Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Katalog BPS :

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Analisis Isu-Isu Strategis

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tersebut. Tahun 2010, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten. Regional Bruto Angka Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) Kabupaten

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima 2.1. Gambaran Umum Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terletak pada 118 44-119 22 Bujur Timur dan 08 08-08 57 Lintang Selatan. Kabupaten Bima berada pada bagian paling timur Pulau Sumbawa, diapit oleh Kabupaten Dompu disebelah Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur di sebelah Timur, dan Laut Flores di Sebelah Utara serta Samudera Indonesia di sebelah Selatan. Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah 438.940 km² yang terdiri dari 7,22 persen lahan sawah dan 92,78 persen bukan lahan sawah. Wilayah Kabupaten Bima sebagian besar merupakan lahan Hutan Negara yang mencapai 2.274,79 km² (52% dari total luas Kabupaten). Berlakunya otonomi daerah memberikan dampaksignifikan bagi Kabupaten Bima. Sejak tahun 2003, wilayah Kabupaten Bima terbagi menjadi 2, yaitu Kabupaten Bima dan Kota Bima. Jumlah kecamatan dan desa semakin berkembang. Pada tahun 2005 Kabupaten Bima terdiri dari 14 kecamatan dan 153 desa. Jumlah ini meningkat pada tahun 2009 menjadi 18 kecamatan dan 177 desa termasuk 9 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Dari 177 desa yang ada di Kabupaten Bima sebanyak 35 desa merupakan desa pesisir, yaitu desa yang berada di pinggir laut. Sementara 142 desa lainnya berada di wilayah lembah ataupun pegunungan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2011, penduduk Kabupaten Bima sebanyak 443.663 jiwa yang terdiri dari 220.981 jiwa (49,81 persen) laki-laki dan 222.682 jiwa (50,19 persen) perempuan dengan kata lain sex ratio mencapai 99,23%, dengan kepadatan penduduk sebanyak 101 jiwa/km². Kondisi ideal yang diharapkan dari persebaran penduduk antar wilayah adalah penyebaran penduduk yang merata. Hal ini lebih menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk memajukan perekonomian suatu wilayah. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 10

2.2. Pertumbuhan Ekonomi Selama kurun 2007-2011, Kabupaten Bima mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif sebagaimana dapat dilihat pada grafik 2.1. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima pada tahun 2011 sebesar 5,63%, mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 4,55%. Laju pertumbuhan tersebut akibat naiknya pertumbuhan sektor pertanian dari 1,37% tahun 2010 menjadi 4,91% tahun 2011, sektor industri pengolahan 2,36% tahun 2010 menjadi 2,97% tahun 2011, sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah sektor listrik dan gas 7,59 tahun 2010 turun menjadi 4,92%, sektor perdagangan dari 8,45% tahun 2010 menjadi 7,31% tahun 2011 dan jasa dari 9,23% tahun 2010 menjadi 4,45% tahun 2011. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menurun sedikit pertumbuhannya disebabkan masih belum optimalnya aktivitas perdagangan besar dan eceran baik di Pasar tente, sila maupun sape. * Proyeksi 2012 Grafik 2.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bima 2007 2011 Laju perekonomian Kabupaten Bima selama periode 2007-2011 mengalami peningkatan secara terus menerus dari 4,56% tahun 2007 menjadi 6,48% tahun 2009 dan mengalami penurunan tahun 2010 yaitu 4,55% dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2011 menjadi 5,63%. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 6,48%. Tinggi rendahnya laju pertumbuhan tersebut lebih Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 11

disebabkan adanya fluktuasi laju pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, yang dipengaruhi oleh dinamika pembangunan sebagai dampak positif efektifnya beberapa program ekonomi produktif dan program percepatan pembangunan infrastruktur dalam APBD 2011. Selain sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, laju pertumbuhan masing-masing sektor berada di atas laju pertumbuhan PDRB. Apabila dibandingkan dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi di tingkat yang lebih tinggi yaitu Provinsi NTB, sebagaimana terlihat pada grafik 2.2 bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima melampaui pertumbuhan ekonomi NTB terjadi pada tahun 2011, di mana Kabupaten Bima sebesar 5,63 % dan NTB sebesar 5,42 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata- rata di tingkat regional ekonomi Kabupaten Bima masih dapat tumbuh dengan baik di tengah gangguan cuaca ekstrim sepanjang tahun 2011. Hal itu ditopang oleh dinamika kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian, seperti jasa dan industri yang masih cukup baik pertumbuhannya. Perbandingan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima dengan Propinsi NTB dapat dilihat pada Grafik 2.2 Sumber : BPS Kab. Bima dan Bank Indonesia berbagai edisi Grafik 2.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bima, Provinsi NTB dan Indonesia, 2007-2011 Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 12

Berdasarkan tampilan grafik 2.2 di atas, secara umum dapat digambarkan bahwa perbedaan pertumbuhan ekonomi antara NTB dan Kabupaten Bima terjadi pada tahun 2009, di mana NTB mencapai 5,26 % dan Kabupaten Bima sebesar 6,48%. Sedangkan selisih pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2010, di mana NTB sebesar 4,22 % dan Kabupaten Bima sebesar 4,55%. Perbedaan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dimana NTB mencapai 1,37% dan Kabupaten Bima sebesar 5,95%. Apabila kita menggunakan rata-rata, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima selama 2007-2011 adalah sebesar 5,43%. Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi NTB mencapai 4,23%, yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima masih berada di atas rata-rata provinsi. Secara nasional tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5-6%, terkecuali tahun 2009 yang terendah yaitu sebesar 4,3%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima pada tahun 2011 lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk mengetahui laju pertumbuhan PDRB baik atas harga berlaku maupun harga konstan dapat dilihat pada grafik 2.3. Pertumbuhan PDRB harga berlaku selama 2007-2011 berada pada kisaran 11% - 15%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 15,08%, sementara yang terendah mencapai 11,19% tahun 2007. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB harga konstan justru pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 6,48% pada saat pertumbuhan PDRB harga berlaku mencapai 14,9%. Oleh karenanya, tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi (PDRB harga konstan) ditentukan oleh laju pertumbuhan PDRB harga berlaku dan laju inflasi. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 13

Grafik 2.3 Tingkat Pertumbuhan PDRB ADHK/ ADHB Kab. Bima, 2007-2011 Untuk mengetahui laju pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi yang merupakan dampak berbagai aktifitas masyarakat di Kabupaten Bima dapat dilihat pada grafik 2.4. berikut : Sumber : Data BPS berbagai edisi (diolah) Grafik 2.4. Pertumbuhan Rata-Rata PDRB Riil Menurut Sektor (2007-2011) Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 14

Bila dilihat pertumbuhan rata-rata per sektor selama 2007-2011, maka sektor tersier mencapai 7,07%, sektor sekunder sebesar 5,96% dan sektor primer sebesar 4,31%. Pertumbuhan sektor primer didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian dan pertambangan/penggalian. Masih cukup baiknya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan meningkatnya nilai pasar dari komodoti tanaman pangan dan hasil perikanan. Sementara pertumbuhan sektor sekunder disebabkan berkembangnya usaha listrik, gas dan air minuman dan usaha bangunan. Di samping itu berkembang pula kegiatan industri pengolahan akibat meningkatnya program pembinaan yang dilakukan oleh dinas terkait yang disertai dukungan dana perbankan dan lembaga keuangan lainnya dalam upaya pengembangan usaha industri. Sedangkan sektor tersier didukung oleh peningkatan permintaan terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi dan usaha perdagangan baik skala besar maupun eceran. Di samping itu, berkembang pula jasa pemerintahan, karena selama otonomi daerah terjadi peningkatan dana dan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB, tetapi juga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan masing-masing sektor yang mempunyai peranan yang cukup besar. Selama lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan tertinggi berada pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan laju pertumbuhan sebesar 7,09 persen per-tahun, sedangkan terendah ditempati oleh sektor industri pengolahan yang hanya tumbuh sebesar 3,08 persen. Selain sektor pertanian dan sektor jasa-jasa, rata-rata laju pertumbuhan semua sektor berada diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima selama lima tahun terakhir adalah sektor perdagangan dan jasa. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 15

Sumber : Data BPS berbagai edisi (diolah) Grafik 2. 5 Trend Pertumbuhan PDRB Riil Menurut Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, 2007-2011 Memperhatikan laju pertumbuhan masing-masing sektor, pada tahun 2007-2011 sektor sekunder mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti sektor tersier dan sektor primer. Selama periode 2007-2011 sektor yang mengalami pertumbuhan yang relatif berfluktuasi agak tinggi dibandingkan sektor lainnya adalah sektor sekunder. Bila dibandingkan ketiga sektor tersebut dari aspek stabilitas pertumbuhan, maka yang paling stabil adalah sektor sekunder diikuti sektor tersier dan sektor primer. Hanya sektor sekunder yang relatif stabil di mana deviasi pertumbuhan hanya mencapai 1,5%. Stabilnya pertumbuhan sekunder dipengaruhi oleh relatif terjaganya ketersediaan input produksi dan permintaan yang terus meningkat terutama hasil industri pengolahan, listrik, gas dan air serta semakin banyak investasi masyarakat maupun pemerintah dalam bangunan. Sementara sektor tersier dipengaruhi perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi serta keuangan dan jasa. Di sektor primer pertumbuhannya masih sangat dipengaruhi oleh kondisi alam, musim dan harga input produksi (pupuk, obat dan lainnya) yang dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 16

Sumber : Data BPS Kabupaten Bima (berbagai edisi) Grafik 2. 6 Trend Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Bima, 2007-2011 Pembangunan ekonomi yang digalakkan pemerintah telah menghasilkan Pendapatan per-kapita Kabupaten Bima terus mengalami perkembangan dimana pada tahun 2007 mencapai Rp. 4,82 juta menjadi Rp 7,80 juta pada tahun 2011 atau mengalami pertumbuhan rata-rata 7,75% per tahun. Jadi pada tahun 2011 pendapatan rata-rata masyarakat Kab. Bima per bulan adalah sebesar Rp. 650.000.- atau Rp. 21.667 per-hari. Namun dilihat dari Paritas Daya Beli (purchasing power parity) menunjukkan angka yang relatif lebih tinggi dari angka pendapatan per kapita di atas. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 17

Sumber : Data BPS Kabupaten Bima (berbagai edisi) Grafik 2.7 Trend Perkembangan Laju PDRB ADHB dan Indeks Harga Implisit Kabupaten Bima, 2007-2011 Dari grafik 2.7 di atas tampak bahwa selama 2007-2011 terjadi peningkatan pendapatan riil masyarakat, yang ditunjukkan dengan tingginya laju PDRB ADHB dibandingkan Indeks Harga Implisit. Dibandingkan tahun 2010, terjadi peningkatan pendapatan riil pada tahun 2011 yang ditunjukkan makin lebarnya jarak vertikal (amplitudo) antara Indeks Harga Implisit dengan Laju PDRB atas harga berlaku. Oleh karena itu, upaya pengendalian harga dengan meningkatkan produksi dan penataan sarana transportasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan riil masyarakat di masa-masa mendatang. Peranan APBD dalam bentuk pemberian bantuan modal bergulir, bantuan ternak maupun peralatan akan mendukung peningkatan pendapatan masyarakat. 2.3. Struktur Perekonomian Kabupaten Bima Secara umum struktur perekonomian Kabupaten Bima masih didominasi sektor primer, sedangkan peranan sektor sekunder dan tersier masih rendah dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini dapat dipahami mengingat sebagian besar masyarakat Kabupaten Bima masih menggantungkan mata pencahariannya di sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan). Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 18

Tabel 2.1 Share dan Pertumbuhan Share PDRB Menurut Sektor di Kabupaten Bima Atas Dasar Harga Konstan (2007-2011) Lapangan No. Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 Primer 719.496,28 768.388,55 806.977,54 820.302,98 861.294,74 Growth 3,07 6,80 5,02 1,65 5,00 4,13 share 54,53 54,53 54,14 52,64 52,32 growth share -1,43 0,00-0,72-2,77-0,60 (1,10) Sekunder 121.768,52 124.403,29 134.148,76 143.321,75 153.394,80 Growth 5,94 2,16 7,83 6,84 7,03 5,96 share 9,23 9,23 9,00 9,20 9,32 growth share 1,32 0,00-2,48 2,19 1,32 0,47 Tersier 478.199,61 507.056,00 549.475,16 594.790,70 631.475,97 Growth 6,53 6,03 8,37 8,25 6,17 7,07 share 36,24 36,24 36,86 38,17 38,36 growth share 1,89 0,00 1,71 3,54 0,51 1,53 Jumalh 1.319.45 6,97 1.399.75 7,94 1.490.60 1,46 1.558.41 5,43 1.646.16 5,51 Growth 4,56 6,09 6,49 4,55 5,63 5,46 10 10 10 10 10 Share 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber : Data BPS Kabupaten Bima berbagai edisi (diolah); lihat Lampiran 4 Untuk mengetahui perubahan struktur perekonomian, maka tabel 2.1 di atas dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh perubahan struktur itu terjadi di Kabupaten Bima selama 2007-2011. Dengan menggunakan PDRB ADHK telah terjadi perubahan struktural dari sektor primer ke sektor tersier selama kurun waktu tersebut, terlihat dari total pertumbuhan share sebesar 1,53% pada sektor tersier dan Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 19

minus 1,10% pada sektor primer dan 0,48% pada sektor sekunder. Peningkatan kontribusi sektor tersier memang disumbang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Tabel 2.2 Share dan Pertumbuhan Share PDRB Menurut Sektor di Kabupaten Bima, Atas Dasar Harga Berlaku (2007-2011) No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Primer 1.114.816,83 1.274.317,72 1.430.550,27 1.571.401,01 1.775.038,92 Growth 11,03 14,31 12,26 9,85 12,96 12,08 share 54,16 53,65 52,35 51,15 51,29 growth share -0,58-0,95-2,43-2,28 0,26 (1,20) 2 Sekunder 180.591,59 197.533,38 229.677,73 264.193,63 301.809,75 Growth 8,93 9,38 16,27 15,03 14,24 12,77 share 8,77 8,32 8,40 8,60 8,72 growth share -2,47-5,22 1,06 2,33 1,40 (0,58) 3 Tersier 762.812,24 903.391,20 1.072.574,14 1.236.425,86 1.384.159,68 Growth 13,33 18,43 18,73 15,28 11,95 15,54 share 37,06 38,03 39,25 40,25 39,99 growth share 1,47 2,62 3,19 2,55-0,63 1,84 Jumlah 2.058.220, 67 2.375.242, 30 2.732.802, 14 3.072.020, 50 3.461.008, 35 Growth 11,68 15,40 15,05 12,41 12,66 13,44 Share 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Data BPS Kabupaten Bima berbagai edisi (diolah); lihat Lampiran 5 Untuk menjelaskan perubahan struktur perekonomian dengan menggunakan harga berlaku, maka tabel 2.3 di atas dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh perubahan struktur itu terjadi di Kabupaten Bima dari 2007-2011. Dengan menggunakan PDRB ADHB telah terjadi perubahan struktural dari sektor primer ke sektor tersier selama kurun waktu tersebut, terlihat dari total pertumbuhan share sebesar 1,84% pada sektor tersier dan minus 1,2% pada sektor primer dan minus 0,58% pada sektor sekunder. Peningkatan kontribusi sektor tersier disumbang secara Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 20

bersama oleh sektor primer dan sekunder. Namun apabila diperhatikan secara seksama, tampaknya perubahan share tersebut masih sangat kecil dan dapat diduga tidak bermakna secara statistik. Perubahan struktur ekonomi suatu daerah biasanya terjadi secara perlahan, terkecuali terjadi suatu kejadian ekonomi yang luar biasa, seperti mendorong atau mematikan suatu sektor secara besar-besaran. Hingga tahun 2011, perubahan struktur ekonomi Kabupaten Bima yang terjadi kurang berarti (insignificant). Grafik 2.8. Struktur Ekonomi Kabupaten Bima, 2011 Dari diagram di atas sektor primer masih dominan yaitu 51,28% diikuti sektor tersier (jasa) 40,01% dan paling rendah kontribusinya adaalah sektor sekunder sebesar 8,71%. 2.4. Tinjauan dan Analisis Pertumbuhan Ekonomi Secara Sektoral Selama 2011-2012 dan Proyeksi 2012 2.4.1. Sektor Primer Yang dikelompokkan dalam sektor primer adalah sektor pertanian dan penggalian/pertambangan. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang menurun dari 1,37% tahun 2010 menjadi 4,91% tahun 2011. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 21

Pertumbuhan sektor primer tahun 2011 mencapai 5,00% dan diperkirakan akan mengalami penurunan pada tahun 2012 disebabkan stabilitas keamanan yang terganggu terutama di Kecamatan Lambu dan banjir bandang yang melanda Kecamatan Belo, Woha, Palibelo dan langgudu. Sub sektor tanaman pangan akan mengalami kontraksi sehingga agregat pertumbuhan sektor primer berada pada kisaran 4,3-4,8%. Di samping itu, cuaca ekstrim sangat mempengaruhi produksi di sektor primer. 2.4.2. Sektor Sekunder ( Industri, LGA dan Bangunan) Pertumbuhan sektor industri pengolahan selama 2010-2011 secara berturutturut sebesar 2,36% dan 2,97% yang berarti lebih tinggi dari sektor pertanian. Sektor ini menyumbang 4,91% terhadap total PDRB pada tahun 2011, mengalami kenaikan dibandingkan dari kontribusi tahun sebelumnya 1,37%. Oleh karenanya, masih diperlukan kerja keras untuk membangun industri di Kabupaten Bima guna menggerakkan ekonomi ke depan. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum mengalami pertumbuhan meningkat dari 7,59% tahun 2010 turun menjadi 4,92% tahun 2011. Adanya penurunan pertumbuhan ini disebabkan masih terbatasnya penambahan kapasitas terpasang baru untuk listrikl, gas dan air minum selama tahun 2011. Seandainya PLTU Bonto sudah beroperasi maka pertumbuhan sektor ini dan sektor lainnya akan jauh lebih tinggi lagi. Pertumbuhan positif juga disebabkan adanya terobosan program dari Dinas Pertambangan dan Bappeda untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kecamatan Tambora dan Generator di beberapa desa terpencil serta Pembangkit listrik tenaga surya. Permintaan listrik selalu mengalami peningkatan kendati ada persolan pada sisi supply yang menyebabkan sektor ini sulit tumbuh mengikuti permintaan masyarakat. Demikian pula dengan air bersih juga meningkat, namun selalu dihadapkan keterbatasan supply karena membutuhkan investasi yang cukup besar. Sektor ini pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang sama dengan tahun 2010 yakni sebesar 8,72%. Tinggi rendahnya pertumbuhan sektor ini sangat dipengaruhi oleh proyek-proyek fisik pemerintah dan pembangunan sarana/prasarana yang dilakukan oleh swasta/ masyarakat. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 22

Pertumbuhan sektor sekunder tahun 2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,5% - 7,3% atau lebih tinggi dari tahun 2011 sebesar 7,02% terutama pada sub sektor Air minum dan bangunan mengingat adanya program pemerintah yang terkait infrastruktur maupun tingginya kemauan masyarakat membangunan rumah maupun bangunan untuk usaha/bisnis. 2.4.3. Sektor Tersier Sektor jasa yang sangat dominan adalah : sektor perdagangan, sektor perhubungan, keuangan dan jasa- jasa. Sub sektor perdagangan selama 2010-2011 mengalami penurunan pertumbuhan dari 8,45% % tahun 2010 menjadi 7,31% tahun 2011. Sementara sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan pertumbuhan dari 5,97% tahun 2010 menjadi 5,37 % tahun 2011. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dari 8,96% tahun 2010 menjadi 8,83% tahun 2011. Pada tahun 2011 dan 2012 cukup berkembang sektor keuangan dan perbankan karena beberapa bank semakin memperluas cabangnya di Kabupaten Bima, meskipun sudah memiliki kantor pusat di Kota Bima. Di sektor jasa pemerintahan dan swasta terjadi pertumbuhan menurun dari 9,23% tahun 2010 menjadi 4,45%, yang disebabkan menurunnya belanja dan aktivitas pemerintahan daerah (termasuk instansi vertikal) serta bertambahnya volume kegiatan sosial kemasyarakatan. Meskipun belanja secara absolut meningkat setiap tahunnya, namun pada tahun 2011 peningkatannya tidak setinggi tahun 2010. Pertumbuhan sektor ini diperkirakan pada tahun 2012 berada pada kisaran 5,7% - 6,2%. Pertumbuhan sektor tersier tahun 2011 mencapai 6,17% atau lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 8,25.% terutama pada sub sektor perdagangan, bank, transportasi udara dan darat, dan jasa pemerintahan dan sosial kemasyarakatan mengingat tidak adanya kondisi atau situasi yang menyebabkan adanya indikasi perlambatan sektor tersebut. 2.5. Perkembangan Inflasi Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 23

Dengan menggunakan Indeks Harga Implisit maka Inflasi dapat dihitung dengan pendekatan produksi untuk Kabupaten Bima. Adapun perkembangan inflasi seperti pada grafik berikut. Sumber : Data BPS Kab. Bima dan Provinsi, berbagai edisi Grafik 2.9 Trend Inflasi di Kabupaten Bima Selama 2007-2011 Berdasarkan grafik 2.9 inflasi terendah di Kabupaten Bima terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,34% dan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 8,60%. Laju inflasi selama periode 2007-2011 berkisar antara 6% - 8%. Rata- rata inflasi selama 2007-2011 adalah sebesar 7,41%. Dengan demikian, kisaran inflasi di Kabupaten Bima relatif moderat karena masih berada dibawah 10% per tahun. Berdasarkan hasil survei dan laporan Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia Mataram Triwulan IV (2011) laju inflasi di Kabupaten Bima tidak terlepas dari inflasi di Kota Bima, karena sebagian besar kebutuhan masyarakat Kabupaten Bima didatangkan dari Kota Bima untuk barang-barang perdagangan. Inflasi terjadi karena kenaikan pada awal triwulan masih belum tiba musim panen, sehingga harga beras dan komponen bahan makanan jadi relatif besar. Inflasi Kota Bima (KER, 2011; 2012) berturut- turut sebesar 7,19% tahun 2011 dan 7,22% tahun 2012. Adanya perbedaan inflasi kota bima dan kabupaten bima disebabkan karena kenaikan harga di kota bima lebih tinggi dari kabupaten bima mengingat sebagian besar hasil produksi/komoditi bersumber dari kabupaten bima. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 24

Kenaikan inflasi dipengaruhi juga dipengaruhi oleh kebijakan nasional seperti kenaikan tarif dasar listrik, telepon, harga minyak, gaji PNS dan lainnya. Inflasi yang disebabkan oleh kebijakan nasional baik berkaitan dengan sektor riil maupun kebijakan moneter yang dilakukan Bank Sentral pada prinsipnya tidak dapat ditanggulangi oleh Pemerintah Daerah baik Kabupaten/Kota maupun provinsi. Pada tahun 2011 dan 2012 Pemerintah Kabupaten Bima melakukan upaya stabilisasi harga melalui Operasi pasar murah (Gula Pasir), minyak goreng, minyak tanah, bazaar harga murah di beberapa Kecamatan. 2.6. Tantangan dan Prospek Perekonomian 2012 Masalah ekonomi sesungguhnya tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Hanya yang mengalami perubahan dan dinamika adalah tantangan yang selalu berbeda dari waktu ke waktu. 2.6.1. Tantangan Beberapa tantangan perekonomian Kabupaten Bima Tahun 2012 ke depan : 1. Situasi keamanan yang kurang kondusif selama tahun 2012 pasca penolakan ijin tambang emas di Kecamatan Lambu. Demonstrasi yang semakin meluas di beberapa wilayah di Kabupaten Bima. 2. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak bersahabat dan berbagai bencana alam yang terjadi di Bima maupun daerah lain. 3. Belum berkembangnya calon pengusaha baru yang profesional dan inovatif. 4. Belum optimalnya peran dan fungsi lembaga ekonomi seperti Koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam menggerakkan kegiatan ekonomi produktif. 5. Masih terbatasnya investor yang bergerak dalam industri/usaha padat tenaga kerja. 6. Belum tertanganinya secara optimal usaha mikro, kecil dan menengah oleh pemerintah melalui fasilitasi dan pembinaan. 7. Tingkat efektivitas program APBD yang masih harus ditingkatkan guna menurunkan angka kemiskinan. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 25

2.6.2. Prospek Perekonomian 2012 Ada beberapa kebijakan, peluang investasi serta kondisi lingkungan eksternal yang akan mempengaruhi prospek perekonomian Kabupaten Bima selama 2012 antara lain sebagai berikut : 1. Kebijakan dan program percepatan pembangunan infrastruktur baik jalan, jembatan, bendungan, dan jaringan telekomunikasi yang memudahkan perdagangan barang /jasa terutama pada beberapa wilayah potensial dan terisolir, seperti wilayah Langgudu,Tambora dan Sanggar. 2. Mulai beroperasinya Bandara Internasional Lombok (BIL) tahun 2011 yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk peningkatan volume perdagangan dan aktivitas ekonomi antar pulau. 3. Semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan baik bank maupun non bank yang membuka peluang akses kredit bagi masyarakat ekonomi lemah dan telah menjangkau desa dan kecamatan. 4. Semakin berkembangnya Kota Bima sebagai pusat pertumbuhan yang akan mendorong berkembangnya sektor pertanian pada Kabupaten Bima sebagai penyedia kebutuhan masyarakat kota (hinterland). Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 26