CENDEKIA Edisi: September 2009 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

Penyiapan Mesin Tetas

PENGARUH FREKUENSI PEMUTARAN DAN PEMBILASAN DENGAN LARUTAN DESINFEKTANTERHADAP DAYA TETAS, MORTALITAS DAN BOBOT TETAS AYAM ARAB

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

PENGARUH PENGGUNAAN DAGING BUAH SEMU JAMBU METE DAN TELUR INFERTIL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ABON TELUR

III. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014, bertempat di Laboratorium

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Telur itik Pajajaran sebanyak 600 butir. Berasal dari itik berumur 25 35

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBIBITAN DAN PENETASAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan Laboratorium

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

I. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah,

ABSTRAK Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Konsumsi Ayam Kampung Dan Ayam Lohman Brown

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

DAYA TETAS, HASIL TETAS DAN LAMA MENETAS TELUR ITIK YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

I MADE ADITYA SASTRAWAN

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

CENDEKIA Edisi: Juni 2009 ISSN:

PERBANDINGAN FERTILITAS SERTA SUSUT, DAYA DAN BOBOT TETAS AYAM KAMPUNG PADA PENETASAN KOMBINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

Mutu Telur Asin Desa Kelayu Selong Lombok Timur yang Dibungkus dalam Abu Gosok Dan Tanah Liat

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Rodalon

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Ayam Merawang (Gallus Gallus) terhadap Daya Tetas

PERANAN PEMBERIAN KUNING TELUR DENGAN DOSIS PENGENCERAN YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PERFORMAN PERTUMBUHAN AWAL AYAM BURAS PADA FASE STARTER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL AYAM BROILER

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No.2. :91-98 ISSN : Agustus 2011

II. TINJAUAN PUSTAKA. arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MESIN TETAS TELUR

EFEK PENAMBAHAN TEPUNG KULIT NANAS (Ananas comosus (L) Merr.) DALAM PAKAN TERHADAP JUMLAH TELUR DAN KUALITAS TELUR ITIK

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

Transkripsi:

PENGARUH PEMBILASAN DENGAN PENAMBAHAN VITAMIN B KOMPLEK DAN LAMA PENYIMPANAN TELUR TETAS TERHADAP DAYA TETAS TELUR AYAM ARAB Oleh: Efi Rokhana 1 Ardyansah 2 ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks dan lama penyimpanan telur tetas terhadap daya tetas telur ayam Arab. Penelitian dilakukan di Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri mulai tanggal 25 Pebruari sampai 30 Maret 2008. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 192 butir telur tetas ayam Arab yang berasal dari Bpk. Purnam Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks (V) yang terdiri dari 2 level yaitu tidak diberi vitamin B kompleks (V0) dan diberi vitamin B kompleks (V1). Faktor kedua adalah lama penyimpanan (P), yang terdiri dari 4 level yaitu: lama penyimpanan 2 hari (P1); 6 hari (P2); 10 hari (P3) dan 14 hari (P4). Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisa dengan sidik ragam Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan bantuan program SPSS Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pembilasan dengan penambahan vitamin B Kompleks tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap daya tetas telur ayam Arab. Lama penyimpanan telur tetas memberikan pengaruh yang sangat nyata ( P< 0,01) terhadap daya tetas telur ayam Arab. Rataan daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan lama penyimpanan 2 hari (P1) yaitu sebesar 68,53% dan daya tetas terendah terdapat pada lama penyimpanan 14 hari (P4) sebesar 30,41%. Pengaruh interaksi antara pembilasan dengan penambahan vitamin B Kompleks dan lama penyimpanan telur tetas tidak berbeda nyata (P> 0,05) terhadap daya tetas telur ayam Arab. ABSTRACT The aim of this research is to know the influence of rinsing by adding vitamin B complex and the length of hatching egg storage toward hatching power of Arabian's chicken's egg. This research is conducted in Branggahan Village, Ngadiluwih Sub Distrisct, Kediri Regency started at February 25 th - March 30 th, 2008 The material used in this research is 192 hatching eggs from Arabian s chicken which came from Mr. Purnam from Branggahan village, Ngadiluwih, Kediri Regency. The research method used a complete randomited design with two factors and three time replications. The first factor is rinsing by adding vitamin B complex (V) that consists of 2 levels which is not given vitamin B complex (V0) and given vitamin B complex (V1). The second factor is the length of storage (P), which consists of 4 levels those are: the length of storage in 2 days (P1); 6 days (P2); 10 days (P3) and 14 days (P4). Furthermore, data observation result is analyzed with factorial pattern, complete randomited design which is helped with SPSS program. The research result showed that rinsing treatment by adding vitamin's B complex does not give significance influence (P>0, 05) towards Arabian s chicken power hatching egg. The length of hatching egg storage gives a significance influence (P< 0, 01) towards hatching power of Arabian s chicken egg. The highest average of hatching power of Arabian s chicken egg is found in storage's long treatment 2 days (P1) that is 68,53% and the lowest average of hatching power is found in storage 14 days long (P4) that is 30,41%. Interaction s influence between rinsing by adding vitamin's B complex and the length of hatching egg storage does not give significance difference (P> 0,05) towards hatching power of Arabian s chicken egg. 1 Staf Pengajar Jurusan Peternakan Fak.Pertanian UNISKA 2 Mahasiswa Jurusan Peternakan Fak.Pertanian UNISKA LPM UNISKA 37

PENDAHULUAN Latar Belakang Produk unggulan dibidang peternakan selain susu dan daging adalah telur. Maka perlu adanya upaya untuk mengembangkan budi daya ayam, khususnya ayam Arab. Sehingga kebutuhan masyarakat akan protein dan gizi yang terkandung didalam telur bisa tercukupi. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, permintaan masyarakat akan terlur juga terus meningkat. Maka dalam upaya meningkatkan populasi perlu penyediaan bibit ayam Arab dalam jumlah yang besar secara terus menerus. Dengan adanya potensi ayam Arab sebagai penghasil telur unggul, maka perlu penyediaan bibit ayam Arab dalam jumlah yang besar. Guna meningkatkan populasi ternak ayam Arab tersebut, dilakukan dengan cara menetaskan telur secara buatan dengan menggunakan mesin tetas atau biasa juga disebut dengan incubator. Secara teknis penetasan dengan menggunakan incubator lebih efisien dibandingkan dengan penetasan alami karena penetasan buatan dapat menghasilkan anak unggas yang seragam dan dengan jumlah yang relatif lebih besar. Keunggulan ayam Arab bila dibandingkan dengan ayam ras petelur adalah kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan serta ketahanan terhadap serangan penyakit lebih tinggi. Ayam Arab relatif tidak memilih-milih makanan dan dapat dipelihara dengan pola pemeliharaan semiintensif. Bahkan ayam Arab ini masih mampu tumbuh dan berkembang dengan baik meskipun dipelihara dengan sistem umbaran (dibiarkan lepas tanpa dikandangkan) seperti pemeliharaan ayam buras pada umumnya di masyarakat. Komposisi pakan yang relatif rendah dan dapat menerima pakan berupa sisa makanan rumah tangga, menjadi keunggulan lain dari ayam Arab. Menurut Triharyanto (2001) secara umum keunggulan ayam Arab jika dibandingkan dengan ayam buras maupun ayam ras petelur adalah sebagai berikut: 1. Produksi telur jauh lebih tinggi dibandingkan ayam buras, bahkan dapat menyamai ayam ras petelur. 2. Tidak memiliki sifat mengeram sehingga dapat dikatagorikan sebagai ayam petelur 3. Konsumsi pakan relatif rendah yaitu berkisar antara 80 gram 100 gram/ 4. Relatif mampu beradaptasi dengan lingkungan serta lebih tahan terhadap penyakit bila dibandingkan dengan ayam ras. 5. Meskipun lebih gesit dan lebih liar jika dibandingkan dengan ayam ras petelur dan ayam buras, namun pemeliharaan ayam arab relatif tidak sulit. 6. Kualitas telur lebih baik, meliputi cangkang telur yang lebih tebal, ukuran kuning telur yang lebih besar, rasa lebih gurih dan tidak amis, kandungan protein tinggi dan kandungan lemak yang lebih rendah. 7. Kenampakan fisik telur mirip dengan telur ayam buras, sehingga dapat dikatagorikan kedalam telur ayam buras yang dapat dijual secara butiran. Marhiyanto, (2000) menyebutkan bahwa kemampuan bertelur ayam Arab yang tinggi, tidak mengeram, perawatan mudah dan tidak membutuhkan pakan yang banyak merupakan keunggulan dari ayam Arab. Untuk memperoleh daya tetas yang baik perlu penanganan yang cermat disertai pengamatan perkembangan tentang pertumbuhan embrio didalam telur dengan cara candeling. Kegagalan dalam perkembangan embrio, berarti kegagalan dalam penetasan. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kegagalan penetasan diantaranya ; kondisi induk, kondisi telur tetas, kondisi mesin tetas, dan pengelolaan proses penetasan. Pada saat hewan masih sangat muda, hewan tersebut sangat membutuhkan vitamin B kompleks karena merupakan zat metabolis yang esensial, hal ini karena kondisi lambung hewan dan alat pencernaannya belum sempurna. Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ternak yang ransumnya tidak ada vitamin B kompleks maka akan mengalami gangguan pertumbuhan yang sangat fatal. Berdasarkan uraian diatas, maka kiranya perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks yang dikombinasikan dengan perlakuan lama penyimpanan telur tetas terhadap daya tetas telur ayam Arab. Perumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana pengaruh pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks dan lama penyimpanan telur tetas terhadap daya tetas telur ayam Arab. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks dan lama penyimpanan telur tetas terhadap daya tetas telur ayam Arab. LPM UNISKA 38

Manfaat Penelitan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tentang pengelolaan penetasan khususnya penambahan vitamin B kompleks saat pembilasan telur dan lama penyimpanan telur tetas terhadap daya tetas telur ayam Arab serta sebagai informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya. Hipotesis Diduga terdapat pengaruh interaksi antara pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks dan lama penyimpanan telur tetas terhadap daya tetas telur ayam Arab. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri mulai tanggal 25 Pebruari sampai 30 Maret 2008. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah 192 butir telur tetas ayam Arab yang berasal dari Bpk. Purnam Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Bentuk dari telur yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah yang oval. Berat telur yang digunakan dalam penelitian ini berkisar 38,00 39,50 gram. Adapun berat rataratanya 38,8 gram. Untuk perlakuan pembilasan dipergunakan vitamin B kompleks sebanyak 1 bungkus yang diproduksi oleh PT. USFA, Surabaya Indonesia dengan berat 214 gram. b. Alat yang dipergunakan 1. Dua buah mesin tetas jenis hot air incubator dengan sumber panas dari lampu listrik beserta perlengkapannya, kapasitas 150 butir. 2. Termometer untuk mengatur suhu dalam mesin tetas. 3. Higrometer untuk mengukur kelembapan udara dalam mesin tetas. 4. Timbangan merek O-House berkapasitas 2610 gr dengan skala ketelitian 0,1gr untuk menimbang vitamin dan telur. 5. Bak air untuk menghasilkan kelembaban udara dalam mesin tetas. 6. Egg tray untuk menyimpan telur tetas. 7. Candler untuk candling telur tetas. 8. Alat pembasuh berupa kain halus. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu; Faktor 1 = Pembilasan telur tetas terdiri dari 2 level ; V0; Tanpa pembilasan dan penambahan vitamin B kompleks. V1; Pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks 1,5 gram / liter. Faktor 2 = lama penyimpanan telur tetas terdiri dari 4 level ; PI ; Lama penyimpanan telur tetas selama 2 P2; Lama penyimpanan telur tetas selama 6 P3; Lama penyimpanan telur tetas selama 10 P4; Lama penyimpanan telur tetas selama 14 Sehingga didapat 8 kombinasi perlakuan yaitu ; V1 P1, V1 P2, V1 P3, V1 P4, V0 P1, V0 P2, V0 P3, V0 P4. Berdasarkan perlakuan diatas, maka terdapat 8 kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 8 X 3 = 24 unit percobaan. Setiap unit percobaan diisi 8 butir telur, maka jumlah telur yang diperlukan adalah 24 X 8 = 192 telur tetas, 96 butir telur diberi perlakuan pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks dan 96 butir telur tidak ditambahkan vitamin B kompleks. Adapun denah penempatan telur tetas dalam mesin tetas adalah sebagai berikut : Mesin 1, dengan penambahan vitamin B Kompleks (V1) P2 UL 1 P1 UL 3 P1 UL 1 P3 UL 3 P3 UL 1 P2 UL 3 P2 UL 2 P1 UL 2 P4 UL 1 P2 UL 2 P1 UL2 P3 UL 3 P1 UL 3 P2 UL 3 P4 UL 2 P3 UL 2 P4 UL 1 P4 UL 3 P2 UL 1 P4 UL 2 P4 UL 3 Keterangan : P : Lama Penyimpanan UL : Ulangan Percobaan P1 UL 3 Mesin 2, tanpa penambahan vitamin B Kompleks (V0) P1 UL1 P3 UL 3 LPM UNISKA 39

Variabel Pengamatan Variabel yang diamati pada penelitian adalah daya tetas telur ayam Arab, (Sudjarwo, 1991) menerangkan ; a Presentase daya tetas ; X100% b Dimana; a = jumlah telur yang menetas; b = jumlah telur yang fertil. Untuk mengetahui data telur yang menetas yaitu dengan menghitung telur yang menetas sampai pada hari ke 23 pelaksanaan penetasan, sedangkan untuk mengetahui data telur yang fertile dengan melakukan candling pada candling ketiga yaitu pada hari ke 17. Prosedur Penelitian 1. Pengumpulan Telur Tetas Telur tetas didapatkan dari satu orang peternak ayam Arab dalam jangka waktu 14 Telur-telur yang telah terkumpul diletakkan diruangan penyimpanan selama 2,6,10,14 Dengan tahapan sebagai berikut; a. hari ke 1 mengambil sebanyak 48 butir untuk bahan penetasan (P4) b. hari ke 5 mengambil sebanyak 48 butir untuk bahan penetasan (P3) c. hari ke 9 mengambil sebanyak 48 butir untuk bahan penetasan (P2) d. hari ke 13 mengambil sebanyak 48 butir untuk bahan penetasan (P1) 2. Persiapan Mesin Tetas Sebelum mesin tetas dipergunakan untuk penetasan, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan formalin setelah pencucian mesin. Penyetabilan suhu dan kelembaban dilakukan dengan penyalaan mesin tetas selama 24 jam sebelum dipergunakan untuk penetasan. Setelah suhu mesin konstan pada 38 o c atau 101 0 f maka telur baru dimasukkan kedalam mesin tetas. Teknik pengaturan suhu mesin dilakukan dengan mengatur otomatis mesin yang ada didalam mesin tetas. 3. Hal-Hal yang Dilakukan Pada Saat Penetasan Pada saat pembalikan telur dimulai dari hari ke 4 sampai dengan penetasan hari ke 18. Untuk pembilasan telur dilakukan dengan cara menyemprot telur dengan semprotan tangan dengan air hangat yang bersuhu 101 0 F - 105 0 F. Pembalikan telur bertujuan untuk mencegah penempelan yolk kesalah satu sisi cangkang. Pembalikan telur dilakukan sebanyak 4 kali pada jam 04.00, 10.00, 16.00, dan jam 22.00. Kemiringan telur tetas pada rak yaitu 40-45 0 C. Pengaturan ventilasi dimulai pada hari ke 4 seluas ¼ bagian, hari ke enam ½ bagian, pada hari kedelapan 2/3 bagian, dan pada hari kesepuluh sampai akhir penetesan ventilasi dibuka seluruhnya. Candling dilakukan pada hari ke 6, 14 dan 18. Apabila terdapat telur yang tidak fertil atau mati segera dikeluarkan. 4. Pembilasan dengan Penambahan Vitamin B Kompleks Pembilasan dilakukan pada hari ke 4 sampai hari ke 18, hal ini bertujuan untuk menambah vitamin pada embrio, hari ke 4 merupakan awal pemberian karena baik untuk proses pertumbuhan maupun pembentukan jaringan bagi telur. Penambahan vitamin B kompleks dilakukan dengan jalan menggerus vitamin B kompleks dan kemudian dilarutkan dalam air pembilas yang hangat dengan suhu antara 101 0 F - 105 0 F dengan kosentrasi 1,5 gram/liter. Pembilasan dilakukan 2 kali/hari yaitu pada jam 10.00 dan jam 22.00 dengan cara menyemprotkan vitamin yang telah dilarutkan dengan air hangat dengan alat penyemprot. Analisa Data Data hasil pengamatan yang diperoleh selama penelitian berupa rataan daya tetas selanjutnya dianalisa dengan sidik ragam Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan bantuan program SPSS. Jika terdapat pengaruh yang nyata (P<0,05) atau pengaruh sangat nyata (P<0,01) maka dilanjutkan dengan uji nyata jujur (Tukey), (Sugandhi, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pembilasan dengan Penambahan Vitamin B Kompleks terhadap Daya Tetas. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa perlakuan pembilasan dengan penambahan vitamin B Kompleks tidak memberikan pengaruh yang nyata (P> 0,05) terhadap daya tetas telur ayam Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur yang tidak dibilas dengan vitamin B Kompleks mempunyai rataan daya tetas 63,66 %, sedangkan telur yang dibilas dengan vitamin B kompleks mempunyai rataan daya tetas 69,70 %. Walaupun dalam penelitian ini pengaruh pembilasan vitamin B kompleks tidak memberikan pengaruh yang nyata namun nampak adanya kecenderungan peningkatan daya tetas telur ayam Arab pada kelompok telur yang dibilas dengan vitamin B Kompleks. LPM UNISKA 40

Adanya kecenderungan peningkatan daya tetas telur ini dikarenakan adanya pengaruh dari pembilasan telur tetas dengan menggunakan vitamin B Kompleks yang mempunyai kandungan vitamin yang berguna untuk pertumbuhan embrio didalam telur dan dapat meningkatkan daya tetas teiur. Hal ini sesuai dengan pendapat (Triharyanto, 2001) yang menuliskan bahwa vitamin B kompleks yang terdiri atas vitamin B1, B2, B5, B6, dan B12 berperan dalam proses metabolis pada hewan. Kekurangan terhadap vitamin ini menyebabkan nafsu makan berkurang, pertumbuhan terhambat, reproduksi telur menurun, serta daya tetas berkurang. Diperkuat oleh pendapat (Wahyu; 1997) yang menegaskan bahwa vitamin B kompleks merupakan zat metabolis yang esensial bagi semua hewan, ayam membutuhkan vitamin B komplek untuk menjaga produksi normal dan daya tetas serta dapat mengurangi gejala defisensi yang dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat, efesiensi penggunaan makanan menurun, metabolisme, dan daya tetas menurun. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Daya Tetas Telur Ayam Arab. Dalam penelitian ini perlakuan penyimpanan telur tetas ditempatkan pada suatu kotak yang suhunya 17º C sampai 20ºC dan kelembaban berkisar antara 65 % sampai 75 %. Selama masa penyimpanan telur, posisi telur diletakkan dengan bagian tumpul terletak disebelah atas. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan telur tetas memberikan pengaruh yang sangat nyata ( P< 0,01) terhadap daya tetas telur ayam Arab. Rata-rata daya tetas (%) pada lama penyimpanan yang berbeda sebagaimana nampak pada Tabel 1. Tabel 1. Rata- rata Daya Tetas Telur Ayam Arab (%) pada masing - masing perlakuan. Perlakuan Daya Tetas PI 68,53 % a P2 63,61 % a P3 37,50 % a P4 30,41 % a Keterangan : notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Dari tabel diatas dapat diuraikan bahwa daya tetas tertinggi terdapat pada lama penyimpanan 2 hari (P1) yaitu sebesar 68,53% dan daya tetas terendah terdapat pada lama penyimpanan 14 hari (P4) sebesar 30,41%. Perbedaan yang sangat nyata ini disebabkan karena komposisi kandungan nutrisi yang terdapat pada telur menurun. Dan juga penurunan berat telur dan kantung udaranya semakin membesar, selain itu kadar air dan karbon dioksidanya meningkat, sehingga isi telur semakin encer dan daya tetasnya menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2004) yang menyatakan bahwa dalam kondisi lingkungan yang kurang baik, serta penyimpanan telur yang terlalu lama akan menyebabkan peningkatan kadar air, berat telur menurun dan isi telur encer sehingga daya tetasnya menurun. Serta diperkuat oleh pendapat Triharyanto (2001) yang menuliskan bahwa kemampuan daya tetas telur yang penyimpanannya lebih dari 7 hari akan mengalami penurunan daya atau kemampuan tetasnya. Pengaruh Interaksi Pembilasan dengan Penambahan Vitamin B Kompleks dan Lama Penyimpanan Telur Tetas Terhadap Daya Tetas Telur Ayam Arab. Hasil analisa data menunjukkan pengaruh interaksi yang tidak berbeda nyata (P> 0,05) antara pembilasan dengan penambahan vitamin B Kompleks dan lama penyimpanan telur tetas terhadap daya tetas ayam Arab. Rata-rata daya tetas ayam Arab dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 nampak bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara pembilasan dengan penambahan vitamin B Kompleks dan lama penyimpaman terhadap daya tetas telur ayam Arab. Tabel 2. Rata-rata Daya tetas (%) Telur Ayam Arab. Perlakuan VI PI VI P2 VI P3 VI P4 V0 P1 V0 P2 V0 P3 V0 P4 Daya tetas 91,67 a 90,47 a 53,33 a 43,33 a 91, 07 a 79,17 a 46,67 a 37,77 a Keterangan: notasi yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) LPM UNISKA 41

Hal ini diduga karena penambahan vitamin B Komplek yang dicampur dengan air hangat hanya bersifat sebagai pembilas telur saja dan untuk meningkatkan kelembapan pada penetasan. Sedangkan perlakuan lama penyimpanan dapat mengakibatkan perubahan pada kualitas telur. Penyimpanan yang semakin lama dapat menurunkan kualitas telur tetas. Meski demikian, nampak bahwa kombinasi perlakuan yang menghasilkan rataan daya tetas tertinggi adalah perlakuan pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks dan lama penyimpanan 2 hari (V1P1) yaitu sebesar 91,67%. Hasil rataan daya tetas tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain, khususnya perlakuan pembilasan tanpa penambahan vitamin B kompleks dan lama penyimpanan 2 hari (V0P1), yang juga menghasilkan rataan daya tetas relatif tinggi, yaitu 91,07%. Kedua hasil rataan daya tetas yang tinggi tersebut sama-sama dihasilkan pada perlakuan kombinasi dengan lama penyimpanan 2 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi daya tetas telur, tidak hanya oleh faktor telur tetas saja tetapi juga faktor - faktor lain yang mempengaruhi daya tetas seperti dijelaskan oleh Sujarwo ( 1997) yang menuliskan bahwa keberhasilan penetasan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang mendukung seperti temperatur, kelembapan udara serta kelangsungan proses itu sendiri. Dan diperkuat oleh pendapat Rasyaf (1988) yang menuliskan keberhasilan penetasan ditentukan oleh dua faktor yaitu dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi telur itu sendiri, asal usul, dan kondisi fisik dari telur, sedangkan faktor dari luar berasal dari lingkungan yang meliputi penanganan telur tetas, mesin tetas dan penanganan setelah proses penetasan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: 1. Pembilasan telur tetas dengan penambahan vitamin B kompleks tidak mempengaruhi daya tetas telur ayam Arab. 2. Lama penyimpanan telur tetas berpengaruh sangat nyata terhadap daya tetas telur ayam Arab. Rata-rata daya tetas tertinggi dan terendah dijumpai pada perlakuan lama penyimpanan 2 hari dan 14 hari, yaitu 68,53% dan 30,41%. 3. Perlakuan kombinasi pembilasan dengan penambahan vitamin B kompleks dan lama penyimpanan tidak mempengaruhi daya tetas telur ayam Arab. SARAN Sebaiknya dilakukan penyimpanan telur tetas ayam Arab maksimal 7 hari agar diperoleh daya tetas yang relatif tinggi. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z, 2004. Menigkatkan Produktivitas Ayam Kampung. Agromedia Pustaka, Jakarta. Bilbery dan Carter, 1952. Duck and Goose Raising.. Ontario. Taronto. Ontaria. Departemen of Agriculture. Djanah, 1987. Beternak Ayam dan Itik.. Penerbit CV. Yasa Guna, Solo. Kholis. S dan Sitanggang.M, 2002. Ayam Arab dan Poncin Petelur Unggul. Penerbit PT. Agro Media Pustaka, Jakarta. Kuswara, A. 1991. Tata Laksana Kandang dan Penetasan. Penerbit Wahyu Wijaya, Surabaya. Marhiyanto, 2000. Sukses Beternak Ayam Arab.. Difa Publiser, Jakarta. North, M. O. 1981. Comercial Chicken Production Manual. Avi publising company. Wesport. Connecticut. California. Paimin. F.B. 1999. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Pambudi.W.SE dan Tim lentera, 2003. Beternak Ayam Arab Merah Si Tukang Bertelur. Penerbit PT. Agro Media Pustaka, J akarta. Rasyaf, 1988. Pengelolaan Penetasan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Samosir.DJ. 1987. Ilmu Beternak Itik. PT. Gramedia, Jakarta. Sarwono, 2001. Ayam Arab Petelur Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudjarno. E. 1991. Penetasan. Fakultas peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Suharsono. B dan K. Amri, 2002. Beternak Itik Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta. Triharyanto B, 2001. Beternak Ayam Arab,. Penerbit Kanisius, Yogyakarta LPM UNISKA 42