PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH YANG DIPUTUS HUBUNGAN KERJANYA AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SEBAGAI AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG GIANYAR

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA AKIBATPEKERJA MELAKUKAN PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI KOPERASI SAMUAN AMERTHA DENPASAR

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK NORMATIF KARYAWAN AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) PADA PT. TRICON BANGUN SARANA DI JAKARTA UTARA

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA SETELAH TERJADINYA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SECARA SEPIHAK PADA HOTEL FOUR SEASONS RESORT BALI DI SAYAN

PEMBERIAN UANG PESANGON TERHADAP PEKERJA KONTRAK WAKTU TERTENTU YANG DIBERHENTIKAN PADA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN (THR) BAGI PEKERJA YANG DI PHK OLEH PENGUSAHA

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

ABSTRACT. * Tulisan ini bukan merupakan ringkasan skripsi **

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL

PELAKSANAA PASAL 106 UNDUNG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DI MERCURE RESORT SANUR BALI

Oleh Anak Agung Lita Cintya Dewi I Made Dedy Priyanto Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP JANGKA WAKTU PEMBAYARAN UPAH KERJA LEMBUR BAGI PEKERJA TETAP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dan Rumusan Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

BENTUK-BENTUK PRAKTIK OUTSOURCING DALAM UNDANG- UNDANG KETENAGAKERJAAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM KARYAWAN PERIHAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN HOTEL LEGIAN BEACH RESORT & SPA DI KABUPATEN BADUNG

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat penting dalam suatu kegiatan produksi.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PARUH WAKTU APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA DI MERTHA SUCI BANGLI

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENAHANAN UPAH KEPADA PEKERJA YANG TIDAK DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS PADA HOTEL PURI BAGUS CANDIDASA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SEBAGAI AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN YANG DIPEKERJAKAN PADA MALAM HARI Oleh Gede Kurnia Uttara Wungsu I Ketut Wirawan

PERLINDUNGAN JAMINAN KESEHATAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK PADA DINAS TENAGA KERJA DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI KOTA DENPASAR *

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA TENAGA KERJA YANG DI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) AKIBAT DARI PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT

SISTEM PENGUPAHAN PEKERJA OUTSOURCING PADA BANK CIMB NIAGA DI DENPASAR

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pekerjaan. Pada dasarnya, memiliki pekerjaan merupakan hak yang

ANALISIS PERJANJIAN KERJASAMA KEMITRAAN PT.GO-JEK DENGAN DRIVER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN*

HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB I PENDAHULUAN. Sabang sampai Merauke, di mana di dalamnya terdapat populasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT

PELAKSANAAN BATAS WAKTU PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI MEDIASI PADA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN JAM KERJA BAGI TENAGA KERJA WANITA TERKAIT DENGAN UPAH DAN KESEJAHTERAAN DI BULE-BULE GARMENT SURAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM KETENAGAKERJAAN TENAGA KERJA, JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Key word : Application, Safety Protection, Factorr, workers.

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEKERJA/BURUH YANG MENGUNDURKAN DIRI ATAS KEMAUAN SENDIRI Taufiq Yulianto, SH

PERLINDUNGAN HUKUM KARYAWAN DAILY WORKER PADA HOTEL MAYA SANUR RESORT & SPA DI KOTA DENPASAR

NIKODEMUS MARINGAN / D

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR: 01/PDT.SUS-PHI/2015/PN.DPS

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu-membantu memberikan

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

MOGOK KERJA YANG MENGAKIBATKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MASSAL PADA HOTEL PATRA JASA BALI

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dari rakyat. Hukum dan kekuasaan itu menjadi nyata jika dilaksanakan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

Yani Pujiwati, Dewi Kania Sugiharti, dan Nia Kurniati Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP PEKERJA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA CV SINAR KAWI DI TAMPAKSIRING GIANYAR

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena buruh merupakan permasalahan yang menarik dari dahulu.

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

SKRIPSI PERJANJIAN KERJA DI PT SURAKARTA SENTOSA SEJAHTERA DITINJAU DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA MUSIMAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) P.G MOJO KABUPATEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

Transkripsi:

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH YANG DIPUTUS HUBUNGAN KERJANYA AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA Oleh I Putu Hendra Ardyawan I Made Sarjana I Ketut Markeling Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract This writing is in accordance with the impact of termination of employment as a result of breach of employment agreement that may lead to disputes. Furthermore, it is necessary to set up expressly for the protection and guarantee the rights and obligations of employers and workers / laborers in the event of termination of employment as a result of breach of employment agreement. Through a normative approach, refers to the study of literature and legislation, in terms of employers cutting jobs on the basis of violations of labor agreements, then the employer must not act arbitrarily and must remain guided by the Employment Agreements and Legislation. Thus, workers / laborers laid off are entitled to protection of their rights in accordance of its work in the form of severance pay, gratuity, cash compensation, and severance payment. Furthermore, to minimize conflict, employers are obliged to make efforts to provide guidance to the prevention of layoffs, laying off workers and provide a transparent explanation to workers / laborers. Keywords : Workers/laborers, Employers, Working Agreement, and Termination of employment. Abstrak Tulisan ini dilatarbelakangi oleh dampak PHK sebagai akibat pelanggaran perjanjian kerja yang cenderung menimbulkan perselisihan. Selanjutnya, sangat diperlukan adanya perlindungan tegas untuk mengatur dan menjamin hak dan kewajiban antara pengusaha dengan pekerja/buruh apabila terjadi PHK sebagai akibat pelanggaran perjanjian kerja. Melalui pendekatan yuridis normatif, mengacu pada studi kepustakaan dan peraturan perundang-undangan, dalam hal pengusaha melakukan PHK dengan dasar pelanggaranpelanggaran perjanjian kerja, maka pengusaha tidak boleh bertindak sewenang-wenang dan

harus tetap berpedoman pada Perjanjian Kerja dan Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian, pekerja/buruh yang di PHK berhak mendapatkan perlindungan atas hak-hak mereka sesuai masa kerjanya berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak, dan uang pisah. Selanjutnya, untuk meminimalisir terjadinya konflik, pengusaha berkewajiban melakukan upaya-upaya pencegahan PHK dengan melakukan pembinaan, merumahkan pekerja dan memberikan penjelasan secara transparan kepada pekerja/buruh. Kata Kunci : Pekerja/Buruh, Pengusaha, Perjanjian Kerja dan PHK. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan perkembangan jaman banyak perusahaanperusahaan yang mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena adanya berbagai konflik antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam suatu perusahaan. Selain masalah besarnya upah, dan masalah-masalah terkait lainnya. Pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan konflik internal yang terjadi dalam interaksi antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Pekerja/buruh yang di PHK mencurigai atasan menekan haknya untuk mendapat uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak sebagai kompensasi PHK. Mengingat bahwa pekerja/buruh itu merupakan tulang punggung dalam perusahaan, maka dalam hal ini perusahaan harus berhati-hati dalam mengambil langkah mengenai pengurangan jumlah pekerja atau melakukan PHK. Bagi pekerja/buruh PHK merupakan awal hilangnya mata pencaharian yang berarti bahwa pekerja/buruh telah kehilangan pekerjaan dan penghasilan serta merupakan permulaan dari kesengsaraan. 1 Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Untuk itulah sangat diperlukan adanya perlindungan 1 Iman Soepomo, 1987, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta,h.65 cet. VIII, Djambatan,

terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. 2 Sehubungan dengan dampak PHK sebagai akibat pelanggaran ketentuan perjanjian kerja bersama antara pengusaha atau majikan dengan pekerja/buruh tersebut biasanya sangat cenderung menimbulkan perselisihan sehingga untuk dapat menghindari terjadinya PHK tersebut maka masing-masing para pihak harus mentaati peraturan perjanjian kerja yang telah disepakati antara para pihak. Perjanjian tersebut diatur sedemikian rupa demi terjaganya hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha, agar pekerja/buruh mendapatkan perlindungan yang layak dan memperoleh hak-haknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 1.2 TUJUAN Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlindungan terhadap pekerja/buruh yang di PHK dalam hal melanggar perjanjian kerja dan untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan PHK. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif karena meneliti sejarah hukum serta asas-asas hukum, selain itu, penelitian ini juga mengkaji dan meneliti peraturan-peraturan tertulis. 3 karena penelitian ini adalah penelitian hukum normatif maka sumber datanya adalah berupa data sekunder yang berupa bahan hukum baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. 4 Jenis pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan analisis konsep hukum terhadap bahan-bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan dengan cara deskritif, analisis, dan argumentatif. 5 2.2 PEMBAHASAN 2.2.1 Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Tenaga Kerja yang di PHK Akibat Melanggar Perjanjian Kerja Dalam hal terjadinya PHK, maka pengusaha harus bertanggung jawab atas para pekerja/buruh yang telah di PHK. Dalam hal PHK akibat pelanggaran perjanjian kerja, maka tanggung jawab perusahaan adalah memberikan hak-hak dari pekerja sesuai dengan 2 Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, h. 6 3 Soerjono Seokanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, h. 15 4 Amirudin, dan H.Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 118 5 Ibid, h. 131

ketentuan yang berlaku dalam perjanjian kerja dan sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 156 ayat (1) menyebutkan : Dalam hal terjadinya pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. Pengertiannya adalah sebagai berikut : a. Uang pesangon yaitu pembayaran berupa uang dari pengusaha kepada pekerja sebagai akibat adanya PHK, yang jumlahnya disesuaikan dengan masa kerja pekerja/buruh yang bersangkutan. b. Uang penghargaan masa kerja yaitu penghargaan pengusaha kepada pekerja yang dikaitkan dengan lamanya masa kerja. c. Uang ganti kerugian atau uang penggantian hak yaitu pembayaran berupa uang dari pengusaha kepada pekerja sebagai penggantian istirahat tahunan, istirahat panjang, biaya perjalanan ketempat dimana pekerja diterima bekerja, fasilitas pengobatan, fasilitas perumahan, dan lain-lain yang ditetapkan oleh PHI sebagai akibat adanya PHK. Menurut I Gusti Ngurah Rencana selaku Auditor Bank Rakyat Indonesia (BRI) dikantor wilayah Bali, NTB, dan NTT pada tanggal 17 Juni 2013, sebelumnya pada tanggal 19 April 2011 diperoleh informasi pernah terjadi PHK akibat pelanggaran disiplin yaitu mangkirnya pekerja tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari berturut-turut yang sebelumnya jarang terjadi. Jika terjadi PHK, maka tanggung jawab perusahaan adalah memberikan hakhaknya. Adapun hak-hak yang diberikan harus sesuai peraturan yang berlaku di PT Bank BRI (Persero) Tbk yaitu berdasarkan SK No.Kep : S.27/DIR/SDM/)05/2011 pasal 3 angka 6 yang berbunyi : a. Uang penghargaan masa kerja dan penggantian hak sesuai ketentuan yang diatur dalam surat keputusan. b. Manfaat Pensiun dari Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) atau pengembalian iuran pensiun sesuatu ketentuan yang berlaku. c. Manfaat Pensiun dari Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) atau pengembalian iuran PPIP sesuai ketentuan yang berlaku. d. Pengembalian iuran Tunjangan Hari Tua (THT) sesuai ketentuan yang berlaku. e. Jaminan Hari Tua dari Program Jamsostek sesuai ketentuan yang berlaku. f. Pengembalian Premi Prospens sesuai ketentuan yang berlaku. g. Manfaat pensiun dari program THL Bimas bagi pekerja yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku. 2.2.2 Upaya Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Bagi pekerja/buruh, PHK merupakan suatu hal yang sangat ditakuti, karena akan berdampak langsung pada diri pekerja itu sendiri, karena sumber penghasilan bagi pekerja itu

secara otomatis akan terputus, dan mengancam kelangsungan hidup keluarga pekerja/buruh itu sendiri. Sedangkan bagi pengusaha, PHK berarti kehilangan pekerja/buruh yang selama ini telah dididik dan memahami prosedur kerja perusahaan. Oleh karena itu, apabila suatu perselisihan terjadi antara pengusaha dengan pekerja maka tindakan PHK adalah pilihan terakhir dalam mengatasi masalah tersebut. Sehubungan dengan itu, sebelum dilakukan PHK harus diupayakan pencegahan. Adapun bentuk pencegahannya adalah : a. Pembinaan Pembinaan secara langsung dapat menumbuhkan, memelihara, menyempurnakan, dan mengembangkan kegiatan kerja secara berkesinambungan. Selanjutnya, akan tercipta hubungan sebab akibat yang timbul secara terus menerus yang semakin mempererat hubungan antara pengusaha maupun pekerja/buruh, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan kerja. Upaya pencegahan PHK yang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan terhadap pekerja. Bentuknya : 1) Memberikan pendidikan dan latihan atau murasi 2) Memberikan peringatan kepada pekerja baik tertulis maupun lisan. Surat peringatan tertulis melalui tiga tahap yaitu peringatan pertama, kedua, dan peringatan ketiga. Peringatan ini dapat diabaikan bila pekerja melakukan kesalahan berat. Masa berlaku surat peringatan adalah selama 6 (enam) bulan. Dari beberapa definisi pembinaan di atas, jelas bagi kita maksud dari pembinaan itu sendiri bermuara pada adanya perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, yang diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yaitu hasil yang lebih baik. b. Merumahkan pekerja Sebelumnya, perlu menjelaskan bahwa istilah dirumahkan tidak dikenal dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Mengenai istilah dirumahkan ini, kita dapat merujuk kepada Butir f Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Kepada Pimpinan Perusahaan di Seluruh Indonesia No. SE- 907/MEN/PHI-PPHI/X/2004 tentang Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja Massal ( SE Menaker 907/2004 ) yang menggolongkan meliburkan atau merumahkan pekerja/buruh secara bergilir untuk sementara waktu sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan sebelum melakukan pemutusan hubungan kerja.

Selanjutnya, Dalam hal tindakan pengusaha merumahkan pekerja bukan mengarah pada terjadinya PHK, merujuk pada S.E Menaker 5/1998: a) Pengusaha tetap membayar upah secara penuh yaitu berupa upah pokok dan tunjangan tetap selama pekerja dirumahkan, kecuali telah diatur lain dalam Perjanjian Kerja peraturan perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama. b) Apabila pengusaha akan membayar upah pekerja tidak secara penuh agar dirundingkan dengan pihak serikat pekerja dan atau para pekerja mengenai besarnya upah selama dirumahkan dan lamanya dirumahkan. c. Memberikan penjelasan secara transparan kepada pekerja/buruh Bila keadaan keuangan perusahaan tidak memungkinkan untuk menghindari PHK, pengusaha dapat melakukan upaya memberikan penjelasan mengenai keadaan perusahaan. Tahapan-tahapan yang mesti dilakukan adalah sebagai berikut (Surat Edaran Menakertrans No. SE 907/Men/PHI-PHI/X2004): a. Mengurangi upah dan fasilitas kerja tingkat atas; b. Mengurangi shift; c. Membatasi/menghapus kerja lembur; d. Mengurangi jam kerja; e. Mengurangi hari kerja; f. Meliburkan atau merumahkan pekerja secara bergilir; g. Tidak memperpanjang kontrak kerja bagi pekerja yang sudah habis masa kontraknya; h. Memberikan pensiun dini bagi yang sudah memenuhi syarat Namun, bila upaya-upaya pencegahan tersebut tidak berhasil dan PHK tidak terhindarkan, maka untuk sampai ketindakan PHK, harus melalui beberapa tahapan yaitu pertama, PHK tersebut wajib dirundingkan oleh pengusaha dengan serikat pekerja. Apabila dalam perundingan tersebut tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat melakukan PHK terhadap pekerja setelah memperoleh penetapan dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Pasal 151 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). III. KESIMPULAN Bertitik tolak dari pembahasan dan analisa yang telah penulis paparkan diatas dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Perlindungan terhadap tenaga kerja dalam hal tenaga kerja melanggar perjanjian kerja, pengusaha masih mempunyai tanggung jawab seperti memberikan hak-hak pekerja/buruh sesuai dengan masa kerja dan isi kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian kerja.

b. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mencegahan PHK anatar lain : Pembinaan terhadap pekerja/ buruh, perumahan pekerja dan memberikan penjelasan secara transparan kepeda pekerja/buruh. DAFTAR PUSTAKA Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta. Amirudin, dan H.Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Iman Soepomo, 1987, Pengantar Hukum Perburuhan cet. VIII, Djambatan, Jakarta. Juanda Pangaribuan, 2005, Tuntunan Praktis Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industria, Cet. III, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta. Soerjono Seokanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. PERUNDANG-UNDANGAN Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279). Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4356). Surat Edaran Menakertrans No. SE 907/Men/PHI-PHI/X2004.