TINJAUAN ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH SOMIANGGA DAN SEKITARNYA KABUPATEN WAROPEN PAPUA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

BAB II TINJAUAN UMUM

By : Kohyar de Sonearth 2009

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 50

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Struktur Geologi dan Sebaran Batubara daerah Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB II TINJAUAN UMUM

%! & ' "( )* + +, % -. /0 1 &1 /'

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB II TINJAUAN UMUM

GEOLOGI DAERAH DESA TANJUNGRASA dan SEKITARNYA KECAMATAN TANJUNGSARI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

BAB 1. PENDAHULUAN...

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN BATUBARA DI DAERAH MENUKUNG-NANGAPINOH KALIMANTAN BARAT

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

GEOLOGI DAERAH CIHEA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Zufialdi Zakaria. Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi - Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

GEOLOGI DAERAH SUKATANI, KABUPATEN PURWAKARTA, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Geomorfologi Sungai Klawing Daerah Bobotsari, Kabupaten Purbalinggga, Jawa Tengah

GEOLOGI DAERAH SALUTIWO, KECAMATAN BONEHAU, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab II Kondisi Umum Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH SUNGAI BELINTANG DAN SUNGAI SAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

SURVAI TINJAU BATUBARA DAERAH KOTANEGARA KABUPATEN OKU, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Stev. Nalendra Jati Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta. Keywords: geology, distribution pattern, continuities, research location

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Transkripsi:

TINJAUAN ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH SOMIANGGA DAN SEKITARNYA KABUPATEN WAROPEN PAPUA Maran Gultom STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu E-mail: gultommaran@gmail.com ABSTRAK Batubara sebagai bahan baku energi yang banyak dibutuhkan, maka perlu diupayakan penemuan cadangan baru seperti di daerah Somiangga dan sekitar Kabupaten Waropen Papua.Tujuan penelitian untuk mengetahui sumber daya endapan batubara di daerah penelitian dan prospek pengembangannya di masa yang akan datang.penelitian dilakukan dengan metode orientasi medan, melakukan pengamatan singkapan batuan, struktur geologi, pengukuran strike/dip lapisan batuan dan pengukuran tebal seam batubara. Geomorfologi daerah penelitian, yakni satuan pedataran alluvial, satuan perbukitan bergelombang landai, satuan perbukitan terjal. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari endapan aluvial menempati pedataran aluvial, batulempung sisipan batupasir, lanau menempati perbukitan bergelombang landai, dan menindih secara tidak selaras semu satuan konglomerat aneka bahan seperti batupasir, batulempung, batulanau, konglomerat dan batuan vulkanik menempati satuan geomorfologi perbukitan terjal. Struktur geologi daerah penelitian, terdapat struktur perlapisan, perlipatan dan patahan pada batu lempung Wapoga. Jumlah seam batubara di daerah penelitian ada tiga seam dengan ketebalan 0.50. m, 0,80 m dan 1,20 m. Pada sebaran batulempung Wapoga dan sisipan konglomerat seluas 1 km2 diperkirakan sumber daya sebesar sebesar 2,500.000 ton. Kata kunci : geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, seam batubara, sumber daya batubara ABSTRACT Coal as the energy raw materials needed too much, therefor necessary to improve the new coal resources such as in Waropen regency Papua. Surveying purposed to estimate the coal resources and it s development prospect in future. The surveying method based on the field orientation, look for the out crops of rocks and coal, the indication of geological structure, to measure the strike /dip the sedimentary rocks and coal thichness. The surveying area geomorphology, namely alluvial flat unit, undulating hill unit, steep hill unit. The area surveying stratigraphy namely alluvial deposites on the alluvial flat, claystone alternate with sand stone, silt on the hill undulating, discorformity to covered the conglomerate with composed by sandstone,claystone,conglomerate and volcanic rock on the steep hill. The geological structure of surveying area are layer structure, fold and fault structure on the Wapoga claystone. Thera are three coal seam on the surveying area with thichness 0,50 m, 0,80 m and 1,20 m. In one km2 area for Wapoga claystone and alternate with conglomerate distribution, the coal resources is equal 2,500.000 ton. Key words : geomorphology, stratigraphy, geologycal strycture, coal seam, coal resource. litian termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Waropen Provinsi Papua terletak tepatnya pada koordinat 2º22 30 Lintang Selatan s/d 2º45 00 Lintang Selatan; 136º22 30 Bujur Timur s/d 136º30 00 Bujur Timur. Dari Jakarta dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat berbadan lebar ke Biak dan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat ukuran twin otter ke Serui. Dari Serui ke Wa- 1. PENDAHULUAN Batubara sebagai bahan baku energi yang banyak dibutuhkan, maka perlu diupayakan penemuan cadangan baru. Dari hasil laporan pe- nelitian terdahulu, informasi keberadaan endapan batubara di daerah Somiangga dan sekitarnya Kabupaten Waropen Papua sangat terbatas1). Secara administratif, daerah pene- 20

Gultom, Tinjaun Endapan Batubara Di... ropen ditempuh dengan menggunakan pelayaran perintis, dilayari secara teratur setiap hari pergi pulang dengan waktu tempuh 3 jam. Selanjutnya dari Waropen menuju hulu Sungai Wotoa, Sungai Epawa dan Sungai Budewa yang terletak di sebelah selatan dari Waropen. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui sumber daya endapan batubara di daerah penelitian dan prospek pengembangannya di masa yang akan datang. Ada tiga lintasan penelitian yakni Sungai Wotoa, Sungai Epawa dan Sungai Budewa yang terletak di daerah Somiangga dan sekitarnya Kabupaten Waropen. Pada lintasan Sungai Wotoa, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama dua hari ke arah hulu sungai. Pada lokasi Sungai Epawa, perjalanan dari Desa Urfas Waropen menuju desa Somiangga dengan carter speed boat selama 3 jam. Selanjutnya naik truck ke arah hulu Sungai Epawa hingga 40 km ke arah Wapoga.Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menelusuri sungai Epawa. Pada lintasan yang ketiga, perjalanan ke arah Timur dari Sungai Epawa selama tiga hari menuju sungai Amiwa dan Sungai Budewa. Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari tiga satuan geomorfologi, yakni pedataran alluvial menempati bagian barat lembar peta, disusun oleh satuan endapan aluvial. Berikutnya adalah satuan geomorfologi perbukitan bergelombang landai, menempati bagian tengah lembar penelitian, yang disusun oleh satuan batulempung. Satuan perbukitan terjal, menempati bagian timur dan tenggara lembar penelitian, disusun oleh satuan konglomerat dan batuan vulkanik lainnya. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari endapan aluvial menempati pedataran aluvial, batu lempung sisipan batu pasir, lanau menempati perbukitan bergelombang landai, dan menindih secara tidak selaras semu satuan konglomerat aneka bahan seperti batu pasir, batulempung, batulanau, konglomerat dan batuan vulkanik menempati satuan geomorfologi perbukitan terjal. Struktur geologi daerah penelitian, terdapat struktur perlapisan, perlipatan dan patahan pada batu lempung Wapoga 1). Sejarah geologi, satuan endapan konglomerat dan vulkanik merupakan endapan kerak Samudera Pasifik, terdiri dari selang-seling batupasir, batulempung tipis, konglomerat dan sedimen piroklastik lainnya yang terlipat dan diikuti intrusi vulkanik purba. Ditindih secara tidak selaras oleh satuan batuan lempung Wapoga sisipan batupasir dan batulanau. Satuan batu lempung Wapoga yang berlapis, karena pengaruh tektonik kompresif ke arah Timur Laut Barat Daya hingga rotasi dari Timur ke Barat, mengalami perlipatan dan tersesarkan arah Timur Laut Barat Daya. Sayap timur antiklin Wapoga mengalami penurunan dan tertutup oleh satuan endapan piroklastik yang berasal dari intrusi vulkanik purba. Terdapat intrusi vulkanik yang membantu proses koalifikasi endapan batubara yang terdapat pada satuan batu lempung sehingga kualitasnya makin baik 4). Terdapat tiga seam batubara masing-masing dengan tebal 1 meter, 0,80 meter dan 0,50 meter pada satuan batu lempung Wapoga selang-seling konglomerat. 2. METODE Sebelum melakukan peninjauan lapangan, perlu terlebih dahulu dilakukan studi literatur dan laporan hasil penelitian batubara terdahulu. Adapun metode penelitian dilakukan dengan prinsip pemetaan geologi permukaan yakni dengan cara melakukan orientasi di lapangan3). Sebagian lintasan mengikuti jalan raya serta menelusuri sungai yang menjadi daerah target penelitian. Selama orientasi lapangan dilakukan pengamatan terhadap singkapan batuan dan struktur geologi, pengukuran strike/dip lapisan batuan dan batubara serta pengukuran tebal seam batubara. Orientasi lapangan akan dilakukan setelah dilakukan kajian geologi regional kemudian diikuti dengan interpretasi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, jumlah seam batubara dan perhitungan sumber daya batubara. Sumber daya batubara dihitung berdasarkan interpretasi jumlah seam, strike/dip dengan perhitungan ke arah dip dan strike 21

Jurnal ESDM, Volume 7, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 20-25 serta tebal seam pada suatu luas penyebaran tertentu 2). 3. PEMBAHASAN Dari hasil interpretasi dan peninjauan di lapangan, geologi daerah Somiangga dan sekitarnya terdiri dari geomorfologi yang berupa satuan pedataran alluvial, satuan perbukitan bergelombang landai, satuan perbukitan terjal. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari endapan alluvial, batulempung sisipan batupasir dan batulanau (Gambar 1 dan 2). Satuan ini menindih secara tidak selaras satuan konglomerat. (Gambar 3 dan 4). Gambar 3. Bagian hulu sungai Wotoa ditandai bongkah-bongkah lava vulkanik Gambar 4. Singkapan batu lempung Wapoga ditindih secara tidak selaras satuan konglomerat Dewewa Gambar 1. Singkapan batulempung selang seling batupasir, batulanau. warna abu-abu terang, kedudukan N 220ºE/45 º Pada struktur geologi daerah penelitian, terdapat struktur perlapisan, perlipatan dan patahan pada batu lempung Wapoga (Gambar 5 dan 6). Gambar 2. Singkapan batupasir selang seling batulempung warna abu-abu terang, kedudukan N 220ºE/45 º Gambar 5. Singkapan batulempung Wapoga terdapat offset struktur geologi 22

Gultom, Tinjaun Endapan Batubara Di... ini terletak pada sayap timur antiklin Wotoa yang berarah Timur Laut-Barat Daya. Gambar 6. Singkapan batulempung Wapoga, diperkirakan inti antiklin Di daerah penelitian, pada satuan batulempung Wapoga, ditemukan seam batubara setebal 50 cm. Penilaian sementara adalah kurang prospek untuk ditindak lanjuti. Sebaran batubara pada batuan konglomerat Dewewa merupakan daerah prospek karena pada satuan ini ditemukan endapan batubara yang lebih tebal. Untuk sementara ada dua seam dengan ketebalan 100 cm dan 80 cm. Pada satuan konglomerat, setelah overburden 5 m ditemukan seam batubara 100 cm, pada interburden 5 10 meter ditemukan seam batubara 80 cm. Satuan Konglomerat Dewewa (Tpd) ditindih secara secara selaras atau tidak selaras semu oleh satu batu lempung Wapoga. Perlu penelitian lanjut pada kandungan fosil untuk mengetahui kontak stratigrafi. Asumsi lama, satuan batulempung Wapoga merupakan satuan pembawa batubara.dari pengamatan lapangan, didapat bahwa satuan konglomerat merupakan satuan batuan pembawa batubara, yakni pada sisipan batupasir halus, batulanau dan batulempung. Dari hasil penyelidikan umum batubara di daerah hulu sungai Wotoa, hulu Sungai Epawa dan sungai Budewa ditemukan singkapan batubara sebagai berikut : 1. Didaerah hulu Sungai Wotoa, terletak pada koordinat 136º29 35,06 BT dan 02º26 47.05 LS,tebal kedudukan strike N 45ºE/5º berwarna hitam dengan tebal 50 cm. Sebagai tanah penutup berupa endapan piroklastik, ke arah timur kontak dengan satuan vulkanik (Gambar 7). Dari interpretasi sementara, singkapan Gambar 7. Singkapan batubara tebal 50 cm kedudukan N 45º E/5º di hulu Sungai Wotoa 2. 3. Di daerah hulu Sungai Epawa, terletak pada koordinat 138,4263º Bujur Timur dan 2,65368º Lintang Selatan ditemukan ketebalan 80 cm dengan kedudukan N 225ºE/5º (Gambar 8 dan 9). Warna hitam dan tanah penutup berupa satuan lempung selang-seling dengan batu pasir. Dari interpretasi geologi, singkapan ini terletak pada sayap barat antiklin Wotoa, berarah Timur Laut-Barat Daya. Didaerah hulu Sungai Budewa endapan batubara ditemukan dua seam dengan tebal masing masing 80 cm, pada bagian atasnya ditemukan batubara hingga tebal 100 cm dengan kedudukan strike /dip N225º E/5º. Gambar 8. Singkapan batubara di bagian hulu Sungai Epawa 23

Jurnal ESDM, Volume 7, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 20-25 struktur antiklin dengan arah sumbu Timur Laut-Barat Baya (Gambar 6). Pada sayap antiklin bagian timur, terjadi amblesan dan diikuti sesar naik. Pada blok yang naik (hanging wall) terdapat sisipan batu bara setebal 50 cm. Selanjutnya tererosi dan ditindih secara tidak selaras oleh konglomerat Dewewa. Apabila tebal satuan batu lempung Wapoga hingga 600 meter maka batubara terletak pada sayap antiklin bagian timur paling atas yakni ke arah hulu sungai Wotoa hampir sentuh dengan konglomerat Dewewa. Ketebalan tipis kurang lebih 50 cm dan agak kusam. Endapan batubara lainnya terdapat pada satuan batuan konglomerat Dewewa pada sisipan batupasir halus, batulanau dan batulempung. Di daerah hulu Sungai Epawa dengan ketebalan 80 cm. Endapan batubara ditemukan di daerah hulu Sungai Budewa pada satuan batuan konglomerat. Ada dua seam batubara yakni paling atas 100 cm dan di bawahnya dengan interburden 5 10 m ditemukan seam batubara 80 cm. Sebaran endapan batuan konglomerat Dewewa menjadi semakin menarik untuk diteliti karena adanya penemuan endapan batubara di dalamnya. Dengan demikian jika endapan batubara ditemukan pada sebaran batulempung Wapoga dan pada sisipan konglomerat seluas 1 km2 maka ditemukan sumber daya batubara hingga 2.500.000 ton. Penelitian ke arah eksplorasi dapat ditindaklanjuti hingga detail, mengingat sebaran satuan konglomerat Dewewa melampar ke arah timur (Lembar Beoga) dan ke arah selatan (Lembar Nabire) dan menurut perkiraan peta geologi lembar Waren, ketebalannya mencapai 1000 meter. Dengan demikian sangat prospek untuk diteliti lebih lanjut. Gambar 9. Singkapan batubara di bagian hulu Sungai Epawa kedudukan N 45º E / 5º dengan ketebalan 1 meter. Gambar 10. Singkapan konglomerat di hulu Sungai Epawa. Terlihat air terjun sebagai gejala struktur patahan di daerah penelitian 4. 5. Endapan batubara yang tersingkap di bagian hulu Sungai Wotoa terletak pada satuan batuan lempung sisipan batupasir dan batulanau. Di daerah hulu Sungai Epawa dan Sungai Budewa endapan batubara menempati satuan batuan konglomerat, sisipan batupasir dan batulanau (Gambar 10). Ke arah Tenggara pada satuan konglomerat Dewewa diperkirakan akan ditemukan endapan batubara yang lebih tebal dan prospek untuk ditindaklanjuti ke tahap eksplorasi. Secara kasat mata, endapan batubara ditemukan pada dua satuan batuan yakni satuan batu lempung Wapoga dan satuan batuan konglomerat Dewewa dengan sisipan batu pasir halus, batulanau dan batulempung. Dari rekonstruksi perlapisan pada lintasan sungai Wotoa, pada satuan batulempung Wapoga diperkirakan ditemukan 4. SIMPULAN Ada tiga satuan morfologi di daerah penelitian yakni satuan morfologi dataran rendah yang ditempati oleh endapan alluvial, lokasi di bagian Barat dan Utara lembar penelitian.satuan morfologi bergelombang landai pada bagian tengah disusun oleh satuan ba24

Gultom, Tinjaun Endapan Batubara Di... tulempung Wapoga. Satuan morfologi bergelombang sedang, ditempati oleh satuan batuan konglomerat. Stratigrafi ada tiga satuan yakni endapan alluvial menempati pedataran rendah, satuan batulempung sisipan batupasir dan batulanau menempati morfologi bergelombang rendah dan satuan konglomerat terdiri dari aneka bahan sisipan batupasir halus, batulanau dan batulempung menempati satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang. Endapan batubara pada satuan batulempung kurang prospek untuk ditindaklanjuti karena tipis dan kualitasnya kurang baik. Pada satuan konglomerat, batubara terdapat pada sisipan batupasir halus dan batu lempung. Jumlah seam batubara di daerah penelitian ada tiga seam dengan tebal masing-masing 0,5 m, 0,80 m dan 1,20 m yang ditemukan pada sebaran batulempung Wapoga dan pada sisipan konglomerat seluas 1 km2 maka diperkirakan terdapat sumber daya batubara sebesar 2.500.000 ton. Disarankan untuk melakukan penelitian batubara lebih lanjut pada satuan konglomerat Dewewa mengingat sebaran batuan ini sangat luas. Hal itu mengindikasikan bahwa tonase sumber daya/cadangan batubara adalah sangat besar dan prospek untuk ditindaklanjuti ke arah eksplorasi maupun eksploitasi di masa yang akan datang. Sebagai langkah awal disarankan untuk melaksanakan pemetaan detail skala 1 : 5.000 s.d. 1 : 1.000 sebaran satuan konglomerat Dewewa di daerah hulu Singai Budewa Desa Somiangga Kabupaten Waropen. 4. Sukandarrumidi. Batubara dan gambut, Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada; 1995. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Hakim, A.S., Harahap, B.H. Peta Geologi lembar Waren, Irian Jaya. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi; 1994. 2. Thomas, L. Handbook of Practical Coal Geology. England: Dargo Associate Ltd Geological and Coal Resources Consultants; 1992. 3. Rauf. A. Eksplorasi Tambang. Yogyakarta: Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran ; 1999. 25