimumkan fungsi Likelihood. Diperlukan taksiran interval untuk estimasi parameter. Di sini perlu diuji apakah atau berbeda secara signifikan dengan nol atau tidak. Jika

45 2, maka tidak berbeda secara signifikan dengan nol. Begitu pula jika 2, maka tidak berbeda secara signifikan dengan nol. 3.5. Pengujian Signifikansi Parameter Uji signifikansi parameter model bertujuan untuk membuktikan bahwa model tersebut cukup memadai atau tidak. Ada dua macam uji signifikansi parameter yaitu uji serentak (uji F) dan uji individual (uji t). 3.5.1. Uji Serentak (uji F) Uji serentak (uji F) digunakan untuk memeriksa signifikansi parameter secara serentak. Dengan adanya uji dapat diketahui apakah koefisien-koefisien yang terdapat dalam model secara signifikan nyata atau tidak. Hipotesis : H o : 0 Statistik uji : Kriteria pengujian : H 1 : minimal ada satu 0; 1,2,, Tolak H o jika,, Tolak H 0 jika P-Value < =5% Dimana adalah derajat bebas dari regresi adalah derajat bebas dari error P- Value adalah peluang bahwa nilai sampel akan sebesar atau lebih besar dari nilai yang sebenarnya jika H 0 benar (Sembiring, 1995).

46 3.5.2. Uji Individual (Uji t) Sedangkan uji individual (uji-t) dilakukan untuk menguji pengaruh masing-masing parameter terhadap model. Hipotesis : H o : 0 H 1 : 0; 1,2,, Statistik uji : Kriteria pengujian : Tolak H o jika /, Tolak H 0 jika P-Value < =5% Dengan n adalah banyaknya observasi 3.6. Pengujian Asumsi Residual Dalam pemodelan VARMAX, setelah model diidentifikasi dan parameternya telah ditaksir maka perlu dilakukan pengujian kesesuaian model sebelum digunakan untuk peramalan, kontrol dan kegunaan yang lain. Pengujian kesesuaian model meliputi pengujian white noise error, pengujian asumsi multinormal, dan pengujian varians konstan (homokedeastitas). Bila pengujian menghasilkan ketidaksesuaian baik dalam parameter maupun residual, maka perlu dilakukan beberapa pemodelan VARMAX lainnya yang memberikan kesesuaian yang tinggi. Oleh karena itu agar diperoleh model time series yang baik maka perlu dilakukan pengujian asumsi residual

47 3.6.1. Portmanteau Lack of Fit Test Uji ini digunakan untuk menguji sampel ACF dan PACF secara statistik tidak signifikan atau tidak berbeda nyata dari nol. Dalam uji ini menggunakan semua residual sampel dari ACF sebagai satu unit untuk menguji hipotesa nol (H 0 ). Hipotesisnya : H 0 : 0 H 1 : minimal ada satu 0 ; j = 1,2,3,...,k Statistik uji : 2 Kriteria pengujian : Tolak H 0 jika Tolak H 0 jika P-Value < =5% Dengan adalah autokorelasi residual k adalah banyaknya lag residual p, q adalah orde ARIMA 3.6.2. Uji Distribusi Multinormal Residual Pengujian asumsi distribusi multinormal dilakukan dengan menggunakan hasil perhitungan nilai jarak kuadrat sebagai berikut:, 1,2,, Dimana X j : pengamatan ke-j S -1 : invers matriks varian kovarian Hipotesisnya adalah:

48 H o : Data berdistribusi multinormal H 1 : Data tidak berdistribusi multinormal Kriteria pengujian : Tolak H o jika banyaknya nilai-nilai,; kurang dari atau sama dengan 50% dari jumlah data. Selain itu dapat juga dilihat dari plot multivriate (untuk 2) dengan prosedur sebagai berikut: 1. Dapatkan, 1,2,, 2. Urutkan sehingga 3. Plot,,., dimana, adalah persentil, distribusi,. plot ini akan cenderung membentuk garis lurus bila data berdistribusi normal multivariate dimana kelengkungan menunjukan penyimpangan kenormalan (Johnson, 1998). 3.6.3. Uji Homokedastisitas Residual ARCH (Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) merupakan suatu teknik pemodelan yang dilakukan apabila terdapat heteroskedastisitas dalam varian error yaitu dengan memodelkan model mean dan varian error secara simultan. Persamaan dari model ARCH dapat dijelaskan sebagai berikut: Dimana adalah proses yang white noise. Jika nilai,,, semuanya adalah nol maka estimasi dari varian adalah sama dengan.

49 Untuk mendapatkan hasil yang baik, salah satu asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah adanya homogenitas varians dari residual. Jika asumsi kehomogenitasan ini tidak terpenuhi maka dapat berakibat pada pengujian hipotesa sehingga kesimpulan dari pengujian hipotesis menjadi tidak valid. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji ARCH dengan hipotesis sebagai berikut: H o : Kuadrat residual tidak menunjukkan heterokedastisitas H 1 : Kuadrat residual menunjukkan heterokedastisitas Statistik uji TR 2 atau dalam SAS biasa disimbolkan LM (Lagrange Multiplier). Dimana: T = Jumlah residual yang digunakan dalam perhitungan R 2 = koefisien determinasi, yang diperoleh dengan meregresikan kuadrat residual Kriteria pengujian : Tolak H o jika ;,. Tolak H 0 jika P-Value < =5%