I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

dokumen-dokumen yang mirip
2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

No. Pasal Kualifikasi Delik Unsur Tindak Pidana Sanksi Setiap orang. kehilangan hak Menyebabkan orang lain

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum)

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924]

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum,

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2 Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2012

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEI{GADILAI{ TIIYGGI MEDAN JL. PENGADILANNO. l0 TELP: F-AX. :

Kata Pengantar. Surabaya, 09 Mei Purnomo S. Pringgodigdo, SH., MH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

Daftar Isi Undang undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

Muchamad Ali Safa at

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

2011, No Daftar Pemilih Tetap Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seba

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang telah. diuraikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3 dan angka 4 berlaku 1 (satu) bulan setelah Peraturan ini diundangkan. c.

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

No.851, 2014 BAWASLU. Perhitungan dan Pemungutan. Suara. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU Oleh: Arief Budiman Ketua KPU RI Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, 12 Desember 2017

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman.

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA PENYELENGGARA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan umum dinegara Indonesia dilaksanakan 5 tahun sekali. Di Indonesia pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota lembaga perwakilan yaitu DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu merupakan perwujudan keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan. Rakyat memiliki hak untuk memilih dengan bebas wakil-wakilnya yang akan ikut menyelenggarakan kegiatan pemerintahan. Pemilu bukan semata-mata alat untuk merebut kekuasaan, tetapi sarana demokrasi guna mencapai kesepakatan tentang siapa yang berhak menduduki tempat kekuasaan. Partai politik merupakan aktor utama pemilu legislatif karena partai merupakan peserta dalam kompetisi ini. Partai politik memiliki andil yang besar dalam mendapatkan wakil rakyat yang berkualitas, sebab hal tersebut berkaitan dengan salah satu fungsi partai politik yaitu sarana rekrutmen politik. Melalui

2 proses rekrutmen sekaligus proses seleksi ditingkat partai inilah nantinya akan diperoleh calon-calon legislatif yang berkualitas. Pemilu yang berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya dapat terwujud apabila penyelenggara pemilu mempunyai integritas yang tinggi serta memahami dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari warga negara. Penyelenggara pemilu yang lemah akan berpotensi menghambat terwujudnya pemilu yang berkualitas. Salah satu faktor penting bagi keberhasilan penyelenggaraan pemilu terletak pada kesiapan dan profesionalitas penyelenggara pemilu itu sendiri, yaitu Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu sebagai satu kesatuan penyelenggaraan pemilu. Pemilu 2014 dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ada lima hal yang secara prinsip sangat berbeda antara Pemilu 2009 dengan Pemilu 2014, yaitu meliputi sistem pendaftaran pemilih, peserta pemilu, pembentukan daerah pemilihan, sistem pemungutan suara dan sistem penghitungan suara. 1. Sistem pendaftaran pemilih pada Pemilu 2009, DPT dibuat berdasarkan pendekatan de jure ( berbasis KTP). Sedangkan proses pendaftaran pemilih pada Pemilu 2014 menggunakan sistem de facto (setiap warga negara). Berdasarkan perbedaan tersebut Pasal 40 UU No 8 Tahun 2012 menyatakan bahwa bagi warga negara yang sudah memenuhi syarat tetapi

3 tidak memiliki identitas apapun, maka KPU wajib mendaftar, yaitu dimasukkan kepemilih khusus. 2. Teknis pemberian suara pada pemilu 2009 dengan sistem contreng hingga diperbolehkan juga menggunakan sistem coblos yang dianggap tetap sah. Sedangkan teknis pemberian suara pada pemilu 2014 teknisnya kembali ke mencoblos. 3. Peserta pemilihan umum tahun 2009 tidak perlu diverifikasi ulang untuk dapat mengikuti pemilu tahun 2014 sebagaimana partai politik baru. Sedangkan peserta pemilihan umum tahun 2014 partai politik yang tidak memenuhi parliamentary threshold (ambang batas) harus mengikuti verifikasi dengan syarat yang lebih berat. 4. Perhitungan suara pada tahun 2009 parliamentary threshold (ambang batas) hanya diberlakukan untuk DPR RI. Untuk DPRD tidak menggunakan parliamentary threshold (ambang batas). Sedangkan pada pemilu tahun 2014 parliamentary threshold (ambang batas) berlaku secara nasional untuk pemilu DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. 5. Pembentukan daerah pemilihan pada tahun 2009 jika ada sisa suara DPR RI, diakumulasi ditingkat provinsi dari dapil masing-masing. Sedangkan pada tahun 2014 setelah dilihat partai politik memenuhi PT 3,5% dari suara sah nasional maka parpol diikutkan dalam perhitungan kursi dipusat dan daerah. Perubahan aturan dalam penyelenggaraan pemilu yang selalu berubah-ubah ini, menjadi tantangan bagi KPU untuk mensosialisasikannya. Selain terdapat perbedaan aturan dalam pelaksanaan pemilu, KPU juga dihadapkan oleh

4 beberapa titik kritis yang potensial terjadi pelanggaran, titik kritis pelanggaran yaitu : 1. Pada saat pendaftaran pemilih 2. Pada saat pendaftaran calon peserta pemilu 3. Pada saat kampanye 4. Pada saat hari tenang 5. Pada saat pemungutan dan perhitungan suara Pemilihan umum dari masa kemasa selalu memunculkan persoalan baru pada pelaksanaannya baik sisi peraturan perundang-undangan yang selalu berubahubah maupun persoalan terhadap integritas penyelenggara pemilu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya gugatan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi, maupun pada masa akhir jabatan komisioner, selalu ada beberapa orang yang tersangkut masalah hukum. (http://www.lampost.co/berita/kpud-tekan-angkagolput, diakses pada 20 April 2014) Pelaksanaan pengawasan pemilihan umum sebagaimana diatur dalam Undang- Undang 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum pasal 77 ayat 1, bahwa tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten/Kota yaitu mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu di wilayah Kabupaten/Kota, menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan mengenai pemilu, dan menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana.

5 Pengawasan penyelenggaraan pemilu tersebut diberikan kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan jajaran dibawahnya yaitu Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu). Panwaslu adalah suatu kepanitiaan yang dibentuk berdasarkan undang-undang yang bersifat independen yang bertugas mengawasi tahapan-tahapan Pemilu. Pengawas pemilihan umum (Panwaslu) berkaitan dalam Pemilu untuk mengawasi jalannya tahapan-tahapan pemilu dari pemutakhiran data pemilih sampai dengan pengucapan sumpah janji Anggota DPR, DPD, dan DPRD agar proses pemilihan umum berjalan langsung umum bebas rahasia jujur dan adil. Pengawasan terhadap pelaksanaan pemilu sebagaimana diatur dalam Undang- Undang 15 tahun 2011 pasal 77 ayat 1, dilaksanakan mulai dari tahap pemutakhiran data sampai dengan pengucapan sumpah janji anggota legislatif terpilih. Dari tahapan-tahapan pemilu tersebut, hampir semua tahapan rawan terhadap pelanggaran. Beberapa catatan pelanggaran yang terjadi dalam pelaksanaan pemilu terdapat pelanggaran berupa pemilih ganda, APK (alat peraga kampanye), money politik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk periode Desember 2013 Januari 2014 panwaslu dan jajaran kebawah melakukan pendataaan dengan cara turun kelapangan untuk memastikan bahwa atribut atau alat peraga kampanye benar-benar telah sesuai dengan undang-undang dan peraturan KPU serta zona yang telah di tetapkan oleh KPU Kota Metro. Adapun hasil pendataan dilapangan ditemukan alat peraga kampanye yang melanggar atau tidak sesuai peraturan yang berlaku berdasarkan sebaran wilayah Metro Pusat 28 alat peraga kampanye, Metro Utara 54 alat peraga kampanye, Metro Timur 412 alat

6 peraga kampanye, Metro Barat 70 alat peraga kampanye dan Metro Selatan 23 alat peraga kampanye. (sumber: Panwaslu Kota Metro) Hasil pengawasan dilapangan berupa pemasangan alat peraga yang tidak sesuai penempatannya sebanyak 587 APK (alat peraga kampanye). Panwaslu Kota Metro dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya melakukan pemanggilan terhadap peserta pemilu yang melanggar untuk melakukan penertiban sendiri, hanya saja setelah diberi waktu sesuai dengan kesepakatan ternyata masih banyak yang melanggar sehingga dibuat surat rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dan KPU Kota Metro untuk melakukan penertiban APK (alat peraga kampanye) bersama dengan tim gabungan yang dipimpin oleh Kasat POLPP. (sumber: Panwaslu Kota Metro) Selain itu ditemukan pelanggaran lainnya seperti pemilih ganda juga mengakibatkan hasil yang tidak akurat sehingga pemilih fiktif terhitung di Daftar Pemilih Sementara dan DPT selalu bermasalah di tingkat PPS, PPK, Kota bahkan provinsi. Pemilih yang diragukan dan bisa jadi data tersebut ganda di dasari dengan perbedaan dengan jumlah pendudukyang berdasarkan dengan E-KTP dan DP4 yang berasal dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Pada tahapan masa kampanye, panitia pengawas pemilihan Kecamatan Metro Selatan menemukan beberapa pelanggaran administrasi seperti pemasangan bendera dan atribut caleg tidak pada tempatnya sehingga mengganggu lalu lintas jalan raya. Pemasangan baliho dan stiker caleg juga disembarang tempat tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bentuk penanganan

7 pelanggaran administrasi tersebut panitia pengawas pemilihan kecamatan memberi peringatan pada peserta pemilu melalui teguran lisan dan merekomendasikan Pemkot setempat untuk menertibkannya. (sumber : Panwascam Metro Selatan Tahun 2009) Selain itu Panwaslu juga menangani kasus yang di tindak lanjuti yaitu Supriadi Darma Caleg dari Partai Golkar Daerah Pemilihan III menggunakan Kendaraan Dinas saat Kampanye Terbuka melanggar Pasal 84 Huruf H, menggunakan Fasilitas Pemerintah di kenakan hukum oleh Pengadilan Negeri Kota Metro 3 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulan dan denda Rp 6.000.000. Yang bersangkutan menggunakan mobil dinas pada saat kampanye partai golkar di lapangan Rejomulyo Metro Selatan. ( sumber : Panwascam Metro Selatan Tahun 2009) Mengenai perhitungan dan rekapitulasi hasil penghitungan suara masih banyak celah terjadinya manipulasi pada pembuatan berita acara dan sertifikat penghitungan suara yang tidak sama dengan hasil perhitungan suara yang disaksikan oleh masyarakat, karena tidak semua peserta pemilu menempatkan saksi di setiap TPS dan keterbatasan jangkauan Panwaslu mengawasi perhitungan suara di setiap TPS. Pengumuman hasil perhitungan suara yang dipasang di TPS hanya selama TPS ada (tidak lebih dari sehari), sehingga para saksi peserta pemilu kesulitan untuk mengakses hasil perhitungan suara di setiap TPS. Panwaslu menggunakan kewenangannya dengan cara mengawasi melalui masyarakat atau saksi calon untuk mengakses hasil

8 perhitungan suara di TPS maupun hasil rekapitulasi hasil perhitungan suara di setiap tingkatan. (sumber : http//www.radar Lampung.com) Panwaslu juga telah menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Caleg Partai Golkar yang telah melakukan politik uang saat perayaan Hut Golkar Metro. Caleg Partai Golkar membagi-bagikan uang, sembako, dan hadiah kepada masyarakat. Panwaslu langsung menindaklanjuti dengan memeriksa caleg yang terindikasi melakukan politik uang tersebut. Praktik bagi-bagi uang dan pembagian sembako menjadi satu bentuk politik uang yang dilarang. Dalam UU No 8 tahun 2012 tentang pemilihan umum DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pelaku akan dipidana dan di lanjutkan ke Gakkumdu (Sentra Penegakan Hukum Terpadu) (sumber : Panwaslu Kota Metro Tahun 2009) Berikut data mengenai Jenis Pelanggaran, Sanksi dan Tindakan Panwaslu terhadap pelanggaran pemilu : Tabel 1. Data Pelanggaran Pemilu Legislatif Kota Metro No Jenis Pelanggaran Sanksi Tindakan 1 Pemasangan bendera dan atribut caleg di lintas jalan raya 2 Menggunakan kendaraan dinas saat kampanye terbuka UU No 15 Tahun 2013 Pasal 17 menyebutkan bahwa alat peraga kampanye tidak di pasang di jalan protokol, jalan bebas hambatan sarana, dan prasarana publik, taman, dan pepohonan Pasal 84 Ayat 1 UU Pemilu Legislatif merumuskan secara tegas pelaksana, peserta dan petugas kampanye di larang menggunakan Memberi peringatan pada peserta pemilu melalui teguran lisan dan merekomendasikan Pemkot untuk menertibkannya Dikenakan hukuman oleh Pengadilan Negeri 3 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulandan denda Rp 6.000.000

9 3 Caleg melakukan pelanggaran membagi-bagikan uang, sembako dan hadiah kepada masyarakat 4 Pemilih ganda mengakibatkan hasil yang tidak akurat sehingga pemilih fiktif terhitung di Daftar Pemilih (DP) 5 Perhitungan dan rekapitulasi Sumber : Panwaslu Kota Metro 2009 fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan tempat pendidikan Pasal 301 Ayat 1 menyebutkan setiap pelaksana kampanye pemilu yang menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye pemilu bisa dipenjara dan di denda UU No 8 Tahun 2012 Pasal 309 menyebutkan setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan peserta pemilu mendapat tambahan suara lebih dari 1 TPS atau lebih di pidana dengan pidana penjara 1 tahun 6 bulan dan denda Rp 18.000.000 UU No 15 Tahun 2011 Pasal 45 menyebutkan tidak mengumumkan rekapitulasi hasil perhitungan suara diseluruh TPS di wilayah kerjanya, tidak membuat berita acara serah terima kotak suara dan tidak menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan PPL Memeriksa caleg yang terindikasi melakukan politik uang serta pelaku akan di pidana dan di lanjutkan ke Gakkumdu Menindaklanjuti masalah tersebut serta melakukan pemeriksaan terhadap pihak-pihak terkait Mengawasi melalui masyarakat atau sanksi calon untuk mengakses hasil perhitungan suara TPS maupun rekapitulasi perhitungan suara di setiap tingkatan

10 Kelemahan-kelemahan yang dimiliki dalam penanganan pelanggaran yaitu kurangnya pemahaman tentang apa itu pelanggaran pidana pemilu diantara aparat yang menanganinya, yaitu pengawas pemilu, polisi dan kejaksaan, serta para hakim yang menyidangkan perkara. Maupun tiadanya limitasi waktu dalam penanganan kasus-kasus pelanggaran pemilu yang terjadwal ketat. Sehingga pada pemilu 1999, pengawas pemilu melaporkan 236 kasus pelanggaran pidana ke kepolisian. Dari jumlah tersebut setelah diproses kepolisian dan kejaksaan hanya 24 kasus yang dilimpahkan ke pengadilan. Hingga tahapan pemilu 1999 selesai tidak ada satu pun perkara di pengadilan yang menghasilkan vonis berkekuatan hukum tetap. Baru 2 tahun kemudian, Mahkamah Agung memvonis 4 perkara pidana pemilu dan nasib 20 perkara pidana lainnya tidak jelas kepastiannya. Untuk pemilu legislatif 2004 terdapat 1.022 vonis dan ternyata pengawas pemilu telah menyerahkan ke kepolisian 2.413 kasus pemilu legislatif. Itu artinya kurang dari separuh kasus yang diserahkan pengawas kekepolisian yang berbuah vonis. Untuk pemilu legislatif 2009 terdapat 624 laporan kasus pelanggaran, yaitu pelanggaran administratif dan tindak pidana. Jumlah tindak pidana pemilu terbesar terjadi di Provinsi Lampung sebesar 15 kasus. (http:/www.reformasihukum.org/en/file/buku/panduanpemantauanpenangan anpelanggaranpidanapemilu 2009.pdf, diakses pada 8 Mei 2014) Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014

11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014? D. Kegunaan Penelitian Adanya hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan studi tentang ilmu pemerintahan khususnya studi tentang pemilu. 2. Secara Praktis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi panwaslu dalam melaksanakan pengawasan pemilu.