Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan

dokumen-dokumen yang mirip
Proyeksi Sistem Energi Listrik Provinsi Lampung Tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

PROYEKSI JANGKA PANJANG KEBUTUHAN ENERGI SULAWESI SELATAN MENGGUNAKAN SKENARIO SISTEM ENERGI BERSIH

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pendahuluan. Identifikasi dan Perumusan Masalah. Studi Pustaka. Pengumpulan Data.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Versi 27 Februari 2017

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

PERENCANAAN ENERGI TERPADU DENGAN SOFTWARE LEAP (LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING)

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

ANALISIS ENERGY BALANCE TAHUN 2000 SAMPAI DENGAN 2015

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Roadmap Energy di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

Kajian INDONESIA ENERGY OUTLOOK

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dikuasai hanya oleh negara-negara industri besar dunia (Zhao, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

PERENCANAAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Perkiraan Konsumsi Energi Final

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

PERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK 2013 HINGGA 2030 ACEH TAMIANG

V. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEAP MANUAL PENYUSUNAN DATA BACKGROUND STUDY RPJMN TAHUN LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING SYSTEM

OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2009

KAJIAN SUPPLY DEMAND ENERGI

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

KAJIAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR ENERGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang pada dasarnya merupakan suatu perkiraan terhadap demand dan supply

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

ANALISIS PENYEDIAAN DAN KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR RUMAH TANGGA DI PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan Rishal Asri 1, T. Haryono 2, Mohammad Kholid Ridwan 3 Mahasiswa Magister Teknik Sistem, Universitas Gadjah Mada 1 rishal.asri@ugm.mail.ac.id/085255807138 Dosen Teknik Elektro,Universitas Gadjah Mada 2 Dosen Teknik Fisika,Universitas Gadjah Mada 3 Abstrak Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia. Kebutuhan energi seperti listrik dan transportasi merupakan penggerak roda ekonomi suatu daerah. Kebutuhan energi Sulawesi selatan sebanyak 17.000 SBM (Setara Barel Minyak) dengan pemenuhan 3.000 SBM yang berasal dari sumber energi domestik dan 14.000 SBM harus diimpor. Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan energi nasioanl pada tahun 2025 bauran energi untuk energi terbarukan terbesar sebesar 23% dan tahun 2050 sebesar 31%. Pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proyeksi penggunaan energi terbarukan sesuai dengan arah kebijakan energi nasional. Data yang digunakan adala produk domestic regional bruto, konsumsi listrik, konsumsi bahan bakar minyak, dan indikator energi lainnya. Pada penelitian ini meggunakan LEAP untuk memodelkan kebutuhan energi. Dari hasil penelitian ini pada tahun 2050 sumber energi fosil untuk kebutuhan energi yang digunakan adalah minyak bumi sebesar 73,86 juta SBM, batu bara 14,48 juta SBM, dan gas alam 752 SBM sedangkan energi terbarukan hanya 12,77 juta SBM. Kata Kunci: energy,leap,listrik,proyeksi,transportasi. 1. Pendahuluan Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan akan penyediaan energi terus meningkat dari tahun ke tahun untuk mencukupi kebutuhan sektor rumah tangga, transportasi, industri maupun komersial. Di sisi lain, pemakain energi pada masing-masing sektor tersebut masih jauh dari kriteria efisien sehingga pemakaian cenderung boros. Salah satu provinsi terbesar di Indonesia yaitu Sulawesi Selatan memiliki masalah utama yaitu kebutuhan dan pemenuhan energi. Menurut Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral provinsi Sulawesi Selatan [1] pada neraca energi menunjukkan bahwa produksi energi primernya lebih kecil 3.000 SBM dari pada penggunaan energi final yaitu 14.000 SBM. Menurut Huang dan Bohr [2] metode forecasting data menggunakan LEAP untuk memprediksi kebutuhan energi di Taiwan atau pun di negara lain sangat berbeda sehingga dibutuhkan perencanaan yang membutuhkan waktu dan skenario energi yang berbeda. Dengan menggunakan LEAP kebutuhan tiap negara atau daerah dapat ditunjukkan keuntungan dan kekurangan tiap penggunaan sumber energi terhadap lingkungan di sekitarnya. Pada Penelitian Manjang, Arief, dan Kitta [3] menunjukkan kebutuhan energi listrik di provinsi Sulawesi Selatan pada suatu desa. Survei data dan analisis data menggunakan LEAP yang akan menghasilkan prediksi pemakaian dan penyedian energi listrik di Sulawesi Selatan Permasalahan pada penelitian ini adalah menentukan gambaran masa depan terkait pemakaian dan penyediaan energi serta menentukan bauran energi di provinsi Sulawesi Selatan. Sehingga dapat diuraikan lebih terperinci yaitu keseimbangan permintaan dan penyediaan energi, besar sharing energi terbarukan terhadap penyediaan energi Penelitian ini bertujuan menentukan proyeksi permintaan dan penyediaan energi per sektor pemakai dan per jenis di provinsi Sulawesi Selatan dan menentukan proyeksi bauran energi di provinsi Sulawesi Selatan 2. Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ekonometri dengan mengumpulkan data-data konsumsi energi per sektor. Pada gambar 1 ditunjukkan langkahlangkah penelitian yang dilakukan 659

Gambar 1 Diagram alir Penelitian 2.1 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini bahan yang diperlukan adalah data ekonomi, data kependudukan, data pemakaian energi, data infrastruktur energi terbarukan dan data potensi energi terbarukan. Data yang digunakan sebagai berikut: Data PDRB dan pertumbuhan PDRB Data kependudukan dan pertumbuhan kependudukan Data pemakaian energi dan jumlah energi yang digunakan Data infrastruktur energi terbarukan dan potensi energi terbarukan 2.2 Dasar Pembuatan Model Permintaan energi di setiap sektor dapat diklasifikasikan dalam permintaan energi dan non energi (bahan bakar), dimana masingmasing diperkirakan memakai analisis regresi [4]. Untuk energi listrik estimasi dengan regresi permintaannya dibagi dalam sektor industri, rumah tangga, komersial, dan publik. Sedangkan untuk bahan bakar estimasi dilakukan dengan regresi dari tiap jenis bahan bakar dan satu yang digunakan sebagai sumber energi mix yang dihitung berdasarkan fungsi sharing. E = EL + FU...(1) Total Permintaan Energi Final E = Ei Total permintaan energi listrik EL = ELi Total permintaan bahan bakar FU = FUij i = Sektor (i industri) j = Bahan bakar (minyak, batu bara, gas, dan lain-lain.) Persamaan di atas memperlihatkan konsumsi energi final adalah jumlah dari energi dan bahan bakar yang digunakan di semua sektor. Pemisahan energi dan bahan bakar berdasarkan asumsi tidak adanya subtitusi yang berarti antara energi dan sumber energi lainnya. Dalam analisis regresi yang diterapkan pada perkiraan permintaan energi, intensitas energi sebaiknya digunakan sebanyak mungkin. Persamaan permintaan energi dan permintaan bahan bakar dapat dijelaskan dengan anggapan bahwa permintaan sektoral adalah perkalian intensitas energi dan tingkat aktifitas ekonomi di setiap sektor. Secara umum intensitasintensitas tersebut diestimasikan dengan analisis regresi dan indikator aktivitas ekonomi dipakai sebagai nilai exogenous pada model ekonomi makro. ELi = ai Yi.(2) Fi = bi Yi (3) ai = Eli/Yi (ai = intensitas energi pada tingkat aktivitas (Yi)) bi = Fi/Yi (bi = intensitas bahan bakar pada tingkat aktivitas (Yi)) Ketika menggunakan intensitas, permintaan energi dihitung berdasarkan persaman 4 Sebagai berikut : E = (ai Yi) + (bi Yi) (4) Jika digunakan sebagai fungsi sharing, pangsa dari sumber energi individu didistribusikan ke produk minyak, gas, batubara dan sebagainya. Jadi model mempertimbangkan subtitusi energi dan kompetisinya serta setiap pangsa dijelaskan terhadap harga relatif antara produk energi yang berbeda. Fij (bahan bakar j) = Fi Sij (5) Sij = f(peij/pei) Sij : pangsa setiap sumber energi Pe : harga energi Permintaan energi primer dihitung menggunakan faktor konversi. Efisiensi konversi biasanya meningkat dengan adanya perbaikan teknologi khususnya peralatan baru. Tren waktu dan harga energi real akan menjadi variabel explanatory yang merepresentasikan perbaikan teknologi. PER = EL/α + Fj/βj..(6) α = f (T, Pe) 660

β = f (T, Pe) PER : Permintaaan energi primer α dan βj : Faktor konversi T : Tren waktu Pada penelitian ini metode yang dipakai adalah metode bottom-up dengan faktor intensitas menjadi dominan dalam setiap pembuatan modelnya. 2.2 Model Peramalan Pada penelitian ini digunakan metode prakiraan dengan pendekatan ekonometrik untuk memperkirakan besarnya permintaan dan penyediaan energi di nasional 35 tahun ke depan dengan menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak computer yaitu LEAP [5]. The Long-range Energy Alternatives Planning atau kemudian disingkat dengan LEAP adalah sebuah perangkat lunak yang sudah secara luas digunakan untuk analisis kebijakan energi dan penilaian terhadap mitigasi perubahan iklim yang dikembangkan di Stockhlom Environment Institute (SEI). Perangkat ini telah digunakan oleh ratusan organisasi di lebih dari 169 negara dan di dunia. Di antara pemakainya meliputi pemerintahan, akademisi, organisasi swasta, perusahaan konsultan dan banyak kepentingan energi lainnya[6]. Metodologi pemodelan dalam LEAP adalah akuntasi. Permintaan energi atau pemasokan energi dalam metode akuntasi ini dihitung dengan menjumlahkan pemakaian dan pemasokan energi masing-masing jenis kegiatan dan dengan metode bottom-up. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kebutuhan Energi Pada tabel 1 menunjukkan hasil proyeksi kebutuhan energi per sektor tahun 2015, 2030, dan 2050. Skenario yang digunakan adalah skenario dasar dimana tidak ada tendensi penggunaan teknologi atau pun pengaruh kebijakan energi nasional. Tabel 1 Kebutuhan Energi Per Sektor Sektor (Juta SBM) 2015 2025 2050 Rumah Tangga 3.537 4.382 5.386 Industri 1.131 2.647 22.611 Transportasi 9.809 15.853 75.337 Komersial 0.598 1.400 11.956 Lainnya 0.143 0.334 2.857 Total 15.217 24.617 118.145 Pada tabel 1 ditunjukkan bahwa penggunaan energi terbesar pada tahun 2015 adalah sektor transportasi yaitu 9.809 Juta SBM ( 1 SBM = 5.95 x 10 *3 Joule), lalu sektor rumah tangga, industri, komersial, dan lainnya Kebutuhan energi pada provinsi Sulawesi selatan sangat tergantung dengan adanya pasokan minyak bumi dan batu bara. Minyak bumi merupakan sumber energy yang banyak digunakan untuk sektor transportasi dan sebahagian pembangkit energi listrik diesel di Sulawesi Selatan. Batu bara merupakan sumber energi yang digunakan pada sektor industri. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar penggerak untuk mesin-mesin produksi pada pabrik. Pada Tabel 2 dan gambar 2 ditunjukkan kebutuhan energi per jenis yang didominasi oleh bauran energi fosil. Gambar 2 Kebutuhan Energi Per jenis Energi Tabel 2 kebutuhan Energi per Jenis Energi Jenis Energi (Juta SBM) 2015 2025 2050 Listrik 1.86316 3.48585 19.85172 Gas Bumi 1.44393 1.69794 2.15185 Premium 5.78371 7.30656 10.67373 Avtur 2.22295 5.20528 44.45994 Minyak Tanah 0.27196 0.38313 1.37468 Minyak Solar 2.64492 5.01850 36.61088 Minyak Bakar 0.65150 1.50352 12.84206 LPG 0.96234 1.16765 2.10291 Batubara 2.94193 6.88885 58.83992 Biodiesel 0.02145 0.36833 1.06141 Total 18.80783 33.02562 189.96912 Pada gambar 2 ditunjukkan bahwa Sulawesi selatan membutuhkan batu bara 58.83 Juta SBM, sedangkan tambang Sulawesi Selatan tidak memiliki area atau lokasi yang menjadi sumber ekplorasi batu bara untuk kebutuhan daerah sehingga kebutuhan energi untuk jenis batu bara semuanya di impor dari daerah lain seperti Kalimantan dan lain-lain. 661

3.2 Pemenuhan Energi Skenario Energi Baru Terbarukan (EBT) Energi baru terbarukan merupakan solusi bagi krisis energi disulawesi selatan. Dalam penelitian ini digunakan penerapan kebijakan energi nasional (KEN) untuk mengurangi permasalahan pada sumber energi fosil yang tidak terdapat pada Sulawesi selatan Untuk menerapkan skenario tersebut, maka kondisi penyediaan energi di Sulawesi Selatan diproyeksikan terlebih dahulu. Pada gambar 3 ditunjukkan proyeksi tersebut. Gambar 3. Penyediaan Energi Per Jenis Energi Pada gambar 3 pemenuhan energi per jenis sektor energi yang didominasi oleh listrik dan batu bara. Pemenuhan energi seperti pembangkit listrik dan transportasi menggunakan energi jenis listrik dan bahan bakar fosil. Pembangkit listrik memiliki sumber energi yang berasal dari fosil seperti batu bara, gas, dan minyak. Sulawesi Selatan memiliki sumber energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai alternatif. Sumber energi matahari dengan potensi 3 MW, energi angin 262 MW, panas bumi 337 MW, air 526 MW dan potensi Bio energi seperti bio diesel, ethanol, briket[7].pada gambar 4 digunakan skenario energi baru terbarukan untuk menentukan bauran energi untuk pemenuhan energi. Pembangkit listrik merupakan penyedia energi yang dapat digabungkan dengan pembangkit listrik energi baru terbarukan. Pada tabel 3 ditunjukkan penggunaan skenario EBT. Tabel 3 Jenis sumber energi pembangkit listrik Jenis Energi ( Ribu MWh) 2015 2025 2050 Gas Bumi 778.847 1,945.794 5,344.259 Minyak Solar 823.587 475.961 1,307.261 Batubara 771.885 1,412.595 5,104.985 Angin 0.227 24.135 726.869 Surya 4.093 19.200 122.087 Hidro 947.003 2,203.753 20,122.916 Panasbumi 19.792 125.818 2,501.576 Biomass 4.204 26.726 240.235 Total 3,349.639 6,233.982 35,470.188 Pada hasil pemodelan sektor pembangkit. Pada tahun 2025 energi baru terbarukan dapat memberikan bauran energi sebesar 1,486 Juta SBM dan bauran energi pada tahun 2050 adalah 1,562 Juta SBM pemenuhan energi di Sulawesi selatan. 4. Kesimpulan Pada penelitian ini dapat disimpulakan sumber energi fosil menjadi sumber energi yang paling banyak dibutuhkan untuk sektor transportasi. Energi fosil seperti batu bara dan minyak merupakan sumber energi yang harus diimpor di Sulawesi Selatan. Perlu adanya kebijakan penggunaan energi baru terbarukan sebagai alternatif untuk mengatasi ketergantungan dari energi tersebut. Energi air merupakan sumber energi terbarukan yang sangat besar dapat ditingkatkan penggunaanya untuk kebutuhan listrik di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2030 bauran EBT adalah 4.059.531 SBM atau 13,97% dan tahun 2050 bauran EBT adalah 28.079.085 SBM atau 20,61% dari pemenuhan total energi. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu BPS, ESDM, PLN, Pertamina, BMKG, dan BAPPEDA sulawesi selatan. Terima kasih kepada Prof T. Haryono dan Dr. Kholid Ridwan yang telah memberikan masukan dan bimbingan serta keluarga dan teman-teman Magister Teknik Sistem UGM. Gambar 4 Pemenuhan Bauran Energi Skenario Energi Baru Terbarukan pada pembangkit listrik 662

Daftar Pustaka [1] Rencana Umum Energi Daerah SulSel. [Online].Available:http://www.esdmsulsel. com/index.php?option=com_content&view =article&id=39&itemid=45. [Accessed: 27-Nov-2014]. [2] Y. Huang, Y. J. Bor, and C.-Y. Peng, The long-term forecast of Taiwan s energy supply and demand: LEAP model application, Energy Policy, vol. 39, no. 11, pp. 6790 6803, Nov. 2011. [3] S. Manjang, M. Arief, and I. Kitta, Optimalisasi Penggunaan Energi Terbarukan Lokal Sebagai Energi Primer Pembangkit Tenaga Listrik Di Sulawesi Selatan Berbasis Skenario Energi Mix Nasional, LPPM UNHAS, 2013. [4] S. Assauri, Teknik dan metoda peramalan, Penerapannya dalam ekonomi dan dunia usaha. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1984. [5] C. Heaps, Long-range Energy Alternatives Planning (LEAP) system. Somerville, MA, USA: Stockholm Environment Institute, 2012. [6] L. Suganthi and A. A. Samuel, Energy models for demand forecasting - A review, Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 16, no. 2, pp. 1223 1240, 2012. [7] E. Sulawesi Selatan, Potensi Energi Terbarukan dan Pemanfaatan di Sulawesi Selatan, Makassar, 2014. 663