ANALISA DAERAH RAWAN KEMACETAN DI RUAS JALAN NASIONAL DAN PROVINSI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Kinerja Pelayanan Pada Simpang Empat Juanda Kabupaten Sidoarjo

Rekayasa Teknik Sipil Vol 3 Nomer 3/rekat/14 (2014) : Kabupaten Sidoarjo. Anita Susanti. Dosen Teknik Sipil. Universitas Negeri Surabaya

DAMPAK BENCANA ALAM (CUACA EKSTRIM) TERHADAP INFRASTRUKTUR JALAN BAHAN JUMPA PERS DITJEN BINAMARGA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

GUBERNUR JAWA TIMUR. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

GUBERNUR JAWA TIMUR, MEMUTUSKAN:

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

rata-rata 19 km/jam ; Jalan Kolektor dengan kecepatan rata-rata 21 km/jam ; Jalan Lokal dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

GUBERNUR JAWA TIMUR. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1

P E N U T U P P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang. memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGEMBANGAN BUS KOTA MALANG RAYA

PENDAHULUAN. Bagaimana kondisi dan karakteristik lalu lintas pada ruas jalan Waru - Sidoarjo?

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

PENERAPAN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN KECAMATAN TAMAN SIDOARJO DALAM UPAYA INTEGRASI TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

KRITIK ARSITEKTUR SIMPUL KEMACETAN DI JALAN MARGONDA RAYA, DEPOK JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL DI BENDAN PEKALONGAN

BAB. I. Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk kota Surabaya lebih dari tiga juta jiwa. Dari sekitar 290 km 2 (29.000)

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB 2 TINJAUAN TEORI

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL PADA PERSIMPANGAN JALAN PAKUNEGARA - JALAN UDAN SAID - JALAN AHMAD YANI - JALAN PADAT KARYA GAYA BARU DI PANGKALAN BUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

Transkripsi:

ANALISA DAERAH RAWAN KEMACETAN DI RUAS JALAN NASIONAL DAN PROVINSI JAWA TIMUR Dadang Supriyatno, Anita Susanti Dosen Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya dadang.supriyatno@gmail.com Abstrak - Perkembangan kondisi perekonomian masyarakat semakin meningkat. Melihat kondisi seperti itu, maka diperlukan suatu perancangan lalu lintas utama antar kota guna menunjang kegiatan ekonomi regional dan nasional. Banyaknya ketidaktahuan masyarakat terhadap titik-titik rawan kemacetan khususnya di ruas nasional dan provinsi Jawa Timur, sehingga diperlukan suatu studi analisa terhadap daerah rawan yang teridentifikasi sebagai daerah rawan kemacetan. Metode penelitian yang dilakukan adalah daerah-daerah yang ditengarai sebagai daerah rawan kemacetan. Hasil penelitian dibagi menjadi empat ruas jalur utama yaitu pada jalur utara, jalur barat, jalur seurabayalatan, jalur timur Provinsi Jawa Timur. Pada jalur utara kemacetan terjadi di ruas Duduk Sampean arah Surabaya-Gresik-Lamongan; pada jalur barat kemacetan terjadi pada ruas Mojoagung ruas Nganjuk Caruban ruas Madiun Maospati; pada jalur selatan terjadi kemacetan pada ruas depan Pabrik Paku - Terminal Bungurasih ruas Purwosari Purwodadi ruas Pasuruan Karanglo; pada jalur Timur terjadi kemacetan pada ruas Gondanglegi Beji Bangil Pasuruan Probolinggo. Kata Kunci: identifikasi, kemacetan, nasional, provinsi I. PENDAHULUAN Pergerakan lalu lintas yang aman, nyaman, dan lancar merupakan impian masyarakat dalam melintas sepanjang ruas. Oleh sebab itu diperlukan suatu dukungan unsur keselamatan, keamanan, ketertiban bagi pemakai merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu perlu adanya suatu studi analisa yang membahas daerah rawan kemacetan di ruas nasional, provinsi Jawa Timur. Tujuan dari studi ini adalah melakukan identifikasi pada ruas-ruas utama nasional dan provinsi Jawa Timur, yang yang mempunyai indikasi sebagai daerah-daerah rawan banjir, longsor dan kemacetan lalu lintas. Daerah Rawan Kemacetan adalah suatu daerah yang memiliki volume kendaraan melebihi dari kapasitas yang ada. Adanya kemacetan di akan sangat menganggu lancarnya lalu lintas kendaraan, yang akan menganggu kelancaran pergerakan ekonomi, manusia dan barang. Dengan pengamatan langsung di lapangan berupa perhitungan setiap kendaraan yang Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 lewat, pengukuran fisik dan pengamatan aktivitas pada sisi ruas, yang selanjutnya dilakukan analisa, akan didapat hasil nilai kemacetan (nilai kejenuhan) dan rekomendasi cara penanganannya. Derajat kejenuhan (DS), untuk menentukan nilai kemacetan didapat dari rumus : DS = Q / C dimana : DS = derajat kejenuhan (tingkat kemacetan) Q = volume arus lalu lintas (smp/jam) C No. Ruas Nama Ruas Status Urut 1. 006.2 Bts. Kab. Nganjuk- Caruban Provinsi 2. 009.2 Bts. Kab. Mojokerto- Nasional 3. 013 Taman-Krian Provinsi 4. 014 Waru-Taman Provinsi 5. 017 Sidoarjo-Gempol Provinsi 6. 018.2 Bangil-Pasuruan Nasional 7. 019.1 Pasuruan-Probolinggo Nasional 8. 027 Pandaan-Purwosari Nasional 9. 028 Purwosari-Purwodadi Nasional 10. 029.2 Bts. Kab. Pasuruan- Nasional Karanglo 11. 043.11K Jl. Raya Gresik Nasional = kapasitas ruas (smp/jam) Tabel 1 : Daftar Identifikasi Daerah Rawan Kemacetan Sistem jaringan lalu lintas kendaraan di raya sebagai pelaksana transportasi meskipun telah direncanakan dengan baik dan diadakan perhitungan yang optimal akan ada kemungkinan disuatu saat terjadi kemacetan dan menjadi daerah / ruas rawan kemacetan. Arus lalu lintas kendaraan di raya yang bergerak pada kondisi aliran normal haruslah dijaga terhadap hal-hal yang menyebabkan rawan kemacetan. Sehingga dengan adanya kemacetan yang terjadi akan sangat menggangu lancarnya lalu lintas kendaraan, yang pada akhirnya akan mengganggu kelancaran pergerakan ekonomi manusia dan barang. A-21

Berikut akan diperlihatkan sistem jaringan di Provisi Jawa Timur di gambar 1. Kapolres yang dihubungi pada wilayah Jawa Timur, adalah : Tabel 2 : Nama Polres Di Jawa Timur Gambar 1 : Jaringan Jalan Di Provinsi Jawa Timur II. METODE Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survai dengan melakukan segala identifikasi permasalahan yang ada di lapangan. Pelaksanaan survai lapangan dilakukan pada daerah-daerah yang ditengarai rawan kemacetan, seperti pada tabel 1, dimana kemacetan terjadi berulang kali dan hampir terjadi setiap hari pada daerah yang sama terutama pada pusat-pusat kegiatan aktivitas masyarakat, seperti pasar, perlintasan kereta api dan pusat-pusat hiburan yang berada disepanjang nasional dan propinsi. Pelaksanaan survai pada daerah rawan kemacetan dilakukan setelah persiapan dikantor telah lengkap, baik sistem kerja, jadwal, peralatan survai, kendaraan maupun personil berdasarkan uji coba survai lapangan yang telah dievaluasi dengan baik. Untuk pelaksanaan survai lapangan, anggota telah dibekali pedoman pelaksanaan dan format kerja standar yang akan dipakai survai sampai pelaksanaan analisa data. Langkah awal dalam mendapatkan data sekunder dari pihak Kepolisian Direktorat lalu lintas mengenai daerah rawan kemacetan. Kemudian mencari data yang relevan dan sesuai dengan penelusuran awal ini, kemudian ditetapkan untuk diadakan survey dilapangan. Nama Polres Polres Sidoarjno Polres Mojokerto Polres Polres Situbondo Polres Jember Polres Banyuwangi Polres Sampang Polres Pamekasawin Polres Sumenep Polres Gresik Polres Lamongan Polres Tuban Polres Magetan Polres Ngawi Nama Polres Polres Nganjuk Polres Kediri Polres Malang Polres Lumajang Polres Probolinggo Polres Pasuruan Polres Bojonegoro Polres Pacitan Polres Ponorogo Polres Madiun Polres Tulungagung Polres Trenggalek Polres Trenggalek Polres Blitar Langkah selanjutnya adalah mencari informasi ke lapangan mengenai hari-hari dan waktu-waktu (jam), kepadatan lalu lintas kendaraan tertinggi maupun yang macet. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah dalam mencari informasi maupun mengetahui suatu lokasi rawan kemacetan terutama pada hari dan jam kepadatan lalu lintas kendaraan tertinggi, adalah dengan melakukan counting pada jam-jam tersibuk. Analisa kerawanan pada lokasi ruas dimaksud akan menghasilkan nilai kejenuhan terhadap kapasitas ruas yang disurvey, yang berarti terjadi timukemacetan, terakhir adalah usulan dan rekomendasi penanganannya, apabila sudah lewat jenuh, berikut analisa kemacetan pada beberapa ruas nasional dan provinsi dibawah ini : A-22 ISBN : 978-979-18342-3-0

Tabel 3 : Lintas Daerah Rawan Kemacetan No Daftar Daerah Rawan Kemacetan Lintas 1 Waru Taman Sidoarjo Surabaya Mojokerto 55 Km 2 Bts. Kab. Mojokerto Mojokerto 25 Km 3 Bts. Kab. Nganjuk Nganjuk Caruban Caruban 29 Km 4 Kepanjen-Bts Kab.Blitar Kepanjen Blitar 59 Km 5 Sidoarjo Gempol Sidoarjo Gempol 37 km 6 Pasuruan Bangil Pasuruan Bangil 14 Km 7 Pasuruan Probolinggo Pasuruan Probolinggo 38 Km 8 Ketapang Banyuwangi Ketapang Banyuwangi 12 Km 9 B.Wangi Rogo jampi B.Wangi Rogo jampi 8 Km 10 Surabaya - Bts. Gresik Surabaya Gresik 15 km 11 Bts. Surabaya - Gresik Surabaya Gresik 15 km 12 Gresik Bts. Lamongan Gresik-Lamongan 28 km 13 Bts. Gresik Lamongan Gresik-Lamongan 28 km 14 Lamongan Babat Lamongan Babat 28 km Bts. Tuban Lamongan Tuban Paciran 15 (Pantura) 44 km Pada jalur Timur terjadi kemacetan pada ruas Gondanglegi, Beji, jalur Surabaya-Bangil- Pasuruan dengn nilai derajat kejenuhan sebesar 1,15. Pada ruas Pasuruan-Probolinggo memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,76. Berdasarkan hasil analisa data lapangan diatas, maka dapat diketahui bahwa pergerakan lalu lintas khususnya pada ruas nasional dan provinsi Jawa Timur memiliki derajat kejenuhan diatas nilai 1, yang berarti arus sudah tidak stabil, tundaan, dan panjang antrian yang cukup panjang. Ruas nasional dan provinsi yang teridentifikasi sebagai daerah rawan kemacetan disebabkan karena sebagian besar pemanfaatan tata guna lahan merupakan daerah strategis dan komersial. Berikut akan dijelaskan lebih detail lagi penjelasan mengenai tat guna lahan di tiap-tiap jalur penelitian pada tabel 4. Tabel 4 : Tata Guna Lahan Di Jalur Utara Ruas / Lintas Titik lokasi Anatomi Lokasi Gresik - Lamongan Pasar Duduk Sampean 1. pemukiman padat 2. daerah lingkungan pasar 3. simpang empat tidak simetris 4. tidak ada traffic light 5. tidak ada Zebra Cros Identifikasi permasalahan di lapangan dalam menganalisa daerah rawan kemacetan di Jawa Timur terbagi menjadi 4 jalur utama penelitian, yaitu: jalur Utara, jalur Selatan, jalur Barat, jalur Timur. Pada jalur Utara kemacetan terjadi pada ruas Duduk Sampean, arah Surabaya Gresik dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 1,3052 yang berarti lewat jenuh Pada jalur Barat di depan Pabrik kertas Tjiwi Kimia km 42 dari Surabaya memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,52. Ruas Mojoagung memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,160. Pada ruas Taman-Krian memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,38. Ruas Nganjuk-Caruban memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 0,57 9belum jenuh). Pada jalur Selatan terjadi kemacetan di ruas depan Pabrik Paku memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,55 dan pintu gerbang II Terminal Bungurasih memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,44. Kemacetan juga terjadi pada ruas Purwosari-Purwodadi memiliki nilai derajat kejenuhan dari Surabaya sebesar 1,29 dan 1,13 nilai derajat kejenuhan ke arah Surabaya. Ruas Selain itu kemacetan juga terjadi pada batas Pasuruan-Karanglo dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 1,32 dari Surabaya dan 1,59 nilai derajat kejenuhan ke arah Surabaya. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 A-23

Ruas / Lintas Titik lokasi Anatomi Lokasi Waru - 1. Merupakan pintu masuk Taman (014) Bundaran Waru utama jalur barat dan selatan menuju pusat kota Surabaya. 2. Terdapat perkantoran dan pusat pertokoan 3. Arus lalu lintas padat Taman Krian (013) Medaeng Ispatindo Taman Sepanjang Kletek Pasar Krian Km. Sby. 30 + 000 1. Lebar utama 9.50 m Lebar cabang/ kampung 5.50 m 2. Terdapat pemberhentian angkutan (terminal Siluman) 3. Terdapat PKL pada sisi arah krian 4. Permukiman padat 1. Tidak ada Zebra Cross 2. Keluar - masuk kendaraan pabrik dan gudang 3. Rambu rusak berat 4. Ada Traffic - Light tetapi tidak berfungsi 5. Pemukiman padat, Gudang dan Pabrik 1. Tidak ada Zebra Cross 2. Banyak penyebrang 3. Tidak ada Traffic - Light 4. Rambu rusak berat 1. Jalan Utama Lintas kota Surabaya - Mojokerto (tidak melelui By pass) 2. Lokasi pasar dan pertokoan 3. Terdapat Pemberhentian Bus/ MPU 4. Terdapat pangkalan Becak dpn Pasar dan persimpangan 5. Banyak pe kaki dan penyeberang Krian Mojokerto (012) Mojokerto (0092) Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Km. Sby. 42+000 By Pass Mojokerto 54+000 Trowulan 61+250 Mojoagung (Jl. Veteran Ds Mojo Trisno) 65+200 Peterongan 1. Aktifitas karyawan pabrik (keluar - masuk) jam kerja 2. Banyak kendaraan umum menunggu dan menaik turunkan penumpang 1. Jalan arteri utama Surabaya madiun 2. Dekat terminal Bus / MPU. 3. Simpang empat dan bahu sempit 4. Jalur utama/ terdekat menuju - Gempol Pasuruan 5. Banyak penjual asongan pada Trafic light 1. Sumber kemacetan pada Mojoagung 2. Lebar utama 7.3 m, Lebar cabang 4.40 m. 3. Arus lalu lintas padat dan banyak aktifitas penyeberang. 4. Tidak ada Marka, Rambu, zebra cros 5. Lampu penerangan Kurang 1. Terdapat terminal MPU sisi utara utama 2. Terdapat shelter bus dua sisi tepi 3. Lingkungan pasar dan terminal MPU 4. Tidak ada marka, rambu, dan zebra cross 5. Penyempitan jembatan arah barat 1. Kondisi yang menyempit dan kurang baik terutama pada perlintasan Kereta Api 2. Banyak penyeberang Tabel 5 : Tata Guna Lahan Di Jalur Barat Nganjuk- Tanjakan 1. Jalan nasional Surabaya Caruban Nampu Madiun (0062) 2. Tanjakan dan tikungan 132 tajam Tanjakan 3. Terdapat perlintasan KA Widas Km. 4. Bahu sempit Sby. 134 5. Rawan kemacetan & Tanjakan kecelakaan Pugruk 141 Tabel. 5 : Tata Guna Lahan Di Jalur Selatan A-24 ISBN : 978-979-18342-3-0

Ruas / Lintas Titik lokasi Anatomi Lokasi Waru Sidoarjo (016) pabrik Paku Aloha 1. Jalur lintas penghubung ke pusat 2. Terdapat Simpang tiga menuju pabrik Paku Waru dan Perum Rewin yang padat lalulintas menyilang sebidang dengan Jalur KA. 3. Antrian MPU tepi menaik turunkan penumpang 1. Jalur lintas penghubung Surabaya-Sidoarjo dan ke Bandara Juanda 2. Aktivitas penyeberang padat oleh karyawan pabrik Maspion. 3. Daerah industri Bts Kab Pasuruan Karanglo (029) Porong 1+100 km Simpang tiga Japanan pasar lawang Km. Sby. 70+000 4. Aktifitas simpang tiga keluar-masuk jalur Gempol-Pasuruan menuju Gempol-Malang 5. tidak ada Trafic light 1. Kemacetan antrian kendaraan berat akibat bencana Lumpur lapindo 2. Jalur alternatif dari Malang dan pasuruan menuju Mojokerto lewat simpang tiga Japanan. 3. Arus lalu lintas padat antar kota dan lokal 1. Daerah pasar & perbelanjaan 2. MPU / Bis menaik turunkan penumpang depan pasar 3. Merupakan daerah tanjakan Sidoarjo Gempol (017) Simpang empat Gedangan Jl. Gajah Mada (pusat kota Sidoarjo) 20+000 Exit tol porong - Jembatan Pusdik Porong lepas Jembatan 1. Aktivitas penyeberang padat oleh karyawan komplek industri 2. Terdapat persilangan sebidang dengan rel KA Surabaya-Malang di perempatan Jl. Ry Gedangan. 3. Terdapat Stasiun dan terminal MPU 4. Komplek pertokoan dan pemukiman padat penduduk 5. Terdapat trafic light namun untuk belok menuju kiri - kanan dari Sby - Sda tidak ikut diatur Trafic light. 1. Arus lalu lintas padat antar kota dan lokal 2. Daerah pertokoan & perbelanjaan 3. PKL menggunakan badan 4. Sisi timur untuk parkir kendaraan sehingga lebar efektif kurang 5. Penyeberang disembarang tempat 6. Tidak ada trafic light 1. Antrian kendaraan keluar masuk Tol Porong 2. Bencana lumpur Lapindo Porong 3. Kawasan pasar dan terminal Ruas / Lintas Bangil Pasuruan (018.1) Tabel 6 : Tata Guna Lahan Di Jalur Timur Titik lokasi Beji Ds. Gondang legi Km. Sby 37+000-38+000 pasar Bangil Km. Sby 47+000-50+000 Batas kota Bangil km. Sby 53+000 Anatomi Lokasi 1. Lingkungan pasar, puskesmas, Sekolahan, dan Pabrik 2. keluar - masuk Trailer 3. Terdapat jembatan menyempit 1. Lingkungan pasar, Ruko, Sekolah dan perkantoran 2. Jalan persimpangan dan trafic light mati 3. Aktifitas penyebrang 4. Gelombang dan menyempit 1. Perlintasan KA, dan tanjakan, tikungan 2. sering terjadi pelanggaran lalu lintas terutama pada kendaraan Umum/ Bus menerobos palang pintu perlintasan. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011 A-25

Pasuruan probolinggo (019.1) Ketapang Banyuwangi (025) Banyuwangi Rogojampi (134) Simpang tiga Kraton 64+000 Pasar Ngopak Jl.Ry. Ketapang Km. Sby 280 + 000-280 + 700 Km. Sby 287+100-287+500 1. Trafic light mati, marka, rambu kurang 2. Aktifitas pasar kerajinan kraton 3. Tidak terdapat Shelter Bus/MPU. 1. Aktifitas pasar Tradisional 2. Simpang tiga kedawung 3. menyempit, pangkalan becak dan parkir pinggir 4. Tidak ada Zebra Cross dan Trafic light. 1. Aktifitas penyeberangan lalu lintas Ketapang- Gilimanuk 2. lalu lintas padat saat Liburan 1. Daerah pusat kota Banyuwangi 2. Lokasi pasar dan pertokoan 3. Aktifitas lalu lintas padat 4. Terdapat pangkalan Becak dan parkir IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil survai lapangan dan analisa data di daerah rawan kemacetan dapat disimpulkan dalam 3 (tiga) kategori,yaitu: 1.) pendapat pengguna tentang keberadaan simpang empat bersinyal Juanda yag terintegrasi dengan by pass Juanda dan keberadaan tol tengah Waru-Juanda; 2).nilai derajat kejenuhan dari masing-masing jalur utama penelitian; 3). identifikasi secara detail tentang tata guna lahan pada tiap-tiap jalur rawan kemacetan. Pendapat dari pengguna tentang keberadaan simpang dan tol tengah,banyak mengatakan bahwa pembukaan alternatif tersebut sangat membantu pergerakan lalu lintas masyarakat dalam menuju Bandara Juanda. Nilai derajat kejenuhan sebagian besar di masingmasing ruas memiliki nilai lebih dari 1 (satu),dimana kemacetan yang terjadi memiliki tundaan waktu dan panjang antrian yang sangat panjang dan lama. Identifikasi daerah rawan kemacetan jika dilihat dari pemanfaatan tata guna lahan/ anatomi lokasi dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar titik rawan kemacetan memiliki tingkat aktifitas lalu lintas yang cukup tinggi didukung dengan adanya lokasi rawan kemacetan yang sangat strategis dan komersial. SARAN Pada titik-titik rawan kemacetan, sebaiknya dilakukan perencanaan pembukaan jalur alternatif di tiap-tiap jalur utama. DAFTAR PUSTAKA [1] Stoer, J and Bulirsch. 1980. Introduction to Numerical Analysis. New York: Springer Verlag. [2] Kirkpatrick, S. 1984. Optimazion Simulated Annealing. Journal of Statistical Physics Vol. 34. [3] Morlok, Edward K (1985), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta [4] Abubakar, Iskandar dkk. 1996. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Jakarta: Dephubdat. [5] Mahoney, John H. 2000. Intermodal Freight Transportation. New Jersey: Prentice Hall. [6] Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. A-26 ISBN : 978-979-18342-3-0