Chintya Zein Sakti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. eksplorasi gas di Porong Sidoarjo oleh PT. Lapindo Brantas Inc., mulai dari

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1 : Peta Area Terdampak

Bakrie Laporan Dampak Sosial Gunung Berapi Lumpur Lapindo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Sosial Ekonomi Lumpur Lapindo

Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Insinyur 1 : Berikut adalah kemungkinan sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelaku pelanggaran kode etik :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan terdiri dari pulau pulau besar

BAB III PENUTUP. a. Lumpur Lapindo. melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi.

Anggaran dari negara juga diperbolehkan untuk mengontrak rumah bagi korban, bantuan. Negara Ganti Rugi Korban Lumpur Lapindo RP 1.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong sistem kapitalisme ekonomi yang ditandai dengan persaingan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Banjir lumpur panas Sidoarjo, dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo atau

BAB V ANALISA HASIL. 1. Deskripsi barang yang kurang jelas atau tidak lengkap.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.

ETHICAL AND SOCIAL ISSUES IN INFORMATION SYSTEMS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah

( studi tentang penanganan Ganti Rugi Warga Desa Renokenongo )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Banjir lumpur panas Sidoarjo atau beberapa menyebut Lumpur

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 127

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA SEBUAH PERSEROAN TERBATAS MENURUT

eksplorasi sebesar US$ 3,84 miliar, administrasi US$ 1,6 miliar, pengembangan US$

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI PENGGANTIAN HARTA BENDA WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme"

PROPOSAL. Peringatan Lima Tahun Semburan Lumpur Lapindo Di Porong Sidoarjo. Minggu,29 Mei 2011 Di Tanggul Lumpur

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENANGGULANGAN SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

HUKUM HAK ASASI MANUSIA PELANGGARAN HAM BERAT ATAS KORBAN KASUS LUMPUR LAPINDO

Bencana Baru di Kali Porong

KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Politik dan media ibarat dua sisi dari satu mata uang. Media massa,

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL DALAM TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA SEBUAH PERSEROAN TERBATAS DAN DAMPAK PENERAPANNYA

Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan Lumpur Lapindo Sidoarjo

BAB III DESKRIPSI PENGGANTIAN TANAH WAKAF MUSHALLA DI DESA SIRING KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

LAPINDO BRANTAS, INC. LAPINDO BRANTAS INC, BLOK BRANTAS

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.2 Lokasi Kerja Jalan Gayung Kebonsari No.50 Surabaya Telp Fax

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tepat tanggal 29 Mei 2006 pukul WIB lumpur panas. menyembur dari sumur eksplorasi Banjar Panji-1 yang dikelola oleh Lapindo

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inflasi, dimana hingga Februari 2016 inflasi Indonesia sebesar 4,42%. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Hak-hak dan Keadilan atas Lingkungan

Daftar isi. Halaman. A Gambaran Umum 1 1 Sejarah Singkat 1 2 Eksplorasi Sumur Banjar Panji Pelaksana Eksplorasi Sumur BJP-1 4

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai padanan istilah bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Infeksi

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

BAB III PROSES DAN DAMPAK EKSPLORASI GAS. OLEH PT. LAPINDO BRANTAS Inc. DI PORONG-SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB II KAJIAN TEORI. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk. melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi.

ANALISIS BERITA PENYELESAIAN GANTI RUGI KORBAN LUMPUR LAPINDO. Dessy Trisilowaty Universitas Trunojoyo Bangkalan Madura

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

LAPORAN SURVEI CEPAT DAMPAK SEMBURAN LUMPUR PANAS DI KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR

UPAYA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM MENYELESAIKAN TUMPAHAN MINYAK DI TELUK MEKSIKO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab ini akan disampaikan kesempulan dan saran. 1. Pembagian Tanggung Jawab Mengenai Risiko Dalam Hal Terjadinya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 112

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

Manajemen Isu dan Manajemen Krisis

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dari total penerimaan Negara Bukan Pajak Rp 385 trilyun 1, atau dapat. hukum agar tidak merugikan kepentingan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dian Mayasari, 2013

MENTEW ENERGI DAM SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Laporan Pemeriksaan Atas Penanganan Semburan Lumpur Panas Sidoarjo. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja di dalam lingkungannya. Keberhasilan perusahaan tersebut

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I. dibutuhkan karena strategi ini merupakan salah satu dari beberapa langkah kritis

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIDOARJO (Sebelum dan Sesudah Terjadi Semburan Lumpur Lapindo) SKRIPSI

REKLAMASI DAN JAMINAN REKLAMASI, BAGAIMANA PENGATURANNYA?

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENJAJAKI KODE ETIK PENELITIAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

Transkripsi:

MAKALAH " Penyelesaian Lumpur Panas Lapindo Sidoarjo" Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah Etika Profesi Oleh : Chintya Zein Sakti 321110009 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MA CHUNG SEPTEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Saati ini banyak sekali masyarakat maupun suatu organisasi yang terstruktur melupakan peranan etika profesi di dalam kehidupan. Padahal peranan etika profesi sendiri sangatlah penting mengingat kontrol pertama seseorang dalam melakukan tindakan adalah etika, jika etika profesi diabaikan maka manusia akan berbuat seenaknya tanpa mempertimbangkan resiko atau dampak yang terjadi dikemudian hari. Contohnya saja korupsi di Indonesia yang terus berkembang secara sistemik. Bagi sebagian orang korupsi adalah kebiasaan yang bukan lagi dianggap suatu kejahatan. Di era ketika uang adalah kebutuhan yang mutlak bagi setiap manusia. Banyak sekali cara yang dilakukan baik itu benar maupun salah, untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tidak ada masalah ketika cara itu dilakukan dengan benar, namun akan merugikan sekitar jika dilakukan dengan cara yang salah. Masalahnya sekarang cara yang salah sudah dianggap benar oleh sebagian masyarakat. Bahkan mereka tidak menyadari bahwa yang dilakukannya adalah salah. Oleh karena itu etika profesi sangat dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan masing-masing. Tragedi lumpur lapindo adalah tragedi yang tidak terlupakan oleh bangsa Indonesia, terutama masyarakat di kecamatan Porong kota Sidoarjo. Bencana ini terjadi tanggal 26 Mei 2006, akibatnya sekitar 2467 unit rumah yang terendam oleh lumpur panas, lebih dari 200 ha areal pertanian dan perkebunan rusak, dan masih banyak lagi kerugian lainnya. Namun masih banyak semo-demo yang dilayangkan oleh korban lapindo kepada pihak Lapindo Brantas Inc. Tidak ada titik temu antara kedua belah pihak, dimana mengakibatkan perbedaan informasi penyelesaian yang diberikan oleh pihak korban dan pihak Lapindo Brantas Inc. Oleh karena itu saya akan mencoba mencari peranan etika profesi dalam perdebatan masalah ini, guna memberikan persepsi dari sudut pandang etika. Karena saya yakin etika dapat membantu dalam menentukan baik buruknya suatu tindakan, seperti yang telah disinggung di paragraf pertama.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Melihat pentingnya tindakan yang memberikan peranan besar dalam suatu hasil maupun akibat yang dihasilkan, karena itulah dibutuhkan etika profesi untuk menjadi pagar dalam tolak ukur seseorang. Lumpur lapindo yang selama ini masih dirasa belum ada penyelesainnya meskipun telah dilakukan berbagai upaya dari pihak Lapindo Brantas Inc., pemerintah, dan masyarakat sekitar. Tidak adanya langkah kongkrit yang dapat menyelesaikan semburan lumpur lapindo dan akibat yang telah dihasilkan lainnya. 1.3 PEMBATASAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka, penulis memutuskan untuk menggunakan alat Etika Profesi untuk mengidentifikasi dan menganalisis bencana lumpur lapindo yang dilakukan oleh pihak Lapindo Brantas Inc., serta menarik kesimpulan apa yang seharusnya dilakukan oleh pihak Lapindo Brantas Inc., masyarakat sekitar yang menjadi korban, maupun pererintah sendiri. 1.4 PERUMUSAN MASALAH - Bagaimana Lapindo Brantas Inc. dalam menentukan tempat pengeboran minyak dan gas? - Apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses pengeboran? - Bagaimana peristiwa Lumpur Lapindo bisa terjadi? - Penyelesaian apa saja yang telah diupayakan? - Apa yang masih belum terlaksana hingga sekarang ini? - Apa peranan pemerintah dan masyarakat dalam masalah ini? - Apa saja kekurangan yang perlu diperbaiki dari Lapindo Brantas Inc., pemerintah, dam masyarakat? 1.5 TUJUAN - Mengetahui penyebab terjadinya lumpur lapindo - Mengetahui dampak yang timbul akibat bencana ini - Mengetahui penyelesaian yang telah dilakukan

- Mengetahui kekurangan dari penyelesaian yang diberikan oleh Lapindo Brantas Inc. - Merancang perbaikan kekurangan dari penyelesaian tersebut 1.6 KEGUNAAN ATAU MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat dari hasil pengamatan pada Lumpur Lapindo sebagai berikut: Untuk penulis, dapat memahami serta mempraktekkan etika profesi pada kehidupan sehari-hari dan badan usaha secara nyata Untuk objek pengamatan, memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dirasa masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Dan memberikan titik temu yang diharapkan dapat membantu untuk menentukan langkah selanjutnya Untuk universitas, mewujudkan nilai-nilai universitas untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan mempraktekkan pembelajaran mahasiswa kepada masyarakat dan negara

BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1 SEJARAH Lapindo Brantas Inc. merupakan salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan prose pengeboran minyak dan gas di Indonesia. Lapindo Brantas Inc. pertama didirikan pada tahun 1996 setelah proses kepemilikan sahamnya diambil alih dari perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat. Dari tahun 1991 hingga 1996, LBI melakukan survei seismik dan kegiatan pemboran eksplorasi yang fokus pada pengembangan Lapangan Gas Wunut, yang kemudian mulai berproduksi pada 25 Januari 1999. LBI merupakan perusahaan swasta pertama di Indonesia yang memproduksi gas di Lapangan Wunut, kemudian bergabung dengan PT Energi Mega Persada (EMP) di tahun 2004 sebelum diambil alih oleh Minarak Labuan Co. Ltd. (MLC). Komposisi jumlah Penyertaan Saham (Participating Interest) perusahaan terdiri dari Lapindo Brantas Inc. (Bakrie Group) sebagai operator sebesar 50%, PT Prakarsa Brantas sebesar 32% dan Minarak Labuan Co. Ltd (MLC) sebesar 18%. Dari kepemilikan sebelumnya, walaupun perizinan usaha LBI terdaftar berdasarkan hukum negara bagian Delaware di Amerika Serikat, namun saat ini 100% sahamnya dimiliki oleh pengusaha nasional. 2.2 VISI, MISI, & TUJUAN Visi - Turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia melalui pemenuhan energi minyak dan gas bumi. - Meningkatkan nilai tambah perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan. - Menjadi perusahaan minyak dan gas bertaraf internasional dan sebagai produsen minyak dan gas terbesar di Jawa Timur.

Misi - Menjalankan seluruh kegiatan operasi perusahaan dengan ekonomis, dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai standar HSE yang tertinggi. - Menahan laju penurunan produksi dari lapangan yang ada. - Explore, discover & develop prospek di Area-1, 3, 4 & 5. - Melakukan kembali kegiatan eksplorasi dan pengembangan di Area-2. - Membangun reputasi sebagai perusahaan yang peduli lingkungan dengan menerapkan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan secara terpadu dan berkesinambungan. 2.4 PRODUKSI Kita semua tahu bahwa sumber daya alam Minyak & Gas Bumi adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Oleh karenanya, LBI mengelola wilayah kerja yang produktif dengan kesungguhan dan kehati-hatian yang tinggi, sejalan dengan upayanya memaksimalkan produktivitas (maximize productivity) serta menahan laju penurunan produksi (arrest production decline).hingga Januari 2011, produksi migas LBI yang dihasilkan dari dua area produktif berjumlah total sekitar 20.58 MSTB (Metric Stock Tank Barrel).

BAB 3 KAJIAN PUSTAKA 3.1 ETIKA PROFESI Etika berasal dari kata ethos, digunakan pertama kali oleh Aris Toteles seorang filosofi dari Yunani yang memiliki arti karakter. Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya, K. Bertenes. Etika ini yang akan menentukan setiap individu untuk menilai tindakan yang dilihat ataupun yang akan dilakukan itu termasuk baik atau benar. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia itu sendiri melainkan memperjelas bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan yang dilakukan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu agama, sejarah, filosofi dan hukum. Etika dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu : 1. Etika keluarga 2. Etika profesi 3. Etika politik 4. Etika lingkungan hidup Sedangkan yang akan kita urai kali ini adalah etika profesi. Profesi sendiri adalah pekerjaan yang ditekuni seseorang dan membutuhkan penguasaan terhadap suatu pengetahuan yang khusus. Namun tidak semua pekerjaan dapat disebut datau dikatakan sebagai profesi. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat built-in mechanism berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian (Wignjosoebroto, 1999). Prinsip prinsip etika profesi 1. Tanggung jawab Tanggung jawab sangat dibutuhkan di profesi yang ditekuni baik terhadap pelaksanaan pekerjaan maupun terhadap hasil dan dampak yang timbul terhadap kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.

2. Keadilan Keadilan merupakan tuntutan bagi seseorang sesuai profesinya masing-masing agar memberikan hak kepada orang-orang yang bersangkutan. 3. Otonomi Otonomi diberikan kepada pengemban profesi untuk diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya. Etika profesi diharapkan memberikan suatu tatanan atau pedoman nilai duntuk suatu organisasi maupun individu yang bersangkutan dalam mengatur setiap perilaku bersama didalam sebuah organisasi.

BAB 4 METODOLOGI 4.1 TEMPAT, WAKTU, JENIS DAN OBJEK PENGAMATAN Nama Pengamatan : Penyelesaian Lumpur Panas Lapindo Sidoarjo Waktu : Selasa 26 Agustus 2013 Kamis 31 Agustus 2013 Objek : Lapindo Brantas Inc. 4.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik yang penulis gunakan adalah mencari berita-berita yang berhubungan dengan terjadinya lumpur lapindo hingga proses-proses penyelesaiannya dengan memanfaatkan internet, koran. Karena dengan internet, penulis dapat mengamati apa saja yang telah terjadi di masa lampau. Penulis juga menggunakan teknik studi pustaka untuk melengkapi analisis analisis yang kami lakukan.

BAB 5 HASIL PENGAMATAN 5.1 PENYEBAB TERJADINYA SEMBURAN LUMPUR LAPINDO Tidak ada penjelasan yang akurat mengenai bagaimana terjadinya semburun lumpur panas di Porong Sidoarjo ini. Banyak media yang menyebutkan bahwa bencana ini diakibatkan oleh kelalaian pihak Lapindo Brantas Inc. dalam pelaksanaan pengeboran. Namun dari pihak Lapindo sendiri menjelaskan bahwa semuanya telah dijalankan sesuai dengan prosedur operasional dan telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Pihak Lapindopun memberikan opini bahwa bencana ini ada kaitannya dengan kegiatan seismik akibat gempa yang terjadi dua hari sebelumnya dan berkaitan dengan gunung Semeru yang kembali aktif. Berawal dari kegiatan pengeboran Lapindo Brantas Inc. di dekat lokasi tersebut yaitu di sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006. Perusahaan kontraktor yang menanganinya adalah PT Medici Citra Nusantara. Pengeboran ini direncanakan akan mencapai kedalaman 8500 kaki. Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk BP-MIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi. Saat ini Lapindo memiliki 50% participating interest di wilayah Blok Brantas, Jawa Timur. Diduga karena tujuan penghematan biaya, pihak Lapindo sengaja untuk tidak memasang casing. Memang dari segi ekonomi sendiri, pemasangan casing memakan biaya yang cukup besar. Hal ini dapat memperbesar biaya yang akan dikeluarkan oleh Lapindo Brantas Inc.. Disebutkan Medco, yang bertindak sebagai salah satu pemegang saham wilayah Blok Brantas, telah memberikan peringatan kepada Lapindo Brantas Inc. dalam surat bernomor MGT- 088/JKT/06 untuk segera memasang casing sesuai dengan standar operasional pengeboran minyak dan gas. Lapindo Brantas Inc. menyatakan bahwa semburan lumpur panas ini terjadi bukan karena kegiatan pengeboran, namun dikarenakan gempa tektonik Yogyakarta yang terjadi pada 2 hari sebelum bencana tersebut terjadi. Pernyataan ini didukung oleh beberapa pendapat yang menyatakan bahwa pemicu semburan lumpur (liquefaction) adalah gempa (sudden cyclic shock)

Yogyakarta yang mengakibatkan kerusakan sedimen. Namun pernyataan ini sempat dibantah oleh para ahli, gempa di Yogyakarta terjadi karena pergeseran Sesar Opak yang tidak berhubungan dengan Surabaya sehingga tidak memiliki kaitannya dengan semburan lumpur Lapindo. Argumen ini memperkuat dugaan awal yaitu kesalahan dari pengeboran yang dilakukan Lapindo itu sendiri. Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo harus sudah memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki. Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka belum memasang casing 9-5/8 inci. Inilah yang mengakibatkan masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur. Mengikuti prosedur operasional, kegiatan pemboranpun dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup. Namun menurut informasi yang diperoleh dari lapangan, BOP pecah sebelum terjadinya semburan lumpur panas Lapindo. Jika hal ini benar maka telah terjadi kesalahan teknis dalam pengeboran yang berarti pula telah terjadi kesalahan pada prosedur operasional standar. Pada AAPG (American Association of Petroleum Geologists) 2008 International Conference & Exhibition dilaksanakan di Cape Town International Conference Center di Afrika Selatan tanggal 26-29 Oktober 2008, merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh AAPG yang dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia. Konferensi ini memberikan hasil pendapat para ahli yaitu 3 ahli dari Indonesia menyatakan bahwa gempa yogyakarta merupakan penyebabnya, 42 ahli menyatakan bahwa kesalahan teknis pengeboranlah penyebabnya, 13 ahli menyatakan bahwa kedua faktor tersebut penyebabnya, dan 16 ahli lainnya belum bisa memberikan pendapat mereka. Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal 29 Mei 2007 juga menemukan kesalahankesalahan teknis dalam proses pemboran. 5.2 DAMPAK YANG TIMBUL Banyak sekali kerugian yang diakibatkan oleh bencana ini. Lumpur panas yang telah menenggelamkan 6 desa yaitu desa Mindi, Pejakaran, Jatirejo, Ronokenongo, Kedung Bendo, dan Siring ini juga melenyepkan sekitar 2467

rumah warga, 24 pabrik, 18 sekolah, dan 200 ha area pertanian dan perkebunan. Penduduk harus mengungsi dan ribuan pekerja kehilangan mata pencahariannya. Disebutkan bahwa pihak Lapindo Brantas Inc. telah menghabiskan dana sebesar Rp 800 miliar untuk mencoba menghentikan semburan lumpur panas tersebut. Lalu lintas disekitar semburan lumpur Lapindo ini sempat mengalami lumpuh total dan tidak dapat berfungsi akibat kerusakan yang diakibatkan oleh semburan lumpur panas sehingga merusak jalan dan rel kereta api. Semburan lumpur panas ini berlanjut selama beberapa bulan dengan menyemburkan lumpur dan tanah liat serta gas metana, terkadang mencapai 150.000 meter kubik per hari. Pihak pengelola tol juga mengalami kerugian yang tidak sedikit akibat lumpuhnya jalur transportasi utama di Gempol, Porong. 5.3 UPAYA PENYELESAIAN Menurut laporan yang diluncurkan oleh pihak Lapindo Brantas Inc. Saat itu, Lapindo Brantas mengambil alih tanggung jawab untuk hal-hal berikut: - Pembelian tanah dan bangunan dari masyarakat yang terkena dampak bencana - Penyediaan bantuan dana bagi petani yang lahannya terkena lumpur panas - Pendanaan bagi petani yang sawahnya digunakan untuk menampung lumpur panas - Pendanaan bagi pekerja yang diberhentikan oleh pabrik yang terkena dampak bencana - Pendanaan bagi usaha kecil - Bantuan relokasi bagi pabrik-pabrik agar dapat melanjutkan kegiatan mereka - Pendanaan bagi rumah-rumah yang terkena dampak bencana - Penyediaan sarana dan prasarana umum di tempat penampungan - Layanan dan fasilitas kesehatan bagi penduduk yang direlokasi - Pembayaran asuransi jiwa dan bantuan bagi masyarakat yang terkena dampak bencana

- Pengawasan gas berbahaya (H2S dan hidrokarbon) - Penyediaan bantuan keamanan bagi para pekerja yang membangun barikade dan operasional sumur relief. Pada laporan tersebut dijelaskan bahwa orang yang menerima bantuan untuk pertama kalinya adalah 42 warga desa Besuki yang secara bersama-sama setuju untuk menerima paket keuangan sebesar Rp. 252.097.920 untuk biaya sewa rumah selama 2 tahun. Disebutkan juga bahwa Lapindo membayar Rp. 13.893.153.115 kepada 1.866 petani sebagai ganti lahan mereka yang digunakan untuk menampung lumpur panas. 1.879 pekerja pabrik dari 15 perusahaan diberikan gaji bulanan sebagai ganti dari pendapatan mereka yang hilang. 12.000 penduduk juga menerima layanan kesehatan untuk gangguan pernapasan di puskesmas yang didanai oleh Lapindo Brantas Inc.. Pada bulan Agustus 2006, seiring dengan meluasnya bencana lumpur, 11.000 penduduk telah direlokasi dan 9 pabrik juga telah dipindahkan dengan total biaya sebesar Rp. 310.000.000. Wilayah yang mendapatakan bantuan adala desa Siring, Renokenongo, KedungBendo, dan Jatirejo. Sedangkan 2 desa lainnya yaitu Desa Mindi dan Pejakaran tidak disebutkan dalam laporan tersebut. Paket keuangan yang diberikan berupa uang pengganti, Rp 1 juta/meter persegi untuk tanah, Rp 1.5 juta/meter persegi untuk bangunan, Rp 120ribu/meter persegi untuk sawah. Penggantian ini dibagi menjadi 2, yaitu DP sebesar 20% dan sisanya 80% akan dicicil selama 2 tahun. Namun masih banyak saja, warga yang menyatakan belum menerima uang ganti rugi tersebut. Bahkan masih banyak yang tidak mendapatkan uang DP sebesar 20%. Warga juga mengutarakan sisa uang ganti rugi 80% tidak kunjung diberikan atau diselesaikan. Menurut data yang dikeluarkan oleh Lapindo Brantas Inc. terhitung May 2011 menyebutkan :

Bantuan Keuangan TOTAL (IDR) Bantuan Sosial 366,653,148,187 Penanggulangan Semburan dan Aliran 2,217,682,628,148 Lumpur Kompensasi Tanah Bangunan 20% Realisasi 724,999,440,700 80% Realisasi 2,005,595,379,514 Bantuan untuk Usaha 49,633,198,263 Bantuan Operasional 379,309,431,728 TOTAL 5,743,873,226,540 Tabel 5.3.1 Total Biaya yang dikeluarkan Lapindo Brantas Inc. 5.4 ETIKA PROFESI PADA TRAGEDI LUMPUR LAPINDO Terlihat bahwa peranan etika profesi dalam setiap langkah menentukan hasil yang akan kita dapatkan dikemudian hari, baik itu baik maupun buruknya. Etika profesi yang terlupakan oleh pihak Lapindo Brantas Inc. terlihat pada tidak memperdulikan standar operasional yang telah ditetapkan demi keselamatan kerja demi menghemat biaya yang dikeluarkan yaitu dengan mengurangi casing yang harusnya dipasang. Terlepas dari bencana yang timbul akibat kelalaian pihak Lapindo Brantas Inc. atau bukan namun etika profesi harus dimiliki oleh organisasi dan individu-individu yang berada di dalamnya. Pemerintah juga dirasa tidak serius dalam menangani bencana semburan lumpur panas Lapindo ini. Kurangnya tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat selaku korban yang paling dirugikan. Tindakan pemerintah hanya membebankan kepada Lapindo Brantas Inc. atas ganti rugi kepada seluruh pihak korban. Menurut berbagai pemberitaan, Lapindo Brantas Inc. sendiri lebih sering mengingkari perjanjian-perjanjian yang telah disepakati bersama dengan korban. Hal ini menunjukkan bahwa banyak keterangan dan penjelasan yang masih simpang siur dan tidak jelas.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan yang terlepas dari kebenarannya karena penulis bukanlah ahli geologis yang dapat memahami secara detail permasalahan ini, terlihat bahwa semburan lumpur panas ini disebabkan oleh kesalahan teknis yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc.. Penundaan dan peniadaan pemasangan casing yang sangat penting, dianggap keputusan yang sangat ceroboh. Demi mengurangi biaya, pihak Lapindo Brantas menelan kerugian hingga 5,7 triliun rupiah. Dan masih banyak lagi kerugian yang disebabkan diluar dari pihak yang bersangkutan yaitu Lapindo Brantas Inc. Penyelesaiannyapun tidak kunjung usai, masih banyak keluhan korban terhadap tindakan penyelesaian yang dianggap janji palsu. Pemerintahpun terlihat lepas tangan terhadap masalah ini, hanya sesekali terlihat pergerakan untuk mendesak Lapindo Brantas Inc. menyelesaikan masalanya. 6.2 SARAN Dibutuhkannya usaha ekstra pada pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ganti rugi terhadap korban lapindo. Diharapkan pemerintah dapat menjadi penengah yang adil dan dapat mensejahterahkan rakyatnya. Adanya perlindungan hukum terhadap korban bencana yang menuntut ganti rugi dengan perlakuan yang sama. Upaya Gubernur ataupun pihak Lapindo Brantas Inc. untuk menyediakan kompleks perumahan sebagai upaya pengganti rumah warga korban lumpur panas Lapindo, termasuk juga relokasi untuk pabrik atau industri rakyat, hendaknya tetap bisa ditawarkan sebagai salah satu solusi, dan bukan satu satunya solusi, yang tentu harus disertai dengan berbagai bantuan kemudahan ijin khususnya bagi relokasi industri. Sebaiknya pihak Lapindo Brantas Inc., juga harus berusaha menyelesaikan pemanfaatan ataupun rencana semburan lumpur panas selanjutnya, tidak hanya terfokus pada ganti rugi korban yang juga sama pentingnya. Karena kita tahu tanah semburan itu sudah menjadi tanah mati yang tidak dapat ditinggali lagi,

atau digunakan sebagai sarana wisata. Memang sudah pernah dicoba digunakan sebagai wahana wisata oleh warga sekitar, namun tidak menghasilkan pendapatan yang mencukupi. Dan para ilmuwanpun sering mengadakan riset guna mencari kelebihan dan kekurangan lumpur tersebut, namun bukti nyata riset tersebut yang dibutuhkan masih belum nampak.

DAFTAR PUSTAKA Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI). Laporan Pemeriksaan Atas Penanganan Semburan Lumpur Panas Sidoarjo. Lapindo Brantas Inc. Laporan Dampak Sosial Gunung Berapi Lumpur Lapindo. http://etikaprofesinarotama.blogspot.com/ http://lapindo-brantas.co.id/ http://www.bappenas.go.id/blog/?p=254#more-254 http://agungtmed.blogspot.com/ http://id.wikipedia.org/wiki/banjir_lumpur_panas_sidoarjo