ANALISIS PENDAPATAN DAN PROFITABILITAS USAHATANI PADI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

BPS PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN

Kata kunci: pendapatan, usahatani, jagung, hibrida Keywords: income, farm, maize, hybrid

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

Volume 9 No. 1 April 2017

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

Lampiran 1. Diskripsi Varietas Padi Ciherang

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI JAWA TENGAH TAHUN 2014

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU. Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN PADI DI KECAMATAN SEBANGKI KABUPATEN LANDAK JURNAL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

Transkripsi:

ABSTRAK ANALISIS PENDAPATAN DAN PROFITABILITAS USAHATANI PADI (Oryza sativa, L.) DI KABUPATEN INDRAMAYU Oleh: Wiwik Ambarsari, Vitus Dwi Yunianto Budi Ismadi, dan Agus Setiadi Program Studi Magister Agribisnis Pasca Sarjana Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra penanaman padi dan kurang lebih 75 persen hasil padi dikontribusikan untuk Provinsi Jawa Barat dan Nasional. Permasalahan utama pada lahan padi adalah terjadinya penurunan luas panen dikarenakan peningkatan alih fungsi lahan, hama dan penyakit tanaman, serta bencana alam karena banjir dan kekeringan sehingga pendapatan petani menurun. Berbagai usaha oleh pemerintah sudah dilakukan untuk menanggulangi permasalahan usahatani padi melalui program swasembada yang berkelanjutan agar produksi padi meningkat sehingga pendapatan petani meningkat pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan bersih dan profitabilitas di tingkat petani. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode pendekatan survei yang dilakukan di Kecamatan Sliyeg, Lelea, dan Gabuswetan Kabupaten Indramayu, sejak bulan Februari sampai Agustus 2014. Pengambilan sampel petani padi dilakukan secara multistage purposive sampling berjumlah 120 orang pada hasil usahatani periode 2012/2013. Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata pendapatan bersih usahatani padi di Kabupaten Indramayu pada musim tanam pertama sebesar Rp 14.766.370,09 per hektar per musim atau Rp 3.691.592,52 per hektar per bulan dengan profitabilitas 105,52 persen per musim atau 26,38 persen per bulan. Rata-rata pendapatan bersih usahatani padi pada musim tanam kedua sebesar Rp 12.668.336,83 per hektar per musim atau Rp 3.167.084,21 per hektar per bulan dengan profitabilitas 96,30 persen per musim atau 24,07 persen per bulan. Hasil ini memberikan arti bahwa usahatani padi pada musim tanam pertama dan kedua adalah profitable, artinya usahatani padi memberi keuntungan bagi petani padi dan layak untuk dikembangkan. Kata kunci : usahatani padi, pendapatan bersih, profitabilitas PENDAHULUAN Padi ( Oryza sativa. L) adalah tanaman pangan turunan pertama berupa beras berwarna putih sebagai makanan pokok bagi penduduk dunia. Beras memberikan kalori yang cukup bagi tubuh manusia dan asupan gizi lainnya (Tabel 1). Beras sudah menjadi komoditas strategis yang menjadi lima alasan, yaitu : (1) sekitar 90 persen penduduk negeri sangat tergantung terhadap beras sebagai bahan makanan utamanya, (2) usaha tani padi melibatkan sekitar 20 juta rumah tangga petani, (3) beras memberikan kontribusi kalori terbesar dibandingkan dengan bahan pangan lainnya seperti jagung, ubi kayu, dan lainnya, (4) adanya psikologis ketergantungan yang sangat tinggi dari masyarakat terhadap beras, dan (5) terdapat unsur status sosial kaum tani yang merasa bergengsi kalau dirinya menanam padi (Sastraatmadja, 2007). Usaha tani padi yang dikelola petani memberikan keuntungan Rp 2,3 Rp 2,8 juta per hektar pada tingkat benevit cost ratio (B/C Ratio) sebesar 1.772,04 (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2005). 19

Tabel 1. Kandungan Mutu Gizi dan Sifat Fisikokimia Beras Tiap 100 gram Varietas Ciherang No. Zat Nutrisi Jumlah Satuan Kandungan Mutu Gizi 1. Protein 10,3 Persen 2. Lemak 0,72 Persen 3. Karbohidrat 87,6 Persen 4. Indeks glikemik 54.4 Persen (rendah) 5. Energi 401,9 Kalori, KJ (=365 Kcal) 6. Vitamin B1 0,30 Milligram 7. Vitamin B2 0,13 milligram 8. Vitamin B3 0,56 milligram 9. Vitamin B6 0,12 milligram 10. Asam Folat 29,9 mikrogram 11. Besi 4,6 Ppm 12. Seng 23 Ppm Sifat Fisikokimia 13. Amilosa 23,2 Persen (rasa enak) 14. Konsistensi gel 77,5 Millimeter (tektur pulen) Sumber : Data Sekunder, Indrasari Tahun 2011. Indonesia, merupakan salahsatu diantara Tujuh negara penghasil beras. Walaupun demikian Indonesia menjadi negara importir beras nomor 4 di dunia pada tahun 2012 untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya (FAOSTAT, 2012 dalam Napsintuwong, 2012). Pada Tabel 2 terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan luas panen padi dari tahun 2010 sampai 2012 sebesar 5,83 persen, produktivitas naik 1,98 persen dan penurunan produksi padi sebesar 3,96 persen. Kabupaten Indramayu mengalami penurunan luas panen sebesar 8,45 persen, produktivitas naik 10,70 persen, dan produksi padi mengalami kenaikan sebesar 1,34 persen dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Hal ini menjadi kendala dan permasalahan yang harus diperhatikan karena dapat mengakibatkan semakin berkurangnya produksi padi dikarenakan luas panen yang semakin menurun, yaitu salah satu penyebabnya adalah alih fungsi lahan yang tidak dapat dihindari dari lahan pertanian kepada lahan non pertanian, seperti berdirinya bangunan rumah ataupun industri. Suherman (2013) menyebutkan bahwa Kabupaten Indramayu mengalami konversi lahan sawah beririgasi ke non pertanian sebesar 0,12 persen per tahun dari total lahan sawah 116.039 hektar dan cenderung meningkat setiap tahunnya sejalan dengan perkembangan penduduk dan kebutuhan lahan serta perkembangan perekonomian suatu wilayah. Andhika (2013) menyatakan bahwa dampak terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi daerah pembangunan di Kota Depok seluas 815 hektar dalam periode 2001 sampai 2012 yaitu hilangnya 4.848,53 ton produksi padi senilai Rp 19.794.138.000 atau rata-rata kehilangan sekitar 449,87 ton per tahun senilai dengan Rp 1.799.468.000 per tahun, sehingga terdapat selisih antara kebutuhan konsumsi pangan penduduk dengan produksi beras sebesar 384,63 ton per hari dimana kebutuhan konsumsi penduduk 396,67 ton per hari sedangkan rata-rata produksi beras yang dihasilkan 12,04 ton per hari. Menurut Soekartawi (1986) bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil usahatani selain mengoptimalkan lahan, yaitu : tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, benih, dan teknologi. 20

Menurut Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 pada Pasal 2 tentang ketahanan pangan untuk mewujudkan penyediaan pangan, maka perlu dilakukan beberapa hal, diantaranya adalah : (1) mengembangkan sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal, (2) mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan, (3) mengembangkan teknologi produksi pangan, (4) mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan, dan (5) mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif dalam pemenuhan swasembada pangan. Berbagai strategi telah dilakukan pemerintah melalui peraturannya tetapi berbagai permasalahan dalam sistem agribisnis padi masih terjadi dalam mewujudkan program swasembada berkelanjutan berdasarkan Laporan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Tahun 2012, diantaranya : (1) tingkat kehilangan hasil akibat pengolahan pasca panen masih terlalu tinggi, (2) masih tingginya serangan organisme penyakit tanaman utama, (3) bencana alam kebanjiran dan kekeringan yang cukup luas, (4) permodalan yang dimiliki petani masih rendah, (5) teknologi spesifik belum diterapkan secara lengkap dan berkelanjutan, dan (6) marketable surplus yang masih belum tertangani secara nyata sehingga mempengaruhi cara budidaya padi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan bersih dan kelayakan usahatani padi dengan nilai profitabilitas di Kabupaten Indramayu. Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi, dan Beras di Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Indramayu Tahun, 2010, 2011, dan 2012 Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Padi Beras* (Ha) (Ku/Ha) (Ton GKG) (Ton) Provinsi Jawa Barat 2012 1.918.799 58,74 11.271.861 7.071.965,59 2011 1.964.466 59,22 11.633.891 7.299.103,21 2010 2.037.657 57,6 11.737.071 7.363.837,72 Kabupaten Indramayu 2012 220.373 62,47 1.376.604 863.681,35 2011 230.985 61,26 1.415.050 887.802,37 2010 240.716 56,43 1.358.441 852.285,88 Sumber : Data Sekunder Jawa Barat Dalam Angka, 2010 sampai 2012. *Konversi GKG menjadi beras : 62,74% dalam Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Tahun 2011. 21

METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode pendekatan survey (Nazir, 1983). Lokasi penelitian di Kecamatan Sliyeg, Kecamatan Lelea, dan Kecamatan Gabuswetan Provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari s/d Agustus 2014. Teknik pengambilan sampel adalah multistage purposive sampling (pertimbangan) sebanyak 120 responden petani (Soekartawi, 1986). Analisis yang digunakan untuk pendapatan usahatani padi di tingkat petani dapat diperoleh dengan rumus (Prawirokusumo, 1990), sebagai berikut : NT = TR - TC... (1) TR = Q x Pq... (2) TC = TVC + TF... (3) Keterangan : NT TR Q Pq TC/ TVC TFC = Net Revenue/Pendapatan (Rupiah) = Total Revenue/Total Penerimaan (Rupiah) = Jumlah Produksi Padi (Kg) = Harga per kg Gabah (Rupiah) = Total Cost/Total Biaya Produksi (Rupiah) = Total Variabel Cost/Total Biaya Variabel (Rupiah) = Total Fixed Cost / Total Biaya Tetap (Rupiah) Profitabilitas merupakan gambaran kemampuan usaha untuk mendapatkan keuntungan bersih dari modal operasional yang dikeluarkan atau operasional biaya/biaya produksi (Soekartawi, 1986 ) dengan rumus matematis adalah : Profitabilitas = x 100%... (4) Profitabilitas dapat ditentukan berdasarkan suku bunga deposito bank. Jika profitabilitas usahatani padi lebih besar dari suku bunga deposito bank maka usahatani padi menguntungkan atau profitable yaitu usahatani padi layak untuk dikembangkan, sedangkan jika profitabilitas usahatani padi lebih kecil dari suku bunga deposito bank maka usahatani padi tidak menguntungkan atau tidak profitable yaitu usahatani padi tidak layak untuk dikembangkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pendapatan Usahatani Padi Analisis pendapatan usahatani padi bersumber dari data responden petani pada usahatani padi periode 2012/2013 pada musim tanam pertama (MT-1) atau musim penghujan (Desember 2012 Maret 2013) dan musim tanam kedua (MT -2) atau musim kemarau (April Juli 2013), melalui wawancara sejumlah 120 orang, jumlah luas lahan garapan 164,55 ha, dan rata-rata luas garapan 1,37 ha per responden petani. Hasil perhitungan analisis pendapatan bersih dan profitabilitas padi di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 3. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya variabel meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan operasional. Biaya sarana produksi meliputi pembelian benih, pupuk, pestisida (zat pengatur tumbuh dan obat pembasmi hama dan penyakit). Biaya tenaga kerja meliputi pengolahan tanah, pembenihan, penanaman, pemeliharaan (penyulaman, penyiangan, pemupukan, dan penyemprotan), dan pasca panen (panen, perontokan, pengangkutan, dan pengeringan). Biaya operasional meliputi transportasi yang menggunakan bensin. 22

Tabel 3 memperlihatkan bahwa total biaya variabel yang dikeluarkan responden petani padi pada musim tanam pertama (MT-1), yaitu Desember 2012 sampai Maret 2013 sebesar Rp 1.446.069.899,23 dengan rata-rata sebesar Rp 12.050.582,49. Total biaya variabel yang dikeluarkan responden petani padi pada musim tanam kedua (MT -2), yaitu April 2013 sampai Juli 2013 sebesar Rp 1.314.243.315,96 dengan rata-rata sebesar Rp 10.952.027,63. Pada total biaya variabel terdapat perbedaan pada musim penghujan dan kemarau karena perbedaan pada biaya variabel upah tenaga kerja. Perbedaan upah tenaga kerja ini disebabkan pada penjemuran gabah saat panen, waktu penjemuran pada musim pertama (penghujan) memerlukan waktu 3-4 hari di tingkat petani sedangkan pada musim kedua (kemarau) memerlukan waktu penjemuran 1-2 hari karena sinar matahari yang cukup sehingga selisih waktu penjemuran menyebabkan jumlah hari kerja penjemuran padi berbeda sehingga upah kerja akan berbeda, pada musim pertama lebih besar 12,20 persen dibandingkan dengan musim kedua. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Biaya tetap meliputi pajak/pbb, sewa lahan, iuran desa, penyusutan alat (cangkul, arit, pedangan, kenca/jarak tanam, handsprayer, ember, timbangan, traktor, pompa air, karung, motor/sepeda), pemeliharaan (lantai jemur, gudang penyimpanan gabah, dan lain-lain) dan bunga modal (jumlah b iaya variabel dan biaya tetap dikalikan bunga pinjaman bank per musim tanam). Tabel 3 menunjukkan bahwa total biaya tetap yang dikeluarkan responden petani padi pada musim tanam pertama (MT-1), yaitu Desember 2012 sampai Maret 2013 sebesar Rp 838.616.247,39 dengan rata rata sebesar Rp 6.988.468,73. Total biaya tetap yang dikeluarkan responden petani padi pada musim tanam kedua (MT -2), yaitu April 2013 sampai Juli 2013 sebesar Rp 830.706.652,39 dengan rata-rata sebesar Rp 6.922.555,44. Total biaya tetap pada musim tanam kedua lebih rendah 0,94 persen dibandingkan dengan total biaya tetap pada musim tanam pertama dikarenakan bunga modal yang rendah sebesar 6,11 persen, hal ini disebabkan karena upah tenaga kerja pada biaya variabel di musim kedua lebih rendah dibandingkan pada musim pertama pada saat penjemuran padi karena terik sinar matahari lebih banyak di musim kedua sehingga lama penjemuran berkurang waktunya. Tabel 3. Total Biaya Variabel, Total Biaya Tetap, Total Biaya, Penerimaan, Pendapatan Bersih, dan Profitabilitas Usahatani Padi Musim Tanam Pertama dan Musim Tanam Kedua (Periode 2012/2013) No Uraian MT-1 (Rp) MT2 (Rp) Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata 1 Total Biaya Variabel 1.446.069.899,23 12.050.582,49 1.314.243.315,96 10.952.027,63 2 Total Biaya Tetap 838.616.247,39 6.988.468,73 830.706.652,39 6.922.555,44 3 Total Biaya 2.284.686.146,22 19.039.051,22 2.144.949.968,35 17.874.583,07 4 Total Biaya per ha 1.791.784.256,48 14.931.535,47 1.686.509.591,51 14.054.246,60 5 Penerimaan GKP (Rp) 4.998.937.780,00 41.657.814,83 4.611.722.520,00 38.431.021,00 Penerimaan GKP 3.590.441.617,76 29.920.346,81 3.230.713.137,51 26.922.609,48 6 (Rp/ha) 7 Pendapatan Bersih (Rp) 2.681.032.458,20 22.341.937,15 2.437.399.826,47 20.311.665,22 8 Pendapatan Bersih (Rp/ha) 1.771.964.410,28 14.766.370,09 1.520.200.420,19 12.668.336,83 9 Profitabilitas (%) 12.661,83 105,52 11.555,96 96,30 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014 23

Biaya Total Biaya total usahatani padi responden petani diperoleh dari penjumlahan total biaya tetap dan total biaya variabel. Biaya total pada musim tanam pertama (MT -1), yaitu Desember 2012 sampai Maret 2013 sebesar Rp 2.284.686.146,22 dengan rata-rata sebesar Rp 19.039.051,22 dan total biaya per hektar sebesar Rp 1.791.784.256,48 dengan rata-rata per hektar sebesar Rp 14.931.535,47. Biaya total pada musim tanam kedua (MT -2), yaitu April 2013 sampai Juli 2013 sebesar Rp 2.144.949.968,35 dengan rata-rata sebesar Rp 17.874.583,07 dan biaya total per hektar sebesar Rp 1.686.509.591,51 dengan rata-rata per hektar sebesar Rp 14.054.246,60. Besar perbedaan biaya total di musim pertama sebesar 6,11 persen dibandingkan biaya total di musim kedua. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Penerimaan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa penerimaan yang diperoleh responden petani padi pada musim tanam pertama (MT -1) sebesar Rp 4.998.937.780,00 dengan rata-rata penerimaan usahatani padi sebesar Rp 41.675.814,83 pada rata-rata harga gabah kering panen (HKP) sebesar Rp 4.599,17. Penerimaan responden petani padi pada musim tanam kedua (MT -2) sebesar Rp 4.611.722.520,00 dengan rata-rata sebesar Rp 38.431.021.00 pada rata-rata harga gabah kering panen sebesar Rp 5.150,83. Tabel 3 menunjukkan bahwa ratarata penerimaan petani per hektar, pada musim tanam pertama (MT -1), yaitu Desember 2012 sampai Maret 2013 sebesar Rp 29.920.346,81, sedangkan pada musim tanam kedua (MT -2), yaitu April 2013 sampai Juli 2013 sebesar Rp 22.986.418,33. Hal ini terdapat rata-rata penurunan sebesar Rp 3.010.925,34 per ha (10,02%). Penurunan produksi sebesar 146.204,67 kg GKP (13,74%) terjadi di musim tanam kedua dari musim tanam pertama. Perbedaan hasil padi di musim pertama dan musim kedua periode 2013/2014 adalah pada musim pertama merupakan musim penghujan pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 terdapat penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur dan bakteri sehingga sering terjadi tanaman mengalami busuk pada bagian akar yang menyebabkan hara tanaman tidak dapat mudah diserap tanaman. Penyebab lain adalah hanyutnya pupuk dan pestisida bersama air irigasi karena banjir sehingga tidak cukup tersedia bagi tanaman. Musim kedua adalah kemarau pada bulan April sampai Juli 2013 terdapat hama dan kekurangan air karena kekeringan. Hama tanaman padi meyebabkan pertumbuhan terganggu serta kurangnya air di masa bunting pada tanaman padi yaitu fase reproduktif selama 35 hari dimulai dari awal pembentukan malai dan berakhir pada waktu pembungaan maka akan mengalami pertumbuhan yang lambat menyebabkan berkurangnya malai produktif sehingga hasil padi pun akan berkurang. Banyaknya pemukiman akibat alih fungsi lahan pertanian pada non pertanian menyebabkan berkurangnya air irigasi karena terpakai oleh kebutuhan pemukiman sehingga tanaman padi mengalami kekurangan air berakibat penurunan hasil panen padi. Rata-rata produktivitas padi GKP pada Tabel 3 pada periode tanam 2012/2013 yang merupakan hasil penelitian ini yaitu sebesar 6,08 ton/ha lebih kecil (hampir mendekati) dibandingkan dengan produktivitas padi sebesar 6,247 ton/ha pada tahun 2012 di Kabupaten Indramayu berdasarkan Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013 (Tabel 2). Penyebab utama adalah teknik pengambilan sampel perhitungan pada Badan Pusat Statistik (BPS) dan kajian ini sangat berbeda. BPS secara umum 24

mengambil sampel hasil padi berdasarkan hasil ubinan dengan kondisi hasil padi yang bagus-bagus (baik) sehingga ketika dikonversi maka hasilnya baik atau besar. Penelitian ini tidak melakukan sampel hasil yang terbaik saja tetapi jumlah seluruh hasil penerimaan petani berdasarkan produksinya dengan kondisi padi tercampur antara yang bagus-bagus dengan yang tidak, maka hasil perhitungan diperoleh yang sebenarnya. Berdasarkan pertimbangan ini maka hasil perhitungan penelitian ini akan lebih rendah dibandingkan dengan hasil perhitungan BPS. Pendapatan Bersih Pendapatan bersih atau keuntungan adalah perbedaan atau selisih antara pendapatan kotor ( gross income) atau penerimaan dan biaya operasi ( operating cost). Tabel 3 memperlihatkan bahwa pendapatan bersih atau keuntungan seluruh responden petani padi (120 orang) pada musim tanam petama (MT -1), yaitu Desember 2012 sampai Maret 2013 sebesar Rp 2.681.032.458,20 pada luas lahan garapan 164,55 ha dengan rata-rata keuntungan per responden petani dengan luas lahan garapan 1,37 ha sebesar Rp 22.341.937,15. Rata-rata keuntungan jumlah responden petani (120 orang) deng an luas lahan garapan per hektar per musim tanam sebesar Rp 1.771.964.410,28 dan rata-rata keuntungan per responden petani padi dengan luas lahan garapan per hektar per musim tanam sebesar Rp 14.766.370,09. Rata-rata keuntungan seorang responden petani padi per hektar per bulan sebesar Rp 3.691.592,52. Keuntungan seluruh responden petani padi pada musim tanam kedua (MT-2), yaitu April 2013 sampai Juli 2013 pada luas lahan 165,44 ha sebesar Rp 2.437.399.826,47 dengan rata-rata keuntungan per responden petani dengan luas lahan garapan 1,37 ha sebesar Rp 20.311.665,22. Rata-rata keuntungan jumlah responden petani (120 orang) dengan luas lahan garapan per hektar per musim tanam sebesar Rp 1.520.200.420,19 dan rata-rata keuntungan per responden petani padi dengan luas lahan garapan per hektar per musim tanam sebesar Rp 12.668.336,83. Rata-rata keuntungan seorang responden petani padi per hektar per bulan sebesar Rp 3.167.084,21. Usahatani padi pada periode 2012/2013 pada musim tanam pertama dan musim tanam kedua dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya keuntungan bagi petani padi. Profitabilitas Usahatani Padi Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah profitabilitas responden petani padi pada musim tanam petama (MT -1), yaitu Desember 2012 sampai Maret 2013 sebesar 12.661,83 persen dengan rata-rata profitabilitas sebesar 105,52 persen yang nilainya sama dengan 26,38 persen per bulan adalah lebih besar dari suku bunga deposito bank BRI sebesar 4,25 persen per bulan berarti usahatani padi di musim tanam pertama menguntungkan atau profitable maka usahatani padi layak untuk dikembangkan. Pada musim tanam kedua (MT-2), yaitu April Juli 2013 bahwa jumlah profitabilitas usahatani padi sebesar 11.555,96 persen dengan rata-rata profitabilitas sebesar 96,30 persen yang nilainya sama dengan 24,07 persen per bulan adalah lebih besar dari suku bunga deposito Bank BRI sebesar 4,25 persen per bulan berarti usahatani padi di musim tanam kedua menguntungkan atau profitable maka usahatani padi layak untuk dikembangkan. 25

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi di daerah penelitian Kabupaten Indramayu diperoleh rata-rata pendapatan bersih usahatani padi di Kabupaten Indramayu pada musim tanam pertama sebesar Rp 14.766.370,09 per hektar per musim atau Rp 3.691.592,52 per hektar per bulan dengan profitabilitas 105,52 persen per musim atau 26,38 persen per bulan. Ratarata pendapatan bersih usahatani padi pada musim tanam kedua sebesar Rp 12.668.336,83 per hektar per musim atau Rp 3.167.084,21 per hektar per bulan dengan profitabilitas 96,30 persen per musim atau 24,07 persen per bulan. Hasil ini memberikan arti bahwa usahatani padi pada musim tanam pertama dan kedua adalah profitable, artinya usahatani padi menguntungkan bagi petani dan layak untuk dikembangkan. Saran Pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam usahatani padi agar mudah menerima inovasi baru terutama teknologi sebagai input produksi sehingga meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi, selain dari modal dan sarana prasarana. Peranan pemerintah daerah pada regulasinya sangat diperlukan seperti adanya program bantuan kredit dengan subsidi bunga sehingga dapat menambah modal untuk usahatani padi, selain itu ketegasan pada peraturan untuk menekan alih fungsi lahan pertanian kepada non pertanian. DAFTAR PUSTAKA Andhika, N.K. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Padi di Kota Depok. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis : Rangkuman Kebutuhan Investasi. Departemen Pertanian. Jakarta. Indrasari, S. D. 2011. Mutu Gizi dan Mutu Rasa Beras Varietas Unggul Ciherang. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Volume 33. Nomor 2. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Subang. Badan Pusat Statistik dan Bappeda Provinsi Jawa Barat. 2010. Jawa Barat Dalam Angka. Bandung Badan Pusat Statistik dan Bappeda Provinsi Jawa Barat. 2011. Jawa Barat Dalam Angka. Bandung Badan Pusat Statistik dan Bappeda Provinsi Jawa Barat. 2012. Jawa Barat Dalam Angka. Bandung Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu. 2011. Laporan Tahunan. Indramayu. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu. 2012. Laporan Tahunan. Indramayu. Napasintuwong, O. 2012. Survey of Recent Innovations in Aromatic Rice. Paper preparated for presentation at the 131 st EAAE. Seminar Innovation for Agricultural Competitiveness and Sustainability of Rural Areas, Parague, Czech Republic, September 19-19, 2012. Departement of Agricultural and Resource Economics Kasetsart University. Bangkok 10900 Thailand. 26

Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga. Ghalia Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. BIEP. Yogyakarta. Soekartawi, A. S., J. L. Dillon, dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Cetakan Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia. Salemba. Jakarta. Suherman, A. 2013. Kehidupan Petani Pasca Konversi Lahan Sawah Beririgasi di Kabupaten Indramayu. Disertasi Program Doktor Ilmu Pertanian. Universitas Padjadjaran Bandung. 27