KEBUTUHAN ARSIP DIGITAL MENGENAI MANAJEMEN DATA KEBENCANAAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

SELAMATKAN ARSIP KARTOGRAFI!

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

PEMETAAN SISTEM KONFIGURASI JARINGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI TANGGAP DARURAT BENCANA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diwujudkan lingkungan yang cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUIDELINE AKSI TANGGAP BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada. 30 Januari

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tiga lempeng tektonik dunia yaitu Hindia-Australia di Selatan, Pasifik di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki wilayah negara yang sangat luas. Terbentang mulai dari 6 0 LU

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

Transkripsi:

KEBUTUHAN ARSIP DIGITAL MENGENAI MANAJEMEN DATA KEBENCANAAN DI INDONESIA Felix Yanuar Endro Wicaksono Abstrak Bumi sebagai tempat kita berpijak, melakukan segala aktivitas, tempat bagi kita untuk menikmati segala keindahan yang ada, baik di atas permukaan, di permukaan bumi, atau bahkan yang berada di bawah perairan. Segala fenomena alam sering terjadi, alam ini bersifat dinamis karena segala sesuatu yang membentuknya selalu dipengaruhi oleh proses eksogen dan endogen. Proses yang membentuk alam ini membutuhkan waktu. Namun, yang tidak dapat dihindari, jika terjadi bencana alam yang merenggut banyak korban. Kejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya oleh manusia. Tetapi, karena seiring dengan kemajuan teknologi yang ada, dan bantuan manajemen data kebencanaan, maka tindakan tanggap darurat hingga proses distribusi bantuan kemanusiaan dapat tersalurkan dengan baik. Kata kunci : fenomena, dinamis, eksogen, endogen, bencana, manajemen, data. Perubahan yang terjadi di atas permukaan bumi maupun yang di bawah permukaan bumi ini selalu terjadi seiring waktu berjalan. Perubahan yang bersifat dinamis ini tentunya juga akan, sedang, dan telah merubah morfologi atau bentuk permukaan bumi yang ada hingga sekarang ini. Perubahan yang diakibatkan oleh tenaga dari alam maupun akibat dari campur tangan manusia. Cukup banyak contoh perubahan yang diakibatkan oleh alam. Bencana longsor dapat merubah kondisi fisik atau permukaan bumi, akibat gerakan massa tanah yang terjadi. Kejadian alam ini umumnya terjadi dalam waktu tertentu dan selalu terjadi secara dinamis dan berkelanjutan. Namun, kadang kejadian seperti bencana longsor, sering menimbulkan banyak korban jiwa. Kebutuhan akan data data kejadian ini sangat mungkin diperlukan. Selain untuk mengetahui jumlah kerugian materi dan korban bencana, hal ini juga dimaksudkan untuk dapat dilakukan pencegahan terjadinya banyak korban yang terjadi. Adanya data kejadian, dalam hal ini kebencanaan, mampu mengetahui waktu atau tempo terjadinya bencana di suatu daerah. Karena fenomena alam ini terjadi dalam kurun waktu tertentu dan dinamis, maka dengan adanya data data tersebut akan dapat diperkirakan kejadian yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Selain itu, dengan adanya bantuan data data kebencanaan inilah, maka distribusi bantuan dan ploting lokasi atau daerah dapat segera dilaksanakan dan diketahui. 1

Dari berbagai sumber yang ada, manajemen data kebencanaan sangat penting. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi serta letak geografis Negara Indonesia yang berada dalam rangkaian jalur gunungapi yang masih aktif maupun yang sudah mati. Namun, perlu diingat bahwa gunungapi yang sudah mati tersebut dapat kembali aktif, karena kemungkinan dalam fase istirahat dan dapat bergejolak kembali. Indonesia sendiri termasuk dalam jalur gunungapi yang disebut Ring of fire yang tentu saja ini juga salah satu bencana dahsyat jika terjadi, dan tentunya kita tidak berharap demikian, dan perlu diantisipasi agar tidak terlalu banyak korban yang jatuh. Lingkaran api atau ini Ring of Fire ini adalah serangkaian gunungapi yang berjajar membentuk jalur dan terletak di tepian Samudera Pasifik, dimana jalur ini berbentuk seperti sabuk yang mirip dengan tapal kuda. Pada jalur ini sering terjadi gempa bumi. Jalur gunungapi ini membentang dari Selandia Baru di selatan, ke Philipina, Jepang, kemudian mengarah ke timur menuju Alaska, dan kembali ke selatan melalui Oregon, California, Meksiko, dan berakhir di Pegunungan Andes di Amerika Selatan, sepanjang 40.000 kilometer. Gambar 1. Jalur Gunungapi ( Ring of Fire ) di dunia. Dapat diketahui bahwa terdapat jajaran gunungapi yang membentang di sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Nusa Tenggara, ke arah Bagian Utara Pulau Irian, dan Maluku. Hal inilah yang sangat mungkin juga memicu terjadinya gempa bumi dan gejala meletus (erupsi) gunungapi atau proses volkanisme. Walaupun secara tidak langsung juga lempeng Indo-Australia dan lempeng Euroasia juga mempengaruhi fenomena dan aktivitas gempa bumi yang sering terjadi di Indonesia. 2

Gambar 2. Lempeng lempeng dan barisan gunungapi yang mempengaruhi kondisi (fisik) permukaan di Negara Indonesia. Garis biru adalah batas antar-lempeng tektonik, dan segitiga merah adalah kumpulan gunung berapi (Jalur Gunungapi atau Ring of Fire ). Selain termasuk dalam rangkaian jalur gunungapi, Indonesia juga terletak pada dua lempeng besar dunia, yaitu lempeng Australia dan lempeng Euroasia, serta satu lempeng Philipina. Lempeng Indo-Australia dan lempeng Euroasia, serta sebagian dari lempeng Philipina, ini selalu bergerak aktif dan dapat menimbulkan gejala dan fenomena alam, seperti : volkanisme, gempa bumi, tsunami, dan lain sebagainya. Berbagai kejadian yang mengguncang Negara Indonesia, yang sebagian besar diakibatkan oleh fenomena alam seperti : gempa bumi dan tsunami, menyebabkan banyak korban jiwa dan kerugian materi yang tidak sedikit. Sehingga, dari berbagai sumber menyebutkan sangat diperlukan adanya manajemen data kebencanaan, karena dengan adanya manajemen ini dapat segera dilakukan tindakan tanggap darurat, rekonstruksi, preventif (pencegahan) dan mitigasi, serta kesiagaan. Proses manajemen data kebencanaan ini juga tergolong variatif, terdapat cara manual dan digital. Proses secara manual dikerjakan dengan cara pendataan dengan menggunakan data tabular atau form pada secarik atau berbendel kertas. Sedangkan proses digital dapat meliputi input pada computer dari hasil pendataan di lapangan. Pada proses secara digital ini dapat dilakukan dengan bantuan sistem informasi. Di jaman dan teknologi yang semakin maju ini, sistem informasi sangat diperlukan, begitupula saat ini Sistem Informasi berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) masih sangat diandalkan karena lebih mudah dalam pengoperasiannya. Sistem informasi untuk manajemen data kebencanaan ini meliputi : input, proses, dan output. Dengan mekanisme seperti ini, maka kemampuan untuk penyimpanan data, pemanggilan data, pemrosesan data, analisis data, dan updating data dapat dilakukan dengan lebih tertata. Hal ini perlu dilakukan karena segala fenomena alam dapat terjadi sewaktu-waktu, sehingga tindakan tanggap darurat hingga pemutakhiran (updating) data sangat perlu dan segera dilakukan. Dari berbagai sumber menyampaikan bahwa Sistem Informasi untuk penanggulangan bencana dalam sistem komputerisasi terdapat beberapa kemampuan penanganan data yang merujuk secara geografis, yang meliputi : pemasukan, 3

pengelolaan atau manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis, hingga keluaran (output). Permasalahan yang ada di Indonesia saat berkali-kali diguncang bencana gempa bumi, yang terjadi di Yogyakarta, Tasikmalaya, dan yang terakhir Padang. Benar-benar membuat pusing pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Hal ini tidak lain karena bantuan kemanusiaan yang ada tidak terdistribusikan dengan baik dan tidak merata di semua daerah yang terkena bencana, tidak terkecuali di daerah yang paling pelosok. Ini mungkin bisa terjadi karena tidak adanya data yang mendukung, misalnya data administrasi daerah sampai ke tingkat pelosok. Sehingga dengan bantuan Sistem Informasi Geografis dan bantuan teknologi penginderaan jauh, seperti : Citra satelit, daerah pelosok dapat diketahui dan tingkat kerusakan juga dapat diketahui (tentunya juga dengan bantuan pengamatan di lapangan). Dengan bantuan citra satelit dan pengamatan tingkat kerusakan di lapangan, maka pendataan untuk informasi kebencanaan dapat dilakukan dan dapat digunakan sebagai data masukan (input) dalam basis data manajemen kebencanaan nantinya. Mengacu pada fungsi dari manajemen data kebencanaan, maka memang sangat perlu dilakukan tindakan tanggap darurat, rekonstruksi, preventif (pencegahan) dan mitigasi, serta kesiagaan dari semua pihak, tidak terkecuali pemerintah daerah dan pusat. Sehingga tidak terjadi lagi salah informasi antara pemerintah daerah dan pusat. Karena dengan adanya manajemen kebencanaan ini, semua pihak dapat mengaksesnya dengan jaringan internet untuk mengetahui informasi terbaru. Informasi ini yang nantinya bisa membantu petugas terkait dan relawan untuk dapat mendistribusikan bantuan kemanusiaan dengan tepat hingga ke daerah pelosok, yang umumnya sulit dijangkau karena medan yang sulit. Dengan bantuan akses penginderaan jauh, jaringan internet dan bantuan alat komunikasi lain, maka daerah yang sulit dijangkau tersebut dapat segera diinformasikan pada pihak relawan dan tim penyelamat untuk segera memberikan pertolongan dan mendistribusikan bantuan di daerah tersebut. Salah satu kemampuan manajemen data sistem informasi geografis ini adalah kemampuan penelusuran data (Query). Namun, data yang baik adalah data yang pemasukan (input) data, pemrosesan data, analisis data, dan updating data dilakukan dengan baik. Hal ini dikarenakan mengacu pada hasil proses, jika proses dilakukan dengan baik maka hasil keluaran juga baik, dan sebaliknya, jika pemrosesan tidak dilakukan dengan baik maka hasil keluaran bisa dianggap sebagai data yang tidak valid. Sesuai dengan istilah GIGO, Gold In-Gold Out, atau Garbage In-Garbage Out. Manajemen data yang baik adalah manajemen yang datanya dapat dipertanggungjawabkan. Perkembangan teknologi saat ini juga memicu kebutuhan pelayanan yang mudah, cepat, dan tepat. Perkembangan ini dapat mempengaruhi pula suatu organisasi atau 4

lembaga pemerintah setempat untuk dapat menggunakan manajemen data seperti ini. Karena lebih banyak memberikan keuntungan dari suatu manajemen data untuk kepentingan pengelolaan basis data suatu organisasi atau lembaga pemerintah. Penggunaan sistem informasi untuk manajemen data kebencanaan ini memiliki banyak manfaat, diantaranya : a. Mengetahui lokasi rawan bencana atau kawasan multi bencana dan menjaga integritas serta konsistensi data kebencanaan, b. Penyimpanan data dan pengelolaan data yang tertata dalam format digital memberikan kemudahan dalam pemasukan, pemanggilan, pemutakhiran, dan keluaran hasil pemutakhiran yang sesuai, c. Jika masing-masing daerah terdapat basis data kebencanaan, maka bisa diketahui lokasi persebaran daerah rawan bencana di seluruh Indonesia, d. Data dapat terus di update dan diakses secara terus menerus, e. Mempermudah user untuk mengetahui data bencana di penghujung daerah dengan bantuan jejaring internet maupun web. Kombinasi antara manajemen data kebencanaan dengan menggunakan sistem informasi yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) ini nantinya dapat dinikmati oleh para user. Maksudnya, dengan berbagai kejadian bencana yang telah disampaikan di atas, pemasukan dan manajemen data, dapat segera dilakukan. Baru setelah semua input hingga pemutakhiran data selesai dilakukan, serta keluaran, yang bisa berwujud peta tematik dengan variasi symbol dan keterangan lain (yang sesuai dengan tujuan peta), serta biasanya disajikan dengan format yang lebih dinamis dan atraktif. Sehingga hasil ini nantinya juga bisa dinikmati oleh pengguna peta lainnya jika disajikan pada jejaring internet atau web. Tentunya dengan bantuan manajemen data kebencanaan ini akan membantu kinerja lembaga maupun instansi terkait dalam pengelolaan dan pemutakhiran basis data kebencanaan. Hal ini akan berjalan dengan sangat baik jika semua pihak yang terkait, mulai dari warga, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat dapat saling bekerjasama, bertindak, dan menangani masalah bencana yang sering terjadi ini. Karena dengan melihat kenyataan bahwa Negara kita terletak pada daerah yang multi bencana, maka seharusnya kita wajib waspada dan selalu siap siaga untuk mengatasi bencana yang diakibatkan oleh fenomena alam ini. 5

DAFTAR PUSTAKA Aris, Mokhamad. 2000. Pengelolaan Arsip Kartografi/Kearsitekturan (disampaikan pada diklat Pengelolaan Arsip Kartografi di Kantor Arsip Daerah, DIY). Arsip Nasional, wilayah Propinsi Jawa Tengah. Gebremariam, Ephrem. 2001. Web Mapping: Factors that We Need tokeep in Mind before Web Map Our GIS Database, Lund University. Hardiyatmo, Hary Christady. 2006. Penanganan Tanah Longsor & Erosi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Kraak, Menno-Jan & F. Ormelling. 2007. Kartografi : Visualisasi Data Geospasial Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.CV. Informatika, Bandung. http://juniawan.wordpress.com/page/2/ http://bagasme.web.ugm.ac.id/data/manajemen%20pemerintah%20dalam%20penanga NAN%20BENCANA.doc http://www.edo.web.id/wp/2006/10/03/pemanfaatan-e-government-dalam-komunikasi-datakebencanaan/ (akses tanggal 1 Oktober 2009, pukul 16.35 WIB) 2009. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY 6