1 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 1-9 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA TANAH DAN STATUS KESUBURAN TANAH LAHAN PEKARANGAN DAN LAHAN USAHA TANI BEBERAPA KAMPUNG DI KABUPATEN KUTAI BARAT

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION

Evaluasi Kesuburan Tanah Untuk Replanting Kelapa Sawit di Afdeling I (satu) PTPN XIII Kabupaten Landak

KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA DAN FISIK SUB GRUP TANAH ULTISOL DI WILAYAH SUMATERA UTARA

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS SIFAT FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH PADA DAERAH BUFFER ZONE DAN RESORT SEI BETUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KECAMATAN BESITANG

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

KAJIAN STATUS KESUBURAN TANAH DI LAHAN KAKAO KAMPUNG KLAIN DISTRIK MAYAMUK KABUPATEN SORONG. Mira Herawati Soekamto

Evaluasi Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopi di Kabupaten Mandailing Natal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

Studi Keharaan Tanaman dan Evaluasi Kesuburan Tanah di Lahan Pertanaman Jeruk Desa Cenggiling, Kecamatan Kuta Selatan

Kajian Status Kesuburan Tanah Sawah Untuk Menentukan Anjuran Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi Tanaman Padi Di Kecamatan Manggis

*Corresponding author : ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

Survey dan Pemetaan Status Hara-P di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Departemen Riset PT. Peniti Sungai Purun ABSTRACT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

SKRIPSI OLEH : SAMUEL T Z PURBA AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH

Kajian Kesuburan Tanah di Desa Sihiong, Sinar Sabungan dan Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PENGARUH APLIKASI SENYAWA HUMAT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH VERTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Oleh: RONNI TOBING A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN SIFAT KIMIA DAN KESUBURAN FISIK TANAH PADA KONDISI TEMPAT TUMBUH ALAMI DAN BUDIDAYA TALAS BENENG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TANAH TAMBAK SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN TAMBAK

PENGARUH PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAYURAN. Oleh : Eka Dian Kiswati NPM

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSERVASI LAHAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LORONG (Alley Cropping) DI DAERAH TRANSMIGRASI KURO TIDUR, BENGKULU

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

IDENTIFIKASI KEADAAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA TANAMAN CENGKEH DI DESA TINCEP DAN KOLONGAN ATAS KECAMATAN SONDER

KAJIAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA TANAH YANG DI TANAMI PADI GOGO (Oryza Sativa) DI DESA WAWONA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ph SEDERHANA ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah

Studi Kesuburan Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan Di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (22):

ANALISIS KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT USIA 28 TAHUN DI PT. ASAM JAWA KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI STATUS KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

SKRIPSI OLEH: JUL BAHORI PANGGABEAN AET - ILMU TANAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

DAMPAK DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG TERHADAP PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL SKRIPSI. Oleh REGINA RUNIKE ANDREITA/ ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

DAMPAK PENAMBAHAN BAHAN AMANDEMEN DI BERBAGAI KELENGASAN TANAH TERHADAP KETERSEDIAAN HARA PADA VERTISOL. Oleh: Moch. Arifin 1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

PENETAPAN KEMASAMAN TANAH BAB I PENDAHULUAN

Rizki Annisa Nasution*, M. M. B. Damanik, Jamilah

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (33):

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI

DASAR-DASAR ILMU TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PERUBAHAN STATUS N, P, K TANAH DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata sturt) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK CAIR ORGANIK PADA ENTISOLS

Evaluasi Status Kesuburan Tanah untuk Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar Timur

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

Kajian Pemberian Lumpur Sawit dan BFA Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Mains Nursery

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

KAJIAN SIFAT FISIKA TANAH PADA PERKEBUNAN KARET DI PROVINSI BENGKULU STUDY OF SOIL PHYSICAL ON RUBBER PLANTATION IN BENGKULU PROVINCE ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

ANALISIS UNSUR HARA MIKRO TANAH GAMBUT SETELAH SETAHUN KEBAKARAN PADA HUTAN KONSERVASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1.

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (624);

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan *Coressponding Author :

PEMBERIAN SLUDGE PALM OIL (SPO) TERHADAP SIFAT KIMIA DAN FISIKA TANAH

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DENGAN SISTEM BUDIDAYA LORONG DAN PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT DI KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT

Transkripsi:

1 STUDI KARAKTERISTIK KIMIA TANAH DAN STATUS KESUBURAN TANAH DI KAWASAN SENTRA PRODUKSI TANAMAN PANGAN KABUPATEN TANA TIDUNG (Determine The Chemical Characteristics Of Soil And Soil Fertility In The Region Center Of Production (KSP) Food Crops Of Tana Tidung Regency) Fahrunsyah Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi FakultasPertanianUniversitasMulawarman ABSTRACT Objective of the research was to determine the chemical characteristics of soil and soil fertility status in the Region Center of Production (KSP) Food Crops of Tana Tidung Regency. The research carried out for 3 (three) months, from October to December 2010 in the 16 KSP of Food Crop at Tana Tidung Regency, spread in three sub districts, namely 6 locations in Sesayap Sub District, 6 locations in Sesayap Hilir Sub District, and 4 locations in Tana Lia Sub District. The research used the survey system method, followed by a composite soil sampling at a depth of 0-20cm, and soil samples analyzed in the laboratory. Results of the research indicated that: (1) Characteristics of soil chemistry in the Area of Food Crops Production Center of Tana Tidung generally as follows: for acidity quite sour to very sour, CEC and base saturation is low to very low, Aluminum saturation is high, low total phosphorus while the relatively very low available phosphorus levels from 1.06-13.25%, availability of Potassium classified as being available from 19.25-67.00%, low-organic C, total N was low to very low and the ratio C / N was high to very high, and (2) The status of soil fertility in all study sites classified generally lower by a limiting factor of P availability. Another limiting factor varied among study sites. Keywords: Chemical Properties, Soil Fertility, Tana Tidung PENDAHULUAN Tanah merupakan salah satu komponen lahan yang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah selain berfungsi sebagai media tumbuh tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, iklim, bahan induk, topografi/relief, organisme dan waktu. Perbedaan pengaruh dari berbagai faktor pembentuk tanah akan menghasilkan karakteristik tanah baik karakteristik fisik, kimia maupun biologi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kesuburan tanah bersangkutan. Oleh karena itu, generalisasi status kesuburan tanah pada suatu lahan dengan lingkungan fisik yang berbeda sangat tidak relevan. Kabupaten Tana Tidung merupakan satu dari 14 Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur yang mempunyai peluang cukup besar dalam pengembangan sektor pertanian

2 khususnya pertanian tanaman pangan. Salah satu modal dasar untuk maksud tersebut adalah cukup luasnya lahan yang berpotensi untuk budidaya tanaman pangan. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Tana Tidung seluas 236.193,69 Ha yang tersebar pada 3 kecamatan yaitu : 110.193,26 Ha di Kecamatan Sesayap; 80.455,15 Ha di Kecamatan Sesayap Hilir; 45.545,28 Ha di Kecamatan Tana Lia (Anonim, 2005). Sedangkan lahan yang telah dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan di Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2009 baru seluas 2.052 Ha meliputi Kecamatan Sesayap 905 Ha, Sesayap Hilir 505 Ha dan Tana Lia 642 Ha (Anonim, 2010). Walaupun potensi lahan cukup luas, namun pengembangan budidaya tanaman pangan masih belum optimal disebabkan banyaknya permasalahan/kendala yang dihadapi, diantaranya terbatasnya data/informasi mengenai karakteristik tanah dan status kesuburan tanah di areal/kawasan budidaya tanaman, sehingga menyulitkan dalam meningkatan produktivitas lahan seperti kesulitan untuk menetapkan jenis dan dosis pupuk yang tepat untuk mendukung produksi yang optimal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik kimia tanah dan status kesuburan tanah di Kawasan Sentra Produksi (KSP) Tanaman Pangan Kabupaten Tana Tidung. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada 16 KSP pertanian tanaman pangan Kabupaten Tana Tidung yang tersebar pada 3 kecamatan, yaitu 6 lokasi di Kecamatan Sesayap (Seputuk, Kujau 1, Kujau 2, Gunawan, Sebawang, Tideng Pale), 6 lokasi di Kecamatan Sesayap Hilir (Bandan Bikis 1, Bandan Bikis 2, Sepala Dalung, Bebatu, Seludau, Sesayap)dan 4 lokasi di Kecamatan Tana Lia(Delawan, Mandul, Sambungan dan Tungku Dacing). Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2010. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan sistem survei yang dilanjutkan dengan pengambilan contoh tanah secara komposit pada kedalaman 0 20 cm. Contoh tanah komposit tersebut selanjutnya dianalisis di laboratorium. Pengumpulan dan Analisis Data Parameter kimia tanah yang dianalisis terdiri atas : kemasaman tanah (ph H 2 O dan ph KCl), kandungan P-total dan P-tersedia, K- total dan K-tersedia, C-organik, N-total, rasio C/N, KTK, kejenuhan basa (KB) dan kejenuhan Aluminium. Data data hasil analisis tanah di laboratorium tersebut, dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik kimia tanah dan status kesuburan tanahnya. Analisis karakteristik kimia tanah dianalisis menggunakan kriteria penilaian status kimia tanah, sedangkan status kesuburan tanah dianalisis menggunakan kriteria penilaian kesuburan tanah dari Pusat Penelitian Tanah (PPT dalam Subroto, 2003). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Kimia Tanah Kemasaman Tanah (ph) Kemasaman tanah yang diukur yaitu : ph aktual (ph H 2 O) dan ph KCl. ph aktual merupakan ph tanah yang umum digunakan untuk mengetahui konsentrasi ion H + di dalam tanah, khususnya untuk kondisi lingkungan pada saat pengukuran dilakukan, dan ph KCl digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengetahui keberadaan mineral terubahkan di dalam tanah. Dalam hal ini mineral terubahkan, dapat diketahui dengan mencari ph.

3 ph diperoleh dari pengurangan nilai ph KCl dengan ph H 2 O atau secara matematik ditulis ph = ph KCl - ph H 2 O. Jika ph bernilai positif, nol atau negatif rendah (< - 0,5) berarti tanah didominasi mineral terubahkan (Sutanto, 1995 dan Theng, 1980). Hasil penelitian mengenai keadaan ph tanah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. dan Kemasaman serta ph No. Kecamatan Lokasi Studi ph H 2 O ph KCl ph 1. Sesayap Seputuk 4,1 SM 3,6-0,5 Kujau 1 5,1 M 3,9-1,2 Kujau 2 3,9 SM 3,6-0,3 Gunawan 4,1 SM 3,6-0,5 Sebawang 4,0 SM 3,5-0,5 Tideng Pale 4,5 SM 3,9-0,6 2. Sesayap Hilir Bandan Bikis 1 3,6 SM 2,8-0,8 Bandan Bikis 2 3,9 SM 3,5-0,4 Sepala Dalung 3,9 SM 3,7-0,2 Bebatu 4,3 SM 4,1-0,2 Seludau 5,3 M 3,9-1,4 Sesayap 3,7 SM 3,9 0,2 3. Tana Lia Delawan 4,7 M 3,5-1,2 Mandul 3,8 SM 3,4-0,4 Sambungan 4,2 SM 3,5-0,7 Tungku Dacing 4,7 M 3,5-1,2 Keterangan : M = Masam, SM = Sangat Masam Kemasaman aktual (ph H 2 O) berkisar dari 3,60 hingga 5,30 dengan status ph sangat masam hingga masam. Seluruh lokasi studi mempunyai nilai ph kurang dari 5,5 yang merupakan batas kritis bagi tanaman, karena pada ph kurang dari 5,5 Al berada dalam bentuk Al 3+. Dalam bentuk tersebut, Al mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengikat anion anion, misalnya P akibatnya ketersediaan anion yang diikat menjadi terbatas (Hakim dkk, 1986). Apabila dirinci menurut statusnya, 12 lokasi dari 16 lokasi studi mempunyai ph tergolong sangat masam, sedangkan yang lainnya tergolong masam. Hanya sebagian kecil lokasi studi yaitu 6 dari 16 lokasi studi yang mempunyai nilai ph < - 0,5 hingga nilai positif. Sebaliknya 10 dari 16 lokasi studi mempunyai nilai ph > 0,5 atau negatif lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian hasil tanah di lokasi studi yaitu 6 dari 16 lokasi studi yang didominasi oleh mineral terubahkan. KTK, KB dan K.Al dan status KTK sangat bervariasi di antara lokasi studi yaitu mulai dari yang terendah 7 me/100g tanah dengan status sangat rendah di Seputuk dan Sambungan sampai dengan yang tertinggi yaitu 62 me/100g tanah dengan status sangat tinggi di Sepala Dalung. dan status KTK, KB dan K.Al dapat dilihat pada Tabel 2.

4 Tabel 2. dan KTK, KB dan K.Al KTK KB K.Al No. Kecamatan Lokasi Studi (me/100g) (%) (me/100g) 1. Sesayap Seputuk 7 R 26 R 57 T Kujau 1 20 S 52 T 6 SR Kujau 2 9 R 33 R 50 T Gunawan 9 R 30 R 49 T Sebawang 12 R 8 SR 81 SR Tideng Pale 15 R 64 T 13 R 2. Sesayap Bandan Bikis Hilir 1 39 T 14 SR 44 T Bandan Bikis 2 26 T 19 SR 40 T Sepala Dalung 62 ST 8 SR 50 T Bebatu 19 S 58 T 3 SR Seludau 23 S 54 T 5 SR Sesayap 11 R 25 R 35 T 3. Tana Lia Delawan 34 T 17 SR 40 T Mandul 48 ST 11 SR 49 T Sambungan 7 R 82 ST 5 SR Tungku Dacing 11 R 34 R 37 T Keterangan : SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi Dilihat dari statusnya, lokasi studi di Kecamatan Sesayap mempunyai KTK tergolong rendah sampai sedang; Kecamatan Sesayap Hilir mempunyai KTK tergolong sedang hingga sangat tinggi dan Kecamatan Tana Lia mempunyai KTK tergolong rendah sampai sangat tinggi. Secara keseluruhan, 8 lokasi studi mempunyai KTK tergolong rendah, yang menggambarkan bahwa tanah di lokasi studi tersebut mempunyai kemampuan sangat rendah dalam menahan dan mempertukarkan kation (Nyakpa dkk, 1988). KB di lokasi studi tergolong dari sangat rendah hingga sangat tinggi dengan nilai antara 8 82%. Sebagian besar yaitu 11 dari 16 lokasi studi mempunyai KTK tergolong sangat rendah hingga rendah. Hal ini menggambarkan bahwa keberadaan kation-kation basa di dalam komplek pertukaran kation pada sebagian besar lokasi studi sangat terbatas. dan status K.Al di lokasi studi bervariasi dari sangat rendah hingga tinggi dengan nilai K.Al terendah yaitu 3% di lokasi studi Bebatu dan tertinggi yaitu 81% di lokasi studi Sebawang. Walaupun kisaran K.Al sangat bervariasi, namun sebagian besar lokasi studi yaitu 11 dari 16 lokasi studi mempunyai K.Al tergolong tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kation yang dominan di sebagian besar lokasi studi adalah kation-kation asam khususnya kation Al. Kondisi tanah yang didominasi oleh kation Al tidak mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal karena mengurangi ketersedian unsur hara makro khususnya P melalui mekanisme pengikatan P oleh Al, juga dapat menyebabkan tanaman

5 mengalami keracunan dan mengalami gangguan fisiologis (Foth, 1991). Kandungan P dan K P total tergolong dalam kisaran sangat rendah hingga sedang. Namun demikian kebanyakan lokasi studi mempunyai status P total tergolong rendah. P total di lokasi studi berkisar dari yang terendah yaitu 40 ppm pada lokasi Kujau 2 dan yang tertinggi yaitu 330 ppm di lokasi Sepala Dalung yang tergolong sedang. Untuk P tersedia, tanah di lokasi studi sebagian besar tergolong sangat rendah (14 lokasi studi) dan lainnya tergolong rendah (2 lokasi studi). P tersedia di lokasi studi berkisar dari yang terendah 1,1 ppm di Kujau 1 hingga yang tertinggi 12,4 ppm di Bandan Bikis 2. dan status P total dan P tersedia serta prosentase ketersediaan P dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. dan P Total dan P Tersedia Serta Prosentase Ketersediaannya P Total P Tersedia Prosentase No. Kecamatan Lokasi Studi Ketersediaan P (ppm) (ppm) 1. Sesayap Seputuk 40 SR 2,8 SR 7,00 Kujau 1 150 R 1,1 SR 0,73 Kujau 2 40 SR 5,3 SR 13,25 Gunawan 130 R 3,2 SR 2,46 Sebawang 150 R 6,0 SR 4,00 Tideng Pale 220 S 3,9 SR 1,77 2. Sesayap Hilir Bandan Bikis 1 300 S 10,6 R 3,53 Bandan Bikis 2 260 S 12,4 R 4,77 Sepala Dalung 330 S 8,5 SR 2,58 Bebatu 140 R 6,7 SR 4,79 Seludau 130 R 3,2 SR 2,46 Sesayap 170 R 1,8 SR 1,06 3. Tana Lia Delawan 200 R 2,5 SR 1,25 Mandul 170 R 3,8 SR 2,24 Sambungan 100 R 1,8 SR 1,80 Tungku Dacing 60 SR 1,8 SR 3,00 Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi Berdasarkan hasil perhitungan, prosentase ketersediaan P (perbandingan antara P tersedia dengan P total) didapatkan bahwa prosentase ketersediaan P paling tinggi 13,25% dari P total yang dapat tersedia bagi tanaman. Bahkan jika dicermati sebagian besar lokasi studi mempunyai prosentase ketersediaan P kurang dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar P berada dalam bentuk tidak

6 tersedia. Rendahnya ketersediaan P ini disebabkan tingginya kemasaman tanah. K total di lokasi studi berkisar dari yang terendah yaitu 50 ppm di 3 (tiga) lokasi studi yaitu Kujang 2, Sesayap, dan Sambungan hingga yang tertinggi yaitu 200 ppm di Bandan Bikis 1. K tersedia berkisar dari 19 ppm yang tergolong rendah di Seputuk hingga 113 ppm yang tergolong sangat tinggi di Bandan Bikis 1.Secara keseluruhan status K tersedia berkisar dari rendah hingga sangat tinggi, namun sebagian besar lokasi studi mempunyai K tersedia tergolong sedang. Prosentase ketersediaan K berkisar dari 19,29% di Kujau 1 hingga 67,00% di Bebatu. Apabila dibandingkan dengan ketersediaan P maka ketersediaan K relatif lebih tinggi. K total, nilai dan status K tersedia serta prosentase ketersediaan K dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. K Total, dan K Tersedia serta Prosentase Ketersediaan K No. Kecamatan Lokasi Studi K 2 O total K 2 O tersedia Prosentase Ketersediaan K 2 O (ppm) (ppm) 1. Sesayap Seputuk 60 19 R 31,66 Kujau 1 140 27 S 19,29 Kujau 2 50 30 S 20,00 Gunawan 70 24 S 34,29 Sebawang 130 35 S 26,92 Tideng Pale 150 41 T 27,33 2. Sesayap Hilir Bandan Bikis 1 200 113 ST 56,50 Bandan Bikis 2 70 38 S 54,29 Sepala Dalung 80 53 T 66,25 Bebatu 100 67 ST 67,00 Seludau 150 30 S 20,00 Sesayap 50 24 S 48,00 3. Tana Lia Delawan 170 70 ST 41,18 Mandul 100 46 T 46,00 Sambungan 50 26 S 52,00 Tungku Dacing 80 24 S 30,00 Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi Kandungan C-Organik, N Total dan Rasio C/N C organik berkisar dari 1,04% di Seputuk sampai 32,35% di Mandul, nilai tersebut tergolong rendah hingga sangat tinggi. Apabila dirinci per kecamatan, maka sebagian besar lokasi studi di Kecamatan Sesayap tergolong rendah, lokasi studi di Kecamatan Sesayap Hilir umumnya tergolong tinggi hingga sangat tinggi, sedangkan di Kecamatan Tana Lia tergolong sedang hingga sangat tinggi. dan status C-organik, kandungan N-total dan rasio C/N disajikan pada Tabel 5.

7 Tabel 5. dan C Organik, N Total, dan Rasio C/N No. Kecamatan C Organik N Total Rasio C/N Lokasi Studi (%) (%) 1. Sesayap Seputuk 1,04 R 0,07 SR 14,85 S Kujau 1 4,73 T 0,20 R 23,65 T Kujau 2 1,74 R 0,09 SR 19,33 T Gunawan 1,41 R 0,09 SR 15,67 T Sebawang 1,87 R 0,12 R 15,58 T Tideng Pale 1,60 R 0,15 R 10,67 S 2. Sesayap Bandan Hilir Bikis 1 13,52 ST 0,39 S 34,67 ST Bandan Bikis 2 9,68 ST 0,26 S 37,23 ST Sepala Dalung 25,97 ST 0,62 T 41,89 ST Bebatu 4,67 T 0,19 R 24,58 T Seludau 4,78 T 0,23 S 20,78 T Sesayap 15,35 ST 0,41 S 37,44 ST 3. Tana Lia Delawan 2,43 S 0,34 S 7,15 SR Mandul 32,35 ST 0,48 S 67,40 ST Sambungan 1,88 R 0,07 SR 26,86 ST Tungku Dacing 2,11 S 0,11 R 19,18 T Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi N total, mempunyai variasi yang besar dari yang terendah 0,07% diseputuk dan Sambungan yang tergolong sangat rendah hingga 0,62% pada lokasi studi Sepala Dalung yang tergolong tinggi. rasio C/N secara keseluruhan berkisar dari sangat rendah hingga sangat tinggi, namun sebagian besar lokasi studi mempunyai rasio C/N tergolong tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa tanah-tanah di lokasi studi mengalami proses dekomposisi yang berlangsung lambat disebabkan sebagian besar lokasi studi merupakan lahan basah dengan kondisi aerasi yang kurang baik sehingga tidak mendukung dekomposisi berlangsung cepat (Sanchez, 1992 dan Hardjowigeno, 1993). Kesuburan Tanah kesuburan tanah pada seluruh lokasi studi tergolong rendah dengan faktor pembatas umumnya adalah ketersediaan P. Faktor pembatas lainnya bervariasi antar lokasi studi. Di lokasi Seputuk, faktor pembatas kesuburan tanah adalah seluruh parameter penentu kesuburan tanah yaitu : KTK, KB, C- organik, P tersedia dan K tersedia. Di lokasi Kujau 1, faktor pembatas kesuburan tanah adalah ketersediaan P. kesuburan tanah secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.

8 Tabel 6. Kesuburan Tanah No. Kecamatan Lokasi Studi KTK KB C P K Tersedia Organik Tersedia Kesuburan 1. Sesayap Seputuk R R R SR R R Kujau 1 S T T SR S R Kujau 2 R R R SR S R Gunawan R R R SR S R Sebawang R SR R SR S R Tideng Pale R T R SR T R 2. Sesayap Bandan Bikis Hilir 1 T SR ST R ST R Bandan Bikis 2 T SR ST R S R Sepala Dalung ST SR ST SR T R Bebatu S T T SR ST R Seludau S T T SR S R Sesayap R R ST SR S R 3. Tana Lia Delawan T SR S SR ST R Mandul ST SR ST SR T R Sambungan R ST R SR S R Tungku Dacing R R S SR S R Keterangan : R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi dan ST = Sangat Tinggi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik kimia tanah di Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Tana Tidung secara umum sebagai berikut: kemasaman tergolong masam hingga sangat masam, KTK dan kejenuhan basa tergolong rendah hingga sangat rendah, kejenuhan Aluminium tergolong tinggi, Fosfor total rendah sedangkan Fosfor tersedia tergolong sangat rendah dengan tingkat ketersediaan Fosfor 1,06-13,25 %, Kalium tersedia tergolong sedang dengan tingkat ketersediaan 19,25-67,00 %, C-organik rendah, N-total rendah hingga sangat rendah dan rasio C/N tergolong tinggi hingga sangat tinggi. 2. kesuburan tanah di lokasi studi seluruhnya tergolong rendah dengan faktor pembatas umumnya ketersediaan P. Faktor pembatas lainnya bervariasi antar lokasi studi. Saran 1. Untuk meningkatkan status kesuburan tanah di lokasi studi perlu dilakukan beberapa upaya : pemberian bahan organik, pengapuran dan pemupukan berimbang yang disesuaikan dengan kondisi setempat. 2. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman terhadap berbagai perlakuan pemberian bahan organik, pengapuran dan pemupukan berimbang.

9 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Pembuatan Peta Potensi Pertanian Kabupaten Bulungan, Pusat Penelitian Pengembangan Wilayah Universitas Mulawarman, Samarinda. Anonim. 2010. Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Stastistik Kabupaten Bulungan, Tanjung Selor. Black, S. K. 1964. Soil-Plant Relationship. John Wiley & Sonc Inc, New York. Foth, H. D. 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hakim, N., Nyakpa, M. Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, R., Diha, A., Hong, G. B. dan Bailey, H.H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung. Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Nyakpa, M. Y., Lubis, A.M., Pujung, M.A., Amrah, G., Munawar, A., Hong, G. B. dan Hakim, N. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung. Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika.P Institut Teknologi Bandung, Bandung. Subroto. 2003. Tanah, Pengelolaan dan Dampaknya. Fajar Gemilang, Samarinda. Sutanto, R. 1995. Fisika dan Kimia Tanah, Konsep Perkembangan Tanah dan Pembentukan Horison Diagnosis. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Theng, B. K. G. 1980. Soil With Variable Charge. Offset Publisations, Palmerston North.