BAB I PENDAHULUAN. 14 persen. Total dokter yang dibutuhkan secara nasional hingga tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tenaga pendidik yang disebut dengan dosen. Menurut jenisnya, perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. penerapan teori yang didapat sebelumnya dari periode praklinik untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia atau lansia (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2006). Keberadaan panti

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. orang kepercayaan, penasehat, orang yang berkarir, dan sebagai orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan (profesi dokter) merupakan institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial di lingkungan instansi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ancaman bahaya kebakaran (Kidokoro, 2008; Sufianto dan Green, 2011). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada tahap perkembangan dewasa awal umumnya aktif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. istri. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak, mereka

BAB I PENDAHULUAN. masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupan. Masyarakat membutuhkan layanan kesehatan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan mengandalkan berbagai divisi karyawan yang saling

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Hasyim,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Deskripsi cantik fisik, setiap orang punya paham sendiri-sendiri. Orang

BAB I PENDAHULUAN. bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap diri mereka

BAB I PENDAHULUAN. dambaan bagi setiap keluarga. Suatu pernikahan diharapkan mampu memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam keluarga membuat remaja akan merasakan bahwa dirinya

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan, dengan memberdayakan berbagai kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat lebih dari 9 juta

BAB I PENDAHULUAN. Gereja dan Tata Laksana Gereja Sinode X Bab XXIV dan Bab XXVII, pendeta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase kehidupan manusia secara umum ialah menikah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa yang beragama Buddha. Seiring dengan bertambahnya usia, keinginan

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan suatu kepercayaan tentang konsep Tuhan. Indonesia memiliki 6

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Menurut mantan Wapres Boediono (dalam Munady, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2014 semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. bagian daerah lain, dan salah satunya adalah etnis Tionghoa. Sebagai etnis yang

BAB I PENDAHULUAN. anaknya akan lahir dengan kondisi fisik dan mental yang normal, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara dengan intensitas bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini Indonesia marak terjadi kasus kekerasan. Kejadian demi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan menyiptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya usia merupakan proses menua alami yang akan dihadapi manusia. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Psikolog di

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1993). Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

1 2

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

Abstrak. Kata kunci : Self-compassion, mahasiswa, keperawatan

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan dunia kesehatan di masa kini dan

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Angka pernikahan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh sebab itu manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan berbagai media di Indonesia, baik cetak maupun elektronik banyak mengulas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

Kata kunci: self-compassion, self-kindness, common humanity, mindfulness, perempuan single-parent

ABSTRACT. This research was conducted to determine the degree of self-compassion

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

Rizka Hendarizkianny Self Compassion 2015 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Play Group

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap tenaga dokter di seluruh dunia terus meningkat hingga 14 persen. Total dokter yang dibutuhkan secara nasional hingga tahun 2014 mencapai sekitar seratus ribu orang sehingga kebutuhan dokter di Indonesia juga masih cukup tinggi. Kondisi tersebut menuntut peran berbagai pihak terutama dokter untuk lebih meningkatkan kualitas kompetensi dan profesionalitas (http://mkki-idi.or.id/berita/detail/89/kebutuhan_tenaga_dokter_meningkat_14_ persen). Seiring dengan peningkatan kebutuhan akan dokter, maka Universitas perlu mendirikan Fakultas Kedokteran untuk menghasilkan dokter yang memiliki kualitas dan kompetensi. Universitas swasta di Bandung yang mendirikan Fakultas Kedokteran sebagai fakultas pertama adalah Universitas X. Fakultas Kedokteran Universitas X menetapkan tujuan untuk mendidik mahasiswa melalui proses belajar berdasarkan nilai-nilai Kristiani untuk menyelesaikan studinya sesuai dengan kurikulum sehingga lulusan mampu menjadi ilmuwan yang berkualitas, kreatif, mandiri, berdisiplin, bertanggung jawab dan profesional sehingga menjadi teladan dalam ilmu, keterampilan, dan etos kerja; serta menghasilkan dokter yang berdedikasi tinggi dalam melakukan profesi kedokteran, sesuai dengan lafal sumpah dokter dalam sistem Kesehatan Nasional (website Universitas X ). 1

2 Gelar Sarjana Kedokteran di Universitas X dapat diperoleh setelah menjalani keseluruhan kurikulum yang disebut KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung membagi sistem perkuliahan ke dalam 28 blok dengan jumlah 160 SKS yang ditempuh selama 7 semester (3.5 tahun). Masing-masing blok dilaksanakan selama 4 minggu, meliputi kegiatan perkuliahan, tutorial, praktikum, keterampilan klinik, presentasi kasus, dan belajar mandiri. Setelah melalui 28 blok maka mahasiswa Fakultas Kedokteran akan menjalani co-ass selama 1,5 tahun. Di tengah jadwal perkulihan yang padat, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung menjalani empat ujian setiap bulan, antara lain MP (Materi Pengetahuan), OSCE (Objective Structural Clinical Examination), OSPE (Objective Structural Practical Examination), dan SOCA (Student Oral Case Analysis). Mahasiswa Fakultas Kedokteran menjalani ujian yang berbeda dengan fakultas lain karena tidak hanya secara tertulis namun juga praktek dengan tekanan dan tuntutan dari dosen yang berbeda-beda. Ujian SOCA dimana mahasiswa Fakultas Kedokteran menganalisis kasus secara individual mulai prasyarat, definisi, diagnosa, sampai prognosanya dihadapan dua dosen. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mengikuti ujian OSPE melakukan ujian praktikum dengan mengelilingi setiap meja yang berisi soal dalam waktu satu menit dan terdapat meja sebanyak jumlah soal yang diberikan. Dalam program KBK di Fakultas Kedokteran di Universitas X Bandung juga terdapat ujian OSCE dimana mahasiswa melakukan ujian keterampilan klinik didalam 12 ruangan yang di setiap ruangan terdapat satu orang dosen penguji dan

3 setiap mahasiswa memiliki waktu lima menit. Setiap ruangan menuntut mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk melakukan tugas tertentu sesuai dengan materi blok yang ada di buku materi. Menurut informasi dari Tata Usaha Fakultas Kedokteran bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran yang tidak lulus pada ujian MP dan OSCE menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan ujian yang lain karena materi ujian yang banyak, penilai serta tuntutan yang tinggi dan berbeda-beda dari setiap dosen untuk ujian MP dan OSCE. Pada tahun ajaran 2012/2013 terdapat 17 mahasiswa (8,4%) yang tidak lulus ujian OSCE dan 16 mahasiswa (7,9%) tidak lulus ujian MP dari 202 mahasiswa yang mengambil blok 21 dan 22. Sistem penilaian dalam program KBK ini meliputi penilaian komponen kuliah atau MP (30%), SOCA (20%), OSCE (20%), OSPE (20%), dan Perilaku (10%). Masing-masing komponen mempunyai penilaian yang dinyatakan dengan huruf mutu A, B+, B, C+, C, D, E, dan F yang akan menentukan lulus tidaknya mahasiswa pada blok yang bersangkutan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dinyatakan lulus apabila mendapat nilai mutu A sampai C. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dinyatakan tidak lulus apabila dua komponen mendapat nilai mutu D dan satu komponen mendapat nilai mutu E. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mendapat nilai mutu F juga dinyatakan tidak lulus karena ketidaklengkapan mengikuti kegiatan akademik seperti ketidakhadiran di kelas dan tidak mengumpulkan tugas. Begitu juga apabila perilaku seperti tindakan pelanggaran dan kelalaian yang dilakukan mahasiswa akan mendapatkan nilai minus sesuai dengan ketetapan sehingga mendapat nilai mutu D, maka mahasiswa Fakultas

4 Kedokteran dinyatakan tidak lulus pada blok tersebut. Mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2009 yang seharusnya telah lulus dan menjalani co-ass, namun masih ada 37 mahasiswa yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Sedangkan untuk jumlah angkatan 2008 kebawah sudah sangat kecil dan tidak banyak aktif di perkuliahan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung dari angkatan 2009 sampai 2012 ditemukan sebanyak 620 yang masih aktif mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran. Menurut hasil wawancara dengan empat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung, program KBK membantu mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk menyelesaikan pendidikan dalam waktu lebih cepat namun pengetahuan yang diperoleh dirasakan minim dan kurang mendalam. Di sisi lain program KBK menuntut mahasiswa untuk belajar mandiri lebih banyak di luar kegiatan perkuliahan yang padat untuk mempersiapkan empat ujian yang mereka akan hadapi setiap bulannya. Empat ujian yang dihadapi dalam seminggu setiap bulannya dirasakan berat dan sulit oleh keempat mahasiswa tersebut. Mereka merasa sedih dan kecewa ketika mereka telah menyicil dan belajar jauh-jauh hari namun hasilnya mereka mengikuti remedial atau bahkan mengalami kegagalan dalam blok. Ketika mahasiswa Fakultas Kedokteran tidak lulus pada suatu blok, maka mahasiswa tersebut masih dapat mengambil empat blok di semester selanjutnya. Namun blok yang gagal tersebut harus diulang di tahun depan yang dapat mempengaruhi lamanya kelulusan dari mahasiswa Fakultas Kedokteran tersebut.

5 Hasil survey awal dengan menggunakan kuesioner pada 37 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung menunjukkan bahwa sebanyak 24 mahasiswa (65%) menyatakan bahwa jadwal kuliah yang padat dengan materi perkuliahan yang sangat banyak merupakan kesulitan yang dialami mahasiswa Fakultas Kedokteran. Hal tersebut membuat mahasiswa Fakultas Kedokteran mengalami kesulitan untuk menguasai dan memelajari materi yang sangat banyak menjelang ujian. Mereka juga menyatakan bahwa penilaian setiap dosen penguji berbeda-beda terhadap perilaku yang harus dilakukan saat ujian OSCE seperti komunikasi dengan pasien, melakukan keterampilan pemeriksaan fisik dan teknik pemeriksaan sehingga mereka cenderung kesulitan untuk mendapat nilai yang maksimal. Pada saat ujian SOCA mereka mengalami kesulitan ketika kasus tersebut belum dibahas pada saat tutorial. Terdapat satu mahasiswa (2,7%) menyatakan merasa kesulitan ketika mengikuti remedial dan kegagalan dalam blok. Mahasiswa tersebut merasa dirinya kurang belajar dan kurang fokus. Sebanyak tiga mahasiswa (8,1%) menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi adalah biaya yang terlalu mahal dan fasillitas yang kurang seperti alat-alat praktikum maupun ruang kelas yang penuh. Namun terdapat sembilan mahasiswa (24,3%) menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi berasal di dalam dirinya sendiri, seperti rasa jenuh terhadap rutinitas perkuliahan, tidak bersemangat dalam belajar, dan tidak dapat mengatur waktu belajar dengan baik Dari berbagai kesulitan yang dihadapi oleh 37 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung sebanyak 13 mahasiswa (35%) menyatakan bahwa mereka merasa sedih, kecewa, namun tetap sabar menghadapi kesulitan

6 tersebut dengan menjalani perkuliahan seperti biasa. Mereka menerima dan merasa tidak ada yang bisa dilakukan karena penilaian tiap dosen yang berbedabeda. Namun terdapat 13 mahasiswa (35%) walaupun mereka merasa stres, menyesal, dan kecewa ketika harus mengikuti remedial atau gagal dalam blok, mereka berusaha untuk belajar jauh-jauh hari menjelang ujian, berusaha untuk tidak menunda tugas-tugasnya, mengatur waktu belajar lebih banyak, belajar dari kesalahan yang pernah dibuat, dan lebih fokus mendengarkan penjelasan dosen di kelas. Di sisi lain sebanyak 11 mahasiswa (30%) tidak berusaha untuk menghadapi kesulitan perkuliahan tersebut, namun memilih untuk lebih banyak bermain, menonton dvd, jalan-jalan, dan pergi menonton bioskop. Dari hasil survey dapat diketahui bahwa terdapat mahasiswa Fakultas Kedokteran yang berusaha mengatasi kesulitannya dan ada yang tidak. Untuk menghadapi kesulitan atau kegagalan dalam perkuliahan mahasiswa Fakultas Kedokteran memerlukan motivasi yang tinggi. Menurut Neff (2005), motivasi untuk belajar muncul apabila individu memiliki kemampuan menghibur diri dan peduli ketika diri sendiri mengalami kesulitan, kegagalan, dan ketidaksempurnaan yang disebut self-compassion. Ketika mahasiswa Fakultas Kedokteran dapat memberikan kelembutan, memahami dan menerima kesulitan atau kegagalan yang dialami, maka mereka dapat memberikan dukungan kepada dirinya sendiri dan lebih dapat fokus dalam menghadapi kesulitan atau kegagalan akademik tanpa menampilkan emosi yang berlebihan serta memandangnya secara seimbang. Di dalam jurnal Juliana G. Breines dan Serena Chen (2012) mengenai selfcompassion increases self-improvement motivation pada mahasiswa diketahui

7 bahwa self-compassion dapat meningkatkan motivasi dalam diri dengan mendorong mahasiswa untuk menghadapi kesulitan dan kesalahan yang dibuat tanpa mengkritik dirinya sendiri. Self-compassion terdiri dari tiga komponen utama yaitu self-kindness, a sense of common humanity, dan mindfulness (Neff, 2003b). Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mampu memahami dan menerima diri apa adanya, memandang kesulitan, kegagalan ujian atau blok, dan tantangan selama perkuliahan merupakan sesuatu yang dialami oleh semua orang, tidak menekan atau melebihlebihkan kesulitan atau kegagalan yang dialami selama perkuliahan menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung memiliki derajat self-compassion yang tinggi. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih lanjut mengenai derajat self-compassion pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana self-compassion yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas X di Bandung.

8 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini ialah memperoleh gambaran mengenai selfcompassion yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui derajat self-compassion yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1. Memberikan informasi mengenai self-compassion ke dalam bidang ilmu psikologi yaitu positive psychology dan psikologi pendidikan. 2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai self-compassion terhadap mahasiswa Fakultas lain. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada Fakultas Kedokteran mengenai self-compassion yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran. Informasi ini dapat digunakan untuk mengadakan pelatihan bekerja sama dengan Fakultas Psikologi dalam meningkatkan self-compassion mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung.

9 2. Memberikan informasi bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas X Bandung, diharapkan mahasiswa mengetahui self-compassion dan dapat meningkatkan self-compassion mereka selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran. 1.5 Kerangka Pemikiran Mahasiswa Fakultas Kedokteran masuk dalam rentang usia dari 18 sampai 25 tahun yang merupakan masa dewasa awal atau masa muda (Santrock, 2002). Pada masa ini mahasiswa Fakultas Kedokteran diharapkan dapat menyesuaikan diri dan menghadapi tekanan serta tuntutan yang ada di perkuliahan. Situasi perkuliahan menuntut mahasiswa untuk mandiri dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Soldmedel, 1964). Tekanan untuk sukses di perkuliahan dan ketakutan pada kegagalan merupakan hal yang sangat mempengaruhi sebagian besar mahasiswa, bahkan seringkali menjadi alasan untuk stres dan depresi. Walau demikian mahasiswa juga memiliki kemampuan untuk menemukan dan menggunakan cara-cara yang efektif untuk mengatasi perasaan lelah dan kewalahan menghadapi kehidupan (Leafgren, 1989, Rayman&Garis, 1989 dalam Santrock, 2002). Mahasiswa Fakultas Kedokteran menghadapi tuntutan untuk berhasil dalam perkuliahan serta bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas dan lulus dari setiap blok yang diambil. Mahasiswa Fakultas Kedokteran juga mendapatkan tuntutan dari kurikulum untuk bersikap empati, mendengarkan, dan merasakan penderitaan atau kesakitan yang dialami oleh orang lain. Untuk

10 menghadapi berbagai kesulitan atau kegagalan akademik maka mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung perlu memiliki kemampuan untuk menghibur diri dan peduli terhadap diri sendiri ketika mengalami penderitaan, kegagalan, dan ketidaksempurnaan yang disebut juga self-compassion. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung yang memiliki self-compassion yang tinggi dapat memiliki motivasi untuk belajar, memperbaiki kegagalan akademik, serta dapat menyelesaikan perkulihannya. Self-compassion terdiri dari tiga komponen utama: self-kindness, a sense of common humanity, dan mindfulness (Neff, 2003b). Self-kindness adalah kemampuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung untuk memahami dan menerima diri apa adanya serta memberikan kelembutan, bukan menyakiti atau menghakimi diri sendiri. Ketika mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung mengalami kesulitan atau kegagalan akademik maka mahasiswa Fakultas Kedokteran dapat menerimanya dan tidak menyalahkan diri sendiri. Hal tersebut menurut Neff (2011) menandakan nilai yang tinggi pada self-kindness. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung dengan derajat self-kindness yang rendah, akan menyalahkan dirinya sendiri (self-judgement). Self-judgement berarti mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung menilai, menghakimi, dan mengkritik diri sendiri bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan dan kepandaian ketika mengalami kesulitan atau kegagalan dalam akademik, seperti nilai ujian yang buruk.

11 Komponen common humanity adalah kesadaran mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung memandang kesulitan atau kegagalan akademik merupakan bagian yang dijalani dan dialami semua mahasiswa Fakultas Kedokteran, bukan hanya dialami diri sendiri. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung dengan derajat common humanity yang tinggi memiliki kesadaran bahwa setiap mahasiswa Fakultas Kedokteran pernah mengalami kesulitan atau kegagalan dalam bidang akademik, seperti jadwal kuliah yang padat, nilai ujian yang buruk, dan mengikuti remedial. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung dengan derajat common humanity yang rendah cenderung membuat diri merasa terisolasi (self-isolation). Self-isolation berarti apabila mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung mengalami kesulitan atau kegagalan dalam akademik maka mereka akan terpusat pada kegagalan blok tersebut dan merasa bahwa orang lain lebih mudah untuk mendapatkan nilai yang baik dibandingkan dirinya sendiri. Selain itu di dalam self-compassion terdapat komponen mindfulness yaitu bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung melihat secara jelas, menerima, dan menghadapi kenyataan tanpa menekan atau melebihlebihkan terhadap apa yang terjadi di dalam suatu situasi. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung yang bersedia menerima pikiran, perasaan, dan keadaan sebagaimana adanya ketika mengalami kesulitan atau kegagalan akademik seperti gagal dalam suatu blok yang membuat mereka harus mengulang di tahun depan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung yang juga cenderung berusaha untuk berfikir positif terhadap kesulitan

12 dan memperbaiki kegagalannya dalam akademik dengan keinginan untuk belajar lebih giat menandakan bahwa mereka memiliki derajat yang tinggi dalam mindfulness. Sebaliknya, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung dengan derajat mindfulness yang rendah akan memiliki reaksi ekstrim atau reaksi berlebihan (overidentification) ketika mengalami kesulitan atau kegagalan dalam akademik, seperti melakukan remedial atau gagal dalam suatu blok. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung cenderung tidak mengakui bahwa dirinya gagal dalam akademik. Mereka merasa bahwa hidupnya telah hancur, memiliki keinginan untuk keluar dari Fakultas Kedokteran, dan tidak ingin belajar lagi. Menurut Neff (2003) ketiga komponen tersebut memiliki derajat interkorelasi yang tinggi. Satu komponen berhubungan dengan komponen yang lain dalam membangun self-compassion mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Self-kindness yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung dapat meningkatkan komponen common humanity dan mindfulnessnya. Apabila mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung dapat memberikan kelembutan, memahami dan menerima kesulitan atau kegagalan yang dialami, maka mereka tidak mengkritik dirinya secara berlebihan dan tidak akan menarik diri dari orang lain. Mereka dapat memberikan dukungan kepada dirinya sendiri dan lebih dapat fokus dalam menghadapi kesulitan atau kegagalan akademik tanpa menampilkan emosi yang berlebihan serta memandangnya secara seimbang.

13 Komponen common humanity yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung juga dapat meningkatkan komponen selfkindness dan mindfulness. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki common humanity tidak menilai dirinya dengan negatif dan merasa bahwa masalah yang mereka alami wajar dan dialami oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran yang lain. Hal ini juga dapat membuat mahasiswa Fakultas Kedokteran dapat memandang kekurangan dan masalahnya secara objektif, tanpa mengkritik dirinya secara berlebihan serta berusaha untuk mengatasi kesulitan atau kegagalan akademik tersebut secara positif. Komponen terakhir self-compassion yaitu mindfulness yang juga dapat meningkatkan self-kindness dan common humanity (Neff, 2003). Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung yang memiliki komponen mindfulness akan memandang kesulitan atau kegagalan akademik yang dihadapi secara objektif tanpa menekan atau melebih-lebihkan. Hal ini akan mencegah mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk menilai dan mengkritik dirinya secara berlebihan serta menyadari bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran yang lain juga mengalami kesulitan atau kegagalan akademik. Self-compassion mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung dikatakan tinggi apabila ketiga komponen tersebut juga memiliki derajat yang tinggi untuk masing-masing komponennya. Namun apabila salah satu komponen tersebut memiliki derajat yang rendah maka szxelf-compassion juga ikut rendah. Self-compassion dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu the role of parent dan budaya serta faktor internal yaitu jenis kelamin dan personality. Dalam

14 penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan the role of parent sebagai faktor eksternal karena seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki budaya yang sama yaitu budaya Asia. Faktor the role of parent yang terdiri dari kritik orangtua, attachment, dan modelling mempengaruhi derajat self-compassion mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung yang masa kecilnya tumbuh dengan orangtua yang selalu mengkritik akan menginternalisasikan kritik tersebut ke dalam pikiran mereka sehingga mereka cenderung mengkritik dirinya sendiri ketika mengalami kesulitan atau kegagalan dalam akademik. Hal tersebut akan mempengaruhi derajat self-compassion yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran menjadi rendah. Sedangkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung yang mendapat dukungan dari ibu akan merasa lebih termotivasi dan memiliki self-compassion yang tinggi untuk mencapai tujuannya ketika mengalami kesulitan atau kegagalan dalam akademik. Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orangtua (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Individu yang memiliki derajat self-compassion yang rendah sebagian besar memiliki ibu yang kritis, berasal dari keluarga disfungsional, dan menampilkan kegelisahan daripada individu yang memiliki self-compassion yang tinggi (Neff & McGeehee, 2010). Attachment memiliki dampak yang signifikan dalam bagaimana mahasiswa Fakultas Kedokteran memperlakukan dirinya dengan kasih sayang atau penghinaan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mendapat insecure

15 attachment memiliki self-compassion yang rendah daripada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mendapat secure attachment. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mendapat secure attachment dari orang tua, mereka akan menjadi sehat dan bahagia, dapat mengandalkan orang lain untuk memberikan kenyamanan dan dukungan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dengan secure attachment memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri dan orang lain, percaya pada diri sendiri dan orang lain, mampu mempertahankan persahabatan akrab dalam waktu lama, menerima keberadaan orang lain, dan menerima diri apa adanya. Mereka lebih dapat berhubungan dengan dirinya sendiri dalam cara yang penuh perhatian dan kasih tanpa mengkritik dirinya sendiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa self-compassion yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran tinggi. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mendapat insecure attachment dari orangtuanya akan mendapatkan penolakan, perasaan ketidakamanan yang menetap sehingga mereka cenderung merasa tidak layak dan tidak dicintai, lebih dingin, kritis terhadap diri sendiri, dan tidak dapat mempercayai orang lain. Mahasiswa Fakultas Kedokteran akan merasa dirinya bahwa yang paling menderita dan mengkritik dirinya sendiri ketika mengalami kesulitan atau kegagalan akademik. Hal terebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki self-compassion yang rendah. Model dari orangtua juga dapat memengaruhi self-compassion yang dimiliki individu yaitu contoh perilaku orangtua yang sering mengkritik diri sendiri saat menghadapi kesulitan atau permasalahn. Orangtua yang mengkritik diri akan menjadi contoh bagi individu untuk melakukan hal tersebut saat

16 mengalami kegagalan yang menunjukkan derajat self-compassion yang rendah. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki orangtua yang mengkritik dirinya ketika mengalami kesulitan atau permasalahan akan menjadi contoh bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk mengkritik dirinya sendiri seperti mengungkapkan kata kasar pada diri sendiri ketika mengalami kesulitan atau kegagalan blok. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki self-compassion yang rendah. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sering mendapatkan kritik dari orangtuanya, insecure attachment, dan melakukan modelling pada orangtua yang mengkritik akan cenderung mengkritik dirinya sendiri, merasa diri lemah, paling menderita, dan sedih yang berkepanjangan ketika menghadapi kesulitan atau kegagalan akademik. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki selfcompassion yang rendah. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sering mendapatkan dukungan dari orangtuanya, secure attachment, dan tidak melakukan modelling pada orangtua yang mengkritik cenderung dapat memahami dan menerima kesulitan atau kegagalan akademik yang dialami dan memandang bahwa setiap orang mengalaminya, serta lebih dapat fokus dalam menghadapi kesulitan tersebut tanpa menampilkan emosi yang berlebihan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki self-compassion yang tinggi. Terdapat penelitian bahwa perempuan memikirkan terus menerus mengenai kejadian negatif di masa lalu sehingga perempuan menderita depresi dan kecemasan dua kali lebih sering daripada laki-laki (Neff, 2011). Oleh karena itu, perempuan cenderung memiliki derajat self-compassion lebih rendah daripada

17 laki-laki. Laki-laki yang ideal menurut budaya adalah kuat dan sempurna sedangkan perempuan memiliki kekuatan yang lebih lemah dibandingkan laki-laki di masyarakat. Laki-laki menggunakan kemarahannya sebagai cara untuk menghindari rasa tanggung jawab ketika mereka dihadapkan pada kesulitan atau ketidakmampuannya. Kemarahan dengan menyalahkan orang lain membuat mereka merasa tangguh dan menutupi semua perasaannya yang lemah (Neff, 2011). Perbedaan gender juga mempengaruhi self-compassion mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung. Mahasiswa perempuan Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung yang memikirkan terus menerus mengenai kesulitan atau kegagalan akademik yang dialaminya akan memiliki perasaan yang mendalam bahwa dirinya tidak mampu menghadapi kesulitan atau kegagalan akademik yang dialaminya. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa perempuan Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung mudah cemas, depresi, merasa diri paling menderita, dan mengkritik dirinya sendiri. Hal tersebut menunjukkan mahasiswa perempuan Fakultas Kedokteran memiliki selfcompassion yang lebih rendah dibandingkan mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran. Terdapat penelitian bahwa personality dari The Big Five Personality (Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism dan Openness to Experiences) memiliki hubungan dengan self-compassion individu (Neff, 2003). Self-compassion dikaitkan dengan neuroticism yang kurang dan agreeableness, extraversion, dan conscientiousness yang besar, namun tidak ada kaitan dengan openness to experience. Neuroticism menggambarkan individu yang memiliki

18 masalah dengan emosi negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki emosi negatif seperti rasa kawatir dan tidak aman akan cenderung mengkritik orang lain sehingga mahasiswa Fakultas Kedokteran tersebut juga cenderung untuk mengkritik dirinya sendiri. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki derajat selfcompassion yang rendah. Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul dan memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, dan ramah terhadap orang lain. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki trait extraversion yang dominan akan memiliki perasaan keterhubungan dan bergaul dengan orang lain yang merupakan bagian dari self-compassion. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mengalami kesulitan atau kegagalan dalam akademik memiliki kesadaran bahwa kesulitan dan kegagalan yang dihadapi merupakan sesuatu yang dialami oleh setiap mahasiswa Fakultas Kedokteran dan tidak membuat diri merasa terisolasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki derajat selfcompassion yang tinggi. Agreeableness mengindikasikan individu yang bersahabat, disenangi oleh orang, dan mudah menjalin relasi yang hangat dengan orang lain. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki trait agreebleness yang dominan menunjukkan kebaikan, keterhubungan, dan emosional yang seimbang yang merupakan bagian dari self-compassion. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki kebaikan dan keterhubungan dengan mahasiswa lain tidak akan terpusat

19 pada kesulitan atau kegagalan akademik yang dialami. Oleh karena itu, mahasiswa Fakultas Kedokteran akan menyadari bahwa kesulitan atau kegagalan akademik yang dialami merupakan bagian yang dialami juga mahasiswa Fakultas Kedokteran yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki derajat self-compassion yang tinggi. Conscientiousness menggambarkan individu yang terencana, disiplin, tekun, dan tanggung jawab. Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang memiliki trait conscientiousness yang dominan menunjukkan stabilitas emosi yang dapat membantu menimbulkan perilaku bertanggung jawab untuk belajar lebih giat lagi ketika menghadapi kesulitan atau kegagalan akademik. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki derajat self-compassion yang tinggi. Mahasiswa perempuan Fakultas Kedokteran yang memiliki trait yang dominan pada agreeableness, extraversion, atau conscientiousness dapat memiliki self-compassion yang tinggi. Mahasiswa perempuan Fakultas Kedokteran yang memiliki trait dominan pada agreeableness dan extraversion memiliki keterhubungan dan relasi dengan orang lain sehingga mereka dapat memandang bahwa kesulitan atau kegagalan yang dialami merupakan bagian yang dialami oleh setiap orang. Mahasiswa perempuan yang memiliki trait conscientiousness memiliki emosional yang stabil untuk disiplin dan bertanggung jawab terhadap kesulitan atau kegagalan akademik yang dialami. Mahasiswa perempuan Fakultas Kedokteran yang memiliki trait yang dominan pada agreeableness, extraversion, atau conscientiousness dapat memandang bahwa kesulitan atau kegagalan akademik yang dialami merupakan bagian yang dialami oleh semua orang dan

20 tidak memunculkan emosi yang berlebihan serta tidak mengkritik dirinya sendiri secara berlebihan. Mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran yang memiliki trait neuroticism yang dominan dapat memiliki self-compassion yang rendah. Mereka memiliki emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan mudah cemas sehingga mereka bersikap subjektif yang cenderung untuk mengkritik dirinya sendiri serta merasa bahwa dirinya yang lemah dan paling menderita ketika mengalami kesulitan atau kegagalan akademik. Berikut adalah bagan kerangka pikir mengenai selfcompassion pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung. Faktor Internal : a. Jenis Kelamin b. Personality Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X di Bandung Komponen: - Self-kindness - Common Humanity - Mindfulness Self-compassion Tinggi Rendah Faktor Eksternal : c. Role of parents - Kritik orangtua - Attachment - Modelling Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir

21 1.6 Asumsi 1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung dapat memiliki self-compassion yang tinggi ataupun rendah. 2. Self-compassion mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung ditentukan berdasarkan komponen self kindness, common humanity, dan mindfulness. 3. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung membutuhkan selfcompassion untuk memunculkan motivasi yang tinggi dalam menghadapi kesulitan atau kegagalan akademik. 4. Self-compassion mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas X Bandung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu the role of parent, jenis kelamin, dan personality.