PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO BERKELANJUTAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS DAERAH

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS

PEDOMAN TEKNIS SELEKSI TENAGA PENDAMPING KEGIATAN PENGEMBANGAN KAKAO BERKELANJUTAN

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN CENGKEH BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PERLUASAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DI LAHAN KERING TAHUN 2016

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Rempah Tahun

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS Nip

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

PERKEBUNAN KABUPATEN BOGOR

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

DRAFT Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Kapas Tahun 2015 i

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS. NIP i

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

Dairi merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

, ,56 99, , ,05 96,70

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO

PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN TAHUN 2015

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

WALIKOTA PROBOLINGGO

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

Transkripsi:

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO BERKELANJUTAN TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

KATA PENGANTAR Dalam rangka lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani kakao, berbagai upaya dilakukan, diantaranya program peningkatan produksi dan produktivitas komoditas kakao berkelanjutan melalui kegiatan peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, intercroping dan integrasi tanaman kakao, optimalisasi Substasiun serta peningkatan mutu pada wilayah sentra produksi kakao. Agar terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kakao berkelanjutan tahun 2015, maka perlu disusun Pedoman Teknis kegiatan tersebut yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan baik di pusat maupun daerah. Selanjutnya pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat kabupaten/kota sesuai dengan kegiatan yang tertampung dalam DIPA TA. 2015 dan potensi sumberdaya serta kebutuhan di daerah masing-masing. Semoga pedoman teknis ini dapat menjadi acuan kerja bagi para petugas dalam melaksanakan kegiatan dengan baik. Jakarta, 11 Maret 2015 Direktur Jenderal Perkebunan Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 195607281986031001 Pedoman Teknis Daerah Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PEREMAJAAN KEBUN... 1 BAB II. REHABILITASI KEBUN... 10 BAB III. INTENSIFIKASI KEBUN... 19 BAB IV. INTERCROPPING TANAMAN KAKAO DI BAB V. BAWAH TANAMAN KELAPA... 28 INTEGRASI TANAMAN KAKAO DENGAN TERNAK... 37 BAB VI. OPTIMALISASI SUBSTASIUN PENELITIAN KAKAO... 42 BAB VII. PENINGKATAN MUTU... 45 BAB VIII.SATUAN PELAKSANA (SATLAK)... 49 BAB IX. SIMPUL KRITIS... 54 BAB X MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 55 BAB XI. PENUTUP... 59 LAMPIRAN i iv Pedoman Teknis Daerah Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 ii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Peralatan dan Spesifikasi Teknis Yang Digunakan Pada Kegiatan Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015... 60 Lampiran Lampiran Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Peremajaan Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015... 61 Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Rehabilitasi Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015... 63 Lampiran Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Intensifikasi Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015... 65 Lampiran Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Intercropping Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015... 67 Lampiran Paket Bantuan Integrasi Tanaman Kakao dengan Ternak per 1 paket untuk 2 kelompok tani.... 68 Lampiran Kebutuhan peralatan pengolahan kakao pasca panen beserta spesifikasinya... 69 Lampiran Lokasi UPH Berdasarkan Kabupaten... 70 Lampiran Organisasi Satuan Pelaksana... 71 Lampiran Form Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan... 72 Pedoman Teknis Daerah Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 iii

BAB I PEREMAJAAN KEBUN 1. Pendahuluan Luas areal kakao nasional pada tahun 2013 mencapai 1.740.612 Ha atau sekitar 95% dikelola oleh rakyat yang melibatkan sekitar 1,66 juta KK petani. Dari areal tersebut seluas 446.265 Ha merupakan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), 878.253 Ha Tanaman Menghasilkan (TM) dan 416.095 Ha (24%) Tanaman Tidak Menghasilkan/Tanaman Rusak (TTM/TR). Kondisi tanaman yang tidak menghasilkan/rusak tersebut cukup luas yang meliputi tanaman tua, tanaman yang terserang hama penyakit dengan kondisi berat dan tidak produktif. Dalam rangka meningkatkan produksi dan mutu kakao pada tahun 2009 sampai 2013 telah dilaksanakan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao seluas 457.963 Ha termasuk di dalamnya kegiatan peremajaan seluas 80.180 Ha. Setelah tahun 2013 pemerintah tetap memperhatikan kakao sebagai komoditas strategis baik untuk petani muapun bagi devisa negara. Untuk itu pada tahun 2015 pemerintah melaksanakan pengembangan kakao disamping melalui APBN Murni juga melalaui APBN-P. Dalam rangka melaksanakan peremajaan kebun perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi Yang Membidangi Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 1

Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 2. Tujuan Memperbaiki tanaman yang sudah tua, rusak, tidak produktif, dan terserang berat oleh hama dan penyakit melalui penggantian tanaman. 3. Sasaran Terlaksananya peremajaan kebun kakao yang tanamannya sudah tua, rusak, tidak produktif, dan terserang berat hama dan penyakit seluas 8.650 ha yang tersebar di 20 kabupaten di 7 Provinsi. 4. Ruang Lingkup Peremajaan kebun merupakan upaya penggantian tanaman yang tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman baru sesuai standar teknis dengan menggunakan bahan tanaman benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif. 4.1. Persyaratan Kebun Kebun kakao yang akan diremajakan adalah kebun dengan kondisi antara lain: Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 2

- Tanamannya sudah tua (umur >20 tahun) atau rusak. - Jumlah tegakan/populasi tanaman < 50 % dari jumlah standar (1.000 pohon/ha). - Terserang berat Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama (hama PBK dan Helopeltis spp.) serta penyakit (Vascular Streak Dieback/VSD dan Busuk Buah). - Lahan berupa hamparan/berkelompok yang memenuhi persyaratan teknis. 4.2. Benih Menggunakan benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.90/Permentan/OT.140/ 9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao. 4.3. Pestisida Menggunakan insektisida dan fungisida yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. 4.4. Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk (compound) non subsidi Formula Khusus. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 3

- Dikemas dalam karung bertuliskan Pupuk Pengembangan Kakao APBN-P 2015, pada karung ditulis nama provinsi, kandungan pupuk, berat bersih pupuk perkemasan 50kg, nama dan alamat penyedia dan produsen. - Berbentuk granule (butiran)/tablet/briket dengan formula khusus. - Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, NTT, dan Maluku Utara menggunakan jenis dan dosis yang telah ditetapkan berdasarkan hasil analisa tanah. 4.5. Peralatan - Alat semprot (knapsack sprayer) 0,4 unit per hektar. Spesifikasi knapsack sprayer sebagaimana pada lampiran. - Gergaji pangkas 1 unit per hektar. Spesifikasi gergaji pangkas sebagaimana pada lampiran. 4.6. Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN-P untuk bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk pembongkaran/penebangan dan penanaman kakao sebesar Rp. 750.000.- (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar. Bantuan upah kerja diserahkan segera setelah pencairan dana secara tunai kepada petani/kelompok tani atau melalui rekening tabungan kelompok/petani sesuai dengan tahapan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 4

pekerjaan yang telah diselesaikan oleh petani. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi kegiatan pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015 khususnya kegiatan Peremajaan kepada petani kakao dan stakeholder lainnya di lokasi kegiatan. b. Penetapan petani peserta 1) Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut: a) Petani - Pemilik kebun - Berdomisili di wilayah kegiatan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK) - Bersedia melaksanakan kegiatan peremajaan dan mengikuti ketentuan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, merawat kebun dan tidak mengganti tanaman kakao dengan komoditi Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 5

lain (membuat pernyataan tertulis). - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah - Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran - Jumlah anggota kelompok sasaran 20-30 orang. b) Kebun - Luas kebun yang dapat mengikuti kegiatan maksimal 3 (tiga) hektar per petani peserta. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir 4.1. 2) Calon petani/ Calon Lahan (CP/CL) peserta hasil inventarisasi ditetapkan Kepala Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan atas nama Bupati setelah berkoordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, untuk ditetapkan sebagai petani peserta. Bagi satker tidak mandiri penetapan CP/CL sebagai petani peserta oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan atas usulan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 6

c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikut sertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen. Perkebunan. d. Pengadaan Bahan dan Peralatan Pengadaan bahan dan alat kegiatan peremajaan dilaksanakan mengacu kepada Perpres No. 70 Tahun 2012 beserta perubahannya. 1) Benih - Pengadaan benih kakao dilakukan oleh ULP Provinsi. - Benih kakao yang diadakan adalah benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.90/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Seritikasi Benih dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao. 2) Pupuk Pengadaan pupuk untuk peremajaan dilaksanakan oleh ULP Provinsi. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 7

3) Peralatan Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh Dinas provinsi yang membidangi Perkebunan. 4) Pestisida - Pengadaan pestisida untuk kegiatan peremajaan dilaksanakan oleh ULP Provinsi. 5.2. Pra-Tanam a. Pembongkaran/penebangan pohon kakao - Pembongkaran/penebangan pohon kakao dilakukan oleh petani peserta. - Tanaman tua ditebang, kebun dibersihkan dari sisa-sisa tanaman (tidak dengan membakar). b. Pemupukan - Pupuk diberikan 1 (satu) kali, yaitu pada saat tanam/awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian. 5.3. Penanaman kakao - Benih kakao yang berasal benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif, ditanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan. - Penanaman kakao dilakukan pada awal musim penghujan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 8

- Pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. 5.4. Aplikasi Pestisida Penggunaan pestisida dilakukan sesuai dengan kebutuhan dilapangan. 6. Waktu Pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015 melalui kegiatan peremajaan tanaman dilaksanakan pada tahun 2015. 7. Lokasi Peremajaan tanaman kakao dilaksanakan di 20 Kabupaten di 7 Provinsi pelaksana kegiatan pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015 dengan rincian sebagaimana pada lampiran. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 9

BAB II REHABILITASI KEBUN 1. Pendahuluan Luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) tahun 2013 mencapai 878.253 ha, pada tahun 2009-2013, melalui Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, telah dilakukan rehabilitasi tanaman seluas 218.793 ha dengan cara sambung samping. Pada tahun 2014 dan 2015 pengembangan kakao tetap dilanjutkan namun tidak dengan kegiatan Gernas Kakao tetapi dilaksanakan dengan Tugas Pembantuanmelalui kegiatan Pengembangan Kakao. Dalam rangka melaksanakan kegiatan rehabilitasi perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 2. Tujuan Memperbaiki kondisi tanaman kakao pada kebunkebun yang kurang produktif dan terserang hama dan penyakit. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 10

3. Sasaran Terlaksananya rehabilitasi tanaman kakao yang kurang produktif dan terserang OPT seluas 41.250 ha di 10 provinsi yang tersebar di 36 kabupaten pelaksana kegiatan. 4. Ruang Lingkup Rehabilitasi tanaman adalah upaya perbaikan kondisi tanaman (pertumbuhan dan produktivitas) melalui teknologi sambung samping. 4.1. Persyaratan Kebun Tanaman kakao yang akan direhabilitasi merupakan hamparan/ berkelompok dengan kondisi sebagai berikut : - Tanamannya berumur produktif (umur 15-20 tahun) dan secara teknis dapat dilakukan sambung samping. - Jumlah tegakan/populasi tanaman antara 70%-90% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha). - Terserang OPT utama. - Lahan memenuhi persyaratan kesesuaian teknis. 4.2. Entres - Entres harus diambil dari cabang plagiotrop. - Stek entres yang digunakan untuk sambung samping minimal terdiri dari 2 mata. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 11

- Bahan tanam yang digunakan pada kegiatan Rehabilitasi kakao tahun 2015 adalah entres yang berasal dari kebun entres yang telah ditetapkan sebagai sumber entres oleh Kepala Dinas yang membidangi perkebunan provinsi. - Entres kakao yang diedarkan harus sudah disertifikasi oleh UPTD/IP2MB/BBP2TP. - Entres pada kegiatan Rehabilitasi Kakao menggunakan klon yang telah dilepas Menteri Pertanian. - Apabila entres tidak tersedia di provinsi/kabupaten yang bersangkutan dapat dipenuhi dari provinsi/kabupaten terdekat. 4.3. Pestisida - Menggunakan insektisida dan fungisida yang efektif, efisien, terdaftar, dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. - Pemilihan pestisida didasarkan terhadap hasil pengamatan/inventarisasi serangan hama dan penyakit yang dilaksanakan oleh kabupaten. 4.4. Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk(compound) non subsidi Formula khusus. - Dikemas dalam karung bertuliskan Pupuk Pengembangan Kakao APBN-P 2015, pada Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 12

karung ditulis nama provinsi, kandungan pupuk, berat bersih pupuk perkemasan 50kg, nama dan alamat penyedia dan produsen. - Berbentuk granule (butiran)/tablet/briket dengan formula khusus. - Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Aceh, NTT, NTB, Maluku Utara dan Gorontalo menggunakan jenis dan dosis berdasarkan hasil analisa tanah. - Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu sebelum atau setelah dilakukan penyambungan. 4.5. Peralatan - Alat semprot (knapsack sprayer),0,4 unit per hektar. - Knapsack sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida (insektisida dan fungisida). - Spesifikasi teknis knapsack sprayer sebagaimana pada Lampiran. - Gergaji pangkas 1 unit per hektar. Spesifikasi gergaji pangkassebagaimana padalampiran. 4.6. Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN sebagai bantuan insentif kerja bagi petani peserta sebesar Rp. 750.000.- (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar.bantuan upah kerja diserahkan segera setelah pencairan, secara tunai Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 13

kepada petani/kelompok tani atau melalui rekening tabungan kelompok/petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh petani. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi kegiatan kakao berkelanjutan tahun 2015 kepada petani. b. Penetapan petani peserta 1) Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut : a) Petani - Pemilik kebun. - Berdomisili di wilayah kegiatan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK). - Bersedia melaksanakan rehabilitasi dan mengikuti ketentuan kegiatan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, merawat kebun dan tidak mengganti tanaman kakao ke Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 14

komoditi lain (membuat pernyataan tertulis). - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah. - Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran. - Jumlah anggota kelompok sasaran adalah lebih kurang 20-30 orang. b) Kebun - Luas kebun yang dapat mengikuti kegiatan maksimal 3 (tiga) hektar per petani peserta. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir 4.1. 3) Calon petani peserta hasil inventarisasi ditetapkan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan atas nama Bupati setelah berkoordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, untuk ditetapkan sebagai petani peserta. Bagi satker tidak mandiri penetapan CP/CL sebagai petani peserta oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan atas usulan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 15

c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan. d. Pengadaan Bahan dan Peralatan Pengadaan bahan, alat dan jasa untuk rehabilitasi tanaman dilaksanakan mengacu kepada Perpres No. 70 Tahun 2012 beserta perubahannya. 1) Pelaksanaan sambung samping - Pelelangan kegiatan sambung samping dilaksanakan oleh ULP Kabupaten, kecuali Satker non mandiri dilaksanakan oleh ULP Provinsi. - Entres yang diadakan sesuai dengan butir 4.2. 2) Pupuk Pengadaan pupuk untuk kegiatan rehabilitasi dilaksanakan oleh ULP Kabupaten, kecuali Satker non mandiri dilaksanakan oleh ULP Provinsi. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 16

3) Peralatan Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh ULP Kabupaten, kecuali Satker non mandiri dilaksanakan oleh ULP Provinsi. 4) Pestisida - Pengadaan pestisida untuk kegiatan rehabilitasi dilaksanakan oleh ULP Kabupaten kecuali Satker non mandiri dilaksanakan oleh ULP Provinsi. 5.2. Sambung Samping - Sambung samping dilakukan dengan dua sambungan per pohon pada dua sisi batang bawah dengan ketinggian sekitar 50 cm dari permukaan tanah. - Sambungan/tempelan dinyatakan hidup apabila sudah tumbuh tunas dengan dua daun terbuka. Tunas dengan daun terbuka tersebut harus tampak segar. - Tunas yang baru tumbuh harus dilindungi dari serangan OPT dengan aplikasi pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. - Cabang batang utama yang menaungi tunas hasil sambung samping dipangkas secara bertahap. - Batang utama dipotong setelah tunas hasil sambung samping tumbuh. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 17

- Sambungan/tempelan yang hidup yang dibayar. 5.3. Pemupukan - Diaplikasikan 1 (satu) kali setahun pada awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian. 5.4. Aplikasi Pestisida - Penggunaan pestisida dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan. 6. Waktu Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tahun 2015. 7. Lokasi Kegiatan rehabilitasi tanaman dilaksanakan di 36 kabupaten di 10 provinsi pelaksana kegiatan kakao berkelanjutan tahun 2015 sebagaimana pada lampiran. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 18

BAB III INTENSIFIKASI KEBUN 1. Pendahuluan Luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) tahun 2013 mencapai 878.253 ha, pada tahun 2009-2013, melalui Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, telah dilakukan intensifikasi tanaman seluas 158.990 ha. Pada tahun 2014 dan 2015 pengembangan kakao tetap dilanjutkan namun tidak dengan kegiatan Gernas Kakao tetapi dilaksanakan dengan Tugas Pembantuanmelalui kegiatan Pengembangan Kakao Berkelanjutan. Dalam rangka melaksanakan kegiatan intensifikasi kebun perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 2. Tujuan Memperbaiki kondisi kebun yang tanamannya kurang terawat dan terserang OPT melalui pemeliharaan tanaman sesuai dengan baku teknis. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 19

3. Sasaran Terlaksananya intensifikasi kebun kakao yang tanamannya kurang terawat dan terserang OPT seluas 119.350 ha di 57 Kabupaten di 15 Provinsi pelaksana kegiatan pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015. 4. Ruang Lingkup Intensifikasi tanaman adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman melalui penerapan standar teknis budidaya. 4.1. Persyaratan Kebun Kebun kakao yang mendapat perlakuan intensifikasi adalah kebun yang merupakan hamparan/berkelompok dengan kondisi: a. Tanamannya masih muda (<15 tahun) tetapi kurang terpelihara. b. Jumlah tegakan/populasi tanaman >70% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha) c. Terserang OPT Utama. d. Lahan memenuhi persyaratan kesesuaian teknis. 4.2. Pestisida e. Menggunakan insektisida dan fungisida yang efektif, efisien, terdaftar, dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. f. Pemilihan pestisida didasarkan terhadap hasil pengamatan/inventarisasi serangan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 20

hama dan penyakit yang dilaksanakan oleh kabupaten. - Penggunaan perangkap Feromon untuk pengendalian Hama PBK yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian. Pemasangan perangkap harus tepat waktu, kegiatan tersebut sebaiknya dikombinasikan dengan pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan (PSPsP). 4.3. Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk (compound) non subsidi formula khusus. - Dikemas dalam karung bertuliskan Pupuk Pengembangan Kakao APBN-P 2015, pada karung ditulis nama provinsi, kandungan pupuk, berat bersih pupuk perkemasan 50kg, nama dan alamat penyedia dan produsen. - Berbentuk granule (butiran)/tablet/briket dengan formula khusus. - Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Bali, NTT, NTB, Gorontalo, Maluku Utara, Papua, Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat menggunakan jenis dan dosis berdasarkan hasil analisa tanah. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 21

- Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu pada awal musim hujan. 4.4. Peralatan - Alat semprot (knapsack sprayer) 0,4 unit per hektar dan gunting galah 1 unit per hektar. - Knapsack sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida. - Gunting galah digunakan untuk memotong batang atau cabang pohon kakao dengan spesifikasi teknis sebagaimana tersaji pada lampiran. 4.5. Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN untuk bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk intensifikasi tanaman kakao, sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar. Bantuan upah kerja diserahkan segera setelah pencairan, secara tunai kepada petani/kelompok tani atau melalui rekening tabungan kelompok/petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh petani. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi Perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi kegiatan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 22

pengembangan kakao tahun 2015 kepada petani. b. Penetapan petani peserta 1) Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut : a) Petani - Pemilik Kebun. - Berdomisili di wilayah kegiatan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK). - Bersedia melaksanakan kegiatan intensifikasi dan mengikuti ketentuan kegiatan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (membuat pernyataan tertulis). - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah. - Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran. - Jumlah anggota kelompok sasaran lebih kurang sebanyak 20-30 orang. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 23

b) Kebun - Luas kebun yang dapat mengikuti kegiatan maksimal 3 (tiga) hektar per petani peserta. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir 4.1. 2) Calon petani peserta hasil inventarisasi ditetapkan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan atas nama Bupati setelah berkoordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, untuk ditetapkan sebagai petani peserta. Bagi satker tidak mandiri penetapan CP/CL sebagai petani peserta oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan atas usulan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikut sertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 24

d. Pengadaan Bahan dan Peralatan Pengadaan bahan dan alat intensifikasi dilaksanakan mengacu kepada Perpres No. 70 Tahun 2012. 1) Pupuk Pengadaan pupuk untuk intensifikasi dilaksanakan oleh ULP Provinsi. 2) Peralatan Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh ULP provinsi. 3) Pestisida Pengadaan pestisida untuk kegiatan intensikasi dilaksanakan oleh ULP Provinsi. 5.2. Pemangkasan - Tunas-tunas air harus selalu dibuang (diwiwil) dengan interval 1-2 minggu. - Pangkas pemeliharaan dilakukan sering dan ringan dengan interval 2-3 bulan. - Target cabang yang dipangkas adalah yang tumbuh meninggi (>3 meter) dan cabang yang tumpang tindih dengan tajuk tanaman di sebelahnya. - Pangkas produksi dilakukan 2 (dua) kali setahun, disesuaikan dengan kondisi setempat. - Pemangkasan dilakukan untuk menurunkan tingkat serangan penyakit Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 25

pembuluh kayu vascular streak dieback (VSD) dengan memotong cabang/ranting yang sudah terserang sampai batas yang sehat (10-20 cm). 5.3. Panen Sering - Panen sering dilakukan setiap 7-10 hari sekali tergantung banyaknya buah yang masak. - Buah yang dipanen adalah buah yang mulai menunjukkan gejala masak, jangan sampai kelewat masak. - Buah dikumpulkan pada satu tempat dalam kebun dan dibelah pada hari yang sama. 5.4. Sanitasi - Sanitasi dilakukan untuk menekan populasi hama PBK dengan memutus siklus hidup serangga hama dan memetik buahbuah yang terserang hama dan penyakit. - Sanitasi dilakukan dengan cara membenamkan kulit-kulit buah sehabis panen dan buah-buah yang terserang penyakit. 5.5. Pemupukan - Diaplikasikan 1 (satu) kali setahun pada awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang telah dilakukan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 26

5.6. Aplikasi Pestisida Penggunaan pestisida dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan. 6. Waktu Kegiatan pengembangan kakao melalui intensifikasi kebun dilaksanakan pada tahun 2015. 7. Lokasi Intensifikasi kebun dilaksanakan di 57 Kabupaten di 15 Provinsi pelaksana kegiatan pengembangan kakao berkelanjutan sebagaimana pada lampiran. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 27

BAB IV INTERCROPPING TANAMAN KAKAO DI BAWAH TANAMAN KELAPA 1. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan tanaman yang memerlukan tanaman pelindung. Tanaman kelapa secara teknis dan ekonomis dapat menjadi tanaman pelindung bagi tanaman kakao. Disamping itu masih dimungkinkan pengembangan kakao di bawah tanaman kelapa karena areal nya belum dimanfaatkan secara optimal. Luas tanaman kelapa rakyat di Indonesia mencapai 3,7 juta hektar yang tersebar di sentra produsen kelapa seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Aceh, NTB dan Maluku Utara. Pada tahun 2015 dalam rangka optimalisasi lahan dibawah tanaman kelapa serta dalam rangka meningkatkan produksi kakao nasional, maka pemerintah melaksanakan pengembangan kakao dibawah tanaman kelapa seluas 2.150 ha. Dalam rangka melaksanakan kegiatan intercropping kebun perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 28

disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 2. Tujuan Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kakao melalui optimalisasi lahan di bawah tanaman kelapa. 3. Sasaran Terlaksananya intercropping tanaman kakao dibawah tanaman kelapa seluas 2.150 ha di 8 Kabupaten di 5 Provinsi. 4. Ruang Lingkup Intercropping tanaman kakao dibawah tanaman kelapa merupakan upaya untuk optimalisasi lahan sekaligus meningkatkan produksi kakao nasional. 4.1. Persyaratan Kebun Intercropping dilaksanakan pada kebun kelapa dengan kondisi antara lain : a. Tanaman kelapa produktif (>10 tahun) b. Jumlah tegakan/populasi tanaman kelapa 50-100 pohon per hektar. c. Lahan memenuhi persyaratan kesesuaian teknis. 4.2. Benih a. Menggunakan benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.90/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 29

Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao. 4.3. Pestisida Menggunakan pestisida yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. 4.4. Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk (compound) non subsidi formula khusus. - Dikemas dalam karung bertuliskan Pupuk Pengembangan Kakao APBN-P 2015, pada karung ditulis nama provinsi, kandungan pupuk, berat bersih pupuk perkemasan 50kg, nama dan alamat penyedia dan produsen. - Berbentuk granule (butiran)/tablet/briket dengan formula khusus. - Untuk Provinsi Sulawesi Tengah,Sulawesi Utara, Aceh, NTB, dan Maluku Utara menggunakan jenis dan dosis berdasarkan hasil analisa tanah. - Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu pada awal musim hujan. 4.5. Peralatan - Alat semprot (knapsack sprayer) 0,4 unit per hektar. - Knapsack sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida (insektisida dan fungisida). Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 30

4.6. Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN untuk bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk pemeliharaan kakao, sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar.bantuan upah kerja diserahkan segera setelah pencairan, secara tunai kepada petani/kelompok tani atau melalui rekening tabungan kelompok/petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh petani. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi kegiatan pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015 kepada petani. b. Penetapan petani peserta 1) Dinas Kabupatenyang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut : a) Petani - Pemilik Kebun. - Berdomisili di wilayah kegiatan yang dibuktikan dengan identitas Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 31

lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK). - Bersedia melaksanakan kegiatan intercropping dan mengikuti ketentuan kegiatan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan,merawat kebun dan tidak mengganti tanaman kakao dengan tanaman lain (membuat pernyataan tertulis). - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah. - Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran. - Jumlah anggota kelompok sasaran lebih kurang sebanyak 20-30 orang. b) Kebun - Luas kebun yang dapat mengikuti kegiatan maksimal 1 (satu) hektar per petani peserta. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir 5.1. 2) Calon petani peserta hasil inventarisasi ditetapkan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan atas nama Bupati setelah berkoordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 32

perkebunan, untuk ditetapkan sebagai petani peserta. Bagi satker tidak mandiri penetapan CP/CL sebagai petani peserta oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan atas usulan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan. d. Pengadaan Bahan dan Peralatan Pengadaan bahan dan alat intensifikasi dilaksanakan mengacu kepada Perpres No.70 Tahun 2012 beserta perubahannya. 1) Benih - Pengadaan benih kakao dilakukan oleh ULP Provinsi. - Benih kakao yang diadakan adalah benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.90/Permentan/OT. 140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 33

Benih dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao. 2) Pupuk Pengadaan pupuk untuk kegiatan intercropping dilaksanakan oleh ULP Provinsi. 3) Peralatan Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh ULP Provinsi. 4) Pestisida Pengadaan pestisida untuk kegiatan intercropping kebun dilaksanakan oleh ULP Provinsi. 5.2. Pra-Tanam a. Pembersihan kebun kelapa - Pembongkaran/penebangan pohonpohon lain disekitar kebun kelapa dilakukan oleh petani peserta. - Pemotongan pelepah tanaman kelapa yang sudah tua dan pengaturan pelepah kelapa sebagai naungan pohon kakao, sehingga tanaman kakao nantinya memperoleh penaungan yang proposional. - Kebun dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan tunggul-tunggul (tidak dengan membakar). Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 34

b. Pemupukan - Pupuk diberikan 1 (satu) kali, yaitu pada saat tanam/awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah. 5.3. Penanaman kakao - Benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.90/Permentan/OT.140/9/2013 ditanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan. - Penanaman kakao dilakukan pada awal musim penghujan. 5.4. Aplikasi Pestisida Penggunaan pestisida dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan. 6. Waktu Pengembangan kakao berkelanjutan melalui kegiatan intercropping tanaman kakao dibawah tanaman kelapa dilaksanakan tahun 2015. 7. Lokasi Intercropping kebun dilaksanakan di 8 Kabupaten di 5 Provinsi pelaksana kegiatan pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015 dengan rincian sebagaimana pada lampiran. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 35

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 36

BAB V INTEGRASI TANAMAN KAKAO DENGAN TERNAK 1. Pendahuluan Luas areal kakao nasional pada tahun 2013 mencapai 1.740.612 Ha atau sekitar 95% dikelola oleh rakyat yang melibatkan sekitar 1,66 juta KK petani. Dari areal tersebut seluas 446.265 Ha merupakan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), 878.253 Ha Tanaman Menghasilkan (TM) dan 416.095 Ha (24%) Tanaman Tidak Menghasilkan/Tanaman Rusak (TTM/TR). Perkebunan kakao disamping menghasilkan produk utama berupa biji juga memiliki potensi besar untuk menghasilkan berbagai produk samping, antara lain yaitu limbah yang memiliki nilai ekonomi sebagai pakan penguat (konsetrat) ternak serta penaung tanaman kakao dan gulma yang tumbuh di bawahnya, berpotensi pula sebagai hijauan pakan ternak. Untuk memanfaatkan limbah kakao dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan usaha tani kakao dengan pemeliharaan ternak.dengan pola integrasi tanaman kakao dengan ternak, maka usaha tani akan menjadi lebih efisien dan produktif. Dalam rangka melaksanakan kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 37

Provinsi yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 2. Tujuan a. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kakao; b. Melaksanakan pengembangan kakao secara terpadu melalui integrasi tanaman dengan ternak secara berkelanjutan; c. Pemanfaatan limbah kakao untuk pakan ternak dan penyediaan pupuk organik untuk memenuhi unsur hara tanaman; d. Memberikan alternatif sumber pandapatn petani kakao. 3. Sasaran Terlaksananya pengembangan model integrasi tanaman kakao dengan ternak di 4 provinsi sebanyak 8 paket dikelompok tani sasaran. 4. Ruang Lingkup Integrasi tanaman kakao dengan ternak mencakup pengembangan ternak kambing di kebun kakao, pengadaan alat limbah kakao, pembuatan kandang, pemanfaatan limbah kakao sebagai Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 38

pakan ternak. Kegiatan ini dilakasanakan oleh Dinas provinsi yang membidangi perkebunan. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi bersama-sama Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan sosialisasi kegiatan pengembangan model integrasi tanaman kakao dengan ternak. b. Penetapan kelompok tani peserta Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi calon kelompok tani. Seleksi calon kelompok tani peserta integrasi tanaman kakao dengan ternak dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut : Kelompok tani - Kelompok tani bukan bentukan baru dan kegiatn utama adalah mengelola kebun kakao. - Mampu mengelola dan mengembangkan usaha melalui kerjasama kelompok. - Kelompok tani calon penerima bantuan berperan aktif untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan model integrasi tanaman kakao dengan ternak. - Petani sasaran sebagai penerima bantuan adalah anggota kelompok Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 39

tani sasaran yang diseleksi berdasarkan musyawarah dan ditetapkan dengan SK Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan untuk satker mandiri. - Petani penerima bantuan yang dipilih adalah petani yang memiliki kebun kakao yang telah berproduksi. - Bersedia melaksanakan kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak dan mengikuti ketentuan kegiatan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, (membuat pernyataan tertulis). - Jumlah anggota kelompok sasaran lebih kurang sebanyak 20-30 orang. 5.2. Penyediaan ternak dan kandang a. Ternak Penyediaan ternak kambing spesifikasi teknisnya dikoordinasikan dengan Dinas Peternakan setempat. b. Kandang Dalam penyediaan kandang ternak kambing berkoordinasi dengan Dinas Peternakan setempat. 5.3. Penyediaan alat pengolah limbah kakao Spesifikasi teknis alat pengolah limbah kakao sesuai kebutuhan dikoordinasikan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 40

dengan lembaga penelitian yang berkompeten. 5.4. Penyediaan benih tanaman hijauan pakan ternak Spesifikasi teknis untuk benih tanaman hijauan ternak sesuai kebutuhan dikoordinasikan dengan Dinas Peternakan setempat. 6. Waktu Pelaksanaan integrasi tanaman kakao dengan ternak dilaksanakan tahun 2015. 7. Lokasi Kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak kebundilaksanakan di kabupaten 4 Provinsi Sulawesi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara) sentra pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 41

BAB VI OPTIMALISASI SUBSTASIUN PENELITIAN KAKAO 1. Pendahuluan Dalam rangka mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu kakao tahun 2015, maka tetap perlu dilakukan pendekatan ilmiah melalui kegiatan penelitian, kajian, pelatihan, dan pendampingan transfer teknologi di bidang perkakaoan. Hal tersebut diharapkan akan dapat membantu menyelesaikan kompleksitas persoalan di bidang perkakaoanseperti umur tanaman yang sudah tua, produktivitas rendah, serangan hama dan penyakit, serta mutu biji yang rendah. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah mulai terlaksana dengan baik di Sulawesi dengan tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung pengembangan kakao melalui Substasiun Penelitian Kakao. Untuk mengoptimalkan fungsi Substasiun Penelitian Kakao ini diperlukan biaya operasional berupa honor dan biaya operasional untuk menunjang kegiatan Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 di lapangan. 2. Tujuan Tujuan kegiatan optimalisasi substasiun penelitian kakao adalah untuk mendukung pengembangan komoditas kakao di wilayah Sulawesi dan sentrasentra produksi kakao nasional melalui riset untuk Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 42

penciptaan/penemuan teknologi adaptif dan sebagai fasilitas diseminasi hasil-hasil penelitian maupun pengembangan kakao bagi petani. Tujuan spesifik operasionalsubstasiun Penelitian Kakao yaitu : - Memperoleh bahan tanaman unggul kakao yang adaptif pada kondisi agroklimat Indonesia Timur khususnya Sulawesi. - Memperoleh metode perbanyakan masal bahan tanam kakao unggul. - Memperoleh teknologi budidaya dan pasca panen yang efektif dan efisien. - Memperoleh teknologi pengendalian OPT utama (PBK dan VSD) yang efektif dan efisien serta sesuai untuk wilayah Indonesia Timur khususnya Sulawesi. - Memperoleh model kelembagaan yang sesuai untuk pengembangan kakao. - Memberikan fasilitas desiminasi dan pelatihan bagi petugas dan petani kakao di Sulawesi. 3. Sasaran Optimalisasi 2unit Substasiun Penelitian Kakao di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. 4. Ruang Lingkup Operasional laboratorium substasiun penelitian di 2 provinsi yaitu Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, meliputi Kajian organik dilahan kakao pada sentra kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara; kajian mutu biji kakao pada Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 43

sentra kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara; Kajian tataniaga kakao pada sentra kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. 5. Pelaksanaan 5.1. Optimalisasi operasional Substasiun Kegiatan operasional substasiun tahun 2015 terdiri dari: - Kerjasama dengan peneliti Puslitkoka Jember dalam rangka pendampingan opersional substasiun. - Kajian organik dilahan kakao pada sentra kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara; kajian mutu biji kakao pada sentra kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara; Kajian tataniaga kakao pada sentra kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. 6. Waktu Kegiatan optimalisasi operasionalsubstasiun Penelitian Kakao dilaksanakan pada tahun 2015. 7. Lokasi Kegiatan optimalisasi operasionalsubstasiun Penelitian Kakao dilaksanakan di 2 provinsi (Sulteng dan Sultra) pelaksana kegiatan Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015. 8. Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah perangkat substasiun penelitian yang terdiri dari koordinator substasiun, pengelola dan pelaksana substasiun. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 44

BAB VII PENINGKATAN MUTU 1. Pendahuluan Potensi produksi kakao Indonesia belum diikuti oleh kualitas yang baik disebabkan karena penanganan pasca panen kakao belum dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini ditandai dengan rendahnya kualitas biji kakao yang dihasilkan petani tercampur dengan benda-benda asing, pengeringan kurang sempurna sehingga menyebabkan tumbuhnya jamur serta volume biji kakao yang difermentasi relatif masih rendah mengakibatkan biji yang difermentasi tidak layak sesuai stadar. Disamping itu petani enggan melakukan fermentasi karena tidak ada perbedaan harga yang signifikan antara biji kakao asalan dan biji kakao fermentasi. Kegiatan fermentasi umumnya dilakukan oleh petani secara sporadis atau dalam jumlah dan perlakuan yang berbeda satu sama lain. Dalam rangka peningkatan mutu kakao pada kegiatan Pengembangan Kakao Berkelanjutan Tahun 2015, dilaksanakan pengadaan unit pengolahan pasca panen/peningkatan mutu kakao beserta sarana pendukungnya (kotak fermentasi, alat ukur kadar air, timbangan duduk, terpal, para-para, bangunan penyimpanan biji kakao). Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 45

2. Tujuan - Mendorong peningkatan mutu biji kakao dengan mengolah biji kakao menjadi biji kakao fermentasi sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. - Menyediakan biji kakao yang terjamin secara kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahaan dalam negeri. 3. Sasaran - Kualitas biji kakao fermentasi yang lebih baik; - Kontinuitas kebutuhan untuk pasokan industri pengolahaan kakao dalam negeri maupun untuk ekspor dapat terpenuhi. 4. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan pengadaan sarana pengolahan pasca panen/peningkatan mutu kakao. Operasionalisasi sarana fermentasi perlu dipantau sesuai dengan tujuan pengadaan sarana fermentasi tersebut untuk meningkatkan mutu biji kakao yaitu dari biji kakao non fermentasi menjadi biji kakao fermentasi. Jenis dan spesifikasi peralatan dan bangunan untuk kegiatan peningkatan mutu biji kakao perkelompok tani, adalah sebagai berikut: a. Kotak fermentasi: - 25 set @ 40-50kg/batch tipe bak - jenis kayu meranti atau setara - siku penguat plat almunium2 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 46

- dimensi 40x40x50 cm3-1 set terdiri dari 2 kotak yang dilengkapi satu unit kaki/dudukan sebagai penyangga salah satu kotak dengan tinggi kaki 50 cm. b. Alat ukur kadar air biji kakao tipe digital dengan skala meter 5 15% sebanyak 1 unit. c. Terpal ukuran 6 x 5 m 2 dengan tipe bahan terpal A12. d. Para-para dengan ukuran 80 x 200 cm 2, tinggi kaki 1 m dan sungkup dengan plastik transparan. e. Timbangan duduk 1 unit kapasitas 500 kg f. Bangunan permanen untuk penyimpanan biji kakao seluas 30 m 2. Adapun spesifikasi peralatan dan bangunan tersebut di atas sebagaimana lampiran. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan Koordinasi dengan pihak terkait (Dinas Perkebunan Kabupaten, Lembaga penelitian yang kompeten); 5.2. Pengelolaaan sarana peningkatan mutu biji kakao Pengadaan sarana peningkatan mutu biji kakao dilaksanakan sebanyak 69 unit di 43 kabupaten di sentra produksi tanaman kakao. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 47

Pengelolaan sarana peningkatan mutu biji kakao dikelola oleh kelompok tani dibawah bimbingan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dengan persyaratan kelompok tani sebagai berikut: - Kelompok tani yang anggotanya aktif dan mandiri. - Kelompok tani telah terbentuk sebagai kelompok tani kakao dan bukan merupakan kelompok tani bentukan baru. - Kelompok tani terletak pada wilayah kawasan sentra kakao. 6. Waktu Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2015. 7. Lokasi Kegiatan ini dilaksanakan pada 43 kabupaten sentra produksi tanaman kakao, dengan rincian sebagaimana lampiran. 8. Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 48

BAB VIII SATUAN PELAKSANA (SATLAK) 1. Pendahuluan Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Kakao akan dibentuk satuan pelaksana di setiap Kabupaten. Satuan pelaksana (Satlak) merupakan unit pelayanan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan lapangan dalam aspek teknis maupun administrasi. Satu unit Satlak terdiri dari seorang Koordinator yang merupakan petugas Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan dan berlatar belakang/pengalaman teknis; dua orang pelaksana kegiatan yang juga merupakan petugas Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan yang terdiri dari seorang dalam bidang teknis,dan seorang dalam bidang administrasi; serta dibantu oleh tenaga pendamping lapangan (termasuk TKP dan PLP-TKP eks Gernas Kakao). 2. Tujuan Tujuan pembentukan Satuan Pelaksana (Satlak) yaitu melaksanakan operasional kegiatan di lapangan baik aspek teknis maupun administrasi. 3. Sasaran Tersedianya Satuan Pelaksana (Satlak) dalam rangka pelaksanaan kegiatan lapangan dalam aspek teknis dan administrasi sebanyak 64 unit di 15 provinsi dan 57 kabupaten. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 49

4. Ruang Lingkup - Operasional Satlak meliputi honor petugas, ATK, biaya pembinaan dan pengawalan serta koordinasi. - Pengawalan, pendampingan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan. - Identifikasi, inventarisasi permasalahan teknis, dan administrasi serta mengupayakan pemecahan masalahnya. - Menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan secara rutin dan berkala. 5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan Kegiatan persiapan meliputi: - Penyiapan pengawalan, pembinaan, pendampingan dan monitoring evaluasi kegiatan teknis dan kelembagaan petani. - Menyusun jadwal tahapan pelaksanaan kegiatan teknis, dan administrasi lapangan mengacu pada jadwal yang disusun oleh Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan. - Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan teknis, dan administrasi dengan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 50

5.2. Pelaksanaan Pola pelaksanaan Satlak yaitu : a. Satlak bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan. b. Koordinator Satlak dibantu 2 orang pelaksana bidang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan bidang teknis, dan bidang administrasi. c. Pelaksana bidang teknis, dan administrasi dibantu tenaga pendamping di lapangan bertanggung jawab kepada Koordinator Satlak. d. Satlak melakukan koordinasi dan penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan mengacu pada jadwal yang disusun oleh Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan. e. Satlak melakukan pengawalan, pendampingan, supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan. f. Satlak melakukan identifikasi, inventarisasi permasalahan teknis, kelembagaan maupun administrasi dan mengupayakan pemecahannya melalui koordinasi dengan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. g. Satlak menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan secara rutin dan berkala Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kakao Berkelanjutan Tahun 2015 51