INTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS REUSE, REDUCE DAN RECYCLE (3R) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS TEKNOLOGI MODEL RUMAH PANGAN LESTARI DI KECAMATAN KUMPEH ULU

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

ANALISIS USAHATANI SAYURAN DI DATARAN TINGGI KERINCI PROVINSI JAMBI. Suharyon Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

USAHATANI SAYURAN-TERNAK SEBAGAI BASIS AGRIBISNIS PEDESAAN DI LAHAN PASANG SURUT BONGKOR KECAMATAN BASARANG

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang Oktober 2016 ISBN...

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

INTRODUSI TEKNOLOGI TRICHOKOMPOS PADA USAHA TANI SAYURAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DESA RENGAS BANDUNG

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

USAHATANI JAGUNG DI LAHAN KERING DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN MINSEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

MODUL KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT.

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

Keragaan Usahatani Kacang Hijau di Lahan Suboptimal Kabupaten Sambas

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG RAMAH LINGKUNGAN PADA KAWASAN MODEL PENGEMBANGAN PETANIAN PEDESAAN MELALUI INOVASI DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

PENDAHULUAN Latar Belakang

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

Abstrak

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp)

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Transkripsi:

INTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS REUSE, REDUCE DAN RECYCLE (3R) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 Sunarti, Heri Junedi dan Endriani 2 ABSTRAK Pengelolaan budidaya tanaman ramah lingkungan yang diwujudkan dalam penerapan konsep pengelolaan yang tepat adalah jalan keluar dalam mewujudkan usaha tani yang ramah lingkungan. Usaha tani berbasis reuse, reduce dan recycle (3R) adalah sebuah upaya untuk membuat tanaman tumbuh sehat sehingga dapat meningkatkan ketahananya terhadap serangan OPT mulai tanam sampai dengan kegiatan pasca panen. Tujuan kegiatan introduksi teknologi pertanian ramah lingkungan di Desa Kasang Pudak ini adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan usaha tani yang ramah lingkungan. (2) Meningkatkan produksi pertanian yang bebas pestisida kimia dan pupuk kimia. (3) Meningkatkan pengetahuan petani peternak tentang produksi. Metode pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks bagi masyarakat ini meliputi pelatihan atau kursus mendaur ulang limbah ternak sapi menjadi trichokompos, demonstrasi penerapan 3R, melaksanakan percontohan dan pendampingan penerapan teknologi usaha tani ramah linkungan berbasis organik di lahan petani demonstrator, serta melaksanakan evaluasi pelaksanaan program di Kelompok Tani. Penerapan introduksi teknologi budidaya jagung dapat mencapai produktivitas (potensi hasil) sebesar 6,78 t/ha. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi sebesar Rp.12.930.000,00 dengan R/C ratio 1,74, sementara teknologi petani memperoleh keuntungan sebesar Rp.2.400.000,00 dengan R/C ratio 0,33. Teknologi inroduksi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 3,56 t/ha, dan dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp.10.530.000,00/ha dari teknologi petani. Kata kunci: Introduksi teknologi, pertanian ramah lingkungan, reuse, reduce, recycle. PENDAHULUAN Usaha budidaya tanaman ramah lingkungan adalah usaha budidaya yang dilakukan dengan prinsip tidak merusak lingkungan dan mencemari lingkungan terkait dengan aspek pemanfaatan sumber daya alam, pembuangan limbah dan keamanan lingkungan sekitarnya. Pengelolaan budidaya tanaman ramah lingkungan yang diwujudkan dalam penerapan konsep pengelolaan yang tepat adalah jalan keluar dalam mewujudkan usaha tani yang ramah lingkungan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2007). Perkembangan ekonomi global dan regional menuntut petani khususnya petani pangan dan sayuran untuk melakukan usaha tani tidak hanya mendapatkan produksi tinggi tetapi juga harus mempertimbangkan kualitas produksi dan dukungan usaha taninya. Hal ini karena semakin besarnya keinginan konsumen akan produk sayuran yang bermutu dengan tingkat keamanan pangan yang tinggi serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pelestarian lingkungan. Menurut Sumarno (2008), usaha tani berbasis reuse, reduce dan recycle (3R) adalah sebuah upaya untuk membuat tanaman tumbuh sehat sehingga dapat 1 Dibiayai Dana DP2M Ditjen Dikti Tahun Anggaran 2012 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

meningkatkan ketahananya terhadap serangan OPT mulai tanam sampai dengan kegiatan pasca panen. Pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dapat meningkatkan kesejahteraan petani, karena dapat memaksimalkan pemakaian bahan-bahan yang ada di sekitar petani dan menekan biaya usaha tani (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 2007). Beberapa komponen 3R yang dilakukan dalam rangka mengelola pertanaman sayuran yang ramah lingkungan adalah: Reduce (mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reuse (memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Recycle (mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Penerapan prinsip 3R ini dalam menangani limbah dan meningkatkan produksi dan pendapatan petani, juga merupakan program Pemerintah Provinsi Jambi dalam menuju Jambi Emas 2015 (Badan Pusat Statistik 2009). Dengan prinsip 3R dalam pendampingan petani berarti petani mitra dan Perguruan Tinggi ikut dalam menunjang program pemerintah. Pertanian dominan yang diusahakan petani di Desa Kasang Pudak meliputi tanaman palawija (jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ketela pohon, ubi jalar), tanaman sayuran (mentimun, kacang panjang, gambas, tomat, bayam. Namun produksi tanaman ini masih rendah, sementara petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia setiap musim tanam. Disamping itu petani umumnya masih melakukan teknik budidaya secara konvensional. Disamping sebagai petani sayuran dan palawija, masyarakat tani di daerah ini juga memelihara sapi potong, terdapat sekitar 15 ekor sapi pada satu rumah tangga. Limbah ternak ini disamping mencemari lingkungan melalui aroma amoniak, juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan produktivitas lahan usaha tani masyarakat Desa Kasang Pudak. Penerapan konsep 3R dalam mengelola limbah/sampah yang bersumber dari kandang ternak adalah menjadikannya kompos, pengomposan kotoran ternak merupakan proses daur ulang (recycle) limbah. Usaha tani palawija dan sayuran yang ramah lingkungan dengan pemilihan jenis-jenis tanaman yang tepat serta spesifik lokasi, dirasa cukup bijaksana dalam upaya optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi masyarakat mandiri secara ekonomis di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu.

Tujuan kegiatan introduksi teknologi pertanian ramah lingkungan di Desa Kasang Pudak ini adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan usaha tani yang ramah lingkungan; (2) Meningkatkan produksi pertanian yang bebas pestisida kimia dan pupuk kimia; (3) Meningkatkan pengetahuan petani peternak tentang produksi zero waste, (4) Meningkatkan kemampuan manajerial petani dalam berusahatani. METODE PELAKSANAAN Peserta Peserta kegiatan IbM atau Mitra Perguruan Tinggi pada program IbM ini adalah kelompok tani sayuran Lentera yang beranggotakan 24 orang petani sayuran, yang diketuai oleh Sunarko, dan kelompok tani Jaya Makmur yang beranggotakan 21 orang, diketuai oleh Jumadi. Kedua kelompok tani ini berada di wilayah Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, walaupun secara administratif terletak pada satu desa namun secara akses transportasi kedua kelompok tani mitra terletak pada jarak lebih dari 25 km satu sama lainnya. Penerapan kegiatan introduksi teknologi pertanian berbasis 3R dilaksanakan di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, yaitu pada kelompok tani Lentera dan Jaya Makmur. Waktu pelaksanaan kegiatan selama 8 bulan yaitu dari bulan April 2012 sampai Desember 2012. Lokasi dan waktu Introduksi teknologi melalui program IbM dilaksanakan di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Pelaksanaan kegiatan sekitar 8 bulan, yaitu dari April 2012 sampai November 2012. Pelaksanaan Kegiatan IbM Metode pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks bagi masyarakat ini meliputi langkahlangkah sebagai berikut: 1. Pelatihan atau kursus mendaur ulang limbah ternak sapi menjadi trichokompos, tujuannya untuk menambah pengetahuan dan pemahaman petani tentang lingkungan bersih, menambah keterampilan petani mengolah limbah ternak menjadi kompos, serta penerapannya pada lahan usaha tani; 2. Demonstrasi penerapan 3R pada skala rumah tangga dan menstimulan wanita tani dalam penerapan 3 R dalam kehidupan sehari-hari di rumah, tujuannya agar ibu rumah tangga dan remaja puteri dapat dan mampu memilah sampah, mendaur ulang dan/atau menggunakan kembali; 3. Melaksanakan percontohan penerapan teknologi usaha tani ramah linkungan berbasis organik di lahan petani demonstrator dengan melibatkan seluruh anggota kursus, yang mencakup kegiatan pembuatan pupuk kompos, olah tanah konservasi, penentuan bidang olah dan pemberian pupuk organik;

4. Melaksanakan pendampingan terhadap petani-petani yang akan menerapkan teknologi usaha tani ramah lingkungan bebas pupuk dan pestisida kimia di lahan milik petani itu sendiri; 5. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan program di Kelompok Tani, dengan cara pertemuan dengan anggota kelompok tani baik di lapangan maupun di ruangan, serta mendiskusikan perkembangan di lapangan; 6. Melakukan evaluasi keberhasilan program, dengan indikator hasil panen dan analisis usaha tani. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data. Pengumpulan data dan informasi serta upaya untuk memahami kebutuham masyarakat tani serta respon petani di lokasi kegiatan menggunakan tehnik PRA (Paticipatory rural appraisal). Prinsip dasar dari PRA adalah: (1) melibatkan seluruh kelompok secara repressif; (2) masyarakat lokasi demonstrasi sebagai pelaku utama; (3) menerapkan prinsip tringulasi; (4) berorientasi praktis; (5) mengoptimal hasil; (6) santai informal, dan (7) prinsip demokratis. Data ekonomi dikumpulkan dengan menggunakan Farm Record Keeping (FRK). Untuk mengetahui respon petani dilakukan wawancara secara semi struktural. Data agronomis dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan. Deskripsi teknologi 3R dibandingkan dengan teknologi petani disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Lingkup kegiatan Jenis data Metode Pelaksanaan Metode Analisis Persiapan Data calon petani PRA Deskriptif, kualitatif Pelaksanaan Aspek teknis FRK Deskriptif, kualitatif Ekonomi Trichokompos Hasil Tanaman FRK Deskriptif, kualitatif Keragaan Aspek teknis, produktivitas, sosek, hasil FRK dan PRA Deskriptif, kualitatif, kuantitatif Kelembagaan kelompok tani Desimenasi Program/usaha Keterkaitan dengan kelembagaan penunjang Umpan balik dan respon petani, pemda terkait untuk pengembangan FRK dan PRA FRK Deskriptif, kualitatif, Deskriptif, kualitatif Paket Teknologi yang Diterapkan Sesuai dengan hasil sosialisasi, pelatihan dan petunjuk teknis di lapangan tentang cara budidaya jagung ramah lingkungan sesuai cara petani dan cara tanam yang diperbaiki disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Paket teknologi konvensional cara petani dan introduksi teknologi 3R Variabel Teknologi konvensional Teknologi Introduksi (cara petani ) (ramah lingkungan-3r) Limbah ternak sapi Tidak diolah Diolah menjadi trichokompos Pengolahan tanah Sempurna Minimum Varietas jagung lokal berlabel Jarak tanam 100x40cm benih 2-3 biji/lubang Jagung 75x25cm, benih 1 biji/lubang Pola tanam Monokultur, terus menerus Polikultur, tanam berseling Aplikasi pupuk kimia Urea, SP36 dan KCl Urea, SP36 dan KCl Dosis pupuk Seadanya 1/2 dosis anjuran Trichokompos 5 ton/ha Aplikasi pupuk organik Tidak ada Aplikasi pestisida pestisida kimia Pestisida nabati Pengendalian gulma Manual Manual Pengendalian OPT tradisional Sesuai PHT ramah lingkungan Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif ditujukan untuk memperoleh gambaran secara holistik, sedangkan analisis kualitatif ditujukan untuk mengukur peubah kuantitatif menggunakan parameter statistik sederhana seperti persentase, nilai maksimum, minimum dan nilai rataan. Untuk mengetahui kelayakan usahatani dilakukan analisis terhadap input dan output dari usahatani (B/C ratio). HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat dilaksanakan di Desa Kasang Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu, terletak pada lokasi yang cukup strategis, jarak tempuh ke ibu kota kecamatan sekitar 10 km, ke ibu kota Kabupaten sekitar 40 km dan ke ibu kota propinsi sekitar 15 km. Orbitasi ini menunjukkan bahwa akses Desa Kasang Pudak ke Kota Jambi sangat dekat sehingga memudahkan dan memperlancar keluar masuknya teknologi dan pengetahuan. Petani di lokasi IbM melaksanakan ushatani hanya pada musim penghujan saja sedangkan pada musim kemarau petani membiarkan lahan pertaniannya tanpa dikelola dengan baik. Petani menanam tanaman pangan maupun sayuran secara monokultur, di antara sayuran yang ditanam petani adalah bayam, kangkung, kacang panjang, pare, gambas, mentimun, terong, dan lain-lain. Disamping itu petani juga menanam tanaman palawija seperti jagung,

kacang tanah dan kedelai. Permasalahan yang sering ditemui petani dalam budidaya sayuran adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), sehingga secara rutin dilakukan penyemprotan pestisida setiap empat hari. Namun sebagian besar petani belum paham bahwa sebelum pemanenan tidak boleh dilakukan penyemprotan pestisida karena akan membahayakan konsumen. Aplikasi pupuk organik masih terbatas dan lahannya nampak miskin hara. Petani di Desa Kasang Pudak ini, khususnya pada kelompok tani Lentera umumnya memelihara ternak sapi 13-15 ekor per rumah tangga. Satu ekor sapi dalam satu hari menghasilkan kotoran ± 20 kg, satu rumah tangga menghasilkan limbah kotoran sapi 260-300 kg per hari. Namun potensi limbah/sampah dari kandang ternak ini hanya ditimbun saja di dekat kandang tanpa ada usaha mengolahnya menjadi kompos. Dalam kondisi demikian tentunya berdampak besar terhadap kesehatan manusia dan tanaman, karena kotoran dan sisa pakan ternak tanpa diproses lebih lanjut merupakan media penyebarluasan patogen, jamur, parasit dan bibit tanaman liar yang merugikan tanaman. Introduksi Teknologi Usahatani Ramah Lingkungan Upaya untuk membantu terciptanya lingkungan hidup yang sehat dimulai dari peran serta wanita, khususnya ibu rumah tangga dan remaja putri dalam pengelolaan sampah dan pengelolaan menjadi kompos pada khususnya, namun demikian kegiatan ini harus didukung sepenuhnya oleh masyarakat. Kita harus menyebarluaskan pengetahuan tentang cara-cara penanganan sampah rumah tangga yang di waktu-waktu mendatang makin penting, mengingat kualitas maupun kuantitas sampah yang diproduksi rumah tangga makin beragam dan ada kecenderungan makin sulit penanganannya. Hal-hal yang perlu diungkapkan ketika kita membicarakan penanganan sampah rumah tangga dan limbah adalah memperjelas materi sampah rumah itu sendiri, cara penanganannya secara umum, sampah yang dapat dikomposkan dan cara pengomposannya. Tabel 3. Tingkat respon petani terhadap kegiatan penyuluhan dan pelatihan berbasis 3R Jenis kegiatan Jumlah peserta Partipatif (%) Sosialisasi pilah sampah rumah tangga 40 >90% Pelatihan mengubah barang bekas menjadi barang berguna 43 100% Pelatihan membuat trichokompos 36 90% Petani demonstrator 4 100% Demplot jagung var. sweet corn 2 100% Demplot sayur organik 2 100% Keberlanjutan program Berlanjut Berlanjut Aktivitas peserta Selama mengikuti kegiatan pelatihan dan demonstrasi teknologi melalui program IbM ini peserta pelatihan secara umum sangat menikmati. Memiliki motivasi yang tinggi dan mempunyai pengharapan yang sangat positif atas kegiatan IbM yang dilakukan. Dalam proses pelatihan sering terjadi diskusi dan tanya jawab, saling memberikan pandangan dan harapan ke depan yang lebih baik. Disamping itu petani pada kedua kelompok tani juga bersedia dan sangat responsif terhadap keberlanjutan program. Tingkat partisipatif peserta disajikan pada Tabel 3.

Keragaan Pertumbuhan Tanaman Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa paket introduksi lebih baik dibandingkan paket petani. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa keunggulan paket introduksi terletak pada homogenitas pertumbuhan tanaman sedangkan paket petani pertumbuhan tanaman tidak homogen. Dari semua parameter pengamatan yang dilakukan memperlihatkan perbedaan, mulai dari pertumbuhan tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol, demikian juga hasil serta komponen hasil paket introduksi memperlihatkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dari paket petani. Hasil tertinggi diperoleh pada paket introduksi 6,78 t/ha sedangkan paket petani hanya 3,22 t/ha terjadi peningkatan 3,56 t/ha atau (31,73%) bila menggunakan paket introduksi (Tabel 4). Tabel 4. Pertumbuhan dan hasil tanaman kajian paket teknologi budidaya jagung pada lahan kering Parameter pengamatan Hasil Pengamatan Introduksi teknologi Cara petani Tinggi tanaman (cm) 266,76 168,44 Tinggi letak tongkol (cm) 148,65 140,88 Lingkaran tongkol (cm) 16,34 13,90 Jumlah baris/tongkol 15,68 14,08 Jumlah biji/baris 39,65 30,56 Berat 100 biji (g) 31,76 27,22 Produktivitas (t/ha) 6,78 3,22 Paket introduksi teknologi yang dicobakan lebih tinggi dari laporan Badan Pusat Statistik (2009) 3,64 t/ha dan hasil paket introduksi juga lebih tinggi dari hasil penelitian Mawardi dan Edi (2007) menggunakan varietas yang sama 5,3 t/ha. Terjadinya perbedaan pertumbuhan, hasil dan komponen hasil pada aplikasi teknologi budidaya jagung pada lahan petani demonstrator diduga disebabkan oleh (a) berbedanya populasi tanaman; (b) berbedanya jumlah, waktu dan sumber pupuk yang digunakan. Paket introduksi menggunakan jarak tanam 75 cm x 25 cm satu biji per lubang tanam, sedangkan paket petani menggunakan jarak tanam 75 cm x 40 cm dua biji per lubang tanam. Dengan berbedanya jarak tanam akan membedakan jumlah populasi dan diduga berpengaruh terhadap fotosintesa yang akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman. Demikian juga halnya pemupukan pada paket introduksi pupuk yang digunakan Urea 150 kg, SP-36 50 kg, KCl 50 kg dan 5000 kg pupuk trichokompos per hektar, sedangkan pada paket petani Urea 300 kg, SP-36 100 dan 75 kg KCl per hektar. Pemberian pupuk pada lahan introduksi setengah dosis anjuran, sedangkan pada paket petani sesuai anjuran pada umur 15 hari sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Pemberian pupuk organik pada teknologi introduksi juga diduga memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih baik, hal yang sama dikemukakan oleh Bawolye (2006) bahwa penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk organik dalam budidaya tanaman merupakan kebutuhan pokok disamping penggunaan pupuk kimia. Selanjutnya Amril et al. (2001) menyatakan penggunaan pupuk kandang yang diinkubasi dengan trichoderma pada tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai (25%). Kelayakan Ekonomis Secara umum usahatani jagung dengan teknologi introduksi, lebih menguntungkan dibanding teknologi petani. Walaupun dari komponen biaya terlihat bahwa teknologi introduksi lebih tinggi dari teknologi petani, namun dari segi produktivitas lebih tinggi sehingga dapat

memberikan keuntungan kepada petani. Total biaya yang diperlukan pada teknologi introduksi adalah sebesar Rp.7.0.000/ha, dimana terjadi penambahan biaya untuk pupuk trichokompos seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis usahatani jagung pada lahan introduksi teknologi Uraian Petani demonstrator Petani non demonstrator Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp) Penerimaan Produksi (t/ha) @3000 6,78 20.340.000 3,22 9.660.000 Biaya bahan Benih (kg/ha) @110000 20 2.200.000 30 3.300.000 Urea @1200 150 180.000 300 360.000 SP36 @1600 50 80.000 100 160.000 KCl @8000 50 400.000 100 800.000 Trichokompos @4000 5000 2.000.000 0 0 Pestisida nabati (l/ha) @10.000 10 100.000 0 0 Pestisida kimia @38.000 0 0 5 190.000 Sub total 4.960.000 4.810.000 Tenaga kerja Olah tanah (HTK) @70000 5 350.000 5 350.000 Menanam (HOK) @25000 12 300.000 12 300.000 Memupuk (HOK) @25000 8 200.000 8 200.000 Menyiang (HOK) @25000 20 500.000 20 500.000 Pengendalian OPT (HOK) 5 125.000 5 125.000 Panen (HOK) @25000 20 500.000 20 500.000 Angkut (HTK) @35000 5 175.000 5 175.000 Prosesing (HOK) @35000 12 300.000 12 300.000 Sub total 2.450.000 2.450.000 Total biaya 7.0.000 7.260.000 Pendapatan 12.930.000 2.400.000 R/C ratio 1,74 0,33 MBCR 71,2 Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi adalah sebesar Rp.12.930.000/ha, sedangkan teknologi petani sebesar Rp.2.400.000/ha. Perbedaan keuntungan yang sangat menyolok disebabkan oleh tingkat produktivitas yang dicapai. Nilai indek R/C ratio menunjukkan bahwa teknologi introduksi dapat memberikan tambahan keuntungan yaitu: dengan R/C ratio 1,74 sedangkan teknologi petani dengan R/C ratio sebesar 0,33. Hal ini berarti bahwa tambahan input Rp.100,- pada teknologi introduksi memberikan keuntungan sebesar Rp.174,- sedangkan teknologi petani memberikan keuntungan sebesar Rp.33,- Teknologi petani secara finansial masih menguntungkan, tapi jauh lebih kecil dibandingkan keuntungan petani yang menerapkan teknologi introduksi.

Introduksi teknologi pada budidaya jagung memberikan dampak positif kerena keuntungannya cukup memadai dan MBCR nilai yang dicapai cukup tinggi yaitu 71,20 (nilai kelayakan finansial MBCR >1) sehingga teknologi yang diterapkan sangat layak untuk diusahakan oleh petani (Tabel 5). KESIMPULAN 1. Penerapan introduksi teknologi pertanian ramah lingkungan pada budidaya jagung dapat mencapai produktivitas (potensi hasil) sebesar 6,78 t/ha; 2. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi introduksi sebesar Rp.12.930.000,- dengan R/C ratio 1,74, sementara teknologi petani memperoleh keuntungan sebesar Rp.2.400.000,- dengan R/C ratio 0,33; 3. Teknologi inroduksi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 3,56 t/ha, dan dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp.0.530.000,-/ha dari teknologi petani; 4. Perbaikan teknologi budidaya jagung perlu dilakukan, untuk peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani. DAFTAR PUSTAKA Amril, B., F. Nurdin, Yulimasni, Syafril, M. Arsyad, dan A. Warman, dan S. G. Dewi. 2001. Pengkajian Teknologi Menunjang Agribisnis Sayuran di Sumatera Barat. Laporan hasil Pengkajian BPTP Sukarami. Badan Pusat Statistik, 2009. Provinsi Jambi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi. Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk Kandang. Sumber: IRRI Rice Knowledge Bank (masukan dari V.Balasubramanian dan M.Bell).http://www.pustaka-deptan.go.id/ publikasi/wr276057.pdf [30 Agustus 2008]. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2007. Pedoman Standar Minimal BPP Model di Sumatera Barat, Sumatera Barat. Mawardi, E. dan S. Edi, 2007. Perbaikan Komponen Paket Pemupukan Dalam PTT Jagung Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Prosiding Lokakarya Percepa-tan Penerapan IPTEK dan Inovasi Teknologi Mendukung Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pembangunan Pertanian. Jambi. Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jambi. Pemda Provinsi Jambi. Sumarno, 2008. Konsep Usahatani Lestari dan Ramah Lingkungan. Makalah Seminar Hasil- Hasil Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balitkabi Malang, 8-9 Maret 2008.