BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran, baik warga Indonesia maupun warga negara asing terhadap

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. An-nisa, ayat 13 surah Al Hujurat, ayat surah As-Syura, ayat 45 surah An Najm dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

PENELITIAN KAJIAN WANITA

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 38 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 897 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

MODEL PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN KORBAN TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang sah karena terbentuk sesuai dengan aturan hukum yang. berlaku, demi kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi, dan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. korban diskriminasi, pengniayaan, kekerasan seksual dan lainya. 2 Penanganan. KDRT khususnya terhadap korban KDRT.

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan posisi perempuan sebagai manusia tidak sejajar dengan posisi lakilaki.

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga merupakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan satu hal yang baru. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, dari anak anak sampai dewasa. Kekerasan yang marak terjadi dan menyita perhatian publik adalah kekerasan yang menimpa kaum perempuan. Terutama kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga. Di Indonesia khusunya Kota Malang, telah banyak terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga, menurut data Unit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) di POLRES Malang Kota, pada Juni 2010 sampai Juli 2013 telah terjadi 193 kasus tindak kekerasan dalam rumah tangga (Data PPA POLRES Malang Kota). Kekerasan dalam rumah tangga, menurut pasal 1 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan pada seseorang, terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan / atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. (Undang- Undang RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga : 2). Rumah tangga seharusnya adalah tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Pada kenyataannya justru banyak rumah tangga menjadi tempat 1

penderitaan dan penyiksaan karena terjadi tindakan kekerasan (Rika, 2006). Kekerasan seringkali terjadi karena adanya kesenjangan antara peran laki- laki dan perempuan dalam keluarga yang dipengaruhi oleh masih melekatnya budaya patriarki dalam suatu kelompok masyarakat. Nilai patriarki yang merupakan refleksi dari nilai sosial, budaya, dan agama tersebut menekan lembaga keluarga bahkan dijadikan mekanisme sosial kepentingan- kepentingan pencapaian tujuan keluarga yang tidak berimbang antara status dan peran laki- laki dan perempuan. Pencapaian tujuan keluarga dapat tercapai akan tetapi mengorbankan hak dan kepentingan kaum perempuan bahkan dengan cara kekerasan baik secara fisik maupun psikologis (Munandar, 2010 : 3). Berbagai kondisi tidak menyenangkan dialami oleh perempuan sebagai korban. Hal itu tentunya mempengaruhi kondisi psikologis korban, terlebih lagi jika kekerasan tersebut terjadi secara berkelanjutan. Perubahan kondisi psikologis tersebut bisa dilihat dari tingkah laku korban yang menjadi murung, lebih suka menyendiri merenungi nasib, tidak percaya akan adanya perubahan yang lebih baik dimasa mendatang bahkan merasa tidak memiliki semangat untuk menjalani kehidupan. Keadaan seperti ini menyebabkan korban berpikir bahwa hidup yang dijalani sekarang ataupun dikemudian hari seakan tidak memiliki makna lagi. Penderitaan korban tidak berhenti sampai pada adanya tekanan saja selama mendapat tindak kekerasan. Kehilangan kepercayaan akan masa depan yang lebih baik daripada masa sekarang turut memperburuk kondisi psikologis korban. Kondisi ini berperngaruh pada lunturnya kekuatan spiritual korban yang berujung pada hilangnya arah dan tujuan hidup. 2

Berikut adalah pernyataan dari seorang korban kekerasan dalam rumah tangga yang pernah mengadukan suaminya ke Unit PPA POLRES Malang Kota, Saya itu merasa, kenapa semuanya itu bertentangan sama keinginan saya. Saya itu ingin anak saya nurut sama saya, suami saya baik sama saya bukannya terusan nyakitin saya. Saya itu kadang merasa saya ini hidup sia- sia saja, sebenarnya untuk apa sih hidup saya, kasian orang tua saya punya anak kayak saya. (wawancara subjek 2 Oktober 2013) Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa subjek merasa kenyataan yang terjadi dalam hidupnya tidak sesuai dengan keinginannya, termasuk kekerasan yang dilakukan suaminya. Hal tersebut membuat subjek merasa hidupnya tidak memiliki makna lagi. Pada kasus ini, subjek mengalami masa- masa krisis saat ia menerima segala perlakuan kasar suaminya. Pada saat subjek berada dalam situasi puncak kritisnya, subjek merasa diperlakukan secara tidak adil sehingga ia memutuskan untuk melaporkan suaminya ke pihak berwajib. Pada situasi ini, subjek mencari keadilan atas dirinya. Dalam kondisi ini subjek mencoba menghayati makna hidupnya dengan pencapaian keadilan dan terbebas dari tekanan yang diberikan oleh suamiya. Setelah mengadukan kasusnya ke lembaga hukum, subjek mempertimbangkan kembali keputusannya tersebut. Akhirnya subjek memutuskan untuk mencabut kembali gugatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa subjek masih belum mampu untuk memaknai hidup sepenuhnya, ia merasa masih membutuhkan suaminya. Keputusan untuk mencabut gugatan tersebut berarti memberi kesempatan untuk kekerasan terjadi kembali. Dalamnya penderitaan yang dialami subjek dalam kehidupan rumah tangganya, dimungkinkan menimbulkan kondisi ketertekanan psikologis hingga mengakibatkan hilangnya semangat, harapan dan tujuan hidup. Bahkan, tidak ada 3

lagi kepercayaan akan masa depan yang lebih baik dan berdampak pada hilangnya kebermaknaan hidup (Ainun, 2010 : 21). Menurut, Victor E Frankl setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya tak terkecuali seorang isetri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Kebahagiaan diperoleh seseorang melalui proses memaknai hidup. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna dalam hidupnya akan menimbulkan dampak psikologis yang negatif. Di antara dampak tersebut adalah sulit merasakan kebahagiaan, merasa hidupnya hampa dan kosong, depresi hingga menuju tindakan bunuh diri. Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup akan menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan dan apatis. Kebosanan adalah ketidakmampuan individu untuk membangkitkan minat, sedangkan apatis merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa (Bastaman, 1996 : 27). Tidak semua hal yang melahirkan penderitaan menjadikan seseorang kehilangan makna hidupnya. Pada suatu kondisi tertentu, seseorang justru dapat menemukan makna hidupnya melalui penderitaan yang ia alami. Seperti dalam penelitian terdahulu yang berjudul Kebermaknaan hidup pada mantan pasien depresi menyatakan bahwa individu (pasien) masih dapat memaknai hidupnya setelah sembuh dari depresinya. Dia menemukan kembali makna hidup setelah menjalani masa- masa kritis dalam hidupnya (Fuji, 2013 : 9). 4

Dalam penelitian lain yang berjudul Kebermaknaan hidup pada orang tua yang memiliki anak retardasi mental menyatakan bahwa individu dapat memaknai hidupnya melalui cobaan dan ujian yaitu memiliki anak retardasi mental. Subjek lebih mengaggap itu sebagai karunia yang diberikan kepadanya. Anak retardasi mental juga mempunyai keunggulan lain yang dapat dikembangkan secara optimal. (Aminah, 2009 : 9) Selain hasil penelitian tersebut diatas, penelitian kualitatif mengenai kebermaknaan hidup juga telah dilakukan, yaitu Kebermaknaan Hidup Narapidana yang Mendapat Vonis Hukuman Seumur Hidup di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Madiun, yang menggambarkan bahwa subjek pertama sedang berjuang mengupayakan kebebasannya keluar dari lembaga pemasyarakatan untuk bertahan menghadapi stress karena usahanya belum terwujud dengan mengontrol diri membentuk image building seperti berperilaku sesuai ketentuan, ramah, senyum meski hal tersebut tidak sesuai dengan keinginannya. Subjek kedua menghadapi permasalahan hidup dengan tetap bisa menikmati kesenangan, memenuhi need untuk pleasure principle, semua aktivitas yang bisa menyenangkan dirinya akan dilakukan sambil menunggu hasil usaha yang dilakukan ibunya karena menurut subjek hidup untuk menikmati kesenangan tanpa harus bersusah payah. (Ainun, 2010 : 9) Berbagai penelitian tersebut diatas, telah membahas tentang individu yang berada dalam situasi yang berkaitan dengan makna hidupnya. Penelitian tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga seringkali dianggap sebagai hidden crime atau kejahatan tersembunyi karena baik pelaku maupun korban berusaha untuk 5

merahasiakannya dari pandangan publik. Sejalan dengan hal itu, untuk menanggulangi bahaya kekerasan, pemerintah sedang menggalakkan program yang disebut WCC (Woman Crisis Center) yang khusus menanngani tentang permasalahan perempuan dan anak yang di dalamya termasuk kasus kekerasan dalam rumah tangga. Keberadaan program ini mendorong munculnya berbagai penelitian tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fathul Djannah DKK yang berjudul Kekerasan terhadap Istri menyatakan bahwa dari keseluruhan responden yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, hanya tiga yang akhirnya mengakhiri perkawinan. Keputusan ini merupakan awal dari pembebasan dan pencapaian orientasi baru kehidupan sekaligus penyembuhan secara psikologis dengan cara melepaskan diri dari perkawinan (cerai). Empat orang selebihnya bersikap mempertahankan perkawinannya sambil berusaha dengan berbagai cara untuk mengubah keadaan sifat suaminya dan mencari jalan keluar setiap kali suaminya melakukan kekerasan, baik dengan mengalah, membujuk suami, maupun mengikuti kemauan suami. Hal ini merupakan tahap antiklimaks dari seluruh penderitaan yang menimbulkan sikap kebal, hampa, dan tidak peduli dengan apapun yang terjadi pada dirinya. Korban yang mengalami hal ini tetap bertahan dalam perkawinan samba mengarahkan perhatian pada halhal lain, seperti pada anak atau kegiatan lain (Fathul Djannah, 2002 : 116). Sejalan dengan penelitan ini, permasalahan hidup yang dialami oleh subjek adalah disebabkan karena terjadinya kekerasan dalam rumah tangganya. Pada kasus ini, peneliti mencoba mengungkap alasan subjek mencabut kembali 6

gugatannya. Peneliti ingin menggali motif yang melatarbelakangi keputusan subjek untuk kembali ke masa krisis setelah mencoba untuk mencapai keadilan yang berujung pada pemaknaan hidupnya. Suatu kondisi yang tidak menyenangkan dan menimbulkan ketertekanan psikologis tentunya telah dirasakan subjek sebagai korban, namun ia memilih bertahan dengan keadaan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk menggali pergolakan makna hidup yang terjadi pada diri korban dan tahapan yang dilaluinya untuk menemukan makna hidupnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncul pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana bentuk kekerasan yang dialami oleh korban tindak kekerasan dalam rumah tangga? 2. Bagaimana tahapan penemuan makna hidup pada korban tindak kekerasan dalam rumah tangga? C. Tujuan Penelitan 1. Mendeskripsikan bentuk- bentuk kekerasan terhadap rumah tangga yang dialami oleh korban tindak kekerasan dalam rumah tangga 2. Mendeskripsikan tahapan penemuan makna hidup pada korban tindak kekerasan dalam rumah tangga 7

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis, diantaranya : 1. Manfaat toeritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikanpenambahan khazanah keilmuan psikologi terutama berkenaan dengan bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan kebermaknaan hidup individu yang menjadi korban tindak kekerasan dalam rumah tangga 2. Manfaat praktis, sebagai bahan rujukan untuk pengupayaan perlindungan dan pelayanan kepada korban tindak kekerasan dalam rumah tangga 8