Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

Rimba Arif Rusmana 1) 1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111,

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

Satria Duta Ninggar

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Indonesia Water Learning Week

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*) Bibit Supardi, S.Pd., MT adalah guru SMAN 3 Klaten dan Alumni S2 Mikrohidro Magister Sistem Teknik UGM.

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono

STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer dan. warnet. Kebutuhan energi lisrik yang terus meningkat membuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PEMBANGKIT MIKRO HIDRO : TEKNOLOGI, SURVEY & DESAIN, IMPLEMENTASI KONSTRUKSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Versi 27 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PEMANFAATAN TINJA GAJAH UNTUK GENERATOR LISTRIK BIOGAS DI BALI SAFARI & MARINE PARK KABUPATEN GIANYAR - BALI

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

MEMBANGUN DESA MANDIRI ENERGI BERBASIS PLTMH DI KABUPATEN KLATEN. OLEH : BIBIT SUPARDI, S.Pd., MT

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

Oleh: Bayu Permana Indra

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dan target untuk mendukung pengembangan dan penyebaran teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

Transkripsi:

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi = 422.580 MWh Dengan demikian didapat rata-rata konsumsi tiap pelanggan adalah : 422.580 MWh/255.552 pelanggan = 1,65 MWh/pelanggan Maka proyeksi pelanggan baru untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi 80% didapatkan sebanyak 29955 pelanggan baru. Jadi konsumsi energi listriknya mencapai : 29955x1,65 = 49.426 MWh

Tahap III Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 90% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2017 dengan : Jumlah pelanggan = 263.872 pelanggan Konsumsi energi = 599.090 MWh Dengan demikian didapat rata-rata konsumsi tiap pelanggan adalah : 599.090 MWh/263.872 pelanggan = 2,27 MWh/pelanggan Maka proyeksi pelanggan baru untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi 90% didapatkan sebanyak 39807 pelanggan baru. Jadi konsumsi energi listriknya mencapai : 39807x2,27= 90.361,89 MWh

Tahap IV Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 100% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2020 dengan : Jumlah pelanggan = 272.515 pelanggan Konsumsi energi = 872.725 MWh Dengan demikian didapat rata-rata konsumsi tiap pelanggan adalah : 872.725 MWh/272.515 pelanggan = 3,2 MWh/pelanggan Maka proyeksi pelanggan baru untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi 100% didapatkan sebanyak 45158 pelanggan baru. Jadi konsumsi energi listriknya mencapai : 45158 x 3,2 = 144.505,6 MWh

Analisa Potensi Energi dan Ketenagalistrikan Potensi Energi Tidak Terbarukan (Non-Renewable Energy) Kab. Lamongan 0,15 % Jawa Timur 99,85% Produksi: 110 Barrel per Hari Lokasi Sumur Gondang 1

Analisa Potensi Energi dan Ketenagalistrikan Potensi Energi Terbarukan (Renewable Energy) Biogas Energi Angin Kab. Lamongan Energi Gelombang Laut Energi Surya Energi Air Sektor Ketenagalistrikan Biomassa Sektor Transportasi

1. Biogas Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap Jenis Kotoran

Berapa Potensi Biogas di Kab. Lamongan???? Kecamatan Mantup dengan potensi energi biogas sebesar 2157,75 m 3 setara dengan energi listrik sebesar 970,99 MWh per tahunnya dengan efektifitasnya 10% maka 97,1 MWh per tahunnya. Maka memiliki kapasitas daya sebesar 11,08 kw. Untuk pemanfaatannya akan dilakukan dengan menempatkan potensi biogas pada 15 Desa di Kecamatan Mantup untuk menciptakan Desa mandiri energi.

2. Energi Angin Pa 0,5 v 3 8 365 1000 LDP a t P 100 a 1 Rata-rata kec. Angin 6,058 m/detik dengan : Pa = Potensi Energi Angin dalam kwh/tahun = 16 27 = Densitas Udara = 1,18 kg/m 2 V = kecepatan angin dalam m/detik LDP = Luas (Daerah Potensi) P = Prosentase luas DP yang dipergunakan untuk energi angin. (1%) a l = Luas tangkapan angin dalam m 2 = ¼..D 2 D = Diameter rotor blade a t = Luas lahan yang dibutuhkan untuk 1 (satu) turbin angin dalam m 2

Perhitungan potensi tenaga angin dilakukan dengan nilai : 1. Diameter rotor blade yang digunakan 3 m sehingga luas tangkapan angin untuk satu buah turbin angin sebesar 7,065 m 2. 2. Luas daerah yang dibutuhkan untuk satu turbin angin adalah 5 x 5 m 2. 3. Energi angin perhari diperoleh selama 8 jam (1/3 hari). 4. Prosentase daerah potensi yang digunakan adalah 1% luas Kabupaten Lamongan. Luas Kab. Lamongan adalah 1.812,8 10 6 m 2 Pa 16 27 0,5 1,18 6,058 3 1.812,28 10 8 365 1000 5 5 6 1 100 7,065 Pa 40.730 MWh/tahun P 40,042 GWh/tahun 8760 40,73 GWh/tahun 4,65 MW

3. Energi Gelombang Laut Rata-rata tinggi gelombang 2,42 m P 2 ρ g H 8 2 1025 9,8 2,42 P 8 3,14 P 703,65 MWh/tahun P 2 703,65 MWh/tahun 8760 T 24 365 PP p 1000 100 10 24 365 35 1 1000 100 2 80,32 kw dengan : P = Daya gelombang (W/m) kg = Berat jenis air = 1025 3 m H = Tinggi gelombang (m) m G = Gravitasi bumi = 9,8 2 dt T = Perioda gelombang (det) PP = Panjang garis pantai (35 km) p = Prosentase panjang garis pantai = 1%

4. Energi Surya Radiasi Harian Rata-rata energi surya di Jawa Timur adalah 4,3 kw/m 2 Fluks energi radiasi yang sampai ke atmosfir bumi adalah sekitar 1 kw/m 2 Ps Rs LDP P 100 365 dengan : Ps = Potensi energi surya (MW) Rs = Radiasi harian rata-rata (kw/m 2 ) LDP = Luas daerah potensi (m 2 ) P = Prosentase daerah potensi (%) Ps 4,3 1.812.800.000 Ps 3555 GWh 1 100 365 Jika pemanfaatnnya diasumsikan 50% dari potensi yang ada maka : 355,5 x50% = 177,75 GWh P 177,75 GWh 8760 20.290 kw

5. Energi Air Kecamatan Babat S. Bengawan Solo 68 km

Sumber :Ditjen Listrik dan Pengembangan Energi 2007, Jakarta P η t.g.q.h dengan : P = Daya yang dihasilkan (KW) G = 9,81 Q = Debit air (m 3 /detik) H = Tinggi jatuh air (m) η t = Efisiensi turbin = 87% Bendungan Gerak Babat P 0,87.9,81.405,54.10 P 34,61 MW

6. Biomassa

Analisa Aspek Ekonomi Harga Jual Energi Listrik Analisa Harga Jual Energi Parameter : Biaya Pembangkitan US$/kW Suku Bunga untuk Capital Recovery Factor Life Time Capital Investment Cost Faktor Kapasitas Capital Cost Operasions and Maintanance Cost Total Cost Daya Beli Masyarakat Kebijakan CDM (Clean Development Mechanisn) Harga Jual Tidak Terjangkau Sharing Pendanaan Harga Jual Terjangkau Pemasukan Pemerintah

Analisa Aspek Ekonomi Harga Jual Energi Listrik Daya Beli Energi Listrik Rumah Tangga = Rp. 511,8 /kwh Harga Jual Listrik

Analisa Investasi Penggunaan Pembangkit Energi Terbarukan dengan Kebijakan Sharing Pendanaan

Kebijakan Clean Development Mechanism (CDM)

Prioritas Penggunaan Energi Terbarukan yang Sesuai Untuk Ketenagalistrikan Kabupaten Lamongan Berdasarkan Analisa Keputusan Teknis A. Cadangan bahan Baku B. Penguasaan Teknologi Lingkungan A. Penanganan Limbah B. Penanggulangan bila terjadi pencemaran C. Akibat Pencemaran terhadap makhluk hidup Pengembangan Kedepan Energi dan Ketenagalistrikan Daerah

PENUTUP Kesimpulan : 1. Konsumsi energi Kabupaten Lamongan pada setiap sektor masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik. Sektor rumah tangga konsumsi listrik mencapai 40,57% dan konsumsi BBM mencapai 47,68%, sektor transportasi ketergantungan pada BBM masih tinggi ini dapat dilihat bahwa penggunaan solar dan premium mencapai 98% dan sektor industri konsumsi BBM dan listrik juga masih mendominasi yaitu 40,67% konsumsi BBM dan 45,59% konsumsi listrik. 2. Dari hasil peramalan dengan metode regresi linear berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik dalam kurun waktu 15 tahun sebesar 17,45 % per tahun, sedangkan dengan metode DKL 3,01. laju pertumbuhannya rata-rata sebesar 17,44 % per tahun. 3. Pada analisa peningkatan rasio elektrifikasi, Tahap pertama konsumsi energi listrik mencapai 106,468 GWh, tahap kedua 49,43 GWh, tahap ketiga 90,36 GWh, dan tahap keempat 144,51 GWh untuk pemenuhan pelanggan baru. Jadi diperkirakan pada tahun 2020 ratio elektrifikasi Kabupaten Lamongan mampu mencapai 100%.

PENUTUP Kesimpulan : 4. Harga jual energi terbarukan dengan pertimbangan daya beli masyarakat dan sharing pendanaan : Biogas rata-rata Rp. 342 /kwh, Energi angin ratarata Rp. 332 /kwh. Energi gelombang laut rata-rata Rp. 454 /kwh dengan i=6% dan 9%. Energi surya Rp. 500 /kwh pendanaan 80:20. Energi air ratarata Rp. 288 /kwh. Daya beli energi listrik Rp. 511,8 /kwh. 5. Prioritas penggunaan potensi paling pertama adalah energi air, kedua biogas, ketiga biomassa, keempat energi surya, kelima energi gelombang laut dan keenam energi angin. Kebijakan yang dilakukan adalah program konservasi energi yang diantaranya adalah Manajemen sisi penyediaan (Supply Side Management) dan Manajemen sisi permintaan (Demand Side Management).

PENUTUP Saran : 1. Dengan potensi total mencapai 60 MW maka Kabupaten Lamongan seharusnya sudah bisa memenuhi 60% kebutuhan listriknya sendiri. 2. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga didapatkan alternatif untuk diversifikasi dan mendapatkan harga energi yang lebih kompetitif untuk jangka panjang. 3. Perlunya pedoman dasar Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam menyusun kebijakan pembangunan dan pengembangan energi dan kelistrikan.

TERIMA KASIH