12 Media Bina Ilmiah ISSN No

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

BAB III PENUTUP. dimaksudkan sebagai jalan untuk mewujudkan gagasan meniadakan. kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

BAB V. Kesimpulan. lahir dalam amandemen ketiga. Secara de facto DPD RI baru ada pada tanggal 1

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

MAKALAH. Kedudukan dan Fungsi DPD dalam Kerangka Kelembagaan Legislatif Indonesia. Oleh : Dinoroy Marganda Aritonang

Makalah Mengenai Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dalam Ketatanegaraan Indonesia BAB I PENDAHULUAN

CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana

KEWENANGAN DPD DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Masa transisi Indonesia menuju demokrasi merupakan salah satu tahapan

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :)

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

REFLEKSI DAN PROSPEK DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

Fungsi, Tugas, dan Wewenang DPD, Hak dan Kewajiban Anggotanya Serta Kelemahan dari DPD Dalam UUD 1945

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Sebagai Salah Satu Lembaga Legislatif Dalam Membuat Suatu Peraturan Perundang-Undangan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

FUNGSI LEGISLASI DPR PASCA AMANDEMEN UUD Sunarto 1

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran kamar kedua dalam

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

BAB IV PENUTUP. diperluas dan diperkuat dengan semangat demokrasi melalui langkah - langkah pemikiran yang

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Urgensi Menata Ulang Kelembagaan Negara. Maryam Nur Hidayat i-p enelit i P usat St udi Fakult as Hukum UI I

FUNGSI LEGISLASI DPD-RI BERDASARKAN PASAL 22D UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA EKSEMINASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam BAB VIIA Pasal 22C dan Pasal 22D UUD NRI Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum, yang kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

: Abdul Qadir Amir Hartono, SE.,SH., MH. : Abdul Qadir / Gus Anton (Panggilan di Daerah)

ara urut ut UUD 1945 Hasil Amandemen

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

keberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Perubahan Undang-undang Dasar Tahun 1945

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

BAB III. A. Urgensi Amandemen Undang Undang Dasar tahun 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NRI

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan

JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA!

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kedudukan dan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEWENANGAN LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM REFORMASI KELEMBAGAAN PERWAKILAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat diubah oleh MPR sekalipun, pada tanggal 19 Oktober 1999 untuk pertama

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

KEDUDUKAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM KELEMBAGAAN LEGISLATIF MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR 1945 MOH. DERMAWAN / D

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

DPR Sebagai Pembuat Undang Undang

KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM LEGISLASI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 92/PUU-X/2012

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945.

MENYOAL KELEMAHAN DPD. Oleh: Muchamad Ali Safa at 1. DPD kembali mengalami gesekan dengan saudara tuanya, yaitu DPR.

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN KAJIAN NORMATIF

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

PENTINGNYA KEBERADAAN DPD RI SEBAGAI LEMBAGA PENYEIMBANG DI REPUBLIK INDONESIA

AMANDEMEN (amendment) artinya perubahan atau mengubah. to change the constitution Contitutional amendment To revise the constitution Constitutional

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

KEDUDUKAN DAN FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DI DALAM PROSES LEGISLASI PASCA AMANDEMEN UUD 1945 Oleh : Montisa Mariana, SH.,MH

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan ilmu hukum tata negara, konstitusi diberi

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

LEMBAR PERSETUJUAN REVITALISASI PERANAN DPD DALAM SISTEM PARLEMEN DI. INDONESIA (Kajian Yuridis UUD NRI Tahun 1945 Pasal 22C Dan 22D

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan

KEWENANGAN MPR UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji:

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

KONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

PERBANDINGAN STRUKTUR DAN KEWENANGAN DPR RI DENGAN DPD RI DALAM FUNGSI LEGISLASI. Suroto ABSTRACT

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

BAB IV ANALISIS TERHADAP FUNGSI REPRESENTASI ANGGOTA DPD DALAM PENINGKATAN PEMBANGUNAN DI DAERAHNYA (YOGYAKARTA)

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

BAB III KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM PENGAJUAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

KEDUDUKAN FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 GABRIEL TALAWE D

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DI BIDANG LEGISLADI DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

BAB I PENDAHULUAN. telah dituangkan dalam empat tahap amandemen Undang-Undang Dasar

Hubungan antara MPR dan Presiden

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

KEWENANGAN DPD DALAM PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG

Transkripsi:

12 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 KEWENANGAN DPD DALAM SISTEM KETATANEGARAAN RI MENURUT UUD 1945 Oleh : Jaini Bidaya Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram Abstrak: Penelitian ini berjudul Kewenangan DPD dalam Sistem Ketatanegaraan RI Menurut UUD 1945. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan RI menurut UUD 1945. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normative dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif untuk mengetahui jawaban tentang permasalahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, walaupun kedudukan DPD adalah sejajar dengan DPR dalam struktur ketatanegaraan kita, tetapi kewenangannya baik kewenangan legislasi maupun bidang pengawasan adalah sangat terbatas. Kewenangan legislasi yang dimiliki oleh DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR dan ikut membahas rancangan UU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan Disamping itu DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN, RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama. Dalam bidang pengawasan, DPD melakukan pengawasan atas pelaksanaan berbagai Undang- Undang yang ikut dibahas dan diberikan pertimbangan oleh DPD. Namun kewenangan pengawasan ini menjadi sangat terbatas, karena hasil pengawasan itu hanya untuk disampaikan kepada DPR untuk bahan pertimbangan dan ditindaklanjuti. Akan tetapi pada sisi lain anggota DPD ini memiliki kedudukan dan kewenangan yang sama dengan anggota DPR ketika bersidang dalam kedudukannya sebagai anggota MPR, baik dalam perubahan UUD, pemberhentian presiden maupun pemilihan Wakil Presiden. Kata Kunci : Kewenangan, DPD, dan UUD 1945. PENDAHULUAN Salah satu agenda utama reformasi yang monumental adalah amandemen UUD 1945, salah satu bentuk prubahan konstitusi dasar Negara adalah pembentukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pembentukan lembaga ini diharapkan mampu mewakili kepentingan-kepentingan daerah serta menjaga keseimbangan antar daerah dan antara pusat dengan daerah, secara adil dan serasi. Hal ini memberikan peran yang lebih besar kepada daerah dalam proses pengambilan keputusan politik terutama yang berkaitan langsung dengan kepentingan daerah. Dalam kaitan dengan cheks and balances itu pula diajukan gagasan perubahan terhadap sistem parlemen dari supremasi MPR yang terdiri dari tiga unsur (DPR, utusan daerah, dan utusan golongan) menjadi parlemen sistem bicameral (dua kamar) yang terajut dalam hubungan checks and balances dengan lembaga Negara lainnya khususnya dengan lembaga eksekutif dan yudikatif. Gagasan ini menghendaki agar parlemen terdiri dari lembaga perwakilan politik yakni DPR dan lembaga perwakilan territorial yakni DPD (Dewan Perwakilan Daerah) Mahfud MD, (2007 : 66). Semula kedua lembaga ini digagas dengan fungsi seperti parlemen yang memiliki DPR dan senat yang mempunyai fungsi lagislasi dan fungsifungsi parlemen lainnya seperti fungsi pengawasan dan fungsi anggaran. Dalam perjalanannya, gagasan tentang parlemen bicameral yang baik itu ternyata kemudian hilang karena kompromi-kompromi dan menonjolnya kepentingan politik selama proses amandemen meskipun kedudukannya merupakan salah satu lembaga Negara yang sejajar dengan DPR, MPR, MA, MK, dan BPK, DPD yang anggota-anggotanya dipilih secara langsung melalui pemilu ternyata di dalam konstitusi hanya diberi fungsi yang sangat rumit dan nyaris tak berarti jika dibandingkan dengan biaya politik dan proses perekrutannya yang demokratis. Berbeda dengan DPR yang diatur dalam tujuh pasal (pasal 19 sampai dengan pasal 22 B) DPD hanya diatur dalam dua pasal (pasal 22 C dan pasal 22 D). Di dalam UUD 1945 hasil perubahan memang sama sekali tidak disebut istilah parlemen sehingga tidak mudah menjadikan DPR dan DPD sebagai kamar-kamar dari parlemen dua kamar, lebih dari itu jika di dalam UUD 1945 disebutkan secara tegas bahwa DPR

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 13.... mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan (pasal 20A ayat 1), maka DPD tidak mempnyai fungsi-fungsi tersebut secara penuh. Dalam bidang legislasi, DPD tidak dapat ikut menetapkan UU sebagaimana layaknya lembaga perwakilan rakyat, sebab pasal 20 ayat 1 sudah mengunci bahwa yang memegang kekuasaan memegang UU adalah DPR. Jika dipetakan maka kewenangan-kewenangan DPD sebagaimana dapat diambil dari ketentuan pasal 22D ayat (1) dan ayat (2) hanyalah terbatas dalam masalah-masalah tertentu seperti dibawah ini, 1. Dapat Mengajukan Rancangan UU DPD dapat mengajukan RUU (tanpa boleh ikut menetapkan atau memutuskan) dalam bidang-bidang tertentu yaitu, otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pengembangan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah 2. Ikut Membahas Rancangan UU Tanpa boleh ikut menetapkan atau memutuskan. DPD boleh ikut membahas RUU dalam bidang: otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, 3. Memberi Pertimbangan DPD diberi kewenangan untuk memberikan pertimbangan atas RUU yang berkaitan dengan Rancangan APBN, Pajak, Pendidikan, dan Agama serta memberikan pertimbangan (diluar RUU) dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 4. Dapat Melakukan Pengawasan. DPD juga dapat melakukan pengawasan dalam pelaksanaan bidang-bidang : Otonomi Daerah, Hubungan pusat dan Daerah, Pembentukan dan Pemekaran serta Penggabungan Daerah, Pengembangan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Ekonomi lainnya, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, APBN, Pajak, Pendidikan, dan Agama Kewenangan yang sangat terbatas itu dan dapat dikatakan menyebabkan DPD hanya sebagai formalitas konstitusional belaka disebabkan oleh kompromi yang melatarbelakangi pelaksanaan amandemen. Seperti diketahui, ketika gagasan amandemen ini muncul secara kuat, muncul pula penentangan dari kelompok-kelompok tertentu sehingga ada dua arus ekstrim yang berhadapan ketika itu. Pertama, arus yang menghendaki perubahan UUD 1945 karena ia selalu menimbulkan sistem politik yang tidak demokratis. Kedua, arus yang menghendaki agar UUD 1945 dipertahankan sebagaimana adanya karena merupakan hasil karya para pendiri negara yang sudah sangat baik. Tolak tarik antara kedua ekstrim itu akhirnya melahirkan kompromi berupa kesepakatan dasar yang menyebabkan amandemen tak dapat dilakukan secara leluasa untuk dapat disesuaikan dengan ilmu konstitusi (Mahfud MD, 2007 : 69). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan, Bagaimanakah kewenangan DPD dalam sistem ketatanegaraan RI menurut UUD 1945?, dan bagaimanakah Peran dan Kewenangan DPD kedepan dalam kaitan dengan Checks and Balances dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia?. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan penelitian normatif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap zas-azas hukum, kaedah-kaedah hukum dalam arti nilai (norma) peraturan hukum konkrit dan sistem hukum (Sudikno Mertokusumo, 2004 : 29) Dalam penulisan ini pendekatan masalah yang digunakan yatu : Pendekatan perundang-undangan (statute approach), dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Pendekatan konseptual (conceptual aproach), yang mengkaji pandangan/konsep para ahli yang berkenaan dengan masalah yang dibahas. Seluruh bahan hukum yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, selanjutnya dianalisis secara deskriptif-kualitatif dengan membangun argumen berdasarkan pada logika berfikir deduktif. Dengan metode deskriptif kualitatif, peneliti akan menyajikan dan menguraikan serta menghubungkan seluruh bahan hukum yang relevan yang telah diperoleh dari penelitian kepustakaan secara sistimatis, komprehensif dan akurat. Bersamaan dengan itu penulis juga melakukan penafsiran terhadap berbagai bahan hukum (Johnny Ibrahim, Bayu Media; 306), sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan secara akurat dan komprehensif. HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Kewenangan dan Posisi DPD dalam Struktur Ketatanegaraan Pengaturan tentang DPD di dalam UUD 1945 diatur dalam ketentuan pasal 22C UUD 1945 sebagai berikut : (1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum. (2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak labih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. (3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. _

14 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 (4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang Selanjutnya dalam ketentuan pasal 22D disebutkan bahwa : (1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan suber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan (2) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai ; otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dang penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja Negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama. (3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai ; otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam,dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. (4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang. Dibentuknya DPD merupakan salah satu solusi untuk mengatasi pasang surut hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, jadi dengan dibentuknya DPD dimaksudkan sebagai regional representation berbeda dengan DPR yang merupakan political representation karena sebelum dibentuknya DPD aspirasi daerah diperjuangkan oleh utusan daerah yang diwujudkan dalam bentuk fraksi utusan daerah di parlemen, (Maxsasai Indra, 2011: 142). DPD merupakan lembaga Negara yang memiliki kedudukan yang sama dengan DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat. Perbedaannya pada penekanan posisi anggota DPD sebagai wakil dan representasi dari daerah (provinsi). Setiap anggota DPD selalu berfikir tentang kepentingan daerahnya tanpa terhambat oleh garis dan kepentingan partai politik.karena anggota DPD adalah dari perseorangan bukan wakil partai politik. Pembentukan DPD sebagai salah satu institusi yang baru adalah dalam rangka memberikan kesempatan kepada orang-orang daerah untuk ikut mengambil kebijakan dalam tingkat nasional, khususnya yang terkait dengan kepentingan daerah. Pembentukan ini diharapkan akan lebih memperkuat integrasi nasional serta semakin menguatnya perasaan sebagai sebuah bangsa yang terdiri dari daerah-daerah (Yusril Ihza Mahendra, 2004 : 9). Walaupun kedudukan DPD adalah sejajar dengan kedudukan DPR dalam struktur ketatanegaraan kita, tetapi kewenangannya, baik kewenangan bidang legidlasi, maupun bidang pengawasan adalah sangat terbatas. Kewenangan legislasi yang dimiliki oleh DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR dan ikut membahas rancangan undang-undang yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alamdan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan Disamping itu DPD memberikan kepada DPR atas RUU APBN, RUU yang berkaitan pajak, penddidikan, dan agama. Dalam bidang pengawasan, DPD melakukan pengawasan atas pelaksanaan berbagai undangundang yang ikut dibahas dan diberikan pertimbangan oleh DPD. Namun kewenangan pengawasan ini menjadi sangat terbatas, karena hasil pengawasan itu hanya untuk disampaikan kepada DPR untuk bahan pertimbangan dan ditindaklanjuti. Akan tetapi pada posisi lain anggota DPD ini memiliki kedudukan dan kewenangan yang sama dengan anggota DPR, ketika bersidang dalam kedudukannya sebagai anggota MPR,baik dalam perubahan UUD, pemberhentian presiden maupun pemilihan wakil presiden. b. Penguatan Kedudukan dan Kewenangan DPD RI. Dalam rangka menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara dan jaminan pelaksanaan kedaulatan rakyat agar sesuai dengan perkembangan faham demokrasi yang mengatur pembagian kekuasaan yang lebih tegas dengan membangun mekanisme checks and balances, maka perlu dilakukan perubahan UUD 1945, khususnya yang berkaitan dengan pasal mengenai DPD RI antara lain sebagai berikut: 1. Penguatan bidang legislasi dan anggaran Seharusnya wewenang membahas dan memutus suatu rancangan undang-undang ada pada DPR-RI dan DPD RI. Caranya dengan adanya pembahasan

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 15.... terpisah. Pertama kali dibahas di DPR RI, setelah proses pengambilan keputusan yang berkaitan disepakati disampaikan ke DPD RI dan sebaliknya dengan bidang kerjanya. tergantung pada obyek pengaturan RUU tersebut. Dalam lampiran keputusan MPR, NO 4 Dapat pula dibuat aturan khusus, misalnya jika MPR/2004 tentang laporan Badan Pekerja MPR RI RUU itu terkait dengan otonomi daerah, maka RUU mengenai hasil kajian Komisi Konstitusi tentang tersebut sebaiknya dibahas di DPD RI terlebih perubahan UUD 1945, menegaskan bahwa dahulu. Jika tidak terdapat kesefahaman antar keberadaan DPD dalam struktur ketatanegaraan keduanya maka dapat dibentuk suatu panitia Indonesia antara lain dimaksudkan untuk gabungan yang akan membahas RUU itu. memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah 2. Penguatan dalam bidang pengawasan. Negara Kesatuan Republik Indonesia dan DPD RI perlu diberi wewenang untuk memilih memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerahdaerah, jabatan publik yang selama ini wewenangnya hanya meningkatkan agregasi dan akomodasi dimiliki oleh DPR RI seperti Hakim Agung, Hakim aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam Mahkamah Konstitusi, Gubernur BI, dan jabatan perumusan kebijakan nasional berkaitan dengan dan lainnya. daerah-daerah, dan mendorong percepatan Posisi seorang anggota DPD RI sebenarnya demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerahdaerah adalah sangat kuat. Dalam sistem politik Amerika secara serasi dan seimbang. Serikat, wakil dari daerah ini mirip dengan istilah Peran DPD dalam sistem Ketatanegaraan senator. Dibandingkan dengan DPR-RI yang Republik Indonesia salah satunya yaitu umumnya tidak memenuhi Bilangan Pembagi mengembangkan mekanisme checks and balances Pemilih (BPP), Maka anggota DPD justru memiliki antara lembaga Negara. Pembentukan DPD semua dukungan yang lebih riil dan legitimatif. Sungguh dimaksudkan dalam rangka mereformasi struktur sangatlah wajar apabila konstituen menaruh harapan parlemen Indonesia menjadi dua kamar (bicameral) besar kepada para anggota DPD RI. yang terdiri atas DPR dan DPD, yang Namun sayangnya, kedudukan institusi DPD RI memungkinkan representasi kepentingan seluruh dalam struktur politik nasional ternyata masih rakyat secara relative dapat disalurkan dengan basis dibatasi oleh UUD dan UU. DPD RI kedudukannya sosial yang lebih luas. masih belum setara dengan DPR RI. Jika diamati Kehadiran DPD RI dalam konteks lain adalah tugas dan kewenangannya, peran para wakil daerah sebuah jawaban atas persoalan tentang minimnya ini tak lebih dari sekedar lembaga pertimbangan kontrol politik masyarakat yang dulu hanya saja. Peran DPD RI yang antara lain menyangkut dilakukan oleh DPR RI. Saat ini institusi DPD RI urusan desentralisasi, keterlibatan dalam diharapkan bisa menjadi alternatif baru yang mampu pembahasan RUU (khususnya pajak, pendidikan dan membawa perubahan politik nasional. Oleh sebab agama), APBN dan sebagian fungsi pengawasan itulah maka penguatan DPD RI perlu mendapat lainnya yang juga selanjutnya melaporkan hasilnya dukungan dari DPR RI sebagai mitra kerja dalam kepada DPR RI, hanya dijadikan bahan satu kamar serta berbagai kelompok strategis seperti pertimbangan saja untuk ditindaklanjuti (Jimly Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi lokal, Asshiddiqie, 2006 : 188-189). institusi pendidikan, dan sebagainya. Dengan Dalam ketentuan UUD 1945 terlihat jelas demikian, masa depan demokrasi bisa lebih bahwa DPD tidaklah mempunyai kewenangan dalam menjanjikan. membentuk undang-undang, kedudukannya hanya bersifat penunjang atau auxiliary terhadap fungsi PENUTUP DPR dibidang legislasi, sehingga DPD paling jauh Dari hasil pembahasan tentang kewenangan hanya disebut sebagai co-legislator, dari pada DPD RI dalam sistem ketatanegaraan Indonesia legislator yang sepenuhnya. Sedangkan dibidang dapat disimpulkan sebagai berikut : pengawasan meskipun terbatas hanya berkenaan 1. Dapat Mengajukan Rancangan UU. DPD dapat dengan kepentingan daerah dan hal-hal yang mengajukan RUU (tanpa boleh ikut berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang menetapkan atau memutuskan) dalam bidangbidang tertentu, DPD dapat dikatakan mempunyai tertentu yaitu : Otonomi daerah, kewenangan penuh untuk melaksanakan fungsi Hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pengawasan terhadap kinerja pemerintahan. pemekaran serta penggabungan daerah, Kedudukan DPD perlu diperkuat sehingga pengembangan sumber daya alam, dan sumber dapat ikut menyetujui RUU yang menjadi bidang daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan kerjanya, dan tidak hanya ikut serta membahasnya. pusat dan daerah Dengan demikian DPD tidak hanya memberikan 2. Ikut membahas Rancangan UU. Tanpa boleh usulan bagi substansi RUU, tapi juga ikut dalam ikut menetapkan atau memutuskan, DPD boleh ikut membahas RUU dalam bidang : otonomi _

16 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Daerah, Hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan Sumber daya ekonomi lainnya, 3. Memberi pertimbangan. DPD diberi kewenangan untuk memberikan pertimbangan atas RUU yang berkaitan dengan rancangan APBN, pajak, pendidikan dan agama serta memberikan pertmbangan (diluar RUU) dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan. 4. Dapat melakukan pengawasan. DPD juga dapat melakukan pengawasan dalam pelaksanaan bidang-bidang: otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengembangan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah, APBN, pajak, pendidikan dan agama. 5. Kekuasaan DPD perlu diperkuat sehingga dapat ikut menyetujui RUU yang menjadi bidang kerjanya, dan tidak hanya ikut serta membahasnya. Dengan demikian DPD tidak hanya memberikan usulan bagi substansi RUU tapi juga ikut dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bidang kerjanya, demikian pula dalam bidang pengawasan, DPD perlu diberikan kewenangan yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Asshiddqie Jimly, 1994. Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta : Ichtiar Baru-Van Hoeve. Asshiddiqie Jimly, 2006. Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi. Konstitusi Press. Yogyakarta. Ibrahim, Johny. 2007. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normative. Malang: Bayu Media Publishing. Indra Maxsasai, 2011. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Refika Aditama. Mahendra, Ihza, Yusril. 2004. Paradigma Lembaga- Lembaga Politik. MD, Mahfud. Perdebatan Hukum Tatanegara, Pasca Amademen Konstitusi. 2007. LP3ES. Mertokusumo, Sudikno, 2004. Penemuan Hukum.Yogyakarta LIBERTY. Manan Bagir. 2005. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945. Yogyakarta : UII Press. Piliang, Indra. J dan Bivitri Susanti. Untuk Apa DPD RI. Jakarta. Kelompok DPD di MPR. Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2003. Tentang Susunan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD. Undang-Undang RI NO 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.