Force Majeur & Akibat Hukumnya

dokumen-dokumen yang mirip
FORCE MAJEURE DAN AKIBAT-AKIBAT HUKUMNYA

Suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement)

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

Ketentuan-ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak A. SOMASI l. Dasar Hukum dan Pengertian Somasi 2. Bentuk dan Isi Somasi

PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA. Unsur-unsur Perikatan 3/15/2014. Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

Hukum Perikatan. Defenisi 4 unsur: Hubungan hukum Kekayaan Pihak pihak prestasi. Hukum meletakkan hak pada 1 pihak dan kewajiban pada pihak lain

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI. bahwa salah satu sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian sebab

KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

FORCE MAJEURE SEBAGAI ALASAN TIDAK DILAKSANAKAN SUATU KONTRAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERDATA / D

HUKUM JASA KONSTRUKSI

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB V PENUTUP. Dalam tesis ini membahas kreditur dan debitur terganggu pelaksanaan perjanjian

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN

Prestasi & Wan Prestasi Dalam Hukum Kontrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

HUKUM PERIKATAN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

Dari rumus diatas kita lihat bahwa unsur- unsur perikatan ada empat, yaitu : 1. hubungan hukum ; 2. kekayaan ; 3. pihak-pihak, dan 4. prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

JURNAL ILMIAH PERJANJIAN KERJASAMA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ANTARA PT. PERTAMINA DENGAN SPBU

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

Tidak dipenuhinya kewajiban itu ada dua kemungkinan alasan : 1. karena kesalahan debitur, sengaja atau lalai 2. keadaan memaksa (force majeure)

KAJIAN HUKUM KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) MENURUT PASAL 1244 DAN PASAL 1245 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh: Daryl John Rasuh 2

Silakan kunjungi My Website

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB I PENDAHULUAN. handy talky. Tren alat komunikasi yang selalu mengalami pergeseran,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. A. Pengertian dan Ketentuan Umum Perjanjian Kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

ASPEK HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI BERDASARKAN KUHPERDATA FITRIANI AMAS GULU D PEMBIMBNG I : M. DJAFAR, S.H., M.

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

A. KESIMPULAN. Penggunaan instrumen..., Ronny Roy Hutasoit, FH UI, Universitas Indonesia

Kontrak = perjanjian, kemudian dalam perkembangannya kontrak merupakan perjanjian tertulis (menurut prof. Subekti). Kontrak dalam bahasa Inggris

BAB II LANDASAN TEORI

KLAUSUL OVERMACHT DALAM AKAD MURABAHAH DI PERBANKAN SYARIAH. Abstrak

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN DALAM JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DALAM HUKUM DI INDONESIA

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN BARANG ATAS DASAR WANPRESTASI

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN UTANG PIUTANG

BAB II. A. Perjanjian Pada Umumnya. 1. Pengertian Perjanjian. Perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeenkomst (Belanda)

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

Dokumen Perjanjian Asuransi

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN BANGUN BAGI DI KOTA BANDA ACEH

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB II MENGENAI PERJANJIAN JUAL BELI YANG DIATUR DALAM BUKU III KUH PERDATA

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

PENGALIHAN HAK MILIK ATAS BENDA MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA. Oleh : Deasy Soeikromo 1

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

1. Pola Pengaturan Kontrak Dalam KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERJANJIANDALAM KUH PERDATA

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh

PRESTASI DAN WANPRESTASI DALAM HUKUM KONTRAK

BAB IV ANALISIS KOMPARASI OVERMACHT DALAM PERJANJIAN MUDHARABAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA

Transkripsi:

Force Majeur & Akibat Hukumnya Pengertian: keadaan memaksa Dimana debitur terhalang untuk melakukan pelaksanaan prestasinya karena keadaan tidak terduga pada saat pelaksanaan Debitur tidak dalam keadaan itikad buruk dan tidak dapat dimintakan pertanggung jawabannya Pasal 1244 KUH Perdata Pasal ini hanya mengatur mengenai hubungan force majeur dengan pergantian biaya rugi dan bunga saja tetapi dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengartikan force majeur pada umumnya

Pasal 1244 : menghukum debitur bila tidak dapat membuktikan bahwa pelaksanaan perikatan karena sesuatu hal yang tidak terduga Pasal 1245: tidak ada pergantian biaya, kerugian atau bunga bila debitur terhalang karena sesuatu hal yang tidak terduga

Kausa Force Majeur: 1. Karena sebab tidak terduga Pembuktiannya ditangan debitur yang menyebabkan terjadinya kegagalan dalam kontrak, bukan termasuk kategorik wanprestasi kontrak bila debitur beritikad buruk, maka tetap dimintakan pertanggung jawabannya

Kausa Force Majeur: 2. Karena keadaan memaksa Debitur tidak melaksanakan kontrak karena keadaan memaksa

Kausa Force Majeur: 3. Karena sebab tidak terduga Apabila perbuatan tersebut ternyata dilarang oleh undang-undang, debitur tidak terkena kewajiban membayar ganti rugi

Klasifikasi Force Majeur dari segi sasaran yang terkena Force Majeur Objektif: terjadi atas benda yang merupakan objek kontrak, tidak mungkin lagi dipenuhi tanpa adanya kesalahan debitur, misalnya: kebakaran disebut juga physical impossibility Force Majeur Subjektif: berhubungan dengan kemampuan ataupun perbuatan debitur, misalnya: jatuh sakit

Force Majeur dari segi kemungkinan pelaksanaan prestasi dalam kontrak: Force Majeur absolut: prestasi kontrak sama sekali tidak dapat dilakukan, misalnya barang musnah Force Majeur relatif: pemenuhan secara relatif masih mungkin dilakukan, walaupun secara tidak normal, misalnya kontrak export import dilarang dan kemudian diseludupkan - possible

Force Majeur dari segi jangka waktu berlakunya keadaan yang menyebabkan Force Majeur permanen: prestasi tidak akan mungkin dilakukan lagi, misalnya objek kontrak musnah terbakar Force Majeur temporer: pemenuhan prestasi terhalang sementara waktu dan setelah itu dapat dilakukan, misalnya akibat suatu kejadian menjadi terhambat

1.Pengaturan Force Majeur dalam KUHPerdata Tidak diatur secara umum sehingga harus dilakukan interpretasi Lihat pasal 1237 KUHP Force Majeur kontrak sepihak maka resiko ditanggung oleh kreditur kecuali bila debitur lalai

2.Pengaturan Force Majeur dalam hubungan ganti rugi Sangat erat kaitannya karena memberikan konsekwensi pada pihak yang tidak dapat melaksanakan kontrak Pasal 1244 KUHP: debitur dihukum membayar ganti rugi Pasal 1245 KUHP: tidak ada pergantian biaya bila karena keadaan memaksa KUHPerdata mengatur Force Majeur:sebab tidak terduga, keadaan memaksa dan karena perbuatan tersebut dilarang

Pengaturan Force Majeure untuk kontrak tertentu (kontrak bernama) dengan pengaturan khusus a. Kontrak jual beli: 1406 KUHPerd dimana dikatakan bahwa tanggung jawab adalah pembeli walaupun penyerahannya belum dilakukan b. Kesalahan dalam KUHPerd dimana harus ada levering atau penyerahan dimana kontrak hanya bersifat obligatoir saja c. Indonesia mengambil dari Belanda yang mengambilnya dari Perancis dengan tidak mempertimbangkan hal ini d. Melalui SEMA No.3 thn 1963 meminta agar para Hakim tidak memberlakukan pasal 1460 karena tidak adil

Force Majeur dalam kontrak tukar menukar: Pasal 1545 KUHPerd, resiko ditanggung bersama oleh para pihak dimana bila ada yang terlanjur berprestasi maka dapat meminta kembali prestasinya, kontrak dianggap gugur

Force Majeur dalam kontrak sewa menyewa: Pasal 1533 KUHPerd: kedua belah pihak menanggung resiko Musnah: kontrak gugur demi hukum Sebagian musnah: penyewa meminta pengurangan sewa atau pembatalan

Syarat Force Majeur dalam KUHPerd: Peristiwa tidak terduga Tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada yang harus melaksanakan prestasi Diluar kesalahan debitur Bukan kejadian yang disengaja debitur Tidak dalam keadaan beritikad buruk Kontrak gugur demi hukum dan keadaan dikembalkan seolah-olah tidak pernah dilakukan Tidak diijinkan menuntut ganti rugi, tetapi restitusi atau quantum merit masih dimungkinkan Resiko beralih dari kreditur kepada debitur

Ketidakmungkinan, Ketidak praktisan dan Frustasi Dalam Kontrak Ketidakmungkinan (impossibility): seseorang tidak mungkin melaksanakan kontrak karena diluar tanggung jawabnya Ketidakpraktisan (impracticability): terjadi suatu peristiwa tanpa kesalahan dari para pihak dan masih mungkin melakukan prestasi, tetapi praktisnya akan memerlukan biaya besar, waktu dll. Frustasi : yaitu peristiwa yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada salah 1 pihak, dimana mengakibatkan tidak mungkin lagi dicapai tujuan dibuatnya kontrak walaupun para pihak masih sanggup melaksanakan kontrak tersebut

Ketidakmungkinan pelaksanaan kontrak Dibedakan secara objektif dan subjektif dimana ketidakmungkinan objektif lebih tinggi dari subjektif Contoh objektif atau subjektif: Kematian atau sakit Ketidak mampuan finansial Mogok karyawan

Ketidakmungkinan pelaksanaan kontrak sehingga dapat menyebabkan terjadinya force majeure: a. Kematian atau sakit debitur, tidak merupakan FM bila masih dapat digantikan orang lain b. Tidak mungkin dilaksanakan dengan cara yang telah disetujui dengan syarat tertentu: - cara pelaksanaan kontrak merupakan hal esensial - tidak tersedia cara alternatif (reasonable) c. Munculnya larangan oleh hukum d. Barang objek kontrak musnah dan tidak tersedia lagi

Kriteria barang objek kontrak musnah dan tidak tersedia lagi - Apakah barang musnah itu hal esensial bagi kontrak - Apakah barang musnah itu barang umum atau khusus - Alokasi resiko oleh para pihak - Asumsi resiko oleh para pihak - Objek kontrak yang musnah merupakan barang yang suda diidentifikasi - Apakah barang objek kontrak masih barang unik - Apakah barang tersebut sudah beralih kepada pihak yang harus menerima penyerahan - Bagaimana asumsi dasar para pihak ketika kontrak dibuat?

Ketidakpraktisan dalam kontrak: Teori Tradisional: walaupun memerlukan biaya, tenaga besat tetapi sepanjang masih dapat dilaksanakan maka FM belum dapat diberlakukan Teori Modern: secara teoritis masih mungkin tetapi secara praktis akan memerlukan biaya dan waktu, FM dapat diberlakukan

Frustasi dalam kontrak: maksud kontrak yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sehingga kontrak tersebut tidak mempunyai makna lagi Rationalnya adalah asumsi dasar dari para pihak adalah sama Memenuhi unsur-unsur: - kejadian tidak dapat diantisipasi para pihak - peristiwa terjadi setelah kontrak dittd tetapi belum dilaksanakan - menyebabkan hilangnya total dari maksuk kontrak - maksud yang tidak mungkin diasumsikan oleh kedua belah pihak - harus merupakan dasa untuk mana kontrak dibuat - para pihak tidak telah mengalokasikan atau mengasumsikan resiko dari kejadian - para pihak yang dibebaskan tidak telah melakukan kesalahan dalam kontrak