BAB I PENDAHULUAN. a. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2015

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. HALEYORA POWER BAB I

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

Daftar Isi. 2. Tujuan. 5. Bab III. BATASAN GRATIFIKASI Batasan Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan 10

Pedoman Penanganan Gratifikasi. PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero)

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BSN. Pengendalian Gratifikasi. Sistem.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PEMBERIAN DAN PENERIMAAN HADIAH

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

~ 1 ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. INHUTANI I (PERSERO)

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK.10 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 Tahun 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PEMBERIAN GRATIFIKASI KEPADA PIHAK KETIGA

2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

2015, No.69 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS II SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS H PEDOMAN PENANGANAN GRATO7KASIDILINGKUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN B. MAKSUD DAN TUJUAN

2 Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersi

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

2016, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang P

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 31 Tahun L999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang P

KETENTUAN PEMBERIAN DAN PENERIMAAN HADIAH/CINDERAMATA DAN JAMUAN BISNIS/HIBURAN

2/1. NoMoR /&T TAHUN 2oT3 PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PBNBRAPAN TEKNOLOGI TENTANG PEDOMAN PELAPORAN GRATIFIKASI

Gratifikasi. Suap, Pungli. Hukum positif Jenis-jenis korupsi (UU No. 31 Th 1999 jo. UU No. 20 Th 2001) 4/17/2013. Janji/ suap.

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi (Lembaran A. UMUM B, DASAR HUKUM

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER -05/MBU/2014 TENTANG

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK KITA SEMUA Memahami Gratifikasi

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 992 /BAN-PT/AK/ Februari 2017 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Pemberitahuan asesmen lapangan BAN-PT

KEMENDAGRI. Gratifikasi. Unit Pengendalian.

Nomor : 995/BAN-PT/AK/2017 Jakarta, 21 Februari 2017 Lampiran : 1(satu) berkas : Kode Etik Asesor

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 044 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PT VIRAMA KARYA (Persero)

2 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Ta

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

2017, No Keluarga Berencana Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2O15 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA KEMENTERIAN AGAMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 90 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA KEMENTERIAN AGAMA (PMA Nomor 24 Tahun 2015) H. Eddy Mawardi, M.H. (Kabag Ortala dan Kepegawaian Setditjen Bimas Islam)

GUBERNURLAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

SURAT - EDARAN NOMOR : SE 30 TAHUU 2017 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

Transkripsi:

5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2012, Badan Koordinasi Penanaman Modal adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelayanan penanaman modal. Badan Koordinasi Penanaman Modal yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : a. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; b. Mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal; c. Menetapkan norma standar dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal; d. Mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha; e. Membuat peta penanaman modal di Indonesia; f. Mempromosikan penanaman modal; g. Mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal;

6 h. Membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; i. Mengoordinasikan penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia; dan j. Mengoordinasikan dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut BKPM menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Sebagai bentuk pertanggungjawaban pengguna APBN, BKPM secara terus menerus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean Government) secara konsisten dan berkesinambungan. Dalam menjalankan tugas dan fungsi senantiasa dituntut untuk melaksanakannya dengan transparan, mandiri, akuntabel, serta keadilan. Dalam rangka membangun kerjasama yang harmonis dan meningkatkan nilai integritas sebagai sektor publik, kegiatan BKPM tidak terlepas dari hubungan dan interaksi langsung dengan para pemangku kepentingan. Dalam menjalankan hubungan dan interaksi tersebut terdapat potensi terjadinya adanya gratifikasi dari satu pihak kepada pihak yang lainnya. Oleh karena itu untuk menjaga hubungan dengan masyarakat maupun para pemangku kepentingan lainnya serta menjaga harkat, martabat, harga diri dan citra positif pegawai maka perlu diatur hal-hal yang terkait dengan gratifikasi serta tata cara atau mekanisme pelaporannya di lingkungan BKPM. Untuk itu, disusunlah Pedoman Penanganan Gratifikasi berpedoman kepada peraturan perundang-undangan, dan diselaraskan dengan Pedoman Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) serta Pemerintahan yang bersih (Clean Government). Pedoman penanganan gratifikasi ini akan disosialisasikan dan dievaluasi penerapannya secara berkelanjutan kepada seluruh Pegawai di lingkungan BKPM, dan secara berkala akan dilaksanakan pemutakhiran/penyempurnaan atas Pedoman Penanganan Gratifikasi ini

7 dalam rangka perbaikan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan organisasi, tugas pokok dan fungsi BKPM. A. TUJUAN 1. Memberikan arahan dan acuan bagi pegawai BKPM mengenai gratifikasi; 2. Memberikan arah dan acuan bagi pegawai BKPM mengenai pentingnya kepatuhan melaporkan gratifikasi untuk perlindungan dirinya sendiri maupun keluarganya dari peluang dikenakannya tuduhan tindak pidana suap; 3. Membentuk lingkungan instansi/organisasi yang sadar dan terkendali dalam penanganan praktik gratifikasi sehingga prinsip keterbukaan dan akutanbilitas dalam menjalankan kegiatan semakin terimplementasi. B. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pedoman ini adalah mengenai hal-hal yang terkait dengan gratifikasi, penerimaan, pemberian hadiah/cinderamata dan hiburan (entertainment), prinsip dasar, ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur, klasifikasi tindakan gratifikasi serta batasan penerimaan, pemberian dan atas permintaan dari pihak ketiga dan sanksi. C. PENGERTIAN 1. Atasan Langsung adalah pegawai dengan jabatan setingkat lebih tinggi yang membawahi pegawai BKPM dengan jabatan setingkat lebih rendah. 2. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cumacuma dan fasilitas lainnya, baik diterima dalam negeri maupun di luar negeri dan dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

8 3. Pegawai di Lingkungan BKPM adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai lainnya yang berdasarkan Keputusan Pejabat yang berwenang dan diangkat dalam suatu jabatan atau ditugaskan dan bekerja secara penuh pada satuan organisasi di lingkungan BKPM. 4. Pihak Ketiga adalah mitra kerja/rekanan/perseorangan/tenaga perbantuan dan pihak lain yang melaksanakan pekerjaan di kantor BKPM. 5. Hadiah/Cinderamata adalah setiap pemberian dan/atau penerimaan dan/atau permintaan dalam bentuk uang dan/atau setara uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya yang tidak dinikmati bersama-sama dengan pemberi. 6. Hiburan (entertainment) adalah segala sesuatu baik yang berbentuk katakata, benda, dan perilaku yang menurut pemikiran logika yang wajar bersifat menghibur dan menyenangkan hati yang dinikmati bersama-sama dengan pemberi, termasuk tapi tidak terbatas pada musik, film, opera, drama, permainan, olah raga dan wisata. 7. Keluarga Inti dalam pedoman ini adalah suami atau istri dan anak-anak dari Pegawai. 8. Pemberi adalah Pegawai dan/atau Pihak ketiga yang memberikan gratifikasi. 9. Peminta adalah Pegawai dan/atau Pihak ketiga yang melakukan permintaan gratifikasi. 10. Penerima adalah Pegawai yang menerima gratifikasi. 11. Suap adalah memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri Sipil atau Penyelengara Negara dengan maksud supaya Pegawai Negeri Sipil atau Penyelenggara Negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya atau memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri Sipil atau Penyelenggara Negara karena berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan.

9 D. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; 5. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2012; 6. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2011; dan 7. Maklumat Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3/A.1/2013 tentang Komitmen Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

10 BAB II KETENTUAN GRATIFIKASI A. PRINSIP DASAR 1. Pemberian Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan Semua pegawai DILARANG baik secara langsung atau tidak langsung memberi Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan kepada setiap pihak yang berhubungan dengan jabatan dan bertentangan dengan kewajiban dan tugasnya, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dikecualikan atau sesuatu hal yang tidak dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan atau untuk mempengaruhi pihak dimaksud untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya. 2. Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan. Semua pegawai yang karena jabatannya dan atau anggota keluarganya (keluarga inti), DILARANG untuk menerima atau meminta baik secara langsung atau tidak langsung Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan dari setiap pihak yang memiliki hubungan relasi, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dikecualikan atau sesuatu hal yang tidak dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan atau untuk mempengaruhi pihak dimaksud untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya. Pegawai apabila ditawarkan/diberikan Hadiah/Cinderamata dan/atau hiburan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pedoman ini, wajib MELAKUKAN PENOLAKAN dengan cara sopan dan santun terhadap tawaran/pemberian dimaksud, dengan memberikan penjelasan terhadap kebijakan dan aturan ini kepada pihak pemberi atau pihak ketiga serta melaporkan kepada atasan langsung.

11 B. BATASAN GRATIFIKASI 1. Batasan Pemberian Hadiah, Cinderamata dan/atau Hiburan Batasan Pemberian Hadiah, Cinderamata dan/atau Hiburan oleh pegawai adalah sebagai berikut: a. Pemberian Hadiah/Cinderamata dan/atau jamuan makan dan/atau hiburan, DIPERBOLEHKAN sepanjang pemberian tersebut dimaksudkan untuk membina hubungan baik dalam batas-batas yang sesuai dengan kewajaran dan memperhatikan hubungan yang setara, saling menghormati dan tidak bertujuan untuk menyuap pihak yang bersangkutan untuk memberikan sesuatu hal kepada pegawai yang tidak menjadi hak secara hukum. Contoh pemberian dimaksud misalnya jamuan makan, kegiatan olah raga, tiket pertunjukan kesenian, buku, rekaman musik dan sebagainya; b. Pemberian Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan TIDAK DIPERBOLEHKAN dalam bentuk uang tunai (Cash Payment); c. Pemberian Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan TIDAK DIPERBOLEHKAN dalam bentuk-bentuk yang melanggar kesusilaan dan hukum; d. Pemberian Hadiah/Cinderamata dari BKPM berupa barang yang dimaksudkan untuk promosi BKPM, wajib mencantumkan logo BKPM yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari barang dimaksud (logo BKPM pada barang dimaksud tidak dapat dihilangkan); e. Pemberian honorarium rapat kepada Pihak Ketiga, DIPERBOLEHKAN sebagai apresiasi atas sumbangan pemikiran dan keahlian yang telah diberikan kepada BKPM atas undangan resmi dari BKPM, sepanjang kriteria dan besaran honorarium tersebut telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; f. Pemberian Hadiah/Cinderamata berupa barang/uang/setara uang, DIPERBOLEHKAN, dalam hal pegawai menghadiri acara pernikahan, khitanan, kelahiran, musibah atau bencana, dengan nilai pemberian maksimum sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau sebesar

12 sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh pedoman pemberian gratifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada saat pemberian tersebut untuk setiap acara, sepanjang pemberian tersebut tidak bermaksud untuk mempengaruhi pihak penerima, untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya; g. Jamuan makan tidak perlu dibatasi, sejauh memenuhi kewajaran dan dilakukan di tempat yang terhormat dan tetap menjaga citra positif instansi BKPM. 2. Batasan Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan Batasan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan yang boleh diterima pegawai BKPM adalah sebagai berikut: a. Logo, nama perusahaan/pihak yang memberikan benda-benda dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan/promosi perusahaan pemberi dan merupakan benda-benda yang lazim sebagai bentuk promosi instansi/lembaga/perusahaan; b. Benda-benda yang tidak memiliki nilai finansial yang tinggi, seperti buku, souvenir dan sebagainya; c. Bukan berupa pemberian yang melanggar kesusilaan dan hukum; d. Menerima honorarium sebagai pembicara, narasumber yang diundang secara resmi oleh Pihak Ketiga DIPERBOLEHKAN, sebagai apresiasi atas sumbangan pemikiran dan keahlian yang telah diberikan, sepanjang pemberian tersebut tidak bermaksud untuk mempengaruhi pegawai untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya; e. Menerima Hadiah/Cinderamata berupa barang/uang/setara uang, DIPERBOLEHKAN, dalam hal pegawai menyelenggarakan acara pernikahan, khitanan, kelahiran, atau musibah dengan nilai pemberian maksimum sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau sebesar sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh

13 pedoman gratifikasi KPK pada saat penerimaan tersebut untuk setiap acara, sepanjang penerimaan tersebut tidak bermaksud untuk mempengaruhi pegawai, untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu hal berkaitan dengan kedudukan/jabatannya. f. Menerima Hiburan yang masih dalam batas kewajaran, dengan memenuhi batasan-batasan secara keseluruhan, sebagai berikut : i. Hiburan tidak dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemberi kepada pegawai atau anggota keluarganya; ii. Bila penolakan terhadap hiburan dimaksud dikhawatirkan dapat mempengaruhi hubungan relasi secara institusi antara BKPM dengan Pihak-pihak pengundang yang menawarkan hiburan; iii. Tidak mengganggu waktu kerja pegawai yang bersangkutan; iv. Tidak melakukan pembicaraan mengenai pemberian informasi yang dikecualikan yang dapat menjadi kebocoran rahasia instansi atau negara yang menimbulkan kerugian materil, non materiil, kecurangan dan benturan kepentingan; g. Dalam kondisi tertentu, dimana pegawai tidak dapat menghindar untuk menerima pemberian dari Pihak Ketiga dan/atau pada posisi dimana barang/uang/setara uang atau dalam bentuk apapun, pemberian tersebut sudah ada di suatu tempat yang dititipkan kepada atau melalui orang lain tanpa sepengetahuan pegawai tersebut, maka yang bersangkutan wajib mengembalikannya. Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka yang bersangkutan harus segera melaporkan kepada Atasan Langsung secara tertulis sesuai mekanisme yang diatur dalam Pedoman ini.

14 C. BATASAN PERMINTAAN DARI PIHAK KETIGA UNTUK MENDAPATKAN HADIAH/CINDERAMATA DAN/ATAU HIBURAN (ENTERTAINMENT) YANG TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN SEBAGAIMANA TERSEBUT PADA BUTIR A DAN B. Apabila pegawai diminta untuk memberikan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana tersebut pada butir A dan B, harus melakukan penolakan dengan memberikan penjelasan. D. GRATIFIKASI YANG TIDAK PERLU DILAPORKAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT : 1. Diperoleh dari hadiah langsung/undian, diskon, rabat, voucher, point reward atau souvenir, yang berlaku secara umum yang tidak terkait dengan kedinasan; 2. Diperoleh karena prestasi akademis atau non akademis (kejuaraan/perlombaan/kompetisi) dengan biaya sendiri dan tidak terkait dengan kedinasan; 3. Diperoleh dari keuntungan/bunga dari penempatan dana, investasi, atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku secara umum dan tidak terkait dengan kedinasan; 4. Diperoleh dari kompensasi atas profesi di luar kedinasan, yang tidak terkait dengan tugas dan fungsi dari Pegawai Negeri Sipil atau Penyelenggara Negara, tidak menimbulkan konflik kepentingan dan melanggar kode etik pegawai, dan dengan ijin tertulis dari atasan langsung; 5. Diperoleh dari hubungan sedarah dari garis keturunan lurus dua derajat atau dalam garis keturunan kesamping satu derajat sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi;

15 6. Diperoleh dari hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan satu derajat atau dari garis keturunan ke samping satu derajat sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi; 7. Diperoleh dari pihak yang mempunyai hubungan keluarga sebagaimana pada huruf 5 dan 6 terkait dengan hadiah perkawinan, khitan anak, ulang tahun, kegiatan keagamaan/tradisi dan bukan dari pihak-pihak yang mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi; 8. Diperoleh dari pihak lain terkait dengan musibah atau bencana, dan bukan dari pihak-pihak yang mempunyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi; 9. Diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan atau kegiatan lain sejenis yang berlaku secara umum berupa seminar kits, sertifikat dan plakat/cinderamata; dan 10. Diperoleh dari acara resmi kedinasan dalam bentuk hidangan/sajian/jamuan berupa makanan dan minuman yang berlaku umum. E. MEKANISME PELAPORAN Apabila terdapat penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan di luar batasan yang sudah diatur instansi BKPM, maka pegawai wajib melaporkan hal tersebut melalui: a. Atasan Langsung Pelaporan melalui Atasan Langsung dilakukan oleh pegawai yang menerima Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penerimaan, dengan menyampaikan formulir penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau HIburan. b. Sistem Pelaporan Pelanggaran/WhistleBlowing System 1. Pelaporan melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing System dilakukan apabila pelapor adalah pegawai atau pihak-pihak lainnya

16 (Investor, Mitra Kerja dan Masyarakat) yang tidak memiliki keterlibatan secara langsung, namun mengetahui gratifikasi di lingkungan BKPM yang memiliki potensi untuk terjadinya penyalahgunaan wewenang/jabatan. Pelaporan melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing System dilaksanakan sesuai dengan mekanisme tersendiri yang mengatur mengenai Sistem Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing System di BKPM; 2. Untuk penerimaan yang merupakan barang yang cepat kadaluwarsa (misal: makanan dan minuman), maka dapat diserahkan kepada Lembaga Sosial (Panti asuhan, tempat ibadah, Panti, lembaga pendidikan sosial) dengan menyampaikan bukti tanda penyerahan (bukti dapat dilengkapi dengan foto/video rekaman) kepada Sekretaris Utama selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah tanggal penerimaan sebagaimana dimaksud, dengan contoh format sebagaimana diatur dalam Pedoman ini, untuk selanjutnya dilaporkan kepada pihak KPK; 3. Untuk penerimaan yang merupakan barang yang tidak cepat kadaluwarsa (misal: uang, perhiasan, peralatan elektronik, dan lainnya) wajib disimpan di Bagian perlengkapan dan rumah tangga BKPM, sampai dengan ditentukannya status kepemilikan atas penerimaan tersebut oleh pihak KPK, dengan menyampaikan bukti tanda penyimpanan kepada Sekretaris Utama selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah tanggal penerimaan sebagaimana dimaksud untuk selanjutnya akan dilaporkan dan diserahkan kepada pihak KPK; 4. Sekretaris Utama membuat rekapitulasi penerimaan Hadiah/Cinderamata serta melaporkannya kepada KPK selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal penerimaan tersebut oleh pegawai BKPM. F. SANKSI ATAS PELANGGARAN Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pedoman Gratifikasi ini akan dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 12B ayat (2) Undang-Undang Nomor

17 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, berbunyi Pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar. Pengecualian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1), ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. G. Penutup Dengan disusunnya Pedoman Penanganan Gratifikasi di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal dapat terlaksana secara optimal. KEPALA BADAN KOODINASI PENANAMAN MODAL, REPUBLIK INDONESIA, MUHAMAD CHATIB BASRI