BAB I PENDAHULUAN. Tafsir menurut bahasa berasal dari kata Al-Fasr yang berarti menjelaskan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB II METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI MUNASABAH

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode tafsir bi al-ma tsur dan tafsir bi al-ra yi. 1

BAB II METODE MUQARIN DAN TEORI TAFSIR

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu al-qur an juga merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk umat Islam dalam

BAB IV ANALISA TERHADAP STANDAR PENILAIAN MUHAMMAD HUSEIN AL-ZAHABI. penulis menilai bahwa tentunya sangat berkualitas penuh dengan pembahasan

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kitab suci yang telah diturunkan Allah kepada Nabi

Membahas Kitab Tafsir

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

Mukadimah. Pengkajian

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Al-Salibiy, Pengantar Studi al-qur an, Terj. Moch. Mukhdlori dkk, al-ma arif, Bandung, 1987, hlm. 18.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an yang secara harfiah berarti "bacaan sempurna" merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN. 1. Syaikh Abu Bakar Jabir al-jazairi merupakan salah satu ulama yang

BAB III METODOLOGI TAFSIR

TUGAS MATA KULIAH STUDI AL QUR AN MAKALAH dan PRESENTASI ASBABUN NUZUL

BAB II PENGERTIAN ALQURAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB II MANHAJ AL-MUFASSIRI<N; TINJAUAN UMUM DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA. Kata manhaj merupakan salah satu bentukan kata dari akar kata nahaja yang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB II BIOGRAFI IBNU KATSIR

Pendidikan Agama Islam

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

TAFSIR BI AL-RA YI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENAFSIRAN ALQURAN. Oleh Moh. Arsyad Ba asiyen STAIN Datokarama Palu, Jurusan Ushuluddin

dan Ketegasannya Terhadap Syiah

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Tafsir Surat Al-Kafirun

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Saw. melalui perantara Malaikat Jibril dengan lafad dan

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA

FORMAT ILMU TAFSIR PADA ERA MASYARAKAT PLURAL. Masruchin Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tauhid dengan sumber utamanya Al-Qur an- yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan pemeliharaan dari Allah atas keotentikannya.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG TAFSIR AL-MARAGHI. Muhammad Ibn Abd al-mun in al-qadhi al-maraghi. Ia lahir pada tahun 1300 H/

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Manusia membutuhkan rambu-rambu lalu lintas yang memberinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia shaleh dan masyarakat utama yang berdiri di atas petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril (ruh al-amin). Al-Qur an. menata kehidupan di dunia dan di akhirat. Dalam memperkenalkan dirinyaal-

SILABUS PEMBELAJARAN

Sumber Ajaran Agama Islam

KALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL. Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

Zuailan Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB IV PENERJEMAHAN PENAFSIRAN

Allah berfirman. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang bergejolak di dalam dada.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

BAB VI PENUTUP. Allah dalam juz amma dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menurut pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam kitabnya

METODE DAKWAH DALAM AL-QUR A<N (STUDI KOMPARATIF ATAS TAFSIR FI< Z}ILA<L AL-QUR A<N DAN TAFSIR AL-MISHBA<H{)

`BAB I A. LATAR BELAKANG

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

( Word to PDF Converter - Unregistered )

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Surah Al- Alaq, ayat 1-5. Surah Al-Fatihah. Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4. Bismillah. Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran)

Memburu Malam Seribu Bulan

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

HIERARKI PRIORITAS PENDIDIKAN PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN (SEBUAH KAJIAN TAFSIR TAHLILI QS. LUQMAN AYAT 12-15)

Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tafsir Al-Qur an akan berlangsung hingga akhir zaman. Masa yang

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUMBER-SUMBER PENAFSIRAN AL-QUR AN

TANYA JAWAB SEPUTAR FIQIH dan SURAT AL-FATIHAH

TAKFIR DAN HAK BERBEDA PENDAPAT

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsensus kaum muslimin. Ia dinamakan Al Fatihah (pembuka)

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

BAB II PENGENALAN TENTANG MUFASSIR. bin Umar bin Katsir bin Dhou bin Katsir bin Zarin al-qurasy asy-syafi i. M. namun beliau dibesarkan di Damaskus.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tafsir menurut bahasa berasal dari kata Al-Fasr yang berarti menjelaskan dan menerangkan makna yang abstrak, kata At-Tafsîr berarti menyingkap maksud sesuatu lafazh yang musykil (sulit). Sedangkan tafsir menurut isthilah sebagaimana didefinisikan az-zarkasyi, tafsir ialah ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, menjelaskan maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya. 1 Pertumbuhan tafsir dimulai pada masa Nabi dan Sahabat, Nabi menafsirkan Al-Qur an dengan bimbingan wahyu dari Allah Swt. Para sahabat menafsirkan Al-Qur an dengan menanyakan langsung pada Nabi, dan ber-ijtihad. Salah satu contoh penafsiran Nabi: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman, mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S Al-An am, 82) 1 Manna Khalil al-qattan Studi ilmu-ilmu Qur an hal. 455-457

2 Para sahabat saat itu merasa kebingungan dan bertanya kepada Nabi, Wahai Rasulullah siapa diantara kami yang berbuat zhalim tehadap dirinya? Nabi Menjawab, Maksud zhalim itu adalah sebagaimana Firman Allah: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar ke-zhalim-an yang besar". (Q.S Luqman, 13) Jadi Nabi menjelaskan kepada para sahabat, bahwa yang dimaksud dengan lafazh zhalim pada surat Al-An am ayat 82 adalah ke-musyrik-an sebagaimana dijelaskan pada surat Luqman ayat 13. 2 Begitu mudahnya menafsirkan Al-Qur an pada masa-masa itu. Sehingga tidak timbul permasalahan atau perbedaan yang berarti pada saat itu. Sumber tafsir sahabat adalah Al-Qur an, hadits-hadits Nabi, ijtihad, dan para Ahl Al-Kitab dalam menafsirkan Al-Qur an. 3 Pada masa tabi în, masa-masa mulainya timbul permasalahan, karena banyaknya para kaum Yahudi dan Nashrani masuk Islam, dan mereka 99-100 2 Rosihon Anwar, Penafsiran Al-Qur an dalam Perspektif Nabi Muhammad SAW, hal. 3 Muhammad Husain Adz-Dzahabi, Tafsîr wal Mufasirûn, Juz I, hal. 31

3 menggunakan cerita-cerita Isra iliyat untuk menafsirkan Al-Qur an, serta munculnya corak madzhab tertentu dalam tafsir, dan perbedaan antara tabi în mengenai tafsir yang diriwayatkan dari Sahabat. 4 Masa pembukuan tafsir dimulai pada akhir Dinasti Umayah dan awal Dinasti Abbasiyah. Dalam hal ini tafsir masih dalam cakupan salah satu bab dari buku-buku hadits, dengan kata lain dalam hal ini tafsir belum memuat secara khusus dalam sebuah kitab tafsir Al-Qur an, surat demi surat dan ayat demi ayat, dari awal sampai akhir. Berawal dari golongan ulama yang periwayatan tafsirnya di-nisbat-kan pada Nabi, sahabat atau tabi în. Meraka diantaranya ialah Yazid bin Harun As- Sulami (w. 117H), Syu bah bin Al-Hajjaj (w. 160H), Wâki bin Jarrah (w. 197H). yang karya-karyanya dapat ditemukan berupa nukilan-nukilan yang terdapat di dalam kitab-kitab tafsir bi Al-Ma tsûr. Dan golongan selanjutnya ialah generasi berikutnya yang menuliskan tafsir secara khusus sebagai ilmu tersendiri, dan terpisah dari hadits, serta menafsirkan Al-Qur an sesuai dengan tartib mushhaf Utsmâni. Diantaranya ialah Ibnu Majjah (w. 273 H), dan Ibnu Abi Hâtim Ar-Razi (w. 327 H). 5 Sumbangsih Ibnu Abi Hâtim pada bidang tafsir saat itu, salah satunya ialah kitab Tafsir Al-Qur an Al- Azhîm atau sering disebut juga dengan Tafsir Ibnu Hâtim Ar-Râzi, beliau dilahirkan di kota Rayy. Rayy adalah sebuah kota tua 4 Muhammad Husain Adz-Dzahabi, ibid. Juz I, hal. 129 5 Manna Khalil al-qattan op.cit. hal. 476-477

4 yang letaknya berdekatan dengan Tehran. 6 Di sebagian penafsirannya beliau memaparkan perbedaan penafsiran, akan tetapi beliau tidak menjelaskan pendapat mana yang lebih kuat. 7 Kitab tafsir bi Al-Ma tsûr Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi (w. 327 H) berbeda dengan kitab-kitab tafsir bi Al-Ma tsûr lainnya, beliau menafsirkan menafsirkan Al-Qur an dengan cara bi Al-Ma tsûr saja, dan tidak menggunakan Ra yunya. Sebagaimana susunan kitab tafsir lainnya, menampilkan ayat yang akan dibahas, dan menafsirkannya dengan cara bi Al-Ma tsûr, lalu memaparkan pendapat ulama- ulama tafsir lain dan Ra yunya. Contohnya, di sebagian penafsiran kitab tafsir Jami Bayân Fî Tafsîr Al-Qur an karya Ibnu Jarir At-Thabariy (w. 310 H). Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi lahir saat itu keadaan di kota Rayy penuh dengan konflik-konflik perselisihan antara Ahl Al-Ra yu dan Ahl Al-Hadits, yang mewakili penduduk Hijaz dan Kufah. Dan Ahl Al-Ra yu pada saat itu lebih dominan dibandingkan Ahl Al-Hadits. Salah satu gurunya yakni, Abi Zur ah yang awalnya dari golongan Ahl Al-Ra yu dan beralih ke golongan Ahl Al-Hadits, ia dikucilkan dan dipenjara, serta dipukuli karena dinggap bersebrangan dengan mayoritas. 8 Dari hal tersebut, tidak menutup kemungkinan beliau mempersembahkan kitab tafsirnya sebagai salah satu bentuk pembelaannya terhadap golongan Ahl Al-Hadits yang dituangkan ke dalam sebuah karya. 6 Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi, Tafsîr Al-Qur an Al- Azhîm (Tahqiq As ad Muhammad Thayyib), Jilid I, Hal. 7 7 Ibid, hal. 34 8 http://suakakata.blogspot.com/2009/07/pemikiran-hadis-ibn-abi-hatim-al-razy.html

5 Dengan demikian, latar belakang di atas yang menjadikan alasan penulis untuk meneliti lebih dalam lagi karakteristik kitab Tafsir Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi. Sehingga penelitian ini penulis beri judul: KARAKTERISTIK TAFSIR AL-QUR AN AL- AZHÎM KARYA IBNU ABI HÂTIM AR-RÂZI (w. 327 H). B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti karakteristik kitab Tafsîr Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana sumber Tafsîr Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi? 2. Bagaimana metode Tafsîr Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi? 3. Bagaimana corak Tafsîr Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi? C. Tujuan Penilitaian Adapun tujuan penelitiannya sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sumber Tafsîr Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi. 2. Untuk mengetahui metode Tafsîr Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi.

6 3. Untuk mengetahui corak metode Tafsîr Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi. D. Kerangka Pemikiran Kata karateristik dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti memiliki sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. 9 Oleh karena itu, karakteristik dalam pembahasan tafsir ialah sifat khas atau ciri khusus suatu kitab tafsir yang dapat diidentifikasikan melalui sumber penafsiran, metode penafsiran, dan corak penafsiran. Adapun yang dimaksud dengan sumber tafsir adalah sandaran atau dasardasar penafsiran ayat-ayat Al-Qur an, dari sini dapat ditemukan penafsiran yang bersumberkan kepada riwayat atau hasil ijtihad ulama tafsir. Dan sumber tafsir tersebut ialah sumber tafsir bi Al-Ma tsûr dan bi Al-Ra yi. Sumber tafsir bi Al- Ma tsûr adalah penafsiran Al-Qur an yang merujuk pada Al-Qur an itu sendiri, hadits-hadits Nabi, atsar-atsar sahabat dan tabi în. Sedangkan bi Al-Ra yi adalah suatu penafsiran al-qur an berdasarkan kemampuan ijtihad para ulama tafsir itu sendiri baik dari pemahaman kebahasaannya dan ilmu pengetahuan lainnya. 10 Kemudian, yang dimaksud dengan metode adalah cara kerja yang teratur untuk dapat melakukan suatu kegiatan dengan mudah agar tercapai maksud yang ditentukan. 11 Kata metode bila dikaitkan dengan studi tafsir Al-Qur an, maka dapat diartikan sebagai suatu cara yang teratur dengan pemikiran secara baik, demi tercapainya pemahaman yang benar dari apa yang dimaksudkan Firman 682 9 Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahsa Indonesia, hal. 10 Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur an, hal.134 11 Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,op.cit, hal. 1022

7 Allah SWT dalam al-qur an, yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammd SAW. 12 Dalam hal ini para mufassir telah mengklasifikasikannya menjadi empat macam metode, yaitu Tahlili, Ijmâli, Muqâran, dan Maudlû i. Pertama, tafsir dengan metode Tahlili adalah penafsiran ayat-ayat Al- Qur an secara analitis dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat ditafsirkan sesuai dengan kemampuan mufassir tersebut, baik dari aspek kosa kata (mufradat), aspek ulum Al-Qur an, dan lain-lain. serta sistem penulisannya sesuai dengan mushhaf Ustmâni, dimulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat An-Nas. Kedua, metode tafsir Ijmâli (global) adalah penafsiran Al-Qur an secara singkat dan global, dengan tidak menggunakan uraian yang panjang lebar, akan tetapi mencakup makna yang dikehendaki, sesuai dengan susunan mushhaf Utsmâni, praktis dan maknanya mudah dipahami. Tafsir dengan metode ini hanya menjelaskan arti dan maksud secara singkat tanpa menerangkan hal-hal lain, selain makna yang dimaksud. 13 ketiga, metode tafsir Muqâran adalah teknik penafsiran Al-Qur an dengan cara membandingkan pendangan mufassir dengan mufassir lainnya tentang ayatayat tertentu. Menjelaskan kencenderungan masing-masing mufasir, dan mengungkap sisi-sisi subjektivitas mereka, yang dapat dilihat dari golongan atau madzhab yang dianutnya. Selain itu, metode ini juga membandingkan suatu ayat 12 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur an (kajian kritis terhadap ayat-ayat yang beredaksi mirip), Hal. 55 13 Acep Hermawan, Ulumul Qur an Ilmu Untuk Memahami Wahyu, Hal.117-118

8 dengan ayat lainnya, atau perbandingan ayat dengan hadits. Kedua perbandingan itu mempersoalkan hal yang sama. 14 Ketiga, metode tafsir Maudhû i merupakan suatu penafsiran yang dilakukan dengan cara mehimpun ayat-ayat Al-Qur an yang sesuai dengan tema atau judul yang telah ditentukan. Semua ayat-ayat Al-Qur an tersebut dikaji secara mendalam dan tuntas dari segala aspeknya seperti Asbab An-Nuzûl, kosakata, Istinbath (penetapan) hukum, dan lain-lain. 15 Corak adalah bunga atau gambar-gambar yang berwarna-warna pada kain tenunan, anyaman dan lain-lain. Bisa juga diartikan dengan berjenis-jenis warna pada warna dasar kain, bendera dan lain-lain. atau suatu paham, macam, bentuk yang tertentu. 16 Corak yang berkaitan dengan tafsir Al-Qur an merupakan warna suatu penafsiran Al-Qur an, yang biasanya dapat terlihat melalui kecenderungan suatu aliran madzhab tertentu atau disiplin ilmu yang ditekuni oleh mufassir, serta tujuan mufassir menafsirkan Al-Qur an. Contohnya corak tafsir Shûfi, Falasafi, Fiqhi, Ilmi, Al-Adabi Wa Al-Ijmâ i, Lughawi, dan lain-lain. Karena corak tafsir itu berkaitan dengan aliran madzhab dan latar belakang yang dimiliki mufassir, maka corak tafsir akan terus berkembang dan ra yu-nya tidak terpaku hanya pada contoh di atas. Corak tafsir dapat diketahui dari hasil penafsiran mufassir yang di dalam penafsirannya banyak membahas pada stasiun-stasiun tertentu. Berikut ini adalah beberapa stasiun-staiun penafsiran Al-Qur an. Apabila hasil penafsiran mufassir banyak membahas tentang ke-zuhud-an dan hulu, wahdah wujud, dan itthâd 14 Kadar M. Yusuf, op.cit, hal. 144 15 Nashruddin Baidan, op.cit, Hal. 72 16 Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,op.cit, hal. 291

9 dalam menafsirkan Al-Qur an, maka penafsirannya bercorak shûfi. jika mufassir banyak membahas tentang ilmu kalam atau lebih kepada penjelasan para ahli filsafat dalam menafsirkan Al-Qur an, maka corak penafsirannya falsafi. Apabila mufassir banyak membahas tentang hukum-hukum syari at Islam dalam menafsirkan Al-Qur an, maka penafsiranya bercorak fiqh. Dan bagi mufassir yang banyak membahas tentang ilmu pengetahuan modern dalam menafsirkan Al- Qur an, maka penafsirannya bercorak ilmi. Begitupun halnya dengan para mufassir yang banyak membahas tentang sastra, kesopanan, dan kehidupan sosial dalam menafsirkan Al-Qur an, maka penafsirannya bercorak Al-Adabi wa Al- Ijtimâ i. Serta mufassir yang banyak membahas tentang sisi kebahasaan, semantik, dan balaghah dalam menafsirkan Al-Qur an. Maka penafsirannya bercorak lughawi. Corak tafsir Shûfi yaitu suatu karya tafsir yang diwarnai dengan teori-teori atau pemikiran tasawuf, baik tasawuf teoritis (Tasawuf An-Nazari) maupun praktis (Tasawuf Al- Amali). Yang dimaksud dengan tasawuf teoritis adalah tasawuf yang berdasarkan pada kajian teori-teori tasawuf seperti Wahdah Al- Wujud, Al-hulu, Dan Al-Ittihâd. Sedangkan tasawuf praktis adalah tasawuf yang didasarkan atas zuhud dan menghabiskan waktu untuk ketaatannya kepada Allah. Kemudian, corak tafsir Falasafi merupakan suatu karya tafsir yang bercorak filsafat. Artinya, dalam menjelaskan makna suatu ayat, mufassir mengutip atau merujuk pada pendapat para filosof. Dan adapun corak tafsir Fiqhi ialah suatu penafsiran Al-Qur an dengan bercorak fiqh. Maksudnya di dalamnya berisikan kandungan ayat Al-Qur an mengenai hukum, baik hukum Ibâdah

10 maupun Mu âmalah. Selanjutnya, corak tafsir Ilmi yaitu penafsiran Al-Qur an yang bercorak ilmu pengetahuan modern, khususnya sains eksakta. Dan yang dimaksud dengan corak tafsir Al-Adabi wa Al-Ijmâ i adalah secara istilah corak ini terbagi menjadi dua kata, yaitu Al-Adabi yang berartikan kesopanan dan Al- Ijtimâ i berartikan sosial. Dengan demikian, corak tafsir ini berusaha memecahkan permasalahan kemanusian pada umumnya dan umat Islam khususnya, sesuai dengan petunjuk Al-Qur an yang dipahaminya. 17 Sedangkan, corak tafsir Lughawi adalah suatu karya penafsiran Al-Qur an dengan pembahasan dari segi ilmu Nahwu dan Lughah-nya, biasanya mufassir menguatkan Lughah-nya dengan menggunakan syair-syair di dalamnya. 18 Dengan demikian, penjelasan kerangka pemikiran di atas yang akan penulis jadikan pisau analisis dalam meneliti karakteristik Tafsir Al-Qur an Al- Azhîm Karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi. E. Langkah-langkah Penilitian Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang menjelaskan objek yang sedang dikaji. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa langkah penelitian yaitu: 1. Sumbar Data Tafsir, hal. 213 Data penelitian ini berasal dari berbagai jenis sumber yang ada hubungannya dengan objek yang dikaji. Adapun penulis menentukan datadata ini diperlukan penelitian dari berbagai sumber data, baik dari kitabkitab, buku-buku, atau sumber lainnya yang berhubungan dengan objek 17 Kadar M. Yusuf, op.cit, hal. 158-162 18 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur an &

11 yang dikaji. Data-data tersebut dapat diklarifikasikan kepada dua bagian yaitu: a. Data Primer. Yaitu sumber yang dijadikan objek permasalahan adalah Tafsir Al-Qur an Al- Azhîm karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi, dan karyakarya lainnya seperti Kitabu Al- Ilal karya Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi. b. Data Sekunder. Yaitu sumber yang membantu atau pelengkap yang berfungsi untuk mengembangkan data dalam pemecahan masalah. Diantaranya buku-buku, karya-karya orang lain yang membahas tentang Ibnu Abi Hâtim Ar-Râzi, berupa website atau artikel-artikel lainyanya, seperti http://suakakata.blogspot.com/2009/07/pemikiranhadis-ibn-abi-hatim-al-razy.html. 2. Penentuan Teknik Pengumpulan Data Penilitian skripsi ini, penulis menggunakan metode book survey (kajian literatur) atau pengkajian kepustakaan. 3. Pengelolahan Data dan Analisis Data Setelah data-data tersebut terkumpul dianalisis dan diolah setiap datanya dan mengacu kepada kerangka pemikiran dengan cara: a. Menginventarisasi data yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. b. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. c. Mengklarifikasikan data yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

12 d. Menginterpretasikan data yang sudah diklarifikasikan berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah tertera di atas. e. Menarik kesimpulan dengan cara deduktif, yakni membahas dan meneliti persoalan yang bersifat umum kemudian dispesipikasikan. Penulis beranggapan dengan cara deduktif akan lebih akurat, dikarnakan pemaparan di dalam kitab tafsir yang akan penulis teliti di atas, menggunakan hal-hal yang hanya bersifat umum dalam menjelaskan ayat-ayat tertentu. Akan tetepi, belum menyimpulkannya ke dalam satu kesimpulan akhir.