BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

Oleh: Aulia Ihsani

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar yaitu dua pertiga dari jumlah penduduk Indonesia 1, juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Beban untuk menanggulangi masalah kesehatan anak usia sekolah juga terus meningkat dikarenakan permasalahan kesehatan yang masih banyak terjadi di kalangan anak usia sekolah. Beberapa jenis permasalahan kesehatan yang banyak terjadi pada anakanak diantaranya seperti, diare, rokok, TB Paru, cacingan, dan lain sebagainya. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat penyakit diare i. Dari jumlah orang yang meninggal itu, 90% nya adalah balita dari negara berkembang. Dan 88% kasus tersebut berkaitan dengan pasokan air yang tidak aman serta sanitasi dan hygiene yang tidak memadai ii. Sedang berdasarkan survei Departemen Kesehatan pada 2003 menunjukkan, ratio penderita diare mencapai 300 per 1.000 orang. Surkesnas 2001 menunjukkan, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita. Di Indonesia, 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya iii. Diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita dan nomor tiga bagi bayi, serta nomor lima pada semua umur iv. Angka kematian bayi di Indonesia sebenarnya telah menurun secara signifikan dari 147 orang per 1.000 kelahiran pada tahun 1967 menjadi 41 orang pada tahun 1997. Namun angka ini meningkat secara drastis tahun 1999 menjadi 114 orang karena terjadi krisis ekonomi. Di negara maju, walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat, tetapi insiden diare tetap masih tinggi dan masih menjadi 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) 1

masalah kesehatan. Sedang penyakit di negara berkembang menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahunnya v. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2006 menunjukkan kejadian diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1.000 penduduk dan terjadi 1-2 kali pertahun pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Diare menempati urutan ke tiga penyebab kematian bayi. Padahal diare merupakan penyakit yang pencegahannya tergolong sangat sederhana, yaitu hanya dengan mencuci tangan. Sebuah riset vi membuktikan bahwa mencuci tangan dengan sabun merupakan cara termurah dan termudah untuk membasmi kuman dan bakteri penyebab diare. Kebiasaan masyarakat Indonesia mencuci tangan dengan sabun masih tergolong rendah. Indikasi ini dapat dilihat antara lain pada masih tingginya tingkat penyakit diare, tifus, dan cacing terutama pada anak-anak. Orang yang tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah melakukan aktivitas, akan mengalami kerugian secara medis dan ekonomis, sehingga harus mengeluarkan biaya besar untuk pengobatan. Data WHO 2006 mengungkapkan, ada empat intervensi untuk mencegah diare, yakni pengolahan air dan penyimpanan di tingkat rumah tangga, melakukan kebiasaan cuci tangan, meningkatkan sanitasi dan penyediaan air. Intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai 94%, melalui pengolahan air yang aman dan penyimpan di tingkat rumah tangga dapat mengurangi angka kejadian diare 39%. Melakukan kebiasaan mencuci tangan dapat mengurangi 45%. Kemudian meningkatkan sanitasi dapat menurunkan angka kejadian diare 32% dan meningkatkan penyediaan air dapat menurunkan kejadian diare 25%. Kebiasaan orang di setiap daerah, hampir semua rumah tangga memasak air untuk minum. Sedangkan mengenai kasus cacingan, di Indonesia penyakit cacingan tersebar luas di pedesaan dan di perkotaan dengan prevalensi semua umur 40%- 60% dan murid SD sebesar 60%-80% vii. Rata-rata kandungan cacing per orang adalah enam ekor cacing yang berpengaruh terhadap asupan karbohidrat dan gizi penderita. Angka infeksi kecacingan tinggi dipengaruhi oleh kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan kebiasaan penduduk. 2

Sedangkan jika dilihat dari permasalahan kesehatan yang banyak terjadi di kelompok usia anak sekolah di Provinsi Jawa Barat, Kota Depok, diantaranya adalah perilaku dalam buang air besar/kecil, cuci tangan dengan sabun, dan lain sebagainya. Seperti yang tertera pada tabel di bawah ini viii. Tabel. 1.1. Presentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Berperilaku Benar Dalam Buang Air Besar dan Cuci Tangan menurut Karakteristik Responden di Kota Depok, Riskesdas 2007 Karakteristik Responden Umur 10 14 15 24 25 34 35 44 Berperilaku benar dalam BAB* 75,9 79,1 79,4 78,0 Berperilaku benar dalam hal cuci tangan** 42,2 52,7 56,0 55,9 Keterangan : Dari data di atas, kita dapat melihat bahwa perilaku benar dalam BAB dan cuci tangan pada kelompok responden umur 10 14 termasuk rendah, bila dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. (sumber: laporan riskesdas provinsi Jawa Barat tahun 2007). Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa untuk perilaku hidup bersih sehat (perilaku benar dalam hal BAB dan cuci tangan) di daerah Kota Depok, kelompok responden umur 10-14 tahun merupakan kelompok dengan persentase terendah dibandingkan dengan kelompok yang lain, yaitu 75,9% untuk perilaku benar dalam hal BAB, dan 42,2% untuk perilaku benar dalam hal cuci tangan. Yang dimaksud dengan perilaku benar dalam hal BAB adalah bila BAB di jamban, dan perilaku benar dalam cuci tangan bila cuci tangan pakai sabun sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar, dan setelah menceboki bayi/anak, dan setelah memegang unggas/binatang. Melihat besarnya masalah kesehatan pada anak usia sekolah tersebut, maka perlu dilakukan suatu kegiatan yang betujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak usia sekolah. Tatanan sekolah adalah salah satu ruang lingkup promosi kesehatan karena merupakan tempat yang baik untuk ditanamkan perilaku. Populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas yaitu antara 40% - 50% ix. Presentase tersebut merupakan jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu, promosi kesehatan di lingkungan sekolah merupakan cara yang efektif karena anak sekolah merupakan kelompok 3

umur yang peka dan mudah menerima perubahan. Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mereka mudah untuk dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan yang sehat terutama Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Notoatmodjo, 2005). Pada prinsipnya, Promosi Kesehatan di sekolah adalah terciptanya sekolah sebagai sebuah komunitas yang dapat meningkatkan kesehatannya. Untuk mengimplementasikan hal tersebut maka dibentuk suatu upaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan masyarakat sekolah. Program PHBS merupakan upaya memberi pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, melalui komunikasi, memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal itu dilakukan melalui advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat (Rumah Tangga Sehat, PHBS di Indonesia, Depkes RI 2006). Melihat dari definisi tersebut, maka PHBS di Sekolah berarti upaya mempraktikkan perilaku sehat yang dilakukan oleh peserta didik, guru dan masyarakat disekitar sekolah secara mandiri dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan berperan aktif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah, Depkes RI 2007). Promosi kesehatan di sekolah dewasa ini dirancang untuk membentuk terciptanya sekolah sehat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka penting dikembangkan sebuah program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu upaya pendidikan dan promosi kesehatan di sekolah yang dalam kegiatannya melibatkan semua pihak. Sesuai dengan namanya, maka kegiatan UKS berkaitan dengan masalah kesehatan, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman, memberikan pendidikan kesehatan bagi anak dan akses pelayanan kesehatan yang sifatnya promotif dan preventif bagi anak sekolah (Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah, Depkes RI 2007). Akan tetapi dari pengamatan yang dilakukan baik oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Agama, dan Departemen Dalam Negeri mengenai pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah x dapat disimpulkan berbagai kondisi sebagai berikut; Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah, ditinjau dari segi sarana/prasarana, pengetahuan, sikap peserta didik 4

dibidang kesehatan, warung sekolah, makanan sehari-hari/gizi, kesehatan gigi, kesehatan pribadi dan sebagainya secara umum memperlihatkan bahwa prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai tingkat yang diharapkan; Sasaran upaya kesehatan ditinjau dari cakupan (coverage) sekolah, peserta didik dikaitkan dengan wajib belajar, mutu penyelenggaraan, ketenagaan dan sarana prasarana belum seimbang dengan usaha pencapaian tujuan UKS; Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang diharapkan, disamping itu ancaman sakit terhadap murid masih tinggi dengan adanya penyakit endemis dan kekurangan gizi; dan lain sebagainya. Melihat gambaran tersebut, dimana masih banyak masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah semakin menguatkan kita bahwa penanaman nilainilai PHBS di sekolah masih minimal dan belum dapat mencapai tingkat yang diharapkan. Sedangkan kita tahu bahwa sekolah merupakan sebuah tempat dimana anak-anak selain memperoleh ilmu pengetahuan juga belajar berinteraksi dan bersosialisasi terhadap sesama. Di sekolah pula anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk beraktivitas sehingga hal itu bisa menjadi ancaman bagi penularan penyakit jika sekolah tidak dikelola dengan baik xi. 1.2. Rumusan Masalah Sesudah mengetahui fakta serta data-data di atas mengenai besarnya masalah kesehatan yang terjadi pada anak-anak tersebut, di SDN Cisalak I Depok memiliki tingkat derajat kesehatan anak usia sekolah yang masih rendah, dan hal ini diduga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan praktek PHBS dalam keseharian mereka, serta pengaruh dari lokasi sekolah tersebut yang berdekatan dengan pasar. 1.3. Pertanyaan Penelitian Seberapa besar tingkat pengetahuan dan praktek mengenai PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di SDN Cisalak I Depok, dan seberapa besar peningkatan yang terjadi setelah dilakukan kegiatan intervensi pendidikan kesehatan mengenai PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) 5

1.4. Tujuan 1.4.1. Tujuan umum Menilai pengetahuan dan perilaku anak sekolah besarnya perubahan pengetahuan dan perilaku PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) setelah kegiatan intervensi. 1.4.2. Tujuan khusus a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan praktek PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) pada siswa-siswi di SDN Cisalak I Depok b. Mengetahui adanya hubungan antara karakteristik responden (jenis kelamin dan kelas) dengan PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) c. Mengetahui apakah kegiatan intervensi yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan praktek siswa-siswi di SDN Cisalak I Depok akan PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi SD Cisalak 1 Memberikan informasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat anak-anak kepada sekolah, sehingga dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah dalam membuat suatu program kesehatan di sekolah Meningkatnya perilaku positif seluruh masyarakat sekolah yang mendukung terwujudnya kesehatan yang maksimal Meningkatkan sekolah sebagai sekolah yang unggul dalam berbagai bidang, khususnya kesehatan Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara sekolah dengan FKM UI 1.5.2. Bagi mahasiswa Dapat mengenal secara dekat dan nyata karakteristik dan kondisi lingkungan di lapangan 6

Dapat menerapkan keilmuan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang diperoleh di bangku kuliah dalam praktek pada kondisi lapangan yang sebenarnya 1.5.3. Bagi program Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber data bagi pengembangan program kesehatan ke depan, khususnya mengenai PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) khususnya di wilayah Kota Depok 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai pengetahuan dan praktik siswa-siswi kelas 4 dan 5 SDN Cisalak I Depok, terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya kebersihan diri dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu dengan melakukan penyebaran angket yang diisi sendiri oleh responden dan juga menggunakan data sekunder yaitu mengambil data yang ada untuk mengetahui gambaran secara umum kondisi siswa-siswi dan lingkungan sekolah. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi kelas 4 dan 5 di SDN Cisalak I Depok, dengan menggunakan jenis penelitian yang bersifat Pre- Eksperimental, dan rancangan One Group Pre Test and Post Test Design, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan intervensi (penyuluhan dan simulasi) PHBS terhadap peningkatan pengetahuan dan praktek pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 SDN Cisalak I mengenai PHBS, khususnya kebersihan diri dan lingkungan. Alasan dari penelitian ini adalah karena diduga derajat kesehatan anak usia sekolah di sekolah tersebut masih rendah, dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai kebersihan diri dan lingkungan pada siswa-siswi SDN Cisalak I Depok. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 30 Maret hingga akhir Mei 2009. 7

8